Anda di halaman 1dari 12

A.

Latar Belakang

Dasar Negara adalah pondasi yang kokoh dan kuat serta bersumber dari
pandangan hidup atau falsafah (cerminan dari peradaban, kebudayaan, keluhuran
budi dan kepribadian yang tumbuh dalam sejarah perkembangan Indonesia) yang
diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dasar Negara adalah landasan kehidupan bernegara. Setiap negara harus


mempunyai landasan dalam melaksanakan kehidupan bernegaranya. Dasar negara
bagi suatu negara merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.
Negara kita, Indonesia memiliki dasar negara yang dinamakan pancasila.

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara
bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule
(Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang
berlangsung dalam beberapa tahap tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya
Pancasila.
Apabila mengkaji pancasila lebih dalam, maka ditemukanlah beberapa aspek
positif dari zaman prasejarah khususnya zaman kerajaan hindu-budha di Indonesia.
Selain itu, sebelum terbentuk menjadi suatu dasar negara yang sah dan disepakati
oleh seluruh rakyat Indonesia, pancasila melalui proses yang panjang dalam
perumusannya. Oleh karena itu, sangatlah wajib bagi seluruh rakyat Indonesia
terutama bagi generasi muda untuk mengetahui seluk beluk perumusan pancasila
beserta nilai-nilai positif zaman prasejarah yang dipakai untuk perumusan pancasila.

B. Rumusan Masalah:
1. Bagaimana proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara?
2. Bagaimana nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sejak zaman
prasejarah?

C. Tujuan :

Tujuan dari dibuatnya makalah ini antara lain :

1. Mengetahui proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara Republik


Indonesia.
2. Mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sejak zaman
prasejarah.

D. Batasan :

Berdasarkan rumusan-rumusan masalah tersebut, hal yang menjadi prioritas


utama masalah adalah perumusan Pancasila sebagai dasar negara Republik
Indonesia, dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sejak zaman prasejarah.

E. Pembahasan

Sejarah Singkat Terbentuknya Pancasila


Sebelum tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia belum merdeka. Bangsa Indonesia
dijajah oleh bangsa lain. Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau berkuasa di
Indonesia, misalnya bangsa Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Paling lama
menjajah adalah bangsa Belanda. Padahal sebelum kedatangan penjajah bangsa
asing tersebut, di wilayah negara RI terdapat kerajaan-kerajaan besar yang
merdeka, misalnya Sriwijaya, Majapahit, Demak, Mataram, Ternate, dan Tidore.
Terhadap penjajahan tersebut, bangsa Indonesia selalu melakukan perlawanan
dalam bentuk perjuangan bersenjata maupun politik. Perjuangan bersenjata bangsa
Indonesia dalam mengusir penjajah, dalam hal ini Belanda, sampai dengan tahun
1908 boleh dikatakan selalu mengalami kegagalan.

Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret. Sejak saat
itu Indonesia diduduki oleh bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama
menduduki Indonesia. Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah dalam melawan
tentara Sekutu. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu
Jepang dalam melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di
kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7
September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April
1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia,
yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan
(Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura)
Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah
menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada
pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.

Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang
pertama pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang
dibicarakan khusus mengenai calon dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti.
Pada sidang pertama itu, banyak anggota yang berbicara, dua di antaranya adalah
Muhammad Yamin dan Bung Karno, yang masing-masing mengusulkan calon dasar
negara untuk Indonesia merdeka.
Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai dasar negara secara lisan yang
terdiri atas lima hal, yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Selain itu Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga terdiri
atas lima hal, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945.

Prof.Dr. Supomo pada tanggal 31 Mei 1945 terdapat pokok-pokok pikiran  yang
tidak banyak berbeda seperti berikut :
a. Negara Indonesia Merdeka hendaknya merupakan negara nasional  yang bersatu
dalam arti totaliter atau integralistik.
b. Setiap warganya dianjurkan agar takluk kepada tuhan, tetapi urusan agama
hendaknya terpisah dari urusan negara dan diserahkan kepada golongan-golongan
agama yang bersangkutan.
c. Dalam susunan pemerintahan negara harus dibentuk suatu Badan
Permusyawaratan, agar pemimpin negara dapat bersatu jiwa dengan wakil-wakil
rakyat secara terus-menerus.
d. Sistem ekonomi Indonesia hendaknya diatur berdasarkan asas kekeluargaan,
system tolong-menolong dan system kooperasi.
e. Negara Indonesia yang berdasar atas semangat kebudayaan Indonesia  yang asli,
dengan sendirinya akan bersifat negara Asia Timur Raya.

Prof. Supomo dengan tegas menolak aliran individualisme dan liberalisme maupun
teori kelas ajaran Marx, dan Lenin, sebagai dasar Indonesia Merdeka, dan
menandaskan bahwa politik pembangunan negara harus disesuaikan dengan
susunan masyarakat Indonesia. Maka negara kita harus berdasar atas aliran pikiran
(staaside) negara yang integralistik, negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya,
yang mengatasi seluruh golongan-golongannya dalam lapangan apapun. Dalam
pengertian ini menurut teori ini yang sesuai dengan semangat Indonesia yang asli,
negara tidak lain ialah seluruh rakyat Indonesia sebgai persatuan yang teratur dan
tersusun.

Kemudian pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno mengajukan usul mengenai calon
dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu:
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan
Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila.

Lebih lanjut Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas
menjadi Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan
Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu
Gotong Royong.

Istilah “sila” itu sendiri dapat diartikan sebagai aturan yang melatarbelakangi
perilaku seseorang atau bangsa;kelakuan atau perbuatan yang menurut adab (sopan
santun); dasar adab, akhlak, dan moral. Pancasila sebagai dasar negara pertama kali
diusulkan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni  1945 dihadapan sidang Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Menurut
beliau, istilah Pancasila tersebut diperoleh dari para sahabatnya yang merupakan
ahli bahasa.

Rumusan Pancasila yang dikemukakan tersebut berdiri atas :


Kebangsaan Indonesia
Internasional atau kemanusiaan
Mufakat atau demokrasi
Kesejahteraan sosial
Ketuhanan yang berkemanusiaan
Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat
untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul
yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI.
Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat
sampai dengan tanggal 20 Juni 1945.

Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh. Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis
7. R. Otto Iskandar Dinata
8. Drs. Muh. Hatta

Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan
para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain
disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar
Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Muh. Hatta
3. Mr. A.A. Maramis
4. K.H. Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkir
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. H. Agus Salim
8. Mr. Ahmad Subardjo
9. Mr. Muh. Yamin

Tokoh-tokoh BPUPKI yang diberi nama Panitia Sembilan mengadakan pertemuan


untuk membahas pidato serta usulan-usulan mengenai dasar negara yang telah
dikemukakan dalam sidang- sidang  BPUPKI. Panitia Kecil yang beranggotakan
sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan sidang dan berhasil
merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan
sebutan “Piagam Jakarta”.

Dalam pembahasan tersebut didalamnya terdapat rumusan dan sistematika


Pancasila sebagai berikut :
1.      Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
2.      Kemanusiaan yang adil dan beradap
3.      Persatuan Indonesia
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Tentang Piagam Jakarta ini Sukarno sebagai ketua Panitia Sembilan mengatakan,
bahwa “Ketuhanan dengan menjalankan syari’at Islam bagi para pemeluk-
pemeluknya” merupakan jalan tengah yang diambil akibat perbedaan pendapat
antara golongan Islam dan kebangsaan.

Sebenarnya banyak muncul keberatan terhadap Piagam Jakarta ini. Sebagai contoh,
keberatan yang disampaikan oleh Latuharhary yang didukung oleh Wongsonegoro
dan Husein Joyodiningrat dalam sidang panitia perancang UUD tanggal 11 Juli 1945.
Keberatan yang sama juga diajukan oleh Ki Bagus Hadikusumo dalam sidang ketua
BPUPKI tanggal 14 Juli 1945.

Tanggal 18 Agustus ini merupakan perjalanan sejarah paling menentukan bagi


rumusan Pancasila. Hari itu akan disyahkan Undang-Undang Dasar untuk negara
Indonesia merdeka. Sementara rumusan Pancasila menjadi bagian dari preambul
(pembukaan) Undang-Undang Dasar negara tersebut. Namun demikian sehari
sebelum tanggal ini ada peristiwa penting.

Peristiwa penting yang dimaksud adalah seperti ini. Sore hari setelah kemerdekaan
Negara Indonesia diproklamirkan, Moh. Hatta menerima Nisyijima (pembantu
Laksamana Mayda/Angkatan Laut Jepang) yang memberitahukan bahwa ada pesan
berkaitan dengan Indonesia merdeka.

Pesan tersebut, kaitannya berasal dari wakil-wakil Indonesia bagian Timur di bawah
penguasaan Angkatan Laut Jepang. Isi pesannya menyatakan bahwa wakil-wakil
Protestan dan Katolik dari daerah-daerah yang dikuasai Angkatan Laut Jepang
keberatan dengan rumusan sila pertama (Piagam Jakarta) : .”Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”

Bagaimana dengan sikap Moh. Hatta saat itu? Ketika itu Hatta menyadari bahwa
penolakan terhadap pesan tersebut akan mengakibatkan pecahnya negara Indonesia
Merdeka yang baru saja dicapai. Jika hal itu terjadi tidak menutup kemungkinan
daerah (Indonesia) luar Jawa akan kembali dikuasai oleh kaum Kolonial Belanda.
Oleh karena itu, Hatta mengatakan kepada opsir pembawa pesan tersebut, bahwa
pesan penting itu akan disampaikan dalam sidang PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) esok hari (tanggal 18 Agustus 1945).

Keesokan harinya, sebelum sidang BPUPKI dimulai, Hatta mengajak Ki Bagus


Hadikusumo, Wakhid Hasyim, Kasman Singodimejo, dan Teuku Hasan untuk rapat
pendahuluan. Mereka membicarakan pesan penting tentang keberatan terhadap
rumusan Pancasila Piagam Jakarta. Hasilnya, mereka sepakat agar Indonesia tidak
pecah, maka sila pertama (dalam rumusan Piagam Jakarta) diubah menjadi
“Ketuhanan Yang Maha Esa”.
1. Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Pra Sejarah
Ahli geologi menyatakan bahwa kepulauan Indonesia terjadi dalam pertengahan jaman
tersier kira-kira 60 juta tahun yang silam. Baru pada jaman quarter yang dimulai sekitar
600.000 tahun yang silam Indonesia didiami oleh manusia, dan berdasarkan hasil
penemuan fosil Meganthropus Paleo Javanicus, Pithecanthropus Erectus, Homo
Soloensis, Homo Wajakensis, serta Homo Mojokertensis.

Berdasarkan artefak yang ditinggalkan, mereka mengalami hidup tiga jaman yaitu :

1. Paleolitikum
2. Mesolitikum
3. Neolithicum 
Inti dari kehidupan bangsa Indonesia pada masaPra Sejarah hakekatnya adalah nilai-
nilai Pancasila itu sendiri, yaitu :

1. Nilai Religi
Adanya kerangka mayat pada Paleolitikum menggambarkan  adanya penguburan,
terutama Wajakensis dan mungkin Pithecanthropus Erectus, serta dalam menghadapi
tantangan alam tenaga gaib sangat tampak. Selain itu ditemukan alat-alat baik dari batu
maupun perunggu yang digunakan untuk aktifitas religi seprti upacara mendatangkan
hujan, dll. Adanya keyakinan terhadap pemujaan roh leluhur juga dan penempatan
menhir di tempat-tempat yang tinggi yang dianggap sebagai tempat roh leluhur, tempat
yang penuh keajaiban dan slelebagai batas antara dunia manusia dan roh leluhur.

Jelas bahwa masa Pra Sejarah sudah mengenal nilai-nilai kehidupan religi dalam makna
animism dan dinamisme sebagai wujud dari religious behavior.

2. Nilai Peri Kemanusiaan


Nilai ini tampak dalam perilaku kehidupan saaat itu misalnya penghargaan terhadap
hakekat kemanusiaan yang ditandai dengan penghargaan yang tinggi terhadap manusia
meskipun sudah meninggal. Hal ini menggambarkan perilaku berbuat baik terhadap
sesama manusia, yang pada hakekatnya merupakan wujud kesadaran akan nilai
kemanusiaan. Mereka tidak hidup terbatasdi wilayahnya, sudah mengenal sistem barter
antara kelompok pedalaman dengan pantai dan persebaran kapak. Selain itu mereka
juga menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa lain.
3. Nilai Kesatuan
Adanya kesamaan bahasa Indonesia sebagai rumpun bahasa Austronesia, sehingga
muncul kesamaan dalam kosa kata dan kebudayaan. Hal ini sesuai dengan teori
perbandingan bahasa menurut H.Kern dan benda- benda kebudayaan Pra Sejarah Von
Heine Gildern. Kecakapan berlayar karena menguasai pengetahuan tentang laut, musim,
perahu, dan astronomi, menyebabkan adanya kesamaan karakteristik kebudayaan
Indonesia. Oleh karena itu tidak mengherankan jika lautan juga merupakan tempat
tinggal selain daratan. Itulah sebabnya mereka menyebut negerinya dengan istilah
Tanah Air.

