Anda di halaman 1dari 17

ARTIKEL ANTROPOLOGI

1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KAJIAN ANTROPOLOGI


2. ANTROPOLOGI: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI, AKSIOLOGI
3. SEJARAH ANTROPOLOGI
4. ANTROPOLOGI BUDAYA
5. KESIMPULAN DAN ANALISIS KRITIS

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Antropologi

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Muhammad Arifaini


NIM : L1C020120
Fakultas&Prodi : SOSIOLOGI
Semester : Semester 1 (Satu)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
terstruktur mata kuliah Antropologi ini

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah membawa kita dari zaman jahiliah
menuju zaman yang terang benderang ini

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Antropologi yang telah memberikan
pengajaran serta motivasi

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat di kemudian hari bagi saya dan
teman teman yang mengerjakannya

Penyusun, Mataram, Selasa,13 Oktober 2020

Nama : Muhamad Arifaini


NIM : L1C020120

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian Antropologi 1
BAB II. Antropologi: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi 3
BAB III. Sejarah Antropologi 5
BAB IV. Antrologi Budaya 10
BAB V. Kesimpulan dan Analisis Kritis 13
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN

iii
BAB I

Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian Antropologi

Antropologi secara umum ialah salah satu cabang ilmu social yang mempelajari
tentang budaya masyarakat suatu jenis tertentu. Antropologi muncul berawal dari
keterkaitan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri adat istiadat, fisik, budaya yang
sangat berbeda dari apa yang di kenal di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada
penduduk yang merupakan masyarakat tunggal yang dalam arti kesatuan masyarakat
yang tinggal di daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi lebih menitik
beratkan masyarakat dan kehidupan sosialnya.

Atropologi berasal dari bahasa yunani, yaitu anthropos yang berartimanusia atau orang
dan logos berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai mahluk biologis
sekaligus mahluk social, antroplogi memiliki dua sisi holistic dimana ia meneliti
manusia pada tiap waktu dan dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara
tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang
menekankan pada perbandingan/perdedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu
sisi ini banyak diperdebatkandan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi
sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang
merupakan masyarkat tunggal.

Pengertian antropologi menurut beberpa ahli :

1. Conard Philip Kottak

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari keragaman manusia secara holistic meliputi
aspek social budaya, biologis, kebahasaan dan lingkungannya dalam dimensi waktu
lampau,saat ini, dan di masa yang akan datang. Kottak membagi antropologi dalam
empat subdisiplin, yaitu : antropologi sosial budaya, arkeologi, antropologi biologi dan
linguistic antropologi.

2. David Hunter

Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan tidak terbatas tentang umat
manusia.

3. Koentjaraningrat

1
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan
mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.

4. Wiliam A. Haviland

Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang
bermanfaat tentang manusia dan prilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang
lengkap tentang keanekaragaman manusia.

Ruang Lingkup Antropologi

 Antropologi Fisik
Antropologi fisik empelajari manusia sebagai organisme biologis yang melacak
perkembangan manusia menurut evolusinya dan menyelidiki variasi biologisnya
dalam berbagai jenis (spesies). Melalui aktivitas analisis yang mendalam
terhadap fosil-fosil dan pengamatan pada primata-primata yang pernah hidup,
para ahli antropologi fisik berusaha melacak nenek moyang jenis manusia
untuk mengetahui bagaimana, kapan, dan mengapa kita menjadi makhluk
seperti sekarang ini (Haviland, 1999:13)
 Antropologi Budaya
Antropologi budaya memfokuskan perhatiannya kepada kebudayaan manusia
ataupun cara hidupnya dalam masyarakat. Menurut Haviland (1999:12) cabang
antropologi budaya ini dibagi-bagi lagi menjadi tiga bagian, yakni arkeologi,
antropologi linguistic, dan etnologi. Antropologi budaya juga merupakan studi
tentang praktik-praktik sosial, bentuk-bentuk ekspresif, dan penggunaan
bahasa, dimana makna digunakan oleh masyarakat manusia. Biasanya, istilah
antropologi budaya dikaitkan dengan tradisi riset dan penulisan Antropologi di
Amerika. Pada awal abad ke-20, Franz Boas (1940) mengajukan tinjauan
Kritisnya terhadap asumsi-asumsi antrpogi evolusioner serta inflikasi yang
cendrung bersifat rasial. Dalam hal itu, boas menyoroti keberpihakan pada
komparasi dan generalisasi antopologi tradisisonal yang dinilainya kurang
tepat, selanjutya ia mengembangkan alitan baru yang sering disebut antropolgi
boas. Dalam hal ini, boas merumuskan konsep kebudayaan yang berifat
relative. Plural dan Holispic saat ini, kajian antropologi budaya lebih
menekankan pada empat aspek yang tersusun.

2
BAB II

Antropologi: Ontologi Epistimologi Dan Aksiologi

Keberadaan landasan ontologi, epistemologi, dan aksiologi tidak bisa dilepaskan


dari ilmu. Ontologi itu sendiri membahas tentang apa yang ingin diketahui mengenai
teori tentang keberadaan( membahas hakikat sesuatu yanga ada). Kemudian
epistemologi membahas mengenai bagaimana proses memperoleh
pengetahuan(membahas tentang bagaimana mencari pengetahuan dan seperti apa
pengetahuan tersebut. Dan aksiologi membahas mengenai nilai yang berkaitan
dengan kegunaan atau manfaat dari pengetahuan yang diperoleh (membahas untuk
apa ilmu itu digunakan). Dengan membahas ketiga unsur ini manusia akan mengerti
apa hakikat ilmu itu. Pada artikel ini penulis membahas pengertian dari ontologi,
epistemologi, dan aksiologi beserta contohnya dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian Ontologi, Epistimologi, Dan Aksiologi

1.ONTOLOGI

Ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata: ontos yang memiliki
arti ada atau keberadaan (being) dan logos yang berarti pikiran (logic). Jadi . ontologi
berarti ilmu yang membahas tentang hakiat sesuatu yang ada/berada atau dengan
kata lain artinya ilmu yang mempelajari tentang “yang ada” atau dikatakan berwujud
berdasarkan logika. Di dalam ilmu ontologi terdapat beberapa aliran, beberapa aliran
ontologi terkenal yang berupaya menjelaskan hakikat realitas antara lain: monisme,
dualisme, pluralisme, materialisme, idealisme, nihilisme, dan agnotisisme. Ontologi
juga berbicara tentang realitas supranatural, yaitu aliran mistisisme.

2.EPISTIMOLOGI

Epistemologi berdasarkan akar katanya episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu yang
sistematis, teori). Secara terminologi, epistemologi adalah teori atau ilmu pengetahuan
tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan. Epistemologi adalah suatu disiplin ilmu
yang bersifat evaluative, normative, dan kritis. Evaluatif berguna untuk menilai,
normatif berarti menentukan norma atau tolok ukur bagi kebenaran suatu
pengetahuan, dan kritis berarti banyak mempertanyakan dan melakukan penalaran
hasil kegiatan manusia.

3
3.AKSIOLOGI

Secara etimologis, aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang berarti layak
atau pantas dan logos yang memiliki arti ilmu. Secara sederhana, aksiologi
mempelajari tentang manfaat atau nilai-nilai yang kita peroleh dari sebuah ilmu
pengeuan.

Dari pengertian beberapa kajian filsafat di atas, kita dapat mengetahui bahwa ketiga
cabang ilmu ini dapat saling melengkapi. Jika ontologi mempelajari hakikat keberadaan
sesuatu yang ingin diketahui, maka epistemologi mempelajari bagaimana cara
mendapatkan pengetahuan tentang hal yang ingin diketahui tersebut. Dan kemudian,
aksiologi akan menjelaskan tentang manfaat dari pengetahuan yang diperoleh
tersebut.

Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dalam Kehidupan Sehari-hari

Contoh ontologi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya yaitu ontologi rumah. Pada
zaman sekarang, banyak sekali model dan bentuk dari rumah semisal rumah susun
dan apartemen yang dimana bentuk rumah tersebut tidak ada pada zaman dahulu.
Menurut Plato, realitasnya adalah ide atau gambaran yang membuat kita selalu
mengenali tentang rumah. Meskipun kini banyak model dan bentuk rumah, namun ide
tentang rumah ini yang membuat kita tetap mengenali bahwa yang kita lihat adalah
rumah.

