Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani,
S.Th.I., M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam,
dengan berkat bimbingan dan arahan Beliau kami dapat menyelesaikan artikel ini tepat
waktu tanpa kendala yang bararti. Semoga Beliau selalu diberikan kesehatan oleh
Allah agar tetap dapat membimbing kami menjadi lebih baik lagi. Aamiin.
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat untuk semua orang
terlebih untuk penulis pribadi. Kami mohon maaf jika terdapat kesalahan kata kata
yang kurang berkenan bagi pembaca dalam artikel ini. Penulis menyadari bahwa
artikel ini sangat jauh dari kata sempurna sehingga segala kritik dan saran senantiasa
diharapkan demi penyempurnaan artikel ini.
Penyusun,
COVER........................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................. 1
TAUHID : KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM
ISLAM............................................................................................................................ 1
BAB II............................................................................................................................ 5
SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS................................5
BAB III........................................................................................................................... 8
TIGA GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS.....................................................8
BAB IV......................................................................................................................... 13
PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFERENSI AL-HADITS).................13
BAB V.......................................................................................................................... 18
AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, KEADILAN SERTA PENEGAKAN
HUKUM DALAM ISLAM...............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................23
BAB I
A. Pengertian tauhid
Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari
fi’il wahhada-yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya
menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu
menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja,
kemudian baru menetapkannya” (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39).
Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-
satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh
Tsalatsatil Ushul, 39). Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa
banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa
Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain,
namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan saja.
B. Pembagian Tauhid
Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para
ulama sejak dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa ada
tauhid terbagi menjadi tiga: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan
Tauhid Al-Asma Was-Shifat.
1. Tauhid Rububbiyah
Yaitu mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian yang hanya bisa
dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah Ta’ala
adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang
mengatur dan mengubah keadaan mereka. (Al Jadid Syarh Kitab
Tauhid, 17). Meyakini rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam
mencipta dan mengatur alam semesta, misalnya meyakini bumi dan langit
serta isinya diciptakan oleh Allah, Allahlah yang memberikan rizqi, Allah
yang mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-bintang,
dll. Dinyatakan dalam Al-Qur’an surah Al-An’am ayat pertama “Segala puji
bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap
dan terang”.
2. Tauhid Uluhiyah
Yaitu mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan baik yang
zhahir maupun batin (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17). Sedangkan makna
ibadah adalah semua hal yang dicintai oleh Allah baik berupa perkataan
maupun perbuatan. Apa maksud ‘yang dicintai Allah’? Yaitu segala
sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala
sesuatu yang dijanjikan balasan kebaikan bila melakukannya. Seperti
shalat, puasa, bershodaqoh, menyembelih. Termasuk ibadah juga berdoa,
cinta, bertawakkal, istighotsah dan isti’anah. Maka seorang yang
bertauhid uluhiyah hanya meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah
semata, dan tidak kepada yang lain.
3. Tauhid Al-Asma Was-Shifat
Yaitu mentauhidkan Allah Ta’ala dalam penetapan nama dan sifat
Allah, yaitu sesuai dengan yang Ia tetapkan bagi diri-Nya dalam Al Qur’an
dan Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Cara bertauhid asma
wa sifat Allah ialah dengan menetapkan nama dan sifat Allah sesuai yang
Allah tetapkan bagi diriNya dan menafikan nama dan sifat yang Allah
nafikan dari diriNya, dengan tanpa tahrif, tanpa ta’thil dan
tanpa takyif (Lihat Syarh Tsalatsatil Ushul). Tahrif adalah memalingkan
makna ayat atau hadits tentang nama atau sifat Allah dari makna zhahir-
nya menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya kata ‘istiwa’ yang
artinya ‘bersemayam’ dipalingkan menjadi ‘menguasai’. Ta’thil adalah
mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah. Sebagaimana
sebagian orang yang menolak bahwa Allah berada di atas langit dan
mereka berkata Allah berada di mana-mana. Takyif adalah
menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal Allah sama sekali tidak
serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu
menggambarkan hakikat wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha
menggambarkan bentuk tangan Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-lain.
C. Konsep Ketuhanan dalam Islam
Kata Rabb dalam Alquran memiliki tiga unsur makna yaitu: Yang
Menciptakan, Yang Memiliki, dan Yang Mengatur. Maksudnya Rabb adalah
yang menciptakan, yang memiliki, dan yang mengatur alam semesta ini.