4. Nilai Musyawarah
Kehidupan bercocok tanam dilakukan secara bersama-sama. Mereka sudah memiliki
aturan untuk kepentingan bercocok tanam, sehingga memungkinkan tumbuh
kembangnya adat sosial.

Kehidupan mereka berkelompok dalam desa-desa, klan, marga atau suku yang dipimpin
oleh seorang kepala suku yang dipilih secara musyawarah berdasarkan Primus Inter
Pares (yang pertama diantara yang sama).

5. Nilai Keadilan Sosial


Dikenalnya pola kehidupan bercocok tanam secara gotong-royong berarti masyarakat
pada saat itu telah berhasil meninggalkan pola hidup foodgathering menuju ke pola
hidup foodproducing. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu upaya kearah
perwujudan kesejahteraan dan kemakmuran bersama sudah ada.

2. Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Sebelum Kemerdekaan

Masa Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke VII, di bawah kekuasaan Wangsa Sailendra
(Melayu Kuno & menggunakan huruf Palawa) di kenal dengan kerajaan Maritim yang
mengadakan jalur perhubungan laut. Kerajaan Sriwijaya menguasai Selat Sunda (686 M),
Selat Malaka (775M). Sistem perdagangan telah diatur dengan baik, dimana Pemerintah
melalui pegawai Raja membentuk suatu badan untuk mengumpulkan hasil kerajinan rakyat
supaya rakyat mengalami kemudahan dalam pemasarannya. Selain itu juga sudah ada badan
yang yang bertugas mengurus pajak, harta benda kerajaan, kerohaniawan yang menjadi
pengawas teknis pembangunan, gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga kerajaan
dapat menjalankan sistem negaranya dengan nilai-nilai ketuhanan

Pada zaman Kerajaan Sriwijaya telah didirikan Universitas Agama Budha yang sudah
dikenal di Asia, Pelajar dari Universitas ini dapat melanjutkan studi ke India, banyak guru-
guru tamu yang mengajar disini dari India, seperti Dharmakitri. Cita-cita kesejahteraan
bersama dalam suatu Negara telah tercermin dalam Kerajaan Sriwijaya sebagaimana
tersebut dalam perkataan "Marvuai Vannua Criwijaya Siddhayatra Subhika" (suatu cita-cita
negara yang adil dan makmur).

Pada Hakekatnya Nilai-nilai budaya Kerajaan Sriwijaya telah menunjukan nilai-nilai


pancasila, yaitu sebagai berikut:

a. Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya agama Budha dan Hindu yang hidup
berdampingan secara damai. Pada Kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan
dan pengembangan agama Budha.

b. Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti
Marsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar ke India meunjukan telah
tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas aktif

c. Nilai sila ketiga, sebagai negara maritim, Kerajaan Sriwijaya telah menerapkan
konsep negara kepulauan sesuai dengan konsep wawasan nusantara.

d. Nilai sila keempat Kerajaan Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang luas,
meliputi Siam dan Semenanjung Melayu (INA sekarang)

e. Nilai Sila kelima, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan
sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.

Masa Kerajaan Majapahit

Sebelum kerajaan majapahit berdiri telah berdiri kerajaan di jawa Tengah dan Jawa
Timut secara silih berganti yaitu kerajaan Kalingga (abad ke-VII), Sanjaya (abad ke-VIII),
sebagai refleksi puncak budaya kerajaan tersebut dibangunnya Candi Borobudur (candi
agama Budha pada abad ke-IX) dan Candi Brambanan (candi agama Hindu pada abad ke-X)
Agama yang dilaksanakan pada zaman Majapahit ini adalah Agama Hindu dan Budha
yang saling hidup berdampingan secara damai. Pada masa ini mulai dikenal beberapa isitilah
dan Nilai-nilai pancasila pada Kerajaan Majapahit, antara lain:

1) Sila 1, terbukti pada waktu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan secara
damai. Istilah Pancasila terdapat dalam buku 'Negrakertagama karangan Empu
Prapanca dan Empu Tantular mengarang buku Sutasoma yang terdapat seloka
persatuan nasional yang berbunyi "Bhineha Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrud\
artinya walaupun berbeda-beda namun satu jua dan tidak ada agama yang memiliki
tujuan yang berbeda.
2) Nilai sila 2, terwujud pada hubungan baik Raja Hayam Wuruk dengan kerajaan
Tiongkok, Ayoda, Champa, dan kamboja. Disamping itu juga mengadakan
persahabatan dengan Negara-negara tetangga.
3) Nilai sila 3, terwujud dengan keutuhan kerajaan , khususnya Sumpah Palapa, yang di
ucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu dan Menteri-menteri tahun
1331 yang berbunyi: "Saya baru akan berhenti berpuasa makan palapa, jika selurnh
nusantara tertakluk di bawah kekuasaan Negara, jika gurun, Seram, Tanjung, Ham,
pahang, Dempo, Bali Sunda, Palembang, dan Tumasik telah dikalahkan"
4) Nilai sila 4, Terdapat semacam penasehat dalam tata pemerintahan Majapahit yang
menunjukan nilai-nilai musyawarah mufakat. Menurut prasasti Kerajaan Brumbang
(1329), dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat
kerajaan , seperti Rakryan I Hino, I Sirikan dan I Halu yang berarti memberikan
nasehat kepada Raja. Kerukunan dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat
telah menumbuhkan adat bennusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan
masalah bersama.
5) Nllai Sila 5 dengan berdirinya kerajaan selama beberapa abad yang ditopang dengan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

Zaman Penjajahan

Zaman penjajahan dimulai bangsa Eropa yang membutuhkan rempah-rempah itu


mulai memasuki Indonesia, yaitu Portugis, spanyol, Inggris dan belanda. Masuknya bangsa
Eropa seiring dengan keruntuhan Kerajaan Majapahit sebagai akibat dari perselisihan dan
perang soudara, yang berarti nilai-nilai nasionalisme sudah di tinggalkan. Pada zaman ini
tidak ada rasa persatuan dan kesatuan sehingga perjuangan melawan penjajah secara fisik
dilakukan secara sendiri-sendiri disetiap daerah. Rakyat mudah diadu domba sehingga
mudah dipecah belah, hal ini juga yang menimbulkan rakyat Indonesia semakin miskin dan
bodoh akibat penjajahan tersebut Oleh karena itu untuk semboyan yang berbunyi "Bersatu
kita teguh, bercerai kita runtuh" merupakan semangat agar rakyat Indonesia bisa
menciptakan persatuan dan kesatuan karena tanpa persatuan kita tidak akan bisa mengusir
penjajah.

Kebangkitan Nasional

Pada abad ke-XX Indonesia mengubah cara-caranya dalam melakukan perlawanan


terhadap penjajah Belanda. Kegagalan perlawanan secara fisik yang tidak adanya koordinasi
pada masa lalu mendorong pemimpin-pemimpin Indonesia abad ke-XX untuk mengubah
bentuk perlawanan yang lain dengan cara membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia akan
pentingnya bernegara. Usaha-usaha yang dilakukan dengan cara mendirikan berbagai
organisasi politik disamping organisasi yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial.
Dimulai dengan didirikannya suatu organisasi yang bernama Budi Utomo (20 Mei 1908)
dengan tokoh yang terkenal adalah Dr. Wahidin Sudirohusodo. Organisasi ini merupakan
organisasi modern pertama yang lahir di Indonesia. Kemudian barulah bermunculan
organisasi pergerakan lain yaitu Serikat Dagang Islam (1909) yang kemudia berubah menjadi
pergerakan politik dengan nama Serikat Islam (1911) di bawah pimpinan H.O.S
Tjokroaminoto. Pada masa ini juga adanya Perjuangan PNI (1927) yang menitikberatkan
pada kesatuan nasional yang dipelopori oleh Soekarno dan Kawan-kawan.

Anda mungkin juga menyukai