Selanjutnya adalah contoh epistemologi, jika tadi kita membahas mengenai rumah,
maka pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa mengetahui bahwa sesuatu tersebut
disebut sebagai rumah. Pada awalnya, kita akan mengetahui keberadaan
pengetahuan mengenai rumah melalui panca indera yang kita miliki. Kemudian
selanjutnya informasi yang kita dapatkan melalui panca indera akan dianalisa oleh akal
yang kita miliki. Akal yang akan mengklasifikasikan segala informasi yang kita terima
menjadi sebuah ilmu pengetahuan tentang rumah.

Kemudian bagaimana contoh dari aksiologi dalam kehidupan sehari-hari? Aksiologi


sendiri membahas tentang manfaat dari ilmu pengetahuan yang kita dapatkan, ranah
dari aksiologi ini adalah etika dan estetika. Apabila kita membahas tentang ilmu
pengetahuan mengenai rumah, maka dengan aksiologi kita dapat mengetahui apakah
rumah memberi manfaat untuk kehidupan kita. Misalnya denan kita bisa mengetahui

4
bahwa sesuatu itu adalah rumah, kia bisa dengan mudah untuk menentukan dimana
kita akan tinggal, tempat seperti apa yang nyaman dan kita bisa mengenali bahwa
rumah itu adalah hal yang penting untuk kehidupan sehari-hari. Itulah contoh dari
ontologi, epistemologi, dan aksiologi dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III

SEJARAH ANTROPOLOGI

Antropologi adalah ilmu tentang manusia, masa lalu dan masa kini, ilmu yang
menggambarkan manusia dengan ilmu hayati ( alam ), ilmu sosial, dan humaniora.
Ilmu Antropologi berasal dari kata Yunani yaitu “ anthropos “ yang berarti manusia dan
“ logos “ yang berarti berakal. Secara bahasa Ilmu Antropologi adalah ilmu yang
mempelajari manusia.
Antropologi bertujuan untuk mengapresiasikan manusia sebagai homo sapiens
dan makhluk sosial. Antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam memberi arti
dan fakta sejarah manusia sejak awal kemunculannya. Didalam ilmu antropologi juga
menjelaskan tentang “ cross cultural “ yaitu ilmu yang menjelaskan perbedaan
kelompok-kelompok manusia, mulai dari bahasa, adat istiadat, budaya, pandangan
hidup, dan perilaku sosial.
Antropologi dengan orientasi yang holistik dibagi menjadi empat cabang ilmu,
yaitu antropologi biologi, antropologi sosial budaya, arkeologi dan linguistik. Setiap
cabang ilmu tersebut memiliki penekanan-penekanan ilmu yang berbeda beda dalam
konsentrasi akademik dan penelitian – penelitian ilmiah, meskipun keempat cabang
ilmu tersebut memiliki konsentrasi yang berbeda beda akan tetapi saling berkaitan satu
ilmu dengan lainnya.
Menurut sejarah Ilmu Antropologi berkembang melalui beberapa fase, yaitu
fase pertama ( sebelum 1800 ), fase kedua ( tahun 1800/ kira-kira abad ke-19 ), fase
ketiga ( awal abad ke-20 ), dan fase keempat ( setelah tahun 1930-an ).

1. Fase Pertama ( sebelum 1800 )


Lahirnya Ilmu Antropologi berawal dari ketertarikan orang-orang eropa akan
budaya etnis, ciri fisik, dan adat istiadat lain yang berbeda dari masyarakat yang
dikenal oleh eropa.

5
Pada akhir abad ke-15 hingga permulaan abad ke-16 bangsa Eropa mulai
menjelajahi beberapa benua didunia, diantaranya Asia, Afrika, Australia, dan Amerika.
Dalam perjalanannya bangsa Eropa mulai menemukan hal-hal baru, tentang suku-
suku yang berbeda yang belum pernah mereka temui sebelumnya. DIsepanjang
perjalanan mereka mencatat segala hal yang telah mereka temui. Mereka mencatat
segala hal yang berhubungan dengan suku tersebut, seperti adat istiadat, bahasa,
susunan masyarakat, dan ciri fisik suku tersebut. Melalui buku harian atau jurnal yang
telah mereka gunakan untuk mencatat apa yang telah mereka temui, bersamaan
dengan itu mulai terkumpul tulisan tulisan tangan para pelaut, penyiar agama, dan
musafir. Tulisan tersebu disebut “ etnografi “ dari kata ethos yang artinya bangsa, pada
saat itu tulisan tersebut sangat menarik bagi bangsa Eropa, akan tetapi terkadang
deskripsi yang dijelaskan masih kurang jelas atau kabur.

