636 1104 1 SM PDF
636 1104 1 SM PDF
Depison1
1
Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi
ABSTRACT This study aimed to find out Bali Brahman, Bali vs PO and Bali vs Bali, tested with
calf performance hybrid with some of the males in t tests. The results of the analysis of different tests
Batanghari District Jambi Province. Variable of on average (t-test) show that body weight and
this research is the body Weight (age 205 days), weight Age 1 year SimBal Real Different (P
weight age one year (365 days) and body size. <0.05) compared with LimBal, BrahBal, PoBal
The method used in this study was to reveal the and BalBal. Based on the results and discussion
census data on all the posts that do IB Bali cattle can be concluded that, Bali cow crosses
crossing with Simmenthal, Limousin, Brahman, simmenthal produce offspring with a better than
PO and Bali vs bali. Comparison of body weight cow crosed Bali with Limousin, Brahman, and PO
and one year old weight between the offspring viewed from of body weight, weight of one year
Bali vs Simmenthal, Bali vs Limousin, Bali vs of age and body size.
Performans Anak Hasil Persilangan Induk Sapi Bali dengan Beberapa bangsa Pejantan di Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi (Ir. Depison, M.P)
38
Tabel 1. Rataan Bobot Sapih Anak Sapi Bali Hasil Tabel 2. menunjukkan bahwa secara
Persilangan dengan Beberapa bangsa berurutan bobot umur satu tahun (365 hari)
Pejantan. anak sapi Bali hasil persilangan dengan
Bangsa Pejantan Induk Bobot Sapih (kg)
Simmenthal Bali 131.61 ± 27.78a
beberapa bangsa pejantan setelah distandarisasi
Limousin Bali 128.75 ± 7.97b dengan koreksi umur induk dan jenis kelamin
Brahman Bali 115.90 ± 8.44c secara berurutan dari yang terbesar ke yang
PO Bali 111.66 ± 7.83d
Bali Bali 108.61 ± 20.60e terkecil adalah SimBal > LimBal > BrahBal>
PoBa > BalBal.
Tabel 1. menunjukkan bahwa secara Hasil analisis uji beda rata-rata
berurutan bobot sapih anak sapi Bali hasil menunjukan bahwa Bobot Sapih SimBal
persilangan dengan beberapa bangsa pejantan berbeda nyata (P< 0,05) dengan Bobot Sapih
setelah distandarisasi dengan koreksi umur LimBal, BrahBal, PoBal dan BalBal. Artinya
induk dan jenis kelamin secara berurutan dari bobot badan turunan hasil persilangan lebih
yang terbesar ke yang terkecil adalah baik dibandingkan perkawinan dalam satu
Simmenthal X Bali (SimBal) > Limousin X bangsa Hal ini sesuai dengan pernyataan
Bali (LimBal) > Brahman X Bali (BrahBal) > Depison dan Sumarsono (2001). Bobot Badan
PO X Bali (PoBal > Perkawinan Bali x Bali dan Pertambahan bobot badan hasil
(BalBal). Hasil analisis uji beda rata-rata persilangan pejantan simmental dengan Bali
menunjukan bahwa Bobot Sapih SimBal lebih baik dibandingkan pejantan Brahman,
berbeda nyata (P< 0,05) dengan Bobot Sapih Limousin dan Bali. Selanjutnya Sitorus et al.
LimBal, BrahBal, PoBal dan BalBal. Artinya (1995) bahwa persilangan sapi Bali dengan
bobot sapih SimBal lebih baik dibandingakan bangsa lain khususnya yang berasal dari daerah
hasil persilangan lainnya. Hal ini sesuai dengan sub tropik memiliki bobot badan yang lebih
Hadi dan Ilham (2000) yang menyatakan baik. Jadi dapat dinyatakan persilangan sapi
bahwa peranakan Simmental memiliki Simmental, Ongole, Brahman dan Limousin
Pertambahan bobot badan yang tinggi, tingkat dengan induk sapi Bali dapat meningkatkan
konversi pakan dan karkas yang lebih tinggi mutu genetik turunannya dan turunan terbaik
dan komponen tulang lebih rendah. Artinya adalah hasil perkawinan pejantan Simmental
Adanya perbedaan bobot sapih dari hasil dan Induk Bali.
persilangan ini diduga karena adanya pengaruh Hasil analisis bobot umur 1 tahun
genetik dari pejantan dan berat badan bangsa PoBal berbeda tidak nyata (P > 0,05) dengan
penyilang. Menurut Becker (1985) bahwa berat BalBal. Kondisi ini menunjukkan bahwa
sapih dipengaruhi genetik dan lingkungan. Jadi BalBal mempunyai kemampuan kemampuan
besar kecilnya berat sapih seekor ternak sangat beradaptasi untuk bertumbuh menyamai
dipengaruhi oleh faktor genetik dan pertumbuhan PoBal. Hal ini sesuai denga
lingkungan. peryataan Purwanti dan Harry (2006), bahwa
sapi Bali merupakan salah satu ternak yang
Bobot Umur Satu Tahun memiliki kemampuan adaptasi yang cukup
Berat satu tahun adalah berat pedet baik serta memiliki produktivitas tinggi.
yang diukur pada saat umur 365 hari. Rataan Rataan hasil penelitian ini baik pada
Berat umur satu tahun hasil persilangan induk umur 205 hari (bobot Sapih) maupun pada
sapi Bali dengan beberapa bangsa pejantan dan umur 365 Hari (bobot Umur satu Tahun) lebih
perkawinan sesama Bali disajikan pada Tabel baik dibandingkan hasil penelitian Kadarsih
2. (2004) yang menyatakan bahwa bobot badan
Tabel 2. Rataan Berat Umur Satu Tahun Anak Sapi sapi Bali pada dataran tinggi lebih baik
Bali Hasil Persilangan dengan Beberapa dibandingkan dataran rendah dan dataran
bangsa Pejantan. berbukit yaitu 97,94 ± 10,68 bobot sapi jantan
Bangsa Pejantan Induk Bobot Satu Tahun (kg) dan 126,11 ± 17,57 umur 365 hari pada jantan.
