Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“REVITALISASI PERAN MAHASISWA MILENIAL”

Disusun untuk melengkapi persyaratan peserta Intermedite Training LK II

DISUSUN OLEH :

ARDI RAMDANI

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG JAYAPURA

KOMISARIAT FAKULTAS EKONOMI

2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Saya mengucap syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai persyaratan mengikuti Intermedite
Training LK II dengan judul “Revitalisasi Peran Mahasiswa Milenial”.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
saya mengharapkan kritik serta saran yang membangun, demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jayapura, 27 Januari 2020

ARDI

ii
DAFTAR ISI

HALAM JUDUL............................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................1

C. Batasan Masalah.........................................................................................2

D. Tujuan Penulisan........................................................................................2

E. Metode Penulisan........................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................................................3

A. Pengertian Mahasiswa................................................................................3

1. Peran Mahasiswa...........................................................................................3

2. Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan........................................................5

B. Pengertian Radikalisme..............................................................................6

1. Jenis-jenis Faham Radikal...........................................................................6

2. Peran Mahasiswa Menangkal Radikalisme ............................................6

C. Pengertian Milenial.....................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................8

A. Faktor yg menghambat mahasiswa dalam mengambil peran dalam


tiap persoalan zaman.........................................................................................8

1. Ketergantungan Dengan Teknologi............................................................8

2. Lebih Mengutamakan Kepentingan Diri Sendiri.................................8

3. Kurangnya Soft Skill......................................................................................9

iii
B. Faktor yang membuat faham radikal mudah menyebar......................10

C. Penyebaran Faham Radikal.......................................................................13

1. Melalui Perkaderan Organisasi.................................................................14

2, Melalui Internet...........................................................................................14

BAB IV PENUTUP.....................................................................................................16

A. Kesimpulan................................................................................................16

B. Saran..........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Beda zaman beda pula tantangan yang dihadapi mahasiswa dalam
mengambil peran penting dalam menghadapi tantangan zaman, Peran
mahasiswa begitu luas, ia harus melakukan fungsi dan perannya, karena
masyarakat menanti darma bakti dari mahasiswa untuk membangun
masyarakat Indonesia. Pertanyaannya kenapa harus mahasiswa? Karena
mahasiswa memiliki kide-ide yang hebat dan pemikiran yang
kritis.Adapun peran dan fungsi dari mahasiswa ialah agent of change,
social control, dan iron stock. Banyak tantangan pada era milenial kini
yang harus dihadapi oleh mahasiswa sebagai pemuda yang mengambil
peran penting dalam banyak hal. Tantangan yang dihadapi pun bermacam-
macam, mulai dari radikalisme, kemalasan berfikir hingga lingkup sosial.
Apalagi di era zaman sekarang ini segala sesuatu bergerak dengan cepat,
dunia menjadi tanpa batas, dan informasi dapat diperoleh dimana saja dan
kapan saja. Generasi masa kini harus berusaha dan mampu menjadi bijak
terutama dalam penggunaan media sosial, tergantung bagaimana kita
menggunakannya. Dari sekian banyak masalah adapun tantangan terbesar
mahasiswa adalah Radikalisme, Mahsiswa harus menyiapkan solusi untuk
menangkal Radikalisme yang terjadi di negeri ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Mahasiswa?
2. Apa Peran Mahasiswa?
3. Apa itu Radikalisme?
4. Bagaimana peran mahasiswa dalam menangkal radikalisme
5. Bagaimanakah keterlibatan mahasiswa dalam menghadapi
tantangan pada era milenial?

1
C. Batasan Masalah
Agar penulisan ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam
maka penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu
dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi diri hanya
berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi Revitalisasi Peran
Mahasiswa Milenial.

D. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui lebih jauh apa itu mahasiswa serta peran mahasiswa di
era milenial

E. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan literatur-literatur yang
berkenaan dengan variabel-variabel penelitian.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah sekelompok anak muda yang memiliki  kesempatan


untuk mengembangkan diri, maju, dan meraih masa depan yang lebih cerah.
Mahasiswa juga akan ikut serta dalam kemajuan Republik Indonesia. Ada banyak
anak yang mendaftar di Sekolah Dasar, tetapi hanya sedikit yang bisa merasakan
yang namanya perkuliahan. Itu artinya mahasiswa berbeda dengan anak-anak
muda lainnya karena mahasiswa mempunyai kesempatan atau pun peluang yang
besar untuk ikut serta dalam mengubah negara Indonesia menjadi lebih
baik.Walaupun menjadi mahasiswa bukanlah jaminan untuk sukses. Gelar
mahasiswa merupakan suatu kebanggaan dan tantangan bagi setiap individu.
Mahasiswa akan menghadapi permasalahan dan ia harus memikirkan solusi dari
permasalahan tersebut. Sebagai mahasiswa bukan hanya berperan untuk belajar
didalam kelas, karena hal itu bisa digolongkan dalam orang - orang yang merugi.
Karena di akhir perkuliahan, mahasiswa itu hanya akan mendapatkan selembar
kertas yang bertuliskan traskrip nilai atau hanya selembar kertas yang
membuktikan anda telah berkuliah bukan bukti bahwa anda memilliki
pengetahuan yang harusnya dimiliki oleh seorang mahasiswa.

1. Peran Mahasiswa

Peran mahasiswa begitu luas, ia harus melakukan fungsi dan perannya,


karena masyarakat menanti darma bakti dari mahasiswa untuk membangun
masyarakat Indonesia. Pertanyaannya kenapa harus mahasiswa? Karena
mahasiswa memiliki kide-ide yang hebat dan pemikiran yang kritis.Adapun peran
dan fungsi dari mahasiswa ialah agent of change, social control, dan iron stock.
Mahasiswa sebagai agent of change harus memperjuangkan perubahan yang lebih
baik dalam bidang sosial maupun bidang lainnya. Seperti halnya yang di katakan
oleh Bung Karno “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari
akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Ini berarti
bahwa mahasiswa sebagai pemuda sangatlah dipercaya untuk dapat mengubah

3
dunia. Selanjutanya mahasiswa sebagai  social control, maksudnya mahasiswa
mempunyai tugas untuk sadar pada lingkungan masyarakat dan dengan segalah
permasalahannya. Selain mencoba mendalami dan mengaplikasikan materi kuliah
yang disampaikan oleh dosen, mahasiswa juga mempunyai tugas lain yang tidak
kalah pentingnya, yaitu mengamati dan mengkritisi apa yang terjadi di
masyarakat, baik masyarakat kampus maupun masyarakat luas ( Urip Santoso ).
Hal ini sangat jelas bagaimana mahasiswa menjadi social control pada
lingkungan. Terakhir, mahasiswa sebagai iron stoc yang berarti mahasiswa
diharapkan menjadi manusia yang tangguh dan memiliki kemampuan sebagai
generasi penerus bangsa karena mahasiswa notabanenya generasi yang terpelajar.
Di samping peran mahasiswa sebagai agent of change, social control dan iron
stok, mahasiswa harus memiliki nilai religius agar ketika menjalankan  peran dan
fungsi tersebut maka mahasiswa itu tidak menyimpang dari nilai – nilai
keagamaan.
Mahasiswa yang ideal adalah mahasiswa yang bisa menerapkan fungsi dan
peran mahasiswa yang seharusnya seperti yang di jelaskan di atas. Namun,
sekarang mahasiswa memiliki tantangan yaitu kemalasan pada dirinya, sehingga
mahasiswa itu akan mengalami yang namanya “tiba masa tiba akal”. Mahasiswa
lebih memilih main dengan teman – temannya dari pada menyisihkan waktu
untuk  melakukan suatu hal yang positif, seperti menghasilkan sebuah karya atau
melakukan suatu penelitian. Hal itu sangatlah tidak cocok bagi mahasiswa, ingat
mahasiswa bukan lagi seorang siswa. Dalam hal ini solusi untuk menghilangkan
rasa kemalasan yang ada pada mahasiswa ialah memotivasi dari diri mahasiswa
itu sendiri. Dengan cara mencari pembangkit semangat, dan rasa malas yang di
alami akan hilang dan terpacu untuk melakukan hal yang bermanfaat. Tantangan
lain adalah mahasiswa sekarang telah di jadikan alat politik praktis partai politik
atau pemerintah. Sesungguhnya mahasiswa harus menjadi oposisi terhadap
pemerintah karena sejatinya mahasiswa adalah agent of change. Maka dari itu
marilah menjadi mahasiswa dan laksanakan peran mahasiswa yang sebenarnya
jangan mau terkalahkan oleh rasa malas. Ingat anda adalah harapan bangsa, di
tangan andalah bangsa ini di akan mengalami perubahan, karena ketika kita ingin
melihat kemajuan suatu negara maka lihatlah pemudanya. Ketika pemudanya baik