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu
setiap yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi
oleh manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah
(tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan
selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda
seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai
ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah ayat 165 yang
artinya “Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai
tandingan terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana
mencintai Allah”.
Sebelum turunnya Al-Quran, dikalangan masyarakat Arab telah
menganut konsep tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini
diketahui dari ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a
maupun acara-acara ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi
Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia
mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya
nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab
sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran
Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut
timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi
Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam
mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan
masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan
konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.
Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum
tentu berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik
dinyatakan bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui
oleh Allah. Atas dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam
adalah memerankan ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.
Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam
semesta.
Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah
sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah
pernyataan lain sebagai jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-
Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika Allah yang harus terbayang dalam kesadaran
manusia yang bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai Zat, juga Al-
Quran sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.
Pengakuan manusia terhadap eksistensi Tuhan telah melahirkan
kesadaran bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah swt. Hal
ini juga akan menjadikan manusia-manusia rabbani yaitu orang-orang yang
memiliki komitmen dalam pemeliharaan apa yang menjadi tanggung jawabnya,
orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam tentang hukum agama,
hikmah dan kebijaksanaan mengatur dan membina, serta berusaha
mewujudkan kemaslahatan warganya.
BAB II
Umat Rasulullah merupakan umat terbaik dari seluruh umat-umat para Nabi
yang diutus sebelum beliau. Meskipun umat Rasulullah datang sebagai yang terakhir
diantara umat-umat lainnya, tetapi di akhirat kelak umat Rasulullah-lah yang akan
memasuki Surga terlebih dahulu di bandingkan dengan umat-umat lainnya. Rasulullah
SAW bersabda :
َ َخي َْر أُ َّمتِـي َقرْ نِي ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُو َن ُه ْم ُث َّم الَّذ
ِين َيلُو َن ُه ْم
C. Tabi’ut Tabi’in
Tabi’ut tabi’in atau Atbaut Tabi’in artinya pengikut Tabi’in, adalah orang
Islam teman sepergaulan dengan para Tabi’in dan tidak mengalami masa hidup
Sahabat Nabi. Tabi’ut tabi’in disebut juga murid Tabi’in. Menurut banyak
literatur Hadis : Tab’ut Tabi’in adalah orang Islam dewasa yang pernah bertemu
atau berguru pada Tabi’in dan sampai wafatnya beragama Islam. Dan ada juga
yang menulis bahwa Tabi’in yang ditemui harus masih dalam keadaan sehat
ingatannya. Karena Tabi’in yang terahir wafat sekitar 110-120 Hijriah.
Dalam kalangan 4 imam mazhab ahli sunnah waljamaah imam Hanafi
tidak termasuk dalam tabi’ tabiin karena beliau pernah berguru dengan sahabat
Nabi. Manakala baik 3 imam yaitu imam Malik dan imam Syafi’i adalah tabi’
tabiin karena mereka berguru dengan tabiin. Tabi’in seperti definisi di atas tapi
bertemu dengan Sahabat. Sahabat yang terahir wafat sekitar 80-90 Hijriah.
Diantara para tabi’ut tabi’in selain yang tersebut diatas adalah , Al
Auza’iy, Sufyan Ats-Tsauriy, Sufyan bin Uyainah Al-Hilaliy, Al-Laits bin Saad,
Abdullah bin Al-Mubaarok, Waki’, Abdurrahman bin Mahdiy, Yahya bin Said Al-
Qathan, Yahya bin Ma’in, Ali bin Al-Madiniy, Ja'far al-Sadiq, al-Qasim bin
Muhammad bin Abu Bakr as-Siddiq, dan Syu’bah ibn a Hajjaj.
BAB IV
A. Pengertian
Istilah Salafi atau Salafiyah menurut bahasa adalah telah lalu. Kata
Salaf juga bermakna seseorang yang telah mendahului (terdahulu) dalam ilmu,
iman, keutamaan dan kebaikan. Ibnu Manzhur mengatakan bahwa salaf berarti
orang yang mendahului anda, baik dari bapak maupun orang-orang terdekat
(kerabat) yang lebih tua umurnya dan lebih utama.
Adapun salaf menurut istilah adalah sifat yang khusus dimutlakkan
kepada para sahabat. Ketika disebutkan salaf, maka yang maksud pertama kali
adalah para sahabat. Adapun selain mereka itu ikut serta dalam makna salaf
ini, yaitu orang orang yang mengikuti mereka. Artinya bila mereka mengikuti
para sahabat, maka disebut Salafiyyun (orang orang yang mengikuti salafush
shalih). Allah SWT berfirman yang artinya :
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah
dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai
di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan
yang besar.”