2. Fase Kedua ( tahun 1800/ kira-kira abad ke-19 )


Pada permulaan abad ke-19 perhatian pengetahuan tentang ciri fisik, adat
istiadat dan masyarakat bangsa-bangsa lain diluar Eropa, menimbulkan usaha-usaha
dari dunia ilmiah untuk mengintegrasikan seluruh pengetahuan etnografi menjadi satu.
Integrasi yang benar-benar baru timbul pada pertengahan abad ke-19, pada
fase ini bahan-bahan etnografi telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan
evolusi pemikiran masyarakat dan kebudayaan yang berevolusi dalam jangka waktu
lama. Mereka menganggap bahwa semua bentuk masyarakat dan bangsa-bangsa
diluar eropa adalah primitive.
Pada fase ini perkembangan Ilmu Antropologi berupa suatu Ilmu Akademis
yang bertujuan mengetahui dan memahami tingkat-tingkat masyarakat dalam sejarah
perkembangan dan penyebaran kebudayaan manusia.

3.Fase Ketiga ( awal abad ke-20 )


Pada permulaan abad ke-20, Negara-negara di Eropa mulai mencapai
kekuasaanya di daerah-daerah jajahan diluar Eropa, dengan mulai membangun koloni-
koloni. Pada fase ini Eropa mulai berhadapan lansung dengan bangsa-bangsa terjajah
diluar Eropa, akan tetapi mereka mulai mendapatkan pemberontakan-pemberontakan
dan cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lainnya.
Oleh karena itu mempelajari bangsa-bangsa lain menjadi sangatlah penting, dan pada
saat itu Eropa mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa
diluar Eropa, dari segi budaya, kebiasaan dan lainnya.

6
Dalam fase ini Ilmu Antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis yang bertujuan
mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa diluar Eropa guna
kepentingan colonial dan mendapatkan suatu pengertian masyarakat masa kini yang
kompleks.

4. Fase Keempat ( setelah tahun 1930-an )


Pada fase ini Ilmu Antropologi berkembang sangat pesat, kebudayaan bangsa-
bangsa asli diluar Eropa mulai terhapus karena adanya kebudayaan Eropa yang
mempengaruhinya. Pada saat itu terjadi beberapa perubahan pada dunia diantaranya
adanya Perang Dunia II dan hilangnya bangsa-bangsa primitive.
Pada saat Perang Dunia II berlangsung menimbulakn kehancuran total pada
beberapa negara, kehancuran tersebut diantaranya timbul kemiskinan, kesenjangan
sosial dan kesengsaraan yang tak berujung. Dan bersama saat itu mulai timbulnya
nasionalisme negara-negara yang terjajah oleh Eropa untuk keluar dari penjajahan.
Pada fase ini bukan berarti fase pertama, kedua dan ketiga terbuang begitu
saja, akan tetapi digunakan sebagai landasan perkembangan baru yang dilakukan
para tokoh ahli dalam suatu symposium untuk meninjau dan merumuskan pokok tujuan
dan ruang lingkup dari Ilmu Antropologi yang baru itu.
Proses perubahan tersebut menyebabkan penelian para ahli antropologi bukan
hanya mempelajari negara-negara diluar Eropa akan tetapi juga mempelajari dan
memahami manusia didaerah pedesaan di Eropa seperti suku Soami, Falm, Lapp, dan
lainnya.
Di fase keempat ini tujuannya dapat dibagi menjadi dua yaitu tujuan akademis
dan tujuan praktis. Tujuan akademisnya yaitu mencapai pengertian manusia pada
umumnya dengan mempelajari keragaman bentuk fisiknya, masyarakat serta
kebudayaannya. Dan tujuan praktisnya adalah mempelajari manusia dalam keragaman
masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.

Antropologi adalah suatu ilmu sosial yang pemaparannya mengenai sejarah


pembentukan antropologi tetap penting dibicarakan. Kebanyakan antropolog
sependapat bahwa antropologi muncul sebagai suatu cabang keilmuan yang jelas
batasannya pada sekitar pertengahan abad kesembilan belas, tatkala perhatian orang
pada evolusi manusia berkembang. Setiap antropolog dan ahli sejarah memiliki alasan
sendiri-sendiri untuk menetukan kapan antropologi dimulai. Dari sudut pandang
“sejarah gagasan”, tulisan-tulisan filsuf, dan peziarah Yunani, sejarawan Arab kuno,
peziarah Eropa kuno, maupun masa renaisans, dan filsuf, ahli hukum, ilmuwan

7
berbagai bidang dari Eropa, semuanya bisa dianggap pendorong bagi dibangunnya
tradisi antropologi.

Sebagai contoh, Alan Bernand (2000) berpendapat bahwa kelahiran antropologi


adalah ketika konsep “kontrak sosial” lahir, dan persepsi mengenai hakikat manusia,
masyarakat dan keanekaragaman kebudayaan tumbuh dari konsep “kontrak sosial”
tersebut. Gagasan ini dalam beberapa hal adalah pelopor dalam teori evolusi.

Perdebatan pada abad ke 18 mengenai asal usul bahasa dan mengenai hubungan
antara manusia dengan apa yang kita sebut primate yang lebih tinggi juga relevan,
seperti halnya perdeatan pada abad ke 19 antara poligenis (keyakinan bahwa setiap
„ras‟ mempunyai asal usul terpisah) dan monogenis (keyakinan bahwa manusia
memiliki asal usul keturunan yang sama, dari adam atau dari makhluk yang disebut
dengan kera). Gagasan demikian itu tidak hanya penting sebagai fakta sejarah, tetapi
juga karena gagasan itu membentuk persepsi antropologi modern mengenai dirinya
sendiri.

Berkembangnya Ilmu Antropologi

Dalam arti tertentu, praktik antropologi dimulai begitu manusia mulai berfikir tentang
masyarakat dan keyakinan-keyakinan mereka, dan secara sadar memutuskan untuk
membandingan diri mereka sendiri dengan masyarakat-masyarakat lain yang
melakukan kontak dengan mereka.

Ahli sejarah Yunani, Herodotus (484-425 SM) menghabiskan bertahun-tahun untuk


melakukan perjalanan di Asia, Mesir dan Yunani, dan menuliskan gambaran terperinci
tentang pakaian, panen, etiket dan ritual dari orang-orang yang ia jumpai. Ibn Khaldun
(13326-1406) adalah seorang ahli politik dan sejarah yang tinggal beberapa tahun. Ia
menghasilkan karya ilmiah yang menakjubkan, karena mengelompokkan orang-orang
yang diamatinya menjadi dua kelompok masyarakat, yaitu suku Bedouin yang
dianggap liar, nomaden serta agresif, dan masyarakt kota yang menetap,
berpendidikan dan kadang-kadang korup, yang menggantungkan hidup mereka pada
pertanian lokal.

Antropologi mengemuka setelah melewati serangkaian perkembangan yang kompleks,


dan saat ini mencakup minat-minat dan bidang-bidang ilmu yang sangat beragam. Kita

8
akan meninjau beberapa diantaranya untuk memahami bagaimana antropologi sampai
saat pada perkembangannya saat ini.

Setidaknya sejak abad kelima belas, dengan dilengkapinya pe;ayaran-pelayaran besar


untuk menemukan dan menaklukan wilayah baru, muncul berbagai perdebatan tentang
sifat dan adat istiadat orang-orang biadab yang digambarkan oleh orang pelaut dan
pedagang. Di akhir abad keenam belas sastrawan Perancis, Michael De Montaigne
(1533-1529), memadukan pengetahuannya tentang karya-karya penulis klasik seperti
Xenophon, Lucretius dan virgil dengan penjelajahan-penjelajahan dunia baru.

Selama zaman pertengahan, makhluk didunia dikelompokkan kedalam beberapa ordo


yang statis, diciptakan oleh tuhan yang disebut rantai kehidupan (chain of being). Pada
abad ketujuh belas dan delapan belas „Rantai‟ tersebut kerat teramati dalam kondisi-
kondisi yang lebih dinamis. Dengan demikian, kebudayaan dapat dianggap sebagai
kemajuan, dengan masyarakat eropa sebagai titik puncak perkembangan, baik secara
moral maupun cultural.

Antropologi menjadi sebuah subjek akademis yang berdiri sendiri pada abad
kesembilan belas, sebagian besar memusatkan perhatian pada penelitian sifat-sifat
fisik, bahasa dan budaya masyarakat yang belum beradab. Sir Edward Tylor menjadi
dosen antropologi di Oxford pada tahun 1884, maka mulai disinilah antropologi
dikembangkan diberbagai Negara. Hampir disepanjang abad kesembilan belas, status
pasti antropologi mencakup segala hal, mulai dari mengukur bentuk dan ukuran kepala
sampai mengumpulkan artefak untuk mengisi museum-museum dikota-kota yang
kaitannya dengan sains, terutama zoology dan biologi.

Goerge Stocking, seorang ahli antropologi sejarah dari Amerika membedakan perilaku
banyak warga Inggris Victoria dengan masyarakat non Eropa, secara jelas gambaran
yang dimunculkan adalah gambaran seorang yang bukan saja terasing secara
geografis, tapi juga kebalikan dari gambaran ideal dari seorang pria Victoria; berkulit
putih, menarik bersih (sifat ini bisa dikatakan mendekati sifat saleh). Gagasan itu jelas
menggambarkan evolusi budaya, sebuah gagasan yang berhasil menjadi sebuah teori
dominan di abad kesembilan belas.

Gagasan ini didukung oleh hasil penelitian beberapa disiplin ilmu, bukti-bukti geologi
menunjukan bahwa bumi lebih tua daripada yang diungkapkan oleh injil, sementara
penemuan-penemuanarkeologi seperti peralatan yang ditemukan di tanah berlumpur

9
Denmark dianggap mendukungteori yang menyatakan bahwa umat manusia telah
melewati berturut-turut, zaman-zaman batu, perunggu, dan bes

BAB IV

ANTOPOLOGI BUDAYA

Kosep Kebudayaan
Kata Kebudayaan atau budaya adalah kata yang sering dikaitkan dengan Antropologi.
Secara pasti, Antropologi tidak mempunyai hak eksklusif untuk menggunakan istilah
ini. Seniman seperti penari atau pelukis dll juga memakai istilah ini atau diasosiasikan
dengan istilah ini, bahkan pemerintah juga mempunyai departemen untuk ini. Konsep
ini memang sangat sering digunakan oleh Antropologi dan telah tersebar
kemasyarakat luas bahwa Antropologi bekerja atau meneliti apa yang sering disebut
dengan
kebudayaan. Seringnya istilah ini digunakan oleh Antropologi dalam pekerjaan-
pekerjaannya bukan berarti para ahli Antropolgi mempunyai pengertian yang sama
tentang istilah tersebut. Seorang Ahli Antropologi yang mencoba mengumpulkan
definisi yang pernah dibuat mengatakan ada sekitar 160 defenisi kebudayaan yang
dibuat oleh para ahli Antropologi. Tetapi dari sekian banyak definisi tersebut ada suatu
persetujuan bersama diantara para ahli Antropologi tentang arti dari istilah tersebut.
Salah satu
definisi kebudayaan dalam Antropologi dibuat seorang ahli bernama Ralph Linton yang
memberikan defenisi kebudayaan yang berbeda dengan pengertian kebudayaan
dalam kehidupan sehari-hari:
“Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya
mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih
diinginkan”.
Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan. Istilah ini meliputi cara-
cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan
manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu.
Seperti semua konsep-konsep ilmiah, konsep kebudayaan berhubungan dengan
beberapa aspek “di luar sana” yang hendak diteliti oleh seorang ilmuwan. Konsep-
konsep kebudayaan yang dibuat membantu peneliti dalam melakukan pekerjaannya
sehingga ia tahu apa yang harus dipelajari. Salah satu hal yang diperhatikan dalam

