Anda di halaman 1dari 3

NARASI

Lahan merupakan sumberdaya alam yang hampir tidak terbaharui dan jumlahnya terbatas.
Padahal jumlah manusia yang ingin menggunakan lahan terus menerus bertambah (Widiatmaka,
2007). Sejalan dengan pertambahan penduduk maka terjadi perubahan penutupan lahan.
Perubahan penutupan lahan terjadi karena manusia yang mengubah lahan pada waktu yang
berbeda (Lillesand dan Kiefer, 1993 dalam Khalil 2009).

Seringkali terjadi perebutan lahan untuk kepentingan konservasi dan kepentingan


masyarakat, pertambahan penduduk yang kurang terkontrol mengakibatkan kurangnya
kebutuhan lahan untuk pemukiman, fasilitas sosial, kebun, ladang dan sebagainya, sehingga
masalah perubahan kesesuaian lahan ini perlu mendapat perhatian khusus. Perubahan fungsi
lahan yang terjadi secara terus menerus itu dapat kita amati pada peta kesesuaian ruang dan peta
keterlajutan ruang.

Salah satu solusi yang dapat dilakukan dengan melakukan pembangunan berkelanjutan
yaitu melakukan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan
kebutuhan untuk generasi di masa mendatang dengan menitikberatkan pada daya dukung
lingkungan, pencapaian keadilan sosial, berkelanjutan ekonomi dan lingkungan.

Konsep pembangunan berkelanjutan dirumuskan untuk mencegah atau mengurangi


dampak pemekaran kota yang tidak terstruktur (urban sprawl) sehingga kota menjadi tidak
efisien dan efektif dalam melayani kehidupan di dalamnya.

Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga pilar utama yang saling berkesinambungan,


diantaranya:

1. Pertumbuhan ekonomi, yakni menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil dengan


merestrukturisasi sistem produktif untuk menghemat sumber daya dan energi.

2. Keberlanjutan sosial, yakni menjamin keadilan sosial dalam distribusi kekayaan dan
pelayanan sosial.

3. Keberlanjutan lingkungan, yakni dengan menjaga lingkungan tempat tinggal agar


nyaman dan aman melalui zero emission.
Hal inilah yang mendasari dalam peta indikatif keterlanjutan ruang dan kesesuaian ruang
saya mengambil kepetusan serta dengan pertimbangan Peraturan Pemerintah Daerah setempat.

Peta keterlanjutan ruang menjelaskan bahwa lahan yang


tidak terbangun memiliki luas 15,17 ha dimana terdiri dari
lahan kosong dan hutan kota. Kawasan yang sudah sesuai
dengan peraturan pemerintah maupun dari kemiringan
lerengnya untuk dilakukan pembangunan memiliki luas 7,26
ha dimana terdiri dari gedung olahraga, fasilitas olahraga,
parkiran serta pemukiman. Kawasan yang tidak sesuai seluas
2,99 ha dimana terdiri dari kawasan pemukiman, hal yang
mendasari kawasan tersebut tidak sesuai yaitu Peraturan
Pemerintah BAB 2 Pasal 5 ayat 1 (Garis pondasi pagar terluar
yang berbatasan dengan jalan ditentukan berhimpit dengan batas terluar bahu jalan bibir
selokan), Pasal 6 ayat 1 (Garis pondasi teras terluar, yang sejajar dengan arah jalan disekelilingi
bangunan adalah separuh lebar bahu jalan dikurangi sebanyak banyaknya 2 meter dan tidak
melewati garis pondasi pagar terluar), dan Pasal 8 ayat 1 (Garis konstruksi terluar atau
:oversteck”yang berderet sejajar dengan arah jalan disekeliling bangunan adalah separuh
ketentuan sempadan garis pondasi bangunan bangunan terluar bersangkutan) dan ayat 2 (Garis
konstruksi terluar suatu “oversteck” yangh mengarah ketetangga tidak dibenarkan melewati batas
pekarangan yang berbatasan dengan tetangga).

Dari data diatas kita dapat mengetahuai bahwa lahan tidak terbangun menempati 60% dari
total keseluruhan. Lahan yang sudah sesuai menempati 20% dari total keseluruhan lahan. Dan
lahan yang tidak sesuai menempati 12% dari total keseluruhan lahan. Dari hasil presentase ini
kita dapat mengetahui masih ada lahan sebesar 12% yang harus dilakukan penataan ruang
kembali oleh pemerintah terkait guna tercapainya pembangunan berkelanjutanyang sesuai
dengan Peraturan Pemerintah serta Undang-Undang Dasar dan tujuan utama pembangunan
berkelanjutan.
Peta kesesuaian ruang menjelaskan bahwa area yang
dipertahankan memiliki luas 16,42 ha dimana terdiri dari
banguan serta fasilitas olahraga, beberapa perumahan dan
hutan kota. Kawasan rencana area taman kota memiliki
luas 2,18 ha yang sebelumnya merupakan lahan kosong
yang berada di sekitar hutan kota. Kawasan rencana area
olahraga memiliki luas 2,05 ha yang merupakan lahan
kosong berada di area kawasan fasilitas olahraga unhas.
Kawasan perlu dilakukan perencanaan ulang memiliki
luas 2,99 ha yang merupakan perumahan masyarakat.
Rencana pemeliharaan jalan memiliki luas 1,79 ha.

Dari hasil beberapa pertimbangan sehingga alasan


perlunya penataan ualng perumahan dikarenakan tidak sesuai Peraturan Pemerintah Daerah
Makassar BAB 2 Pasal 5 ayat 1, Pasal 6 ayat 1 serta Pasal 8 ayat 1 & 2. Dimana jarak antara
rumah dengan jalan tidak sesuai peraturan dan jarak antar rumah terlalu mepet sehingga tidak
mengindahkan system drainase (saluran air) sehingga pada saat hujan akan mengakibatkan
banjir.

Serta alasan hutan kota tidak dilakukan perubahan karena sesuai UU Nomor 5 1990 pasal
33 ayat 1 (Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan
terhadap keutuhan zona inti taman hutan raya, taman nasional dan taman wisata alam), ayat 3
(Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan
dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam). Sehingga dari
alasan inilah yang membuat tidak dilakukan pembangunan di daerah tersebut.

Dari data diatas kita dapat mengetahuai bahwa area yang dipertahankan menempati 65%
dari total keseluruhan. Rencana area taman kota menempati 9% dari total keseluruhan lahan.
Rencana area olahraga menempati 8% dari total keseluruhan lahan. Penataan kembali ruang
menempati 12% dari total keseluruhan lahan. Rencana pemeliaraan kota menempati 1% dari
total keseluruhan lahan. Dari hasil presentase ini kita dapat mengetahui bahwa sebelum
melakukan pembangunan kita harus memperhatikan beberapa aspek diantaranya Peraturan
Pemerintah serta Undang-Undang Dasar sehingga tercapai pembangunan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai