Anda di halaman 1dari 9

3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Resin Komposit


Resin komposit adalah gabungan dari partikel pengisi (filler) anorganik yang
keras dengan matriks polimer organik resin yang lunak. Umumnya matriks resin
dijumpai dalam bentuk Bis-GMA (bisphenol A-glycidyl methacrylate), UDMA
(urethane dimethacrylate), dan TEGDMA (thiethylene glycol dimethacrylate)
sedangkan partikel pengisinya dapat berupa barium, stronsium, zirconium dan
ytterbium. 4
Selain mengandung matriks dan partikel pengisi sebagai kandungan utama,
resin komposit juga memiliki kandungan lain untuk meningkatkan efektifitas dan
ketahanan bahan, yaitu coupling agent, inisiator dan akselerator, pigmen, inhibitor
polimerisasi dan stabilisator. Coupling agent (bahan pengikat) yang digunakan
adalah silane (3-methacryloxypropyltrimethoxysilane). Silane diperlukan untuk
mengikat partikel pengisi dengan matriks resin sehingga memungkinkan terjadinya
distribusi tekanan saat resin komposit menerima beban. Inisiator dan akselerator
dibutuhkan untuk memungkinkan terjadinya proses polimerisasi. Bahan inisiator dan
akselerator pada resin komposit yang aktivasinya dengan sinar tampak adalah
camphoroquinone dan amin alifatik, sedangkan pada resin komposit yang
aktivasinya secara kimiawi, inisiator dan akseleratornya adalah peroksida organik
dan amin tertier. Komposisi lainnya pada resin komposit meliputi pigmen, inhibitor
polimerisasi dan stabilisator. Resin komposit amat peka terhadap cahaya yang dapat
menyebabkan terjadinya polimerisasi, sehingga dibutuhkan adanya inhibitor
polimerisasi dan stabilisator untuk memperpanjang umur penyimpanan bahan.
Selain itu pigmen juga sangat diperlukan sebagai komposisi tambahan, mengingat
resin komposit merupakan bahan restorasi sewarna gigi yang memerlukan pilihan
warna yang bervariasi.1,4
Resin komposit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe seperti yang
dikemukakan oleh Carol Dixon sebagai berikut5 :
- Macrofilled composites
Bahan ini merupakan resin komposit generasi pertama. Ukuran
partikelnya relatif besar, berkisar antara 10-100 µm sehingga macrofilled

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Universitas Indonesia


4

composite menjadi sulit dipoles dan menghasilkan permukaannya yang


kasar. Oleh karena itu, kini macrofilled composite sudah jarang
digunakan.
- Microfilled composites
Microfilled composite dikembangkan untuk memperbaiki sifat
macrofilled composite. Besar partikelnya lebih kecil, yaitu sekitar 0.04
µm sehingga lebih mudah dipoles. Namun volume partikel pengisinya
hanya berkisar 35-50 % sehingga kekuatan fisiknya rendah dan mudah
aus.
- Small-Particle composites
Ukuran partikel pengisi komposit ini berkisar antara 1-5 µm dengan berat
partikel pengisi mencapai 80-85 % sehingga kekuatan fisiknya berada di
anatara macrofilled composite dan microfilled composite. Resin komposit
ini pada awalnya digunakan untuk gigi posterior, namun kini fungsinya
telah digantikan oleh hybrid composite.
-
Hybrid composites
Berat partikel pengisi komposit ini mencapai 75-80 % dengan ukuran
partikel 0.4-1 µm. Bahan ini mengandung macrofiller dan microfiller
untuk menghasilkan resin komposit dengan kekuatan yang lebih besar
dan dapat dipoles dengan baik sehingga hybrid composite baik digunakan
pada gigi anterior maupun posterior.
- Flowable composites
Flowable composite menggunakan partikel kecil berukuran antara 0.07-
1µm dengan volume partikel pengisi yang bervariasi antara 40-70 %
sehingga komposit ini memiliki viskositas yang rendah. Flowable
composite mudah mengalir dengan bebas ke dalam kavitas dan dapat
beradaptasi dengan baik terhadap dinding kavitas. Bahan ini umumnya
digunakan sebagai bahan pit and fissure sealant, liner, dan bahan
restorasi pada bagian gigi dengan beban ringan.
- Pit and Fissure sealant
Pada dasarnya bahan ini serupa dengan flowable composite dengan
ukuran partikel pengisi yang bervariasi mulai dari tanpa partikel pengisi

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Universitas Indonesia


5

sampai yang mengandung partikel pengisi. Bahan ini digunakan untuk


mencegah karies pada pit dan fissure gigi.
- Packable composites
Packable composite mengandung partikel pengisi dalam jumlah besar
sehingga resin komposit ini memiliki viskositas yang sangat tinggi.
Umumnya bahan ini digunakan untuk merestorasi gigi posterior karena
sifatnya yang sangat kuat dan lebih tahan aus bila dibandingkan dengan
hybrid composite.
- ”Smart” composites
Pada tahun 1998 ”smart” composite dikembangkan. Bahan ini memiliki
keunggulan dapat bereaksi terhadap lingkungan mulut untuk mencegah
karies gigi. ”Smart” composite bekerja dengan mengeluarkan fluoride,
kalsium dan ion hidroksil pada saat tingkat keasaman dalam mulut
meningkat.
- Core build up composites
Core build up composite memiliki kandungan partikel pengisi yang
sangat tinggi sehingga dapat digunakan sebagai core pada restorasi gigi
tiruan. Core composite sangat kuat dan dapat berikatan dengan struktur
gigi sehingga dapat mengurangi kemungkinan masuknya bakteri ke
dalam struktur gigi.
- Provisional composites
Bahan ini digunakan sebagai pengganti penggunaan resin akrilik untuk
membuat onlay, gigi tiruan jembatan dan mahkota tiruan. Namun
provisional composite bersifat getas sehingga menjadi kontraindikasi bila
digunakan untuk membuat gigi tiruan jembatan dengan span yang
panjang.

Resin komposit memiliki sifat hidrofil sehingga dapat menyerap air dan
substansi kimia dari lingkungannya serta dapat juga mengeluarkan komponen-
komponen yang terdapat pada resin komposit itu sendiri (deleterious effects). Efek
ini berupa perubahan volume seperti pembengkakan, perubahan fisik seperti
plastisisasi dan pelunakan, serta perubahan kimia seperti oksidasi dan hidrolisis.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Universitas Indonesia


6

Dengan adanya perubahan-perubahan di atas dapat berakibat pada berkurangnya


ketahanan dan lama penggunaan resin komposit di dalam mulut.6
Banyaknya penyerapan cairan oleh resin komposit dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain 6 :
>> sifat kimia ; meliputi sifat hidrofilik polimer dan tingkat kelarutan
polimer dan pelarutnya
- hidrofilik.
Sifat ini dipengaruhi oleh adanya unsur O dalam matriks resin komposit.
Unsur ini bersifat elektronegatif sehingga cenderung menarik elektron
dari air, yaitu gugus OH-.7 Air dapat masuk ke dalam polimer melalui
area berporus dan ruangan antarmolekul. Banyaknya air yang diserap
bergantung pada kepadatan jaringan polimer itu sendiri. Semakin padat
suatu jaringan polimer, maka semakin kecil volume air yang diserap
- tingkat kelarutan polimer dan pelarut
polimer dan pelarut memiliki tingkat kelarutan masing-masing. Makin
kecil perbedaan tingkat kelarutan, maka makin besar jumlah cairan yang
dapat diabsorpsi oleh polimer.
>> parameter struktur ; meliputi kepadatan ikatan cross-link
- kepadatan ikatan silang (cross-link)
makin padatnya ikatan silang dalam suatu polimer, maka makin sedikit
penyerapan pelarut yang terjadi. Hal ini erat kaitannya dengan
berkurangnya ruang kosong pada jaringan polimer yang berakibat pula
pada berkurangnya pembengkakan. Dengan demikian fenomena
pembengkakan dapat dijadikan indikator kepadatan relatif jaringan
polimer. Bila ditemukan porus, maka hal ini dapat mempermudah
terjadinya transportasi monomer untuk masuk dan keluar dari polimer,
serta dapat meningkatkan tingkat penyerapan pelarut.

