Dosen Pembimbing :
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
tentang “Pangan Fungsional” yang dibuat untuk memenuhi tugas Teknologi Pangan
yang telah diberikan oleh dosen kami, Ibu Dr. Ni komang Wiardani, SST,M.Kes.
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari adanya kekurangan dalam
penulisan maupun penyusunan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak yang membaca makalah ini demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah kami selanjutnya. Terakhir semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................4
2.1 Pengertian Pangan Fungsional..................................................................................4
2.2 Jenis-Jenis Pangan Fungsional................................................................................5
2.3 Persyaratan Pangan Fungsional................................................................................9
2.4 Pengolahan Pengawetan Pangan Fungsional..........................................................10
2.5 Komponen Bioaktif Dan Efeknya Terhadap Kesehatan........................................15
BAB III PENUTUP...............................................................................................................19
3.1 Kesimpulan............................................................................................................19
3.2 Saran......................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pergeseran, di mana makan bukanlah sekadar untuk kenyang, tetapi yang lebih utama
adalah untuk mencapai tingkat kesehatan dan kebugaran yang optimal. [CITATION
Win95 \l 1033 ] dan [ CITATION Ast11 \l 1033 ] fungsi pangan dikelompokkan menjadi
tiga fungsi yaitu fungsi primer (primary function), fungsi sekunder (secondary
function) dan fungsi tertier (tertiary function). Fungsi primer adalah fungsi pangan
yang utama bagi manusia yaitu untuk memenuhi kebutuhan zat-zat gizi tubuh, sesuai
dengan jenis kelamin, usia, aktivitas fisik, dan bobot tubuh. Selain memiliki fungsi
primer, bahan pangan sebaiknya juga memenuhi fungsi sekunder yaitu memiliki
penampakan dan cita rasa yang baik. Sebab, bagaimanapun tingginya kandungan gizi
suatu bahan pangan akan ditolak oleh konsumen bila penampakan dan cita rasanya
tidak menarik dan memenuhi selera konsumennya. Itulah sebabnya kemasan dan cita
rasa menjadi faktor penting dalam menentukan apakah suatu bahan pangan akan
diterima atau tidak oleh masyarakat konsumen. Dengan makin meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup 3 sehat, maka tuntutan konsumen
terhadap bahan pangan juga kian bergeser. Bahan pangan yang kini mulai banyak
diminati konsumen bukan saja yang mempunyai komposisi gizi yang baik serta
penampakan dan cita rasa yang menarik, tetapi juga harus memiliki fungsi fisiologis
tertentu bagi tubuh. Fungsi yang demikian dikenal sebagai fungsi tertier. Semakin
tinggi tingkat kemakmuran dan kesadaran seseorang terhadap kesehatan, maka
tuntutan terhadap ketiga fungsi bahan pangan tersebut akan semakin tinggi pula.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pangan fungsional, jenis-jenis, dan persyaratan dari
pangan fungsional
2
2. Untuk mengetahui bagaimana pengolahan pengawetan pangan fungsional
3. Untuk mengetahui apakah komponen bioaktif dan efeknya terhadap kesehatan
yang terdapat dalam pangan fungsional?
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pangan Fungsional
Dasar pertimbangan konsumen di negara-negara maju dalam memilih bahan
pangan, bukan hanya bertumpu pada kandungan gizi dan kelezatannya, tetapi juga
pengaruhnya terhadap kesehatan tubuhnya (Goldberg I, 1994). Kenyataan tersebut
menuntut suatu bahan pangan tidak lagi sekedar memenuhi kebutuhan dasar tubuh
(yaitu bergizi dan lezat), tetapi juga dapat bersifat fungsional. Dari sinilah lahir
konsep pangan fungsional (fungtional foods), yang akhir-akhir ini sangat populer di
kalangan masyarakat dunia. Konsep pangan fungsional sebenarnya sudah ada sejak
lama. Menurut [CITATION Sub081 \t \l 1033 ] sekitar 2.500 tahun yang lalu Hippocrates
pernah berkata ”Let your food be your medicine and let your medicine be your food”
(gunakanlah makanan sebagai obatmu dan obatmu sebagai makanan). Dalam filosofi
Hippocrates tersebut, pada konsentrasi tertentu, makanan bisa menjadi obat dan obat
bisa menjadi makanan. Namun, pada konsentrasi tinggi (berlebih atau overdosis),
makanan dan obat justru dapat menjadi racun bagi tubuh. Sampai saat ini belum
ada definisi pangan fungsional yang disepakati secara universal. Berikut disajikan
beberapa definisi atau pengertian tentang pangan fungsional. Di Jepang tahun.1991
makanan fungsional didefinisikan sebagai FOSHU (Foods for Spesified Health Used)
yaitu makanan yang memiliki efek spesifik terhadap kesehatan karena ada kandungan
senyawa kimia tertentu pada bahan makanan. Menurut Goldberg (1994) pangan
fungsional adalah makanan (bukan kapsul, pil atau tepung) berasal dari ingredient
alami. Dapat dan harus dikonsumsi sebagai bagian dari diet harian dan memiliki
fungsi tertentu bila dicerna, membantu mempercepat proses tertentu dalam tubuh
seperti : meningkatkan mekanisme pertahanan secara biologis, mencegah penyakit
tertentu, penyembuhan dari penyakit spesifik, mengendalikan kondisi fisik dan
mental, dan menghambat proses penuaan. The International Food Information
mendefinisikan pangan fungsional sebagai pangan yang memberikan manfaat
4
kesehatan di luar zat-zat dasar. Menurut konsensus pada The First International
Conference on East-West Perspective on Functional Foods tahun 1996, pangan
fungsional adalah pangan yang karena kandungan komponen aktifnya dapat
memberikan manfaat bagi kesehatan, di luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi
yang terkandung di dalamnya. (Astawan, 2011). Definisi pangan fungsional menurut
Badan POM adalah pangan yang secara alamiah maupun telah melalui proses,
mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-kajian ilmiah dianggap
mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan. Serta
dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan atau minuman, mempunyai karakteristik
sensori berupa penampakan, warna, tekstur dan cita rasa yang dapat diterima oleh
konsumen. Selain tidak memberikan kontra indikasi dan tidak memberi efek samping
pada jumlah penggunaan yang dianjurkan terhadap metabolisme zat gizi lainnya. Dari
beberapa definisi yang telah diuraikan di atas dapatlah dikatakan bahwa pada
dasarnya pangan fungsional adalah pangan yang karena kandungan komponen
aktifnya diluar kandungan zat gizinya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan,
merupakan bagian dari diet sehari-hari dan memiliki sifat sensoris yang dapat
diterima.
Jenis-jenis pangan fungsional secara umum dibagi berdasarkan dua hal, yaitu
berdasarkan sumber pangan dan cara pengolahannya (Subroto,2008)
5
Pangan fungsional digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu :
6
Selanjutnya beberapa contoh kelompok pangan fungsional modern yang dijual di
pasar modern (minimarket, supermarket dan hypermarket) sebagai berikut : menurut
Subroto (2008)
7
Pangan fungsional modern yang sengaja dibuat dengan tujuan khusus umumnya
diproduksi melalui salah satu atau lebih pendekatan sebagai berikut [ CITATION
Sub08 \l 1033 ](Subroto, 2008):
Contoh komponen zat gizi yang sering ditambahkan ke dalam bahan makanan adalah
(Astawan, 2011) :
8
7. Oligosakarida untuk membantu pertumbuhan mikroflora yang dibutuhkan
usus (Bifido bacteria).
Jepang merupakan negara yang paling tegas dalam memberi batasan mengenai
pangan fungsional, paling maju dalam perkembangan industrinya. Para ilmuwan
Jepang menekankan pada tiga fungsi dasar pangan fungsional, yaitu (Astawan,
2011)
1. Sensory (warna dan penampilannya yang menarik dan cita rasanya yang
enak),
2. Nutritional (bernilai gizi tinggi), dan
3. Physiological (memberikan pengaruh fisiologis yang menguntungkan bagi
tubuh).
Beberapa fungsi fisiologis yang diharapkan dari pangan fungsional antara lain
adalah:
Menurut para ilmuwan Jepang, beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh
suatu produk agar dapat dikatakan sebagai pangan fungsional adalah: (1) Harus
merupakan produk pangan (bukan berbentuk kapsul, tablet, atau bubuk) yang
berasal dari bahan (ingredien) alami, (2) Dapat dan layak dikonsumsi sebagai
bagian dari diet atau menu sehari-hari, (3) Mempunyai fungsi tertentu pada saat
dicerna, serta dapat memberikan peran dalam proses tubuh tertentu, seperti:
memperkuat mekanisme pertahanan tubuh, mencegah penyakit tertentu,
membantu mengembalikan kondisi tubuh setelah sakit tertentu, menjaga kondisi
9
fisik dan mental, serta memperlambat proses penuaan. Dari konsep yang telah
dikembangkan oleh para ilmuwan, jelaslah bahwa pangan fungsional tidak sama
dengan food supplement atau obat. Pangan fungsional dapat dikonsumsi tanpa
dosis tertentu, dapat dinikmati sebagaimana makanan pada umumnya, serta lezat
dan bergizi (Astawan, 2011).
Peranan dari makanan fungsional bagi tubuh semata-mata bertumpu kepada
komponen gizi dan non gizi yang terkandung di dalamnya. Komponen-komponen
tersebut umumnya berupa komponen aktif yang keberadaannya dalam makanan
bisa terjadi secara alami, akibat penambahan dari luar, atau karena proses
pengolahan (akibat reaksi-reaksi kimia tertentu atau aktivitas mikroba).
10
a. Prinsip - Prinsip pengawetan pangan ada tiga, yaitu :
1. Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan
pangan
2. Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan termasuk
serangan hama
3. Mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial. Bahan kimia yang
digunakan sebagai pengawet juga diharapkan dapat mengganggu kondisi
optimal pertumbuhan mikrob.Ditinjau secara kimiawi, pertumbuhan
mikrob yang paling rawan adalah keseimbangan elektrolit pada sistem
metabolismenya. Karena itu bahan kimia yang digunakan untuk
antimikroba yang efektif biasanya digunakan asam-asam organik. Cara
yang dapat ditempuh untuk mencegah atau memperlambat kerusakan
mikrobial adalah :
mencegah masuknya mikroorganisme (bekerja dengan aseptis)
mengeluarkan mikroorganisme, misalnya dengan proses filtrasi
menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, misalnya
dengan penggunaan suhu rendah, pengeringan, penggunaan kondisi
anaerobik atau penggunaan pengawet kimia
membunuh mikroorganisme, misalnya dengan sterilisasi atau
radiasi.kimia.
11
2. pendinginan. Dilakukan dengan memasukkan ke lemari pendingin,
dapat diterapkan untuk daging dan susu.
3. pembekuan, pengawetan makanan dengan menurunkan temperaturnya
hingga di bawah titik beku air.
4. pengasapan. Perpaduan teknik pengasinan dan pengeringan, untuk
pengawetan jangka panjang, biasa diterapkan pada daging.
5. pengalengan. Perpaduan kimia (penambahan bahan pengawet) dan
fisika (ruang hampa dalam kaleng).
6. pembuatan acar. Sering dilakukan pada sayur ataupun buah.
7. pengentalan dapat dilakukan untuk mengawetkan bahan cair
8. pengeringan, mencegah pembusukan makanan akibat mikroorganisme,
biasanya dilakukan untuk bahan padat yang mengandung protein dan
karbohidrat
9. pembuatan tepung. Teknik ini sangat banyak diterapkan pada bahan
karbohidrat
10. Irradiasi, untuk menghancurkan mikroorganisme dan menghambat
perubahan biokimia
Pengawetan makanan secara biokimia secara umum ditempuh dengan
penambahan senyawa pengawet :
1. penambahan enzim, seperti papain dan bromelin
2. penambahan bahan kimia, misalnya asam sitrat, garam, gula.
3. pengasinan, menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk
makanan
4. pemanisan, menaruh dalam larutan dengan kadar gula yang cukup
tinggi untuk mencengah kerusakan makanan
5. pemberian bahan pengawet, biasanya diterapkan pada bahan yang cair
atau mengandung minyak. Bahan pengawet makanan ada yang bersifat
racun dan karsinogenik. Bahan pengawet tradisional yang tidak
berbahaya adalah garam seperti pada ikan asin dan telur asin, dan sirup
karena larutan gula kental dapat mencegah pertumbuhan mikrob.
12
Kalsium propionat atau natrium propionat digunakan untuk
menghambat pertumbuhan kapang, asam sorbat menghambat
pertumbuhan kapang dalam keju, sirup dan buah kering. [ CITATION
Ano20 \l 1033 ]
c. Unit Operasi pada Pengolahan Pangan Fungsional (Susman, 2020)
1. Pemeriksaan, pembersihan dan pernyortiran
2. Pengurangan ukuran/kominusi
3. Pemutaran
4. Pencapuran
5. Ekstraksi
6. Franksinasi dan permurnian
7. Filtrasi dan sentrifugasi
d. Metode Pengolahan pangan Fungsional
Fermentasi -> yang paling banyak
Thermal preservation
Low temperature preservation
Dehydration and concentration
Chemical preservation
Irradiation
13
f. Metode Pengawetan Pangan Fungsional
Metode Proses
Pengendalian suhu Pendinginan
Pembekuan
Perlakuan panas
Pengendalian kadar air Pengeringan
Penggaraman
Konsentrasi
Syruping
Pengendalian oksigen Pengemasan
Pengendalian pH Asidifikasi
Fermentasi/pickling
Pengendalian kimia Pengasapan
Pengawetan dengan bahan kimia
14
2.5 Komponen Bioaktif Dan Efeknya Terhadap Kesehatan
Serat pangan merupakan bagian dari tanaman yang tidak bisa dicerna oleh
ensim pencernaan dalam usus halus manusia sehat terutama terdiri dari polisakarida
bukan pati dan lignin (Trowel, 1972 dalam Marsono, 2007). Serat pangan meliputi
polisakarida, karbohidrat analog, oligosakarida, lignin, dan bahan yang terkait dengan
dinding sel tanaman (waxes, cutin, suberin). Karbohidrat analog yang dimaksudkan
15
dalam definisi ini meliputi dekstrin tak tercerna, pati resisten dan senyawa
karbohidrat sintetis (polydekstrosa, metil selulosa dan hydroxypropylmethyl
selulosa). Efek kesehatan dari makanan fungsional sumber serat dan pati resisten
sangat berhubungan dengan efek fisiologis serat pangan. Serat pangan memberikan
viskositas yang tinggi pada digesta. Sifat ini dapat mengurangi absorpsi glukosa dan
kolesterol, sehingga konsumsi serat pangan yang tinggi dapat mencegah diabetes
maupun hiperkolesterol. Serat pangan di dalam kolon akan terfermentasi
menghasilkan asam lemak rantai pendek [short chain fatty acids (SCFA)],
diantaranya asetat, propionat dan butirat yang dilaporkan dapat mencegah kenaikan
kolesterol (propionat) atau mencegah kanker kolon (butirat).
Antioksidan.
Banyak jenis antioksidan alami terdapat di berbagai bahan pangan, antara lain
kelompok karotenoid dan flavonoid (Marsono, 2007; Subroto, 2008). Ada beberapa
macam karotenoid, terdapat pada bahan pangan misalnya wortel, labu kuning, ketela
rambat (beta karoten), jeruk, telur, jagung (lutein, zeaxantine), serta tomat, semangka
dan anggur (lycopene). Antioksidan kelompok karotenoid telah diklaim memiliki
efek menyehatkan antara lain (i) dapat menetralkan radikal bebas yaitu suatu senyawa
yang dapat merusak sel dan mengakibatkan timbulnya penyakit kanker, (ii)
meningkatkan pertahanan oksidasi, (iii) membantu menyehatkan mata, (iv)
membantu meningkatkan kesehatan prostat, serta membantu mencegah timbulnya
16
penyakit jantung (Anonim, 2006 dalam Marsono, 2007).
Antioksidan kelompok flavonoids antara lain berupa senyawa-senyawa
antosianin, flavanols, flavonones, flavonols serta proanthocyanidin. Jenis antioksidan
ini banyak terdapat pada buah-buahan (berry, cerry, anggur dan apel), teh, coklat,
bawang merah, brokoli dan kacang tanah. Efek kesehatan yang bisa ditimbulkan
menurut Marsono (2007) antara lain : (i) meningkatkan pertahanan antioksidan tubuh,
(ii) memperbaiki fungsi otak, (iii) menjaga kesehatan jantung, (iv) menetralkan
radikal bebas.
PUFA
Probiotik adalah mikroba hidup yang masuk dalam jumlah yang cukup (106-
108 cfu/ml) sehingga dapat memberikan manfaat kesehatan bagi inangnya. dan
diharapkan dapat berkembang menjadi 1012 cfu/ml di dalam kolon.
Prebiotik merupakan ingredien bahan pangan yang tidak tercerna yang
berfungsi menstimulasi pertumbuhan dan atau aktivitas dari satu atau lebih bakteri
tertentu dalam usus besar, yang dapat memperbaiki kesehatan inang (Sekhon dan
Jairath, 2010; Neha et al, 2012). Banyak pangan dengan oligosakarida atau
polisakarida (termasuk serat pangan) yang diklaim mempunyai aktivitas prebiotik,
meskipun tidak semua karbohidrat pangan adalah prebiotik.
Penelitian mengenai pengaruh probiotik dan atau prebiotik terhadap profil
lipid telah dilaporkan oleh (Ooi dan Liong, 2010). Hasilnya menunjukkan bahwa
hanya probiotik (L. plantarum) dan prebiotik (inulin) jenis tertentu menyebabkan
penurunan kadar kolesterol, sedangkan yang lainnya tidak.
17
Sinbiotik didefinisikan sebagai suatu kombinasi dari prebiotik dan probiotik
(Sekhon dan Jairath, 2010; Neha et al., 2012) yang menguntungkan inang dengan
meningkatkan pertahanan dan implantasi suplemen makanan yang mengandung
mikroba hidup dalam saluran pencernaan dengan secara selektif memicu
pertumbuhan dan atau mengaktifkan metabolisme dari sejumlah bakteri baik sehingga
meningkatkan kesehatan inangnya. Prebiotik, probiotik, dan sinbiotik mempunyai
aplikasi farmasi yang potensial disamping manfaat gizinya, seperti meningkatkan
level pertumbuhan bakteri tertentu dalam saluran pencernaan manusia yang
diimplikasikan sebagai faktor pertahanan tidak saja untuk kerusakan di usus tetapi
juga sistemik.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pangan fungsional adalah pangan yang karena kandungan komponen aktifnya
dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, di luar manfaat yang diberikan oleh zat-
zat gizi yang terkandung di dalamnya. Pangan fungsional harus memenuhi
persyaratan sensori, nutrisi dan fisiologis. Telah dipercayai bahwa pangan fungsional
dapat mencegah atau menurunkan penyakit degeneratif. Definisi pangan fungsional
menurut Badan POM adalah pangan yang secara alamiah maupun telah melalui
proses, mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-kajian ilmiah
dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi
kesehatan.
Jenis-jenis pangan fungsional secara umum dibagi berdasarkan dua hal, yaitu
berdasarkan sumber pangan dan cara pengolahannya. Berdasarkan sumber pangan
fungsional digolongkan menjadi dua, yaitu pangan fungsional nabati dan pangan
fungsional hewani, sedangkan berdasarkan cara pengolahannya pangan fungsional
digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu : Pangan fungsional alami, pangan
fungsional tradisional dan panagn fungsional modern.
3.2 Saran
Demikian makalah ini dapat di selesaikan, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kebikan makalah ini.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. ( 2020, April 14 ). Pengawetan makanan. Retrieved Agustus 14, 2020, from
wikipedia.org: https://id.wikipedia.org/wiki/Pengawetan_makanan
Subroto, M. (2008). Real Food, True Health. Makanan Sehat Untuk Hidup Lebih
Sehat. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.
Subroto, M. (2008). Real Food, True Health. Makanan Sehat Untuk Hidup Lebih
Sehat. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.
20
21