4
dan bertanggung jawab maka negara itu akan menjadi negara yang damai. Namun,
sebaliknya ketika pemuda di suatu negara tidak lagi memikirkan negaranya dan
sudah bermalas-malasan maka negara itu tidak akan berkembang dan semakin
banyak masalah yang muncul. Oleh karena itu jadilah pemuda yang sebenarnya
dan bermanfaatlah bagi lingkungan sekitar.
2. Mahasiswa Seabagai Agen Perubahan

Kita sering mendengar kata mahasiswa adalah “Agen perubahan” dalam


dunia yang memang sudah mulai gonjang-ganjing ini, siapa lagi yang akan
memegang fungsi kontrol dunia kalau bukan kalangan mahasiswa? Kepada siapa
lagi kita akan percayakan tugas pengubah negeri kalau bukan kepada kaum muda
terpelajar?. Memang, ilmu itu diatas segalanya. masih ingat bukan tentang cerita
Nabi Sulaiman yang lebih memilih ilmu daripada harta dan pangkat?. Hanya
orang orang punya ilmu dalam hal ini mahasiswalah yang mampu menanggapi
paradigma dunia dengan sikap yang kritis namun tentu saja solutif. Mari kita
dukung dan terus tingkatkan pendidikan di negeri kita ini. Mari kita ciptakan lagi
para reformator-reformator dan jiwa founding father dalam jiwa para mahasiswa.
dan, jika kita sendiri adalah seorang mahasiswa, jangan jadikan nama kita sebagai
suatu status tanpa arti belaka. Jadikan tempat belajar saat ini sebagai tambang
yang wajib kita kuras habis segala ilmu dan pengalamannya. Bukan seorang dosen
yang mengubah jiwa mahasiswa, melainkan berasal dari dirinya sendiri. Dan
ketika mahasiswa tersebut mampu mengenali jati dirinya, maka ia layak untuk
menyandang tugas sebagai Agent of Change. Agen perubahan bagi bangsa dan
Negara.

Setidaknya ada lima karakteristik pemimpin yang baik yang harus ada
dalam diri seorang Change Agent. Yang pertama, visi yang jernih. Sebagai
pemimpin, seseorang harus memiliki target yang jelas sehingga program kerja
dapat disusun dengan baik dan dengan tahapan yang berkesinambungan karena
arah yang dituju jelas. Pemimpin yang baik harus bisa menjelaskan ide dan
konsep yang ada dalam pemikirannya secara jernih kepada orang lain dan
terutama kepada anggota tim kerjanya. Yang kedua, memiliki kegigihan untuk
mencapai target. Yang ketiga, bersikap kritis dan analitis. Dengan kata lain,

5
pemimpin yang baik harus selalu bernalar dan menggunakan akal sehatnya. Tidak
ada hal yang ditelan bulat-bulat tanpa mengerti substansinya. Yang keempat, sarat
akan pengetahuan dan memimpin dengan memberikan contoh, bukan hanya
dengan instruksi. Yang kelima, membangun hubungan yang kuat dengan orang-
orang sekitarnya dengan membangun kepercayaan. Dengan kata lain, pemimpin
yang baik harus memiliki integritas agar dapat dipercaya.

B. Pengertian Radikalisme

Dalam The Concise Oxford Dictionary (1987), radikal berasal dari bahasa
Latin “Radix, Radicis” yang berarti akar, sumber, atau asal mula. Radikalisme
berasal dari akar kata radikal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
“Radikalisme” didefinisikan sebagai paham atau aliran yang menginginkan
perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau
drastis.

1. Jenis-jenis faham radikal

a. Radikal secara keyakinan, yang kerjaannya mengkafirkan


semua. Semua kafir, semua dianggap masuk neraka kecuali
kelompok dia.
b. Radikal secara tindakan, dalam jenis ini yang dimaksud
tindakan yang meresahkan keamanan bangsa seperti aksi
teroris.
c. Radikal dalam bentuk politik. Ini kelompok yang ingin
mengganti ideologi negara yang sah, Pancasila, dengan
ideologi khilafah.

2. Peran mahasiswa menangkal radikalisme

Paham radikal mudah menyebar kepada kalangan yang tingkat


pemahamannya rendah. Maka, mahasiswa sebagai agen perubahan
sekaligus generasi penerus bangsa harus memiliki pemahaman yang lebih.

6
melalui sosialisasi dan seminar anti radikalisme dan terorisme, setidaknya
mahasiswa bisa lebih tahu apa itu radikalisme. Sebab, mereka yang
memegang paham radikalisme sering kali tidak menyadari dampak dari
perbuatannya, tujuannya agar mahasiswa tidak mudah disusupi
pemahaman yang menyimpang. Kampus yang selama ini dikenal sebagai
tempat persemaian manusia berpandangan kritis, terbuka, dan intelek,
ternyata tidak bisa imun terhadap pengaruh ideologi radikalisme.
Radikalisme menyeruak menginfiltrasi kalangan mahasiswa di berbagai
kampus. Dari masa ke masa di lingkungan kampus hampir selalu ada
kelompok radikal baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Mahasiswa
sebagai agen perubahan memiliki peran penting dalam mencegah
radikalisme. Yang tidak kurang kalah penting adalah revitalisasi lembaga,
badan, dan organisasi kemahasiswaan intra maupun ekstra kampus.
Organisasi-organisasi yang ada di kampus memegang peranan penting
untuk mencegah berkembangnya paham radikalisme ini melalui
pemahaman keagamaan dan kebangsaan yang komprehensif dan kaya
makna. disini peran mahasiswa dalam mencegah paham radikal
berkembang.

C. Pengertian milenial.

Milenial juga dikenal sebagai Generasi Y, Gen Y atau Generasi Langgas


adalah kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X). Tidak ada batas waktu
yang pasti untuk awal dan akhir dari kelompok ini. Para ahli dan peneliti biasanya
menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan
tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran. Milenial pada
umumnya adalah anak-anak dari generasi Baby Boomers dan Gen-X yang tua.
Milenial kadang-kadang disebut sebagai "Echo Boomers" karena adanya
'booming' (peningkatan besar), tingkat kelahiran pada tahun 1980-an dan 1990-an.
Untungnya di abad ke 20 tren menuju keluarga yang lebih kecil di negara-negara
maju terus berkembang, sehingga dampak relatif dari "baby boom echo"
umumnya tidak sebesar dari masa ledakan populasi pasca Perang Dunia II.

7
BAB III
PEMBAHASAN

A. Faktor yg menghambat mahasiswa dalam mengambil peran dalam


tiap persoalan zaman.