Dari segi zaman, kata salaf digunakan untuk menunjukkan kepada
sebaik baik kurun, dan yang lebih patut dicontoh dan diikuti yaitu tiga kurun
yang pertama (dalam Islam) yang diutamakan, yang disaksikan dan disifati
dengan kebaikan melalui lisan sebaik-baik manusia, yaitu Rasulullah.
Pembatasan dari segi zaman tidak cukup untuk membatasi pengertian
salaf, harus ditambahkan syarat dalam hal ini yatiu kesesuaian dengan al-
Qur’an dan Sunnah, sehingga siapapun yang akalnya menyelisihi kedua
sumber tersebut bukanlah salafi, meskipun dia hidup ditengah-tengah para
sahabat dan tabi’in. Ada beberapa hal di dalam memahami pengertian Salafi
yaitu:
Al-salaf yaitu mereka tiga generasi pertama dan paling utama dari umat
islam, yaitu para sahabat (mereka yang hidup sebagai muslim pada masa Nabi,
pernah bertemu dengan beliau, serta wafat sebagai muslim), Tabi’in (mereka
yang hidup di masa sahabat dan wafat sebagai muslim), dan Tabi’ut Tabi’in
(mereka yang hidup di masa tabi’in dan wafat dalam keadaan muslim).
Salafiyah adalah sebuah gerakan dakwah yang sama artinya dengan
gerakan dakwah Ahlul Sunnah wal Jama’ah. Gerakan dakwah ini sudah mulai
dari masa Rasulullah, lalu terus berlanjut dan mempertahankan eksistensinya
hingga menjelang akhir zaman kelak. Salafi adalah sebutan untuk orang yang
menyatakan diri sebagai muslim yang berupaya mengikuti ajaran al-Qur’an dan
al-Hadits, sesuai dengan pemahaman ulama al-Salaf. Dari uraian tersebut
dapat dipahami bahwa salafiyah adalah arus pemikiran yang mengedepankan
nash nash syar’iyah berbagai macam pemikiran baik secara metode maupun
sistem, yang senantiasa komitmen terhadap petunjuk Nabi dan petunjuk para
sahabat baik secara keilmuan dan pengamalan, menolak berbagai manhaj
yang menyelisihi petunjuk tersebut, baik terkait masalah ibadah maupun
ketetapan syari’at.
Artinya :
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Setiap
persendian manusia wajib bersedekah pada setiap hari di mana matahari terbit
di dalamnya: engkau berlaku adil kepada dua orang (yang bertikai/berselisih)
adalah sedekah, engkau membantu seseorang menaikannya ke atasnya
hewan tunggangannya atau engkau menaikkan barang bawaannya ke atas
hewan tunggangannya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah,
setiap langkah yang engkau jalankan menuju (ke masjid) untuk shalat adalah
sedekah, dan engkau menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.’”
(HR. al-Bukhâri dan Muslim).
Hadits diatas menjelaskan kepada kita bahwa bersedekah itu tidak
hanya dengan harta, akan tetapi juga dengan apa yang mampu, seperti
membantu orang, berkata baik, menyingkirkan duri yang ada di jalan, dan lain
lain.
Menginfakkan harta di jalan Allah adalah ibadah yang paling agung.
Ibadah tidak hanya dilakukan dengan anggota badan, melainkan dapat juga
dilakukan dengan harta seperti bersedekah. Oleh karenanya, Allah menetapkan
zakat sebagai salah satu rukun islam. Membelanjakan harta di jalan Allah
termasuk bentuk ihad yang paling mulia. Bahkan, jihad di jalan Allah dengan
harta lebih didahulukan dibanding jihad dengan jiwa. Hal ini karena jihad
dengan harta dapat memberikan manfaat yang lebih luas.
Allah SWT berfirman :
ْ َم َث ُل الَّ ِذي َْن ُي ْنفِقُ ْو َن أَ ْم َوالَ ُه ْم فِيْ َس ِبي ِْل هللاِ َك َم َث ِل َح َّب ٍة أَ ْن َب َت
َ َوهللا ُ ُي ت َسب َْع َس َن ِاب َل فِيْ ُك ِّل ُس ْن ُبلَ ٍة مِا َئ ُة َح َّب ٍة
ْضا ِعفُ لِ َمن
َي َشا ُـء َوهللا ُ َواسِ ٌع َعلِ ْي ٌم
Artinya :
“Perumpamaan sedekah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 261)
Allah mengumpamakan sedekah dengan sebutir benih yang akan
menghasilkan ratusan biji. Hal tersebut menunjukkan bahwa Allah akan
melipatgandakan pahala orang yang bersedekah. Sedekah kepada orang yang
lebih membutuhkan lebih afdhal dibandingkan sedekah kepada selain sedekah.
Dan nafkah kepada diri sendiri dan keluarga juga merupakan sedekah.
Diantara keutamaan sedekah adalah :
1. Sedekah merupakan bukti kebenaran dari iman seseorang.
2. Sedekah dapat menghapus dosa dan kesalahan.
3. Sedekah sebagai sebab masuk Surga dan dibebaskan dari Neraka.
4. Sebagai sebab keselamatan dari panasnya hari Kiamat.
5. Sedekah sebagai sebab mendapatkan pertolongan, kemenangan, dan
rezeki.
6. Sedekah dapat memelihara jiwa dari kekikiran.
7. Sedekah sebagai sebab mendapatkan keberkahan, tambahan karunia, dan
ganti yang lebih baik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala
8. Orang yang bersedekah karena mengharapkan keridhaan Allah Ta’ala akan
sukses dengan mendapat pujian dari Allah, ganjaran yang besar, dan
hilangnya rasa takut dan sedih
9. Sedekah dapat mengobati penyakit-penyakit jasmani
10. Sedekah dapat membersihkan harta dan mengikis kotoran-kotoran yang
menimpanya karena perbuatan sia-sia, sumpah dusta, dan kelalaian
11. Orang yang bersedekah dapat memadamkan bagi dirinya panasnya alam
kubur
Al Fauzan, S. b. (t.thn.). Macam-Macam Tauhid. Dipetik Oktober 22, 2020, dari Almanhaj:
https://almanhaj.or.id/546-macam-macam-tauhid.html
Al-Atsari, A. I. (t.thn.). Keutamaan Sahabat Nabi. Dipetik Oktober 25, 2020, dari Almanhaj:
https://almanhaj.or.id/3448-keutamaan-sahabat-nabi.html
Almanhaj. (t.thn.). Anjuran Bersedekah Dan Membantu Orang-Orang Yang Sedang Mengalami
Kesulitan. Dipetik Oktober 24, 2020, dari Almanhaj: https://almanhaj.or.id/15202-anjuran-
bersedekah-dan-membantu-orang-orang-yang-sedang-mengalami-kesulitan2.html
AS., A. S. (2020). Sains dan Teknulogi dalan Al-Qur'an (Kajian Filsafat Pendidikan Islam).
Sumbula .
Bashri, H. (2018). Relevansi antara Hadits dan Sains Kaedah dan Aplikasinya dalam Bingkai I'jaz
Ilmi. Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman , 130-146.
Harun, N. (t.thn.). makna keadilan dalam persfektif hukum islam dan perundang undangan.
Jawas, Y. b. (2009). Setiap Manusia Wajib Bersedekah. Dipetik Oktober 24, 2020, dari
Almanhaj: https://almanhaj.or.id/12254-setiap-manusia-wajib-bersedekah-2.html
Konsep Ketuhanan dalam Islam. (t.thn.). Dipetik Oktober 21, 2020, dari google sites:
https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03
Kusumawati, D. P. (2019, Mei 29). Jangan Remehkan Sedekah. Dipetik Oktober 23, 2020, dari
Muslimah.or.id: https://muslimah.or.id/11216-jangan-remehkan-sedekah.html
Lifestyle, H. (2018, Oktober 23). Mengenal Tabi'in dan Tabi’ut tabi’in. Dipetik Oktober 25,
2020, dari Hijab Lifestyle: https://kumparan.com/hijab-lifestyle/mengenal-tabiin-dan-tabiut-
tabiin-1540298896607695377/full
Purnama, Y. (2026, Juli 26). Makna Tauhid. Dipetik Oktober 21, 2020, dari Muslim.or.id:
https://muslim.or.id/6615-makna-tauhid.html
Qutub, S. (2011). Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur'an dan Hadits. Humaniora ,
1339-1350.
Ukkasyah, S. A. (2016, Januari 20). Penjelasan Kasyfus Syubuhat (5) : Definisi Dan Macam-
Macam Tauhid. Dipetik Oktober 21, 2020, dari Muslim.or.id: https://muslim.or.id/27346-
penjelasan-kasyfus-syubuhat-5-definisi-dan-macam-macam-tauhid.html