Simmenthal Bali 179.21 ± 26.66a Artinya ini mencerminkan bahwa hasil
Limousin Bali 176.80 ± 29.27b
Brahman Bali 157.60 ± 16.90c persilangan induk sapi Bali dengan bangsa
PO Bali 148.25 ± 22.12d pejantan lain didaerah ini realatif baik.
Bali Bali 147.26 ±19.87d
Performans Anak Hasil Persilangan Induk Sapi Bali dengan Beberapa bangsa Pejantan di Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi (Ir. Depison, M.P)
40
Makalah dipresentasikan dalam Siegel, S., 1994. Statistik Non Parametrik
Pertemuan Teknis Penyediaan Bibit untuk Ilmu-Ilmu Sosial. PT. Gramedia
Nasional dan Revitalisasi UPT T.A. Pustaka Utama, Jakarta.
2000. Direktorat Perbibitan, Direktorat Sitorus, P., Subandriyo, Prasetyo, L.H.,
Jenderal Bina Produksi Peternakan, Rachmawati, S., Tambing, S.N.,
Jakarta, 11−12 Juli 2000. 22 hlm. Gunawan, A. dan Setiadi, B., 1995.
Hardjosubroto, W., 1994. Aplikasi Pengaruh Penyebaran Berbagai Jenis
Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Sapi Bibit melalui Inseminasi Buatan
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana terhadap Penyebaran dan
Indonesia. Pengembangan Ternak Sapi di
Handiwirawan, E., Setiawan, E.D., Mathius, Kawasan Timur Indonesia. Bogor:
I.W., Santoso, dan Sudibyo, A., 1998. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Ukuran tubuh anak sapi bali dan Peternakan.
persilangannya di Nusa Tenggara Steel, R.G.D. dan Torrie, J.H., 1993. Prinsip
Barat. Prosiding Seminar Nasional Dan Prosedur Statistika. Suatu
Kadarsih, N., 2004. Performans sapi Bali Pendekatan Biometrik. Gramedia
berdasarkan ketinggian tempat di Pustaka Utama, Jakarta.
daerah transmigrasi Bengkulu. Jurnal Subandriyo dan Anggraini, A., 1996.
Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Vol 5 Pendekatan Konser-vasi In-Situ Aktif
No. 1. Hal. 50-56. Sumber-daya Genetik Ternak Rumi-
nansia. Balai Penelitian Ter-nak
Lana. K., Artika dan Nitis, I.M., 1983. Bogor. Diskusi Panel Konservasi
Pengaruh Konsetrat Terhadap Dimensi Pelestarian In-Situ Palsma Nutfah
Tubuh Seta Korelasinya dengan Ebrat Ternak Ruminansia, Bogor.
Badan Sapi Bali Jantan Kebiri yang Thalib, C., Entwistle, K., Siregar, A.
Dibandingkan. Procceding Pertemuan Budiarti-Turner, S. and Lindsay, D.,
Ilmi-ah Ruminasia Besar P4 dan B3 2003. Survey of population and
Departemen Pertanian Bogor. production dynamics of Bali cattle and
Ludy K., Kristianto dan Nappu, M. B., 2004. existing breeding programs in
Prospek pengembangan sapi potong Indonesia. In. K. Entwistle and D.R.
melalui pola penggembalaan kolektif Lindsay (Eds.). Strategies to Improve
dalam upaya swasembada daging sapi Bali Cattle in Eastern Indonesia.
di kalimantan timur. Lokakarya ACIAR Proc. No. 10: 3-9.
Nasional Sapi Potong. Balai Pengkajian Wijono, D. B., Hartatik dan Mariyono, 2006.
Teknologi Pertanian Kalimantan Korelasi bobot sapih terhadap bobot
Timur. lahir dan bobot hidup 365 pada sapi
Mikema, D., 1987. Dasar Genetik dalam peranakan Ongole. Seminar Nasional
Pembudidayaan Ternak. Jakarta: Teknologi Peternakan dan Vetreriner.
Bharata Karya Aksara.
Purwanti, M. dan Harry. 2006. Upaya
pemuliaan dan pelestarian sapi Bali di
provinsi Bali. Jurnal Penyuluhan
Pertanian Vol. 1 No. 1. Hal 34 – 41.
Sariubang, M., Pasambe, D. dan Chalidjah.
1998. Pengaruh kawin silang terhadap
performans hasil turunan pertama (F1)
pada sapi Bali di Sulawesi Selatan.
Prosiding Seminar Nasional
Peternakan dan Veteriner. Bogor, 1-2
Desember 1998.