Kata “pemuda” seringkali di identikkan dengan kelompok anak muda


yang masih “bau kencur” alias belum berpengalaman, belum matang dalam
berpikir dan belum stabil secara emosi. Dan karenanya secara umum orang
tidak terlalu memperhitungkan kelompok pemuda ini karena dianggap pola
berpikirnya cenderung idealis tidak realistis dan sering mengambil keputusan
dengan berdasarkan emosi perasaan belaka. Namun sebenarnya dalam hidup
ini yang namanya “idealisme’, suatu pemikiran tentang dunia utopia,
merupakan hal penting yang membuat manusia tetap mempunyai semangat
dan harapan untuk tetap hidup dan berjuang demi dunia yang lebih baik.
Dunia utopia memang seperti mimpi.

1. Ketergantungan dengan teknologi


Keberadaan mahasiswa bukan hanya secara administratif terdaftar
di perguruan tinggi melainkan harus menjadi mahasiswa yang
sesungguhnya yakni membekali diri dengan keilmuan sekaligus
mengembangkan IQ seperti melalui organisasi kemahasiswaan. Karena di
zaman yang serba teknologi sekarang mahasiswa merasa tidak butuh lagi
mencari ilmu dalam buku sebab sudah ada jejaring social yang
mempermudah untuk mendapat informasi secara instan dan cepat. Ada
dampak yang baik juga dengan berkembanganya teknologi tapi disisi lain
juga di ikuti dampak buruk jika mahasiswa menelan informasi yang
didapt dari media social tanpa mengkaji kebenarannya.

2. Lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri

Sangat di sayangkan waktu yang di berikan 24 jam bagi setiap


manusia, hanyalah sia-sia di gunakan untuk berfoya-foya, padahal mereka

8
hidup, minum, makan, mati pun di tanah air Indonesia, tidak tahu
terimakasih kah mereka kepada tanah air ini yang telah menjadikan
mereka sesosok manusia di bumi ini? Sering kita dengar kata apatis
ungkin, kata itu tepat untuk mahasiswa yang lebih mementingkan
kepentingan pribadi dan seakan tidak ingin tau tentang apa yang terjadi
disekitar.
3. Kurangnya soft skill
Mahasiswa di dalam pendidikan di kampus hendaklah menggali
pemahaman akan pentingnya mengasah minat dan bakat mereka ketika
mereka kuliah, sehingga dengan memberikan arahan dan bimbingan
dalam mengikuti setiap kegiatan non akademik di kampus dapat
meningkatkan soft skills mereka yang dapat berguna di kemudian hari di
dalam dunia industri. Menurut Arthur W. Chickering (1969) digunakan
pendekatan dan konsep pembinaan mahasiswa yang disebut 7 vectors of
Development (SvoD). Adapun 7 Vectors of Development itu dibagi atas 7
tahapan dalam mengembangkan soft skills mahasiswa:

a. Developing Competenced
Mahasiswa membutuhkan keterampilan dan keyakinan diri di
bidang intelektual, fisik, dan hubungan interpersonal.

b. Managing Emotions

Mahasiswa membutuhkan kesadaran terhadap berbagai


macam perasaan dan rangsangan melalui observasi diri secara
terpisah, sehingga mampu mengontrol emosi serta menyatukan
perasaan secara selaras.

c. Moving Through Autonomy Toward Interpendence

Mahasiswa membutuhkan kemampuan memotivasi dan


mengatur diri sendiri serta mengurangi jaminan perhatian
(ketertarikan) dan persetujuan dari orang lain. Kemampuan

9
mengarahkan dirinya untuk mencapai tujuan atau sasaran yang
hendak dicapai secara mandiri.

d. Developing Mature Interpersonal Relationship

Mahasiswa membutuhkan kemampuan untuk membangun


sikap toleransi dan penerimaan antar sesama serta mematangkan
potensi dirinya nenbangun hubungan yang harmonis.

e. Establishing Identity

Mahasiswa ingin memperoleh secara akurat dan realistis


tentang gambaran dirinya serta membangun citra dan harga dirinya
untuk merasa mