Kadar Air - A - 190341100022 - Vindy Dwi Murdiyanto
Kadar Air - A - 190341100022 - Vindy Dwi Murdiyanto
Oleh :
190341100022
Asisten:
Air merupakan sesuatu yang sangat mendominasi di dunia ini, bahkan dalam tubuh
manusia sebagian besar mengandung air. Keberadaan air juga berada dalam bahan pangan
yang sering dihubungkan dengan mutu bahan pangan, sebagai pengukur bertahannya suatu
makanan. Keterikatan air dengan komponen bahan pangan inilah yang menyebabkan
kesulitan pada analisis air pada suatu bahan pangan yang harus menggunakan bahan kimia
untuk menguji (Mutalib et al 2019).
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan
dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan
pangan. Kadar air dalam bahan pangan dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita
rasa pada bahan pangan (Fikri et al 2018).
Praktikum kali ini yang dilakukan adalah menganalisis kadar air pada daun Suaeda
maritima (Pedangan). Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui berapa persen kadar air
pada tumbuhan tersebut. Kadar air harus diketahui dalam penentuan nilai gizi pangan untuk
mengetahui kelayakan untuk dikonsumsi dan penentuan umur simpan (Slamet et al 2010).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Biokimia tentang kadar serat pada daun pedangan
(Suaeda maritima) adalah sebagai berikut:
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum Biokimia tentang kadar serat pada daun pedangan
(Suaeda maritima) adalah sebagai berikut:
3. Mahasiswa dapat mengetahui hasil dari kadar serat daun pedangan (Suaeda maritima)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Gambar
Menurut Muzaki et al, (2012), klasifikasi Suaeda maritima adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllaes
Famili : Chenopodiaceae
Genus : Suaeda
(Estiasih et al 2015)
2.2 Morfologi Pedangan (Suaeda Maritima)
Tumbuhan alor memiliki dua jenis yaitu alor berdaun hujau dan alor berdaun merah.
Tumbuhan pedangan (Suaeda maritima) meupakan salah satu jenis alor yang berdaun hijau.
Tumbuhan ini memiliki daun seperti duri tetapi tidak tajam, apabila terendam dalam air yang
mempuyai salinitas tinggi maka akan berwarna keunguan (Polic et al 2009).
Tumbuhan ini memliki tinggi yang bervariasi dari 10-30 cm tumbuh dengan tegak atau
merunduk. S. maritima mempunyai daun berbentuk silindris memanjang, berdaging, dan
berwarna hijau yang diselimuti oleh warna merah muda atau ungu. Tumbuhan ini
mempunyai banyak cabang lateral, memiliki daun sukulen, dan berwarna hiijau hingga
merah (Muzaki et al 2012).
Suaeda maritima merupakan tanaman yang tumbuh di pesisir laut, biasanya di garis
pasang tertinggi. Tumbuhan ini termasuk jenis alor yang menyerap garam sehingga memiliki
rasa asin dengan tekstur yang renyah serta berair. Buah dari tumbuhan ini memiliki diameter
sekitar 2-2,5 mm yang berwarna hijau bergerombol pada ujung cabang (Chin and Tan 1990).
S. maritima adalah tanaman tahunan yang ditemukan paling banyak dari pantai laut
Eropa dan di daerah salin pedalaman seperti Rusia, Eropa Tengah, Asia Timur, dan India
Timur. Tumbuhan pedangan (Suaeda maritima) tumbuh di lahan lumpur dan rawa-rawa
yang beragam serta tanah berpasir yang tumbuh dalam bentuk semak. Tumbuhan ini dapat
tumbuh dengan baik pada tanah dengan salinitas tinggi dan pH netral hingga basa (Polic et
al 2009).
Tumbuhan ini tumbuh di lahan sekitar pantai yang basah dan lembab. Suaeda maritima
termasuk jenis mangrove asosiasi yang cukup kosmopolit terutama di sekitar pertambakan.
Suaeda maritima dicirikan memiliki banyak daun yang tebal dan segar yang hanya tumbuh
subur di habitat asin. Suaeda maritima adalah spesies tumbuhan mangrove asosiasi yang
termasuk dalam famili Chenopodiaceae yang merupakan jenis mangrove asosiasi yang
berada di tepian atau gundukan pasir (Nirwani et al 2012).
Suaeda maritima pada umumnya tumbuh di daratan mangrove, rawa-rawa, pematang
tambak dan areal pasang surut pantai. Tumbuhan ini termasuk mangrove asosiasi yang
tumbuh di bagian tepi daratan mangrove dan gunduka tanah di tambak. Tumbuhan ini
merambat pada permukaan tanah yang agak kering sehingga seperti semak-semak (Juwita et
al 2015).