Proses penyerapan air atau pelarut oleh polimer dapat menyebabkan


terjadinya pembengkakan yang berpengaruh pada dimensi bahan restorasi. Air atau
pelarut tersebut dapat berdifusi ke dalam jaringan polimer. Pada saat yang sama
proses penyerapan air dapat mengganggu ikatan silane dengan partikel pengisi
(siloxane bond). Elektron dari air tertarik ke dalam matriks sehingga memutus ikatan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Universitas Indonesia


7

Si-O-Si pada siloxane bond. Reaksi ini dinamakan hidrolisis. Hal ini pada akhirnya
dapat menyebabkan lepasnya partikel pengisi dari resin komposit yang tergambar
pula pada penurunan kekerasan permukaan. 6,7
Pada proses hidrolisis terjadi reaksi autokatalitik yang menyebabkan
terlepasnya partikel pengisi. Reaksi ini dipicu oleh molekul dari air, yaitu OH-.
Adapun reaksi autokatalitik adalah sebagai berikut 7 :

H 2 O  H+ + OH-
OH- + Si-O-Si  Si-OH + Si-O
Siloxane bond Silanol
Si-O + H 2 O  Si-OH + OH-
air silanol

Pada reaksi ini air terurai menjadi H+ dan OH-. Karena adanya unsur O
dalam matriks resin, maka OH- dari air diserap masuk ke dalam matriks serta
menyerang ikatan siloksan (siloxane bond), yaitu ikatan yang menghubungkan
matriks dan partikel pengisi. Hal ini mengakibatkan terputusnya ikatan siloksan
sehingga terbentuk senyawa silanol dan Si-O. Pada Si-O terjadi disorientasi elektron
sehingga Si-O dapat bereaksi bila bertemu dengan air. Reaksi ini menghasilkan
silanol dan OH-. Kemudian OH- kembali akan memutuskan ikatan siloksan sehingga
reaksi ini pun terjadi terus menenerus selama resin komposit berada dalam
perendaman air. Semakin lama reaksi ini terjadi, semakin banyak pula partikel
pengisi yang terlepas dari resin komposit sehingga semakin besar penurunan
kekerasan yang terjadi. 7

2.2 Obat Kumur (Mouthwash)


Obat kumur merupakan suatu larutan yang dapat menghantarkan bahan aktif
tertentu pada gigi dan gingiva.1 Bahan aktif pada obat kumur bermacam-macam
bergantung dari efek yang diharapkan. Obat kumur dapat menghilangkan plak
seperti yang dilakukan oleh saliva, yaitu sebagai pembersih. Adanya fungsi
pembersih ini dapat mengurangi jumlah bakteri. Di malam hari ketika tidur,
produksi saliva menurun sehingga fungsi pembersih pun berkurang. Namun bila
menggunakan obat kumur, jumlah bakteri dapat mengalami penurunan.9

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Universitas Indonesia


8

Obat kumur terdiri dari tiga bagian utama, yaitu bahan aktif untuk
meningkatkan kesehatan mulut seperti klorheksidin, eugenol dan fluoride, pelarut
berupa air atau alkohol, serta surfaktan (surface acting agent) yang berfungsi
menghilangkan debris dari permukaan gigi dan melarutkan kandungan-kandungan
lain dalam obat kumur.1

2.3 Eugenia caryophillata oil


Eugenia caryophillata adalah salah satu dari banyak spesies genus eugenia,
dan merupakan nama latin dari cengkeh (clove atau clavero).10 Cengkeh dalam
jumlah sedikit digunakan pada produksi makanan sebagai pengawet makanan,
penambah rasa dan aroma, serta sebagai antiseptik11,12. Bila tanaman ini diekstraksi,
maka akan dihasilkan eugenol (clove oil). Eugenol merupakan turunan guaikol
dengan rantai tambahan alil dikenal dengan nama 2-metoksi-4-(2-propenil)fenol
(gambar 2.2).3 Warnanya bening hingga kuning pucat, konsistensinya kental seperti
minyak, aromanya menyegarkan dan pedas sehingga sering digunakan untuk
menyegarkan mulut. 12 Eugenol termasuk dalam golongan fenol yang memiliki ciri-
ciri strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin
aromatik. Fenol memiliki kelarutan yang terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml.
Fenol cenderung bersifat asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus
hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anoksida fenoksida C 6 H 5 O−
yang dapat dilarutkan dalam air. 20

Gambar 2.1. Eugenia caryophillata

Gambar 2.2. Struktur kimia Eugenol

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Universitas Indonesia


9

Eugenol memiliki gugus aromatik dan hidroksi fenol yang membuatnya


dapat larut dalam air dan pelarut organik dalam jumlah kecil sehingga terjadi proses
hidrolisis yang stabil. Proses ini mengurangi lama penggunaan suatu material
sehingga menjadi tidak tahan lama.3Namun lain halnya bila eugenol bertemu dengan
alkohol (etanol). Eugenol dapat larut secara sempurna dalam alkohol sehingga efek
eugenol tidak nampak kembali.12,13
Eugenol telah banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi, antara lain
sebagai bahan anastetik lokal dan antimikroba atau antibakteri yang terdapat dalam
bentuk obat kumur dan semen zinc oxide.3 Namun eugenol dalam ZOE (zinc oxide
eugenol) dapat bereaksi terhadap resin komposit dengan menghambat
polimerisasinya. Proses polimerisasi resin komposit hanya dapat terjadi bila ada
radikal bebas yang dapat meningkatkan jumlah ikatan silang (cross-link) pada resin
komposit. Namun dengan adanya eugenol, radikal bebas menjadi berkurang. Hal ini
menyebabkan terhambatnya proses inisiasi polimerisasi sehingga polimerisasi yang
terjadi tidak sempurna dan berat molekul polimer pun menurun.1,13 Dengan
demikian, apabila semen ZOE digunakan sebagai basis restorasi resin komposit,
maka proses pengerasan pada bagian bawah restorasi tidak terjadi.3 Selain itu,
eugenol juga dapat melarutkan resin dan menyebabkan diskolorasi sampai warna
kuning gelap. Melarutnya resin berakibat pada lepasnya partikel pengisi, hal dan
akan berpengaruh secara langsung terhadap penurunan kekerasan resin komposit dan
kekasaran permukaan 3,13.

2.4 Kekerasan Permukaan (Surface Hardness)


Kekerasan adalah ketahanan terhadap deformitas plastis yang pengujiannya
dengan melakukan indentasi. Pengukuran kekerasan dapat dilakukan dalam berbagai
skala bergantung pada besar gaya yang diaplikasikan.14 Microhardness merupakan
teknis uji kekerasan dengan beban tidak lebih dari 1 kgf. Salah satu teknik indentasi
yang biasa digunakan adalah Knoop elongated diamond pyramid (Gambar.2.3). 15

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Universitas Indonesia


10

Gambar 2.3. Indentasi indenter Knoop Hardness. 15

Indenter yang digunakan adalah indenter Knoop yang menggunakan indenter


intan dengan sudut 1720 – 30’. Indentasi yang diberikan kecil sehingga indenter ini
baik digunakan pada material yang sangat getas dan pada potongan yang sangat
tipis. Pengukuran dilakukan dengan menjejas permukaan resin komposit (bahan uji)
melalui indentasi sehingga terbentuk suatu jejas yang berbentuk layang-layang
simetris. 15

Knoop Hardness Number (KHN) adalah rasion beban yang diindentasikan


pada bahan uji yang dapat dihitung dengan rumus 1 :

KHN = L/ l2C p

L = beban indentasi (kgf)

l = panjang diagonal indentasi (mm)

C p = kontanta relatif l terhadap area indentasi

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Universitas Indonesia


11

2. 5. Kerangka Teori

Resin Komposit tipe Hibrid

Perendaman dalam
Obat kumur mengandung
Eugenia caryophyllata oil

Degradasi matriks resin

Perubahan kekerasan
BABresin
III komposit

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai