Anda di halaman 1dari 25

ARTIKEL TEMAKEISLAMAN:

1. TAUHID: KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN


DALAM ISLAM
2. SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS
3. 3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH(REFERENSI AL-HADITS)
5. AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, KEADILAN SERTA
PENEGAKAN HUKUM DALAM ISLAM.

DisusunsebagaitugasterstrukturMata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

DosenPengampuh:

Dr. TaufiqRamdani, S.Th.I.,M.Sos

DisusunOleh:

Nama : Pebi Humaera


NIM : C1G020207
Fakultas&Prodi : Pertanian (Agribisnis E)
Semester : Satu (1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Pujisyukur Alhamdulillah penulishaturkankepada ALLAH SWT atasselesainyatugasini


dengan tepat waktu.

Sholawatdan Salam semoga ALLAH limpahkankepadaRasulullah Muhammad SAW.

Semoga Allah limpahkan Rahmat dan karunianya untuk kita semua.

TerimakasihsayasampaikanatasbimbinganBapak Dr. TaufiqRamdani,


S.Th.I.,M.SossebagaidosenpengampuhmataKuliahPendidkan Agama Islam atas
bantuan serta bimbingannya dalam penyelesaian tugas ini dengan tepat waktu.

Besarharapansayatugasiniakanmemberimanfaat bagi penulis dan pembaca.

Penyusun, Mataram 24 oktober 2020

Nama: Pebi Humaera


NIM: C1G020207

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… iii
BAB I. Tauhid: Keistimewaan&KebenaranKonsepKetuhanandalam Islam………. 1
a. Konsep Ketuhanan Dalam Islam………………………………………………1
b. Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan………………………………….2
BAB II.SainsdanTeknologidalam Al-Qur’an dan Al-Hadits…………………………...5
a. Dimensi Sains dan Teknologi Dalm AL-Qur’an……………………………….5
b. Relevansi Antara Hadits dan Sains Modern…………………………………..5
c. Sains-Teknologi dan Ilmu Agama……………………………………………...5
d. Al-Qur’an dan Hadits Sebagai Signifikan Desikularisasi Sains dan Ilmu
Agama…………………………………………………………………………….6

BAB III. 3 GenerasiTerbaikMenurut Al-Hadits………………………………………….8


a. Sahabat…………………………………………………………………………...8
b. Tabiin……………………………………………………………………………...10
c. Tabiut Tabiin…………………………………………………………………... …11

BAB IV.PengertiandanJejakSalafussoleh(ReferesnsiAl-Hadits)………………………13
a. Pengertian Salafussoleh………………………………………………………….13
b. Dalil-Dalil Al-Qur’an ………………………………………………………………13
c. Dalil-Dalil Sunnah………………………………………………………………….14
d. Akhlak Salafussoleh…………………………………………………………….....14

BAB V. AjarandanTuntunantentangBerbagi, Penegakanserta…………………………17


a. Tuntutan Tentang Berbagi………………………………………………………...17
b. Wawasan Tentang Keadilan………………………………………………………17
c. Alternatif Penegakkan Hukum Dalam Islam…………………………………….19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..iv
LAMPIRAN………………………………………………………………………………….vi

iii
BAB 1

Keistimewaan & Kebenaran Konsep Ketuhanan Dalam islam

a. Konsep Ketuhanan Dalam Islam

Berdasarkan logika Al-Qur’an ialah sebagai berikut: Tuhan (Ilah) ialah sesuatu yang
yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga
manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.
Menurut Ibnu Taimiyah definisi Al-Ilah ialah yang dipuja dengan penuh kecintaan hati,
tunduk kepada-Nya, merendahkan diri dihadapan-Nya, takut kepada-Nya, dan
mrngharapkan-Nya. Kepada-Nya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan ,
berdoa, dan bertawakkal kepada-Nya untuk kemaslahatan diri, memintu perlindungan
kepada-Nya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingat-Nya dan terpaut cinta
kepada-Nya (M. Imaduddin, 1989:56).
Secara keilmuan, Tuhan tak pernah dan tak mungkin menjadi kajian ilmu, karena
kajian ilmu selalu parsial, terukur dan terbatas dan dapat diuji secara berulang-ulang
pada laboratorium keilmuan.

Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia.
Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-
Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu  Allah, dan selain Allah. Subjektif
(hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon,
binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti
dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:

ِ ‫ُون هَّللا ِ أَ ْندَ ا ًدا ُي ِحبُّو َن ُه ْم َكحُبِّ هَّللا‬


ِ ‫اس َمنْ َي َّتخ ُِذ مِنْ د‬
ِ ‫َوم َِن ال َّن‬

 Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.