2.4 Kandungan Gizi Pedangan (Suaeda Maritima)
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang terbelakang atau tidak sepopuler sayuran lain
untuk dikonsumsi. Tumbuhan ini dapat tumbuh secara alami, sehingga harganya rendah
tetapi memiliki nilai gizi yang tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Sudjaroen, (2015) yaitu
kandungannya terdiri dari air, protein (3,46% ± 0,04% w/w), lemak (0,15% ± 0,01% w/w),
karbohidrat (2,18%, ± 0,02% w/w), serat (6,21 % ± 0,01% w/w), kalsium (2471,37 ± 0,054
mg/100 g), dan beta karoten (3545,16 ± 0,093 mg/100 g).
Suaeda maritima mengandung vitamin A yang merupakan hasil konversi dari kandungan
beta karoten. Beta karoten pada tumbuhan ini identik dengan mudah mengalami penurunan
dan kerusakan saat mengalami pengolahan. Cara pengolahan agar kandungan vitamin A
diperoleh maksimum yaitu dengan dijadikan jus dan serbuk (Permatasari et al 2017).
Tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai olahan yang memanfaatkan daun mudanya.
Daun mudannya bisa digunakan sebagai sayuran segar atau dimasak tetapi harus dimasak
dengan jenis sayur yang lain untuk mengurangi rasa asinnya. Orang lokal diprovinsi Samut
Songkram menggunakan tumbuhan ini untuk berbagai jenis makanan seperti bahan
tambahan salad, kari, dan pasta cabai (Estiasih et al 2015).
Daun dari Suaeda maritima telah digunakan sebagai obat untuk hepatitis dan dilaporkan
memiliki aktivitas antivirus. Tumbuhan ini bermanfaat untuk fitoremediasi gumuk pasir
dengan cara membentuk koloni secara paralel pada permukaan pantai dan membentuk
tahanan terhadap angin yang membawa pasir dari gumuk. S. maritima yang hidup secara
berkoloni ini dapat memperkuat gundukan pasir dengan menggunakan akarnya yang
merambat (Das et al 2015).
Tanaman ini tumbuh dengan baik tanpa efek toksik sehingga dapat dimanfaatkan untuk
fitoremidasi dan desalinasi lahan kritis. Kandungan senyawa yang berkhasiat di dalamnya
seperti alkaloid, saponin, tanin, terpenoid dan steroid. Kandungan dariTanaman ini dapat
mengatasi gangguan ginjal dan berfungsi sebagai anti bakteri (Al-Azzawi et al 2012).
‘
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Biokimia Laut tentang “Analisa Kadar Air” dilaksanakan Jum’at, 13 Maret
2020. Praktikum tentang Analisa Kadar Air dilaksanakan mulai pukul 13.00-17.00 WIB.
Praktikum Analisa Kadar Air dilaksanakan di Laboratorium Biologi Laut, Universitas
Trunojoyo Madura.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Tabel 3.1 Alat dan fungsi
No. Alat Fungsi
1. Desikator Berfungsi sebagai alat mendinginkan sampel
2. Oven Berfungsi sebagai alat memanaskan sampel
3. Neraca analitik Berfungsi sebagai alat menimbang sampel
4. Nampan Berfungsi sebagai tempat sampelsaat dioven
5. Penjepit Berfungsi sebagai alat menjepit cawan porselin
6. Cawan porselin Berfungsi sebagai tempat sampel
3.2.2 Bahan
Tabel 3.2 Bahan dan fungsi
No. Bahan Fungsi
1. Kertas saring whatman Berfungsi sebagai penyaringan sampel
2. Daun pedangan Berfungsi sebagai sampel
3.3 ProsedurKerja
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Analisis dilakukan sebanyak dua kali percobaan pada setiap sampelnya. Kelompok 1
menggunakan sampel daun alor, pada percobaan 1 kadar airnya diperoleh sebesar 20,6% dan
percobaan 2 sebesar 21,08%. Kelompok 2 menggunakan sampel ikan selar kuning yang
dilakukan pada percobaan 1 kadar airnya diperoleh sebesar 14,7% dan percobaan 2
diperoleh sebesar 16,02%. Kelompok 3 yaitu kelompok kami yang menggunakan sampel
daun pedangan yang dilakukan pada percobaan 1 kadar airnya diperoleh sebesar 22,6% dan
percobaan 2 sebesar 8,593%. Kelompok 4 yang menggunakan sampel ikan kurisi, pada
percobaan 1 diperoleh kadar airnya sebesar 9,5% dan percobaan 2 diperoleh sebesar 10,1%.