10
penelitian Antropologi adalah perbedaan dan persamaan mahluk manusia dengan
mahluk bukan manusia seperti simpanse atau orang-utan yang secara fisik banyak
mempunyai kesamaankesamaan. Bagaimana konsep kebudayaan membantu dalam
membandingkan mahluk-mahluk ini? Isu yang sangat penting disini adalah
kemampuan belajar dari berbagai mahluk hidup. Lebah melakukan aktifitasnya hari
demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun dalam bentuk yang sama. Setiap
jenis lebah mempunyai pekerjaan yang khusus dan melakukan kegiatannya secara
kontinyu tanpa memperdulikan perubahan lingkungan disekitarnya. Lebah pekerja
terus sibuk mengumpulkan madu untuk koloninya. Tingkah laku ini sudah terprogram
dalam gen mereka yang berubah secara sangat lambat dalam mengikuti perubahan
lingkungan di sekitarnya. Perubahan tingkah laku lebah akhirnya harus menunggu
perubahan dalam gen nya. Hasilnya adalah tingkah-laku lebah menjadi tidak fleksibel.
Berbeda dengan manusia, tingkah laku manusia sangat fleksibel. Hal ini terjadi karena
kemampuan yang luar biasa dari manusia untuk belajar dari pengalamannya. Benar
bahwa manusia tidak terlalu istimewa dalam belajar karena mahluk lainnya pun ada
yang mampu belajar, tetapi kemampuan belajar dari manusia sangat luar-biasa dan hal
lain yang juga sangat penting adalah kemampuannya untuk beradaptasi dengan apa
yang telah dipelajari itu.

Antropologi budaya adalah cabang antropologi yang berfokus pada penelitian variasi
kebudayaan pada manusia. Disiplin ini berbeda dengan cabang antropologi sosial,
yang memandang keragaman budaya sebagai sub bagian dari antropologi itu sendiri.

Berbagai metode yang digunakan dalam studi antropologi budaya antara lain
pengamatan partisipatif (participant observation), wawancara, dan survei. Metode
pengamatan partisipatif sering disebut juga sebagai "penelitian lapangan" (fieldwork)
karena memerlukan dedikasi [[antropolog untuk menetap dalam kurun waktu yang
cukup lama di lokasi penelitiannya.

Asal-Usul

Salah satu pengertian pertama tentang pengertian istilah "kebudayaan" berdasarkan


antropologi adalah oleh Sir Edward Burnett Tylor, antropolog asal Inggris dalam
halaman pertama bukunya yang terbit tahun 1897: "Kebudayaan, atau peradaban,
diambil dalam artinya yang luas dan etnografis, adalah keseluruhan yang kompleks
yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, kesusilaan, hukum, adat-

11
istiadat dan kemampuan dan kebiasaan lain mana pun yang didapati manusia sebagai
anggota masyarakat. Istilah "peradaban" di kemudian hari diganti definisiiya oleh V.
Gordon Childe, di mana "kebudayaan" menjadi istilah perangkum dan "peradaban"
menjadi satu jenis khusus kebudayaan.

Wawasan antropologis tentang "kebudayaan" antara lain mencerminkan reaksi


terhadap wacana sebelumnya di dunia Barat, yang berdasarkan pada perlawanan
antara "budaya" dan "alam", di mana sejumlah manusia dianggap masih hidup dalam
"keadaan alamiah". Para antropolog menyatakan bahwa kebudayaan justru
merupakan "alam manusia" dan semua manusia memiliki kemampuan untuk
menyusun pengalaman, menterjemahkan penyusunan ini secara simbolis berkat
kemampuan berbicara dan mengajarkan paham tersebut ke manusia lainnya.

Karena manusia mendapati kebudayaan melalui proses belajar enculturation dan


sosialisasi, orang yang tinggal di tempat yang berbeda atau keadaan yang berbeda,
akan mengembangkan kebudayaan yang berbeda. Para antropolog juga
mengemukakan bahwa melalui kebudayaan, orang dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya secara non-genetik, sehingga orang yang tinggal di lingkungan yang
berbeda sering akan memiliki kebudayaan yang berbeda. Teori antropologi terutama
berasal dari kesadaran dan minat akan perselisihan antara segi lokal (kebudayaan
tertentu) dan global (kemanusiaan secara umum, atau jaringan hubungan antara orang
di tempat atau keadaan yang berbeda).

Perkembangan antropologi budaya terjadi dalam konteks akhir abad ke-19, saat
pertanyaan tentang kebudayaan manakah yang "primitif" dan yang mana yang
"beradab", tidak hanya ada dalam benak Marx dan Freud tetapi juga banyak orang
lainnya. Kolonialisme dan prosesnya semakin sering membuat pemikir asal Eropa
berhubungan, secara langsung atau tidak langsung, dengan bangsa lain yang
"primitif". Keadaan yang berbeda antara berbagai kelompok manusia, yang sebagian
memiliki teknologi modern dan maju seperti mesin dan telegraf, sedangkan sebagian
lain tidak memiliki apa-apa kecuali komunikasi tatap muka dan masih hidup dengan
gaya Paleoliti, menarik perhatian angkatan pertama antropolog budaya.

Sejajar dengan perkembangan antropologi budaya di Amerika Serikat, di Inggris


antropologi sosial, di mana "kesosialan" merupakan paham inti yang berpusat pada
penelitian mengenai kedudukan dan peranan sosial, kelompok, lembaga dan

12
hubungan antaranya, berkembang sebagai disiplin akademis. Suatu istilah perangkum,
yaitu antropologi sosial-budaya, mengacu baik ke antropologi budaya maupun sosial.

Salah satu alasan sehingga topik catatan ini (kebudayaan) perlu dikemukakan, adalah
berkenaan dengan masih terdapat pandangan dari kalangan-kalangan tertentu, seperti
akademisi non-ilmu sosial, politisi, birokrat maupun kalangan seniman pada umumnya,
disadari atau tidak belum memahami substansi kebudayaan secara akademik
(antropologi). Makanya, tidaklah mengherankan kalau istilah kebudayaan masih
diidentikan dengan tarian-tarian tradisional, candi-candi, kerajinan tangan, bahkan ada
yang menganggap sebagai budi dan daya, yakni akronim dari budaya.

Dalam kepustakaan antropologi, konsep kebudayaan mengalami perbedaan


pandangan teoritis. Singkatnya di kalangan pakar antropologi sendiri dalam forum-
forum ilmiah mempertanyakan, apakah kebudayaan itu sebagai pola dari perilaku;
dibedakan dengan kebudayaan sebagai pola untuk perilaku? Kenyataannya, jika para
ahli antropologi mengkaji tentang tatanan semesta menunjukkan pandangan yang
bertolak belakang bilamana mereka menggunakan istilah kebudayaan, dan tidak
jarang mereka akan bolak-balik menggunakan pengertian kebudayaan yang dimaksud
(lihat Keesing 1989; Bourdieu 1993; d‟Andrade 1984; Geertz 1992; Koentjaraningrat
1986; Spradley 1979; Suparlan 1986; Thomson, et al 1990),.

BAB V

Kesimpulan Dan Analisis Kritis

Antropologi adalah salahsatu cabang ilmu pemgetahuan sosial yang mempelajari


tentang budaya masyarakat suatu etnis tertetentu. Antropologi lahir atau munul
berawal dari keterkaitan orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiada, budaya
yang berbeda dari apa yang dikenal di eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan
melaluli beberapa fase. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang
merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal
di daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosisologi lebih
menitik beratkanpada masyarakatnya dan kehidupan sosialnya.

Antropologi mempunyai peranan yang yang besar dalam perkembangan kehidupan


manusia sehinga diharapkan kepada kita semua untuk selalu mengembangkan

13
wawasan dan memperdalam pemahaman tentang masyarakat yang berkaitan dengan
antropologi.

Daftar Pustaka

https://www.kompasiana.com/yusran_baskara/56f4f0be529773bc065b8c9e/pengertian
-antropologi-secara-umum-definisidefinisi-antropologi-menurut-para-ahli

https://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi

https://www.kompasiana.com/daishg/56fe814da123bd2d091a9db5/ruang-lingkup-
antropologi-dan-pentingnya-antropologi

https://www.kompasiana.com/windaaryani/5df634fa097f3651e741f432/mengenal-
ontologi-epistemologi-dan-aksiologi-dalam-kehidupan-sehari-hari?page=all

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2012/11/28/ontologi-epistimologi-dan-aksiologi-
dalam-pengetahuan-filsafat/

http://dhilarriqo96.blogspot.com/2017/06/sejarah-antropologi.html

http://www.lilandcloe.com/perkembangan-antropologi/

https://sites.google.com/site/ardlin555555/referensi/antropologi/1

https://sites.google.com/site/ardlin555555/referensi/antropologi/1

https://beritamanado.com/makna-kebudayaan-dalam-dinamika-antropologi/

14

Anda mungkin juga menyukai