Sebelum Al-Quran di turunkan, dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep


tauhid (monoteisme). Hal ini diketahui dari ungkapan-ungkapan yang mereka
cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara ritual. Adanya nama Abdullah (hamba
Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran.

1
Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain,
telah mantap. Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam
dikemukakan dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut:

َ ‫ْس َو ْال َق َم َر َل َيقُولُنَّ هَّللا ُ َفأ َ َّنى ي ُْؤ َف ُك‬


‫ون‬ َ ْ‫ت َواأْل َر‬
iَ ‫ض َو َس َّخ َر ال َّشم‬ ِ ‫َولَئِنْ َسأ َ ْل َت ُه ْم َمنْ َخلَقَ ال َّس َم َوا‬

Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.

b. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan

Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang
didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah,
baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. 

1. Pemikiran Barat
alam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang
menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama
kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula
dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor,
Robertson Smith, Lubbock, dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran
tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut:
a. Dinamisme
b. Animisme
c. Politeisme
d. Henoteisme
e. Monoteisme
2.     Pemikiran Umat Islam

 Dikalangan umat Islam terdapat polemik dalam masalah ketuhanan. Satu


kelompok berpegang teguh dengan Jabariah, yaitu faham yang mengatakan
bahwa Tuhan mempunyai kekuatan mutlah yang menjadi penentu segalanya. Di

2
lain pihak ada yang berpegang pada doktrin Qodariah, yaitu faham yang
mengatakan bahwa manusialah yang menentukan nasibnya. Polemik dalam
masalah ketuhanan di kalangan umat Islam pernah menimbulkan suatu dis-
integrasi (perpecahan) umat Islam, yang cukup menyedihkan. Peristiwa al-mihnah
yaitu pembantaian terhadap para tokoh Jabariah oleh penguasa Qadariah pada
zaman khalifah al-Makmun (Dinasti Abbasiah). Munculnya faham Jabariah dan
Qadariah berkaitan erat dengan masalah politik umat Islam setelah Rasulullah
Muhammad meninggal. Sebagai kepala pemerintahaan, Abu Bakar Siddiq secara
aklamasi formal diangkat sebagai pelanjut Rasulullah. Berikutnya digantikan oleh
Umar Ibnu Al-Khattab, Usman dan Ali.

Embrio ketegangan politik  sebenarnya sudah ada sejak khalifah Abu Bakar, yaitu
persaingan segitiga antara sekompok orang Anshar (pribumi Madinah),
sekelompok orang Muhajirin yang fanatik dengan garis keturunan Abdul Muthalib
(fanatisme Ali), dan kelompok mayoritas yang mendukung kepemimpinan Abu
Bakar. Pada periode kepemimpinan Abu Bakar dan Umar gejolak politik tidak
muncul, karena sikap khalifah yang tegas, sehingga kelompok oposisi tidak
diberikan kesempatan melakukan gerakannya.

Untuk memenangkan kelompok dalam menghadapi oposisinya, mereka tidak segan-


segan menggunakan konsep asasi. Kelompok yang satu sampai mengkafirkan
kelompok lainnya. Menurut Khawarij  semua pihak yang terlibat perjanjian damai baik
pihak Muawiyah maupun pihak Ali dinyatakan kafir. Pihak Muawiyah dikatakan kafir
karena menentang pemerintah, sedangkan pihak Ali dikatakan kafir karena tidak
bersikap tegas terhadap para pemberontak, berarti tidak menetapkan hukum
berdasarkan ketentuan Allah. Mereka mengkafirkan Ali dan para pendukungknya,
berdasarkan Al-Quran Surat Al-Maidah (5) : 44

َ ‫َو َمنْ لَ ْم َيحْ ُك ْم ِب َما أَ ْن َز َل هَّللا ُ َفأُولَئ‬


َ ‫ِك ُه ُم ْال َكافِر‬
‫ُون‬

Siapa yang tidak menegakkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah (Al-
Quran), maka mereka dalah orang-orang kafir.

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti
orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan bertuhan

3
kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti
konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu
Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta,
melainkan juga pengatur alam semesta.