Kandungan sampel kelompok saya yang menggunakan daun pedangan (Suaeda
maritima) yang kadar airnya paling tinggi jika dibandingkan dengan sampel daun alor, ikan
selar kuning, dan ikan kurisi pada percobaan 1 dan percobaan yang kedua sampel kami
mengalami perubahan yaitu paling rendah kadar airnya dari kelompok lain. Nilai kadar air
yang berbeda jauh pada kelompok kami mungkin pada percobaan yang pertama mengalami
kekeliruan dalam prosedurnya. Kandungan kadar air yang tinggi pada percobaan ini yakni
daun alor. Analisis kadar air kali ini dapat disimpulkan bahwa banyak atau berat sampel
yang diperoleh sangat mempengaruhi nilainya.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Biokimia tentang kadar serat daun alor merah adala
h sebagai berikut:
1. Daun mudannya bisa digunakan sebagai sayuran segar atau dimasak sebagai olahan Daun
dari Suaeda maritima telah digunakan sebagai obat untuk hepatitis dan dilaporkan
memiliki aktivitas antivirus. Tumbuhan ini bermanfaat untuk fitoremediasi gumuk pasir.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sudjaroen, (2015) yaitu kandungannya terdiri dari air,
protein (3,46% ± 0,04% w/w), lemak (0,15% ± 0,01% w/w), karbohidrat (2,18%, ±
0,02% w/w), serat (6,21 % ± 0,01% w/w), kalsium (2471,37 ± 0,054 mg/100 g), dan beta
karoten (3545,16 ± 0,093 mg/100 g). Suaeda maritima mengandung vitamin A yang
merupakan hasil konversi dari kandungan beta karoten.
3. kadar air pengulangan I adalah sebesar 22,6 % dan kadar air pengulangan II adalah
sebesar 8,593 %.
5.2 Saran
a. Laboratorium
b. Asisten Praktikum
c. Praktikan
Praktikan harus lebih sopan lagi terhadap asisten. Praktikan seharusnya belajar
terlebih dahulu sebelum praktikum dimulai. Praktikan tidak boleh bercanda saat
praktikum dimulai.
DAFTAR PUSTAKA
Das, S., Sufia, Z., Pramanick, P., Pal, N., and Mitra, A. 2015. Suaeda maritima : A Potential
Carbon Reservoir of Coastal Zone. International Advanced Research Journal in Science,
Engineering and Technology. 2(5): 61-65.
Estiasih, T., Putri, W.D.R., dan Widyastuti, E. 2015. Komponen Minor dan bahan Tambahan
Pangan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Fikri, A.K., Andriani, D.P., dan Dwi, S.N. 2018. Analisis Pengendalian Kualitas Kadar Air
Produk Wafer Stick pada Industri Makanan Ringan. Jurnal Teknik Industri ITN Malang.
4(2): 10-17.
Mutalib, S.A., Joko, N.W.K., Nursigit, B. 2019. Analisis Kadar Air dan Aroma Blending kopi
Arabika (Coffea arabica L) dan Robusta (Coffea canephora L) Selama Penyimpangan
Dengan Principal Component Analisys (PCA). Jurnal AGROTEK. 6(1): 23-30.
Muzaki, F.K., Saptarini, D., Kuswytasari, N.D., dan Sulisetyono. A. 2012. Menjelajah
Mangrove Surabaya. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Nirwani, S., Ardiansyah, W.I., dan Rudhi, P. 2012. Struktur Vegetasi dan Komposisi Vegetasi
Mangrove di Kawasan Pesisir Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur.
Journal of Marine Research. 1(2): 203-2015.
Permatasari, I., Suhariyadi., dan Rahayuningsih, C.K. Pengolahan Tumbuhan Alur (Suaeda
maritima) Terhadap Kadar Vitamin A dengan Metode Spektrofotometri. Analisis
Kesehatan Sains. 6(2): 473-477.
Polic, D., Lukovic, J., Zoric, L., Boza, P., Merkulov, L., and Knezevic, A. 2009. Morpho-
Anatomical Differentiation of Suaeda maritima (L.) Dumort. 1872. (Chenopodiaceae)
Populations from Inland and Maritime Saline Area. Central European Journal of Biology.
4(1): 117-129.
Slamet, B., Sitanggang, A.B., Silalahi, B.E., dan Murdiati, W. 2010. Penentuan Umur Simpan
Seasoning Menggunakan Metode Accelated Shelf-Life Testing (ASLT) Dengan
Pendekatan Kadar Air Kritis. Jurnal Teknologi Pertanian. 11(2): 71-77.
Sudjaroen, Y. 2015. Evaluation for Nutritive Values and Antioxidant activities of Dried Seablite
(Suaeda maritima). Academic Journals Scientific Research and Essays. 10(9): 306-312.