4
BAB 2

Sains & Teknologi Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits

a. Dimensi Sains & Teknologi Dalam Al-Qur’an

Kata sains dan teknologi ibarat dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan satu
sama lain. Sains menurut Baiquni adalah himpunan pengetahuan manusia
tentang alam yang diperoleh sebagai konsensus para pakar, melalui
penyimpulan secara rasional mengenai hasil-hasil analisis yang kritis terhadap
data pengukuran yang diperoleh dari observasi pada gejala-gejala alam.
Sedangkan teknologi adalah himpunan pengetahuan manusia tenang proses-
proses pemanfaatan alam yang diperoleh dari penerapan sains, dalam
kerangka kegiatan yang produktif ekonomis.

Al-Qur’an sebagai kalam Allah, diturunkan bukan untuk tujuan-tujuan yang


bersifat praktis. Oleh sebab itu, secara obyektif, Al-Qur’an bukanlah ensiklopedi
sains dan teknologi apalagi Al-Qur’an tidak menyatakan hal itu secara
gamblang.

b. Relevansi Antara Hadits & Sains Modern

Jika kita mencoba untuk menulusuri Hadits-Hadits Nabi SAW, maka kita akan
temukan sangat banyak dari Hadits-Hadits tersebut yang memiliki keterkaitan
secara langsung dengan ilmu pengetahuan, baik itu yang berkaitan dengan ilmu
kesehatan dan kedokteran, atau hasil-hasil riset ilmiyah yang sangat berkembang
pada teknologi, ataupun juga pada prediksi masa depan yang sudah terbukti
secara ilmiah oleh para ilmuan hari ini. Berikut ini penulis ingin
memberikan beberapa contoh Hadits Nabi yang memiliki korelasi dengan
ilmu pengetahuan dan sains modern.

c. Sains –Teknologi dan Ilmu Agama

Teknologi dan sains ialah dua perkara yang tidak dapat dipisahkan ini
disebabkan perkembangan teknologi berasaskan dari kemajuan sains,
sehingga istilah “sains-teknologi” yang mudah difahami bahwa
penciptaan dan perkembangan teknologi tidak akan wujud sekiranya

5
sains tidak mempengaruhi.
Sebelum sains dan teknologi menghadapi perkembangan, antara
aspek menjadikan model pendidikan Islam bersifat statik dan ketinggalan
ialah subject matter pendidikan Islam masih dalam pengenalan waktu
itu dan bersifat normal dan tekstual, masih mengamalkan pengajaran
maintainance learning berasakan pasif, lambang dan mmpercayai benar
terhadap warisan masa lalu dan mengamalkan sikap pandangan dikotomi
yang mengangap pembahagian atau pemisahan antara dua kumpulan
dalam sesuatu hal yang saling bertentanggan.

d. AL-Qur,an Dan Hadist Sebagai Signifikan Desikularisasi Sains Dan Ilmu


Agama
Setiap agama memandang ilmu sains itu dari sudut positif,karena suatu
pengetahuan mempunyai peranan asas yang sangat penting bagi eksistensi
manusia.Etika dan moralisasi berdasarkan kebenaran ilmiah tanpa ada ikatan
agama dan meta-fisik,ditetentukan oleh kriteria ilmiah yang dipercayai dan bersifat
validitas.Pahaman atau aliran yang terdapat dari ajaran berasaskan landasan
dalam berpikir atau sebagai acuan untuk melindungi suatu pahaman tema.

Secara dasarnya, ilmu pengetahuan dalam sains sudah wujud sejak


manusia (Adam) diciptakan (Samrin, 2013). Ilmu pengetahuan ini mejadi
sebati dalam diri manusia yang tercatat dalam al-Quran, Allah SWT berfirman dalam
Q.S. Al-Baqarah, 2:31, yang artinya:
“ Dan Dia mengajarkan Adam, akan segala nama benda dan gunanya, kemudian
ditunjukkannya kepada malaikat lalu Dia berfirman,” Sebutkan kepada-Ku nama
semua (benda) ini, jika kamu yang benar!” “
Nama benda tersebut mempunyai maksud sebgai unsur pengertian yang sama baik
berada di dunia maupun di akhirat.Pengetahuan itu pula memberikan Nabi Adam
AS.tempat yang mulia antara makhluk yang ada termasuk malikat yang diperintahkan
oleh Allah SWT untuk sujud sebagai penghormatan kepada nabi Adam.
Hal itu membuktikan bahwa manusia mempunyai keistimewaan
tersendiri.Keistimewaan itu disebabkan karena Nabi Adam mempunyai pengetahuan

6
tentang nama benda yang diajarkan oleh Allah SWT dan bukan dari ketaatan atau
kesolehannya.Hal ini karena ketaatan dan kesolehan para malaikat lebih utuh dari
Adam AS.Uraian ini lengkap dari Q.S. Al-Baqarah (2:34) yang artinya:
“ Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada malaikat: “Tunduklah (beri hormat)
kepada Nabi Adam.”Lalu mereka sekaliannya tunduk memberi hormat melainkan iblis;
Ia enggan dan takkabur dan menjadilah Ia dari golongan yang kafir.

7
BAB 3
3 Generasi Terbaik Menurut AL-Hadist

 Secara istilah, yang dimaksud salaf adalah 3 generasi awal umat Islam yang
merupakan generasi terbaik, seperti yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam.

 Diantara umat Rasulullah, terdapat beberapa generasi terbaik, sebagaimana beliau


sebutkan dalam sebuah hadits mutawatir, beliau bersabda:

"Sebaik-baik umat adalah generasiku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya"


(HR. Bukhari-Muslim). Tiga generasi yang dimaksud adalah generasi Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat, generasi tabiin dan generasi tabiut
tabiin. Sering disebut juga generasi Salafus Shalih.”

Adapun yang termasuk dalam 3 generasi terbaik itu adalah:

a. Sahabat

Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam secara langsung serta membantu perjuangan beliau.
Menurut Imam Ahmad, siapa saja diantara orang beriman yang bertemu dan
melihat Rasulullah, baik sebulan, sepekan, sehari atau bahkan cuma sesaat maka
ia dikatakan sebagai sahabat. Derajatnya masing-masing ditentukan dengan
seberapa lama ia menyertai Rasulullah. Para sahabat merupakan orang-orang
yang mewariskan ilmu dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Diantara
sahabat yang terbaik adalah para Khulafaur Rasyidin, kemudian 10 orang sahabat
yang namanya disebutkan oleh Rasulullah yang mendapatkan jaminan surga.

Syaikh Abu Musa Abdurrazzaq Al Jaza’iri hafizhahullah berkata, “Ahlus Sunnah


wal Jama’ah As Salafiyun senantiasa mencintai mereka (para sahabat) dan sering
menyebutkan berbagai kebaikan mereka. Mereka juga mendo’akan rahmat
kepada para sahabat, memintakan ampunan untuk mereka demi melaksanakan
firman Allah ta’ala (yang artinya), “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka
mengatakan ; Wahai Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang
telah mendahului kami dengan keimanan. Dan janganlah Kau jadikan ada rasa
dengki di dalam hati kami kepada orang-orang yang beriman, sesungguhnya

8
Engkau Maha Lembut lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hasyr : 10)

Dalil-dalil Al Kitab tentang keutamaan para Sahabat

 Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Muhammad adalah utusan Allah


beserta orang-orang yang bersamanya adalah bersikap keras kepada
orang-orang kafir dan saling menyayangi sesama mereka. Engkau lihat
mereka itu ruku’ dan sujud senantiasa mengharapkan karunia dari Allah
dan keridhaan-Nya.” (QS. Al Fath)
 Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Bagi orang-orang fakir dari kalangan
Muhajirin yang diusir dari negeri-negeri mereka dan meninggalkan harta-
harta mereka karena mengharapkan keutamaan dari Allah dan keridhaan-
Nya demi menolong agama Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-
orang yang benar. Sedangkan orang-orang yang tinggal di negeri tersebut
(Anshar) dan beriman sebelum mereka juga mencintai orang-orang yang
berhijrah kepada mereka (Muhajirin) dan di dalam hati mereka tidak ada
rasa butuh terhadap apa yang mereka berikan dan mereka lebih
mengutamakan saudaranya daripada diri mereka sendiri walaupun
mereka juga sedang berada dalam kesulitan.” (QS. Al Hasyr : 8-9)
 Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Allah telah ridha kepada
orang-orang yang beriman (para sahabat Nabi) ketika mereka berjanji
setia kepadamu di bawah pohon (Bai’atu Ridwan). Allah mengetahui apa
yang ada di dalam hati mereka. Kemudian Allah menurunkan ketenangan
kepada mereka dan membalas mereka dengan kemenangan yang dekat.”
(QS. Al Fath : 18)
 Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang terlebih dulu
(berjasa kepada Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-
orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka Allah telah ridha kepada
mereka dan mereka pun ridha mepada Allah. dan Allah telah
mempersiapkan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah
kemenangan yang sangat besar.” (QS. At Taubah : 100)
 Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari dimana Allah tidak akan
menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya. Cahaya

9
mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (QS. At
Tahrim :) (lihat Al Is’aad, hal. 77-78)
b. Tabi’in

Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau setelah
beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta melihat
para sahabat. Tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu
dari para sahabat Rasulullah. Salah seorang terbaik dari generasi Tabi’in adalah
Uwais Al Qarn, yang pernah mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan
kemuliaan menjadi sahabat, tetapi tidak berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al
Qarn, pernah disebutkan secara langsung melalui lisan Rasulullah sebagai orang
yang asing di bumi tapi terkenal di langit. Bahkan Rasulullah memerintahkan
sahabatnya, Umar dan Ali, untuk mencari Uwais dan meminta untuk di doakan,
karena ia merupakan orang yang memiliki doa yang diijabah oleh Allah.
Adapun diantara orang-orang yang tergolong generasi tabi’in lainnya yakni Umar
bin Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ali Zainal Abidin bin Al Husein, Muhammad bin Al
Hanafiyah, Hasan Al Bashri dan yang lainnya.
Rasulullah saw bersabda tentang keutamaan generasi tabiin:

َ ‫َخي َْر أ ُ َّمتِـي َقرْ نِي ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُو َن ُه ْم ُث َّم الَّذ‬
‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬

“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah


mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (Shahih Al-
Bukhari, no. 3650).

Berikut nama-nama generasi tabi,in:

Ahli Fikih Madinah

Said bin Musayyab, Urwah bin Zubair, Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al Harits, Al
Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar, Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin
Mas’ud, Sulaiman bin Yasar, Kharijah bin Zaid bin Tsabit Al Anshari.

Ahli Fikih Makkah

Sufyan bin Uyainah, Al Fudhail bin Iyadh, Amru bin Dinar, Mujahid bin Jabir,
Wuhaib bin Al Ward.

10
Ahli Fikih Kufah

Ibrahim An Nakha’i,Abu Abdurrahman As Sulami,Maimun bin Mihran,Alqamah bin


Qais, Nafs bin Ghiyats

Hakim-Hakim
Az Zuhri, Syuraih Al Qadhi, Muhammad bin Sirin, Atha’ bin Rabah, Raja’ bin
Haiwah, Asy Sya’bi

Tabiin Tokoh Zuhud

Ar Rabi’ bin Khutsaim, Amir bin Abdullah At Tamimi, Uwais bin Amir Al Qarani,
Harim bin Hayyan, Masruq bin Al Ajda’, Al Aswad bin Yazid, Abu Muslim Al
Khaulani, Hasan Al Bashri, Amir bin Syarahil.

Tabiin Ahli Pedang dan Pena

Sa’id bin Jubair, Umar bin Abdul Aziz, Rabi’atur Ra’yi, Salamah bin Dinar,
Muhammad bin Wasi’ Al Azdi, Thawus bin Kaisan, Shilah bin Asyyam Al Adawi,
Salim bin Abdullah bin Umar, Rafi’ bin Mihram.

Tabiin Ahli Qiraat

Nafi’ Al Madani, Abdullah bin Katsir, Abdullah bin Amir, Abu Amr bin Al ‘Ala’, Ashim
bin Abu An Najud, Hamzah bin Habib.

c. Tabi’ut Tabi’in
Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau setelah
mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan generasi
tabi’in. tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu
dari para tabi’in. Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah
Imam Malik bin Anas, Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits bin
Saad dan yang lainnya.
Merekalah generasi terbaik umat ini, maka selayaknya kita sebagai umat muslim
yang datang belakangan untuk mencontoh dan mengambil ilmu dari kitab-kitab
yang telah mereka tuliskan. Semoga kita bisa mengikuti para generasi terbaik umat
ini.

11
“Dari Abdullah bin Busr radliyallahu ‘anhu Rasulullah saw bersabda :
Keberuntungan bagi orang-orang yang melihatku, keberuntungan bagi orang yang
bertemu dengan orang yang melihatku. Bagi mereka keberuntungan dan tempat
kembali yang baik”.

Tokoh-tokoh Tabi’ut tabi’in

Malik bin Anas, Al-Auza’iy, Sufyan Ats-Tsauriy, Sufyan bin Uyainah Al-Hilaliy, Al-
Laits bin Saad, Abdullah bin Al-Mubaarok, Waki’, Asy Syafi’i, Abdurrahman bin
Mahdiy, Yahya bin Said Al-Qathan, Yahya bin Ma’in, Ali bin Al-Madiniy.

12
BAB 4

Pengertian & Jejak Salafussoleh (Referensi Al-Hadits)

a. Pengertian Salafussoleh

Dalam bahasa Arab, Salaf (Salaf aṣ-Ṣālih) adalah tiga generasi Muslim awal


yaitu para sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in. istilah salaf  dijadikan sebagai salah
satu manhaj (metode) dalam agama Islam, yang mengajarkan syariat Islam secara
murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan, yaitu Salafiyah. Seseorang yang
mengikuti tiga generasi tersebut disebut Salafy (as-Salafy).  Di dalam manhaj salaf
dikenal pendapat dari beberapa Mujtahid yang biasa disebut Madzhab,
seperti Imam Malik, Imam Hanafi, Imam Syafi'i, Imam Ahmad, dan lain-
lain.  Para salafy beranggapan bahwa, jika seseorang melakukan suatu ibadah
tanpa adanya ketetapan dari Allah dan rasul-Nya, bisa dikatakan sebagai
perbuatan bid'ah.

Salaf menurut bahasa adalah orang-orang terdahulu. Adapun yang dimaksud


dengan Salafush Shalih, dalam istilah ulama adalah orang-orang terdahulu yang
shalih, dari generasi sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, dari generasi tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan para ulama Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah setelah mereka. Salafush Shalih adalah generasi terbaik umat Islam
karena merupakan kewajiban bagi kita untuk mengikuti pemahaman mereka dalam
beragama. Sehingga berbagai macam bid’ah, perpecahan dan kesesatan dapat
dijauhi. Karena adanya berbagai macam bid’ah, perpecahan, dan kesesatan
tersebut, berawal dari menyelisihi pemahaman Salafush Shalih.

b. Dalil-dalil Al-Qur’an

Adapun dalil-dalil Al- Qur’an yang menunjukkan kewajiban mengikuti sahabat


dalam beragama, yaitu:
Allah berfirman dalam Al Qur’an yang artinya:

“Maka jika mereka beriman kepada semisal apa yang kamu telah beriman
kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling,
sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah

13
akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui." [Al Baqarah:137].

c. Dalil-dalil Sunnah

Adapun dalil-dalil As Sunnah, yaitu:

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (yaitu generasi sahabat), kemudian


orang-orang yang mengiringinya (yaitu generasi tabi’in), kemudian orang-orang
yang mengiringinya (yaitu generasi tabi’ut tabi’in).” [Hadits mutawatir, riwayat
Bukhari dan lainnya].

Syekh Jamaluddin Al Qasimi menuliskan dalam kitabnya Mauidzatul Mu’minin yang


artinya:

“Para salafus saleh selalu mementingkan ketakwaan, menghindari hal syubhaat


dan syahwat, meski demikian tak jarang saat sendiri mereka menangisi diri mereka
yang belum tentu diridhai Allah”.

d. Akhlak Salafus Shalih

Berikut beberapa akhlak Salafus Shalih :

d. Selalu mengajak pada yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar

Ahlus Sunnah mengajak pada yang ma’ruf (kebaikan) dan melarang dari
kemungkaran. Mereka meyakini bahwa baiknya umat Islam adalah dengan
tetap adanya ajaran amar ma’ruf yang barokah ini. Amar ma’ruf merupakan
bagian dari syariat Islam yang paling mulia. Amar ma’ruf inilah yang
merupakan sebab terjaganya jama’ah kaum muslimin. Amar ma’ruf adalah
suatu yang wajib sesuai kemampuan dan dilihat dari maslahat dalam
beramar ma’ruf. Mengenai keutamaan amar ma’ruf nahi mungkar.Allah swt
berfirman yang artinya:

14
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah.” (QS. Ali Imron: 110)

Nabi Saw juga bersabda yang artinya:

“Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mencegah


kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, hendaklah
mencegahnya dengan lisan. Jika tidak mampu juga, hendaklah ia
mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim
no. 49).

e. Mendahulukan sikap lemah lembut dalam berdakwah dan amar ma’ruf nahi
mungkar

Ahlus Sunnah wal Jama’ah berprinsip bahwa hendaknya lebih


mendahulukan sikap lemah lembut ketika amar ma’ruf nahi mungkar,
hendaklah pula berdakwah dengan sikap hikmah dan memberi nasehat
dengan cara yang baik. Allah swt berfirman yang artinya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah  dan pelajaran


yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An Nahl:
125)

f. Sabar ketika berdakwah

Ahlus Sunnah meyakini wajibnya bersabar dari kelakukan jahat manusia


ketika beramar ma’ruf nahi mungkar. Hal ini karena mengamalkan firman
Allah Ta’ala, yang artinya :

“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka)


dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).” (QS. Luqman: 17).

g. Tidak ingin kaum muslimin berselisih

15
Ahlus Sunnah ketika menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, mereka
punya satu prinsip yang selalu dipegang yaitu menjaga keutuhan jama’ah
kaum muslimin, menarik hati setiap orang, menyatukan kalimat (di atas
kebenaran), juga menghilangkan perpecahan dan perselisihan.

h. Memberi nasehat kepada setiap muslim karena agama adalah nasehat

Ahlus Sunnah wal Jama’ah pun punya prinsip untuk memberi nasehat
kepada setiap muslim serta saling tolong menolong terhadap sesama dalam
kebaikan dan takwa. Hal ini dikarenakan Nabi Saw bersabda yang artinya:

“Agama adalah nasehat. Kami berkata, “Kepada siapa?” Beliau menjawab,


“Kepada Allah, kepada kitab-Nya, kepada Rasul-Nya dan kepada pemimpin
kaum muslimin serta kaum muslimin secara umum.” (HR. Muslim no. 55)

16
BAB 5

Ajaran & Tuntutan Tentang Berbagi, Keadilan Serta Penegakkan Hukum


Dalam Islam

a. Tuntutan tentang Berbagi

Islampun mengajarkan kita untuk selalu berbagi, memberi, menolong, serta


membantu orang lain. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 177 yang
artinya:

“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi
kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang
dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba
sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang
menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan,
penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar,
dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”. (Q.S. 2:177)

Harta yang Allah SWT anugerahkan itu semua hanyalah titipan dari-Nya. Seperti
firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Hadiid:7 yang artinya:

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian


dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang
yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya
memperoleh pahala yang besar”. (Q.S. Al-Hadiid:7)

b. Wawasan Tentang Keadilan

Konsep keadilan melibatkan apa yang setimpal,setimbang,dan benar-benar


sepadan bagi tiap-tiap individu.Seluruh peristiwa terdapat maksud yang lebih besar
“Yang bekerja dibalik skenario” yang berkembang atas landasan spiritual untuk
kembali kepada Tuhan.Terdapat keadilan yang menyeluruh bagi semua. Sistem
keadilan yang dibuat manusia tidak ada yang dapat memberi keadilan semacam
itu.

17
Dalam islam,keadilan merupakan salah satu asas yang harus dijunjung. Allah
sendiri mempunyai sifat Maha Adil atau (Al-‘Adlu) yang harus dicontoh oleh hamba-
Nya. Kebanyakan manusia menjadikan keadilan sosial sebuah cita-cita
luhur,bahkan negara mencantumkan secara tegas tujuan berdirinya negara adalah
untuk menegakkan keadilan. Banyak ditemukan perintah untuk menegakkan
keadilan karena Islam menghendaki agar setiap orang menikmati hak-haknya
sebagai manusia dengan memperoleh pemenuhan kebutuhan dasarnya yaitu
terjaminnya keselamatan agamanya.

Keadilan memiliki makna umum dan mempunyai makna khusus,meliputui keadilan


dalam bermuamalah,hukum,dalam keuangan dan dalam HAM.

Tiap-tiap sesuatu yang melukai rasa keadilan terhadap sebagian masyarakat,


maka bisa merusak kestabilan secara keseluruhan. Menegakkan keadilan di
tengah-tengah masyarakat dan bangsa diawali dengan kedaulatan hukum yang
ditegakkan. Semua anggota masyarakat berkedudukan sama di hadapan hukum.
Jadi di hadapan hukum semuanya sama, mulai dari masyarakat yang paling lemah
sampai pimpinan tertinggi dalam Negara.

Firman Allah SWT. Dalam( Q.S. 5:8) yang artinya:

“Dan janganlah rasa benci kamu kepada suatu golongan menyebabkan kamu tidak
berlaku adil. Berlaku adilah, karena itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah
kepada Allah karena sesungguhnya Allah amat mengetahui apa yang kamu
kerjakan”(QS.5:8).

Allah SWT memerintahkan kita untuk menegakkan keadilan seperti termaktub


dalam firman-Nya. “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang melakukan
perbuatan keji, kemunkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS An Nahl:90).

Dengan demikian, keadilan haruslah berdasarkan kebenaran, keseimbangan,


perlakuan sama, serta sikap tengah dan tidak memihak. Keadilan tidak bisa
ditegakkan apabila mengabaikan kebenaran. Demikian juga sebaliknya,
mengabaikan kebenaran sama dengan mengorbankan keadilan.

18
c. Alternatif penegakkan hukum dalam Islam

Agama dan moral (aqidah dan akhlaq) tidak dapat terpisah dalam pengamalan
hukum, karena agama tanpa moral tidak dapat dilaksanakan dengan baik,
sebaliknya moral tanpa agama tidak akan dapat terkendali. Dengan kata lain,
perlunya keseimbangan antara zikir, fikir dan amaliyah. Sebab dengan agama akan
terbentuk kualitas moral (moral intelligent) seseorang seperti sabar, jujur, adil,
berani, bertanggung jawab, ikhlas. Selanjutnya melalui moral tersebut mendorong
seseorang untuk melaksanakan perintah Allah SWT, secara baik dan benar
sebagai pengabdian kepada-Nya, karena dengan demikianlah seseorang dapat
mengendalikan diri dari segala pengaruh kehidupan materialistik, yang mendorong
untuk melakukan pelanggaran hukum. Karena itu, melalui pendekatan agama dan
moral seseorang dapat memotivasi dirinya untuk menjauhi segala perbuatan yang
bertentangan dengan ajaran agama seperti korupsi, kolusi, nepotisme, membunuh,
memberontak, minum-minuman keras dan merusak lingkungan.

Dalam Al-Qur’an Tuhan meletakkan dasar-dasar penegakkan hukum,


sebagaimana ditegaskan dalam beberapa firman-Nya seperti surah An-Nisa ayat
58 yang artinya:

“Sesungguhnya Allah menyuruhmu meyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan bila menetepkan keputusan hukum antara manusia hendaklah
kamu tetapkan dengan adil. Dengan itu Allah telah memberikan pengajaran
dengan sebaik-baiknya kepadamu tentang pelaksanaan amanat dan keadilah
hukum. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.

19
DAFTAR PUSTAKA

Al-baqarah ayat 177.diakses pada 24 oktober


2020.https://kalam.sindonews.com/ayat/177/2/al-baqarah-ayat-177

Di akses pada 22 oktober 2020.http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/al-


fikra/article/download/5336/3169

Di akses pada 24 oktober 2020.https://www.core.ac.uk

Diakses pada 22 oktober 2020.https://umma.id/article/share/id/1002/272772

Diakses pada 24 oktober 2020.https://jurnalfai-


uikabogor.org/index.php/mizan/article/download/122/38

Filsafat ketuhanan.diakses pada 21 oktober


2020.https://alifanotes.blogspot.co.id/2015/07/filsafat-ketuhanan.html

Inilah generasi terbaik dalam sejarah islam.diakses pada 23 oktober


2020.https://muslim.or.id/2406-inilah-generasi-terbaik-dalam-sejarah.html

Jangan lupa untuk saling berbagi.diakses pada 24 oktober


2020.https://rumaysho.com/1020-jangan-lupa-untuk-saling-berbagi.html

Keadilan dalam perspektif islam.diakses pada 24 oktober


2020.https://www.researchgate.net/publication/331705690_KEADILAN_DALAM_P
ERSPEKTIF_ISLAM

Kembali kefitrah keadilan dalam perspektif islam dan kebangsaan.diakses pada 24


oktober 2020.https://m.mediaindonesia.com/read/detail/166818-kembali-ke-fitrah-
keadilan-dalam-perspektif-islam-dan-kebangsaan

iv
Kewajiban mengikuti pemahaman salafush shalih.diakses pada 24 oktober
2020.https://almanhaj.or.id/3013-kewajiban-mengikuti-pemahaman-salafush-
shalih.html

Materi kuliah.diakses pada 21 oktober


2020.https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03

Mengenal tabiin dan tabiut tabiin.diakses pada 23 oktober


2020.https://kumparan.com/hijab-lifestyle/mengenal-tabiin-dan-tabiut-tabiin-
1540298896607695377

Nama tabi’in. diakses pada 23 oktober 2020.https://bersamadakwah.net/nama-


tabiin/

Salaf 3 generasi awal terbaik umat islam.diakses pada 22 oktober


2020.https://inilah.com/mozaik/2412436/salaf-3-generasi-awal-terbaik-umat-islam

Salaf.diakses pada 24 oktober 2020. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Salaf

Tiga generasi terbaik umat manusia diakses pada 23 oktober


2020.https://qurandansunnah.wordpress.com/2009/07/29/tiga-generasi-terbaik-
umat-manusia/

Tugas makalah konsep ketuhanan dalam.diakses pada 21 oktober 2020.http://kita-


mahasiswa.blogspot.com/2016/05/tugas-makalah-konsep-ketuhanan-dalam.html?
m=1

LAMPIRAN

v
vi

Anda mungkin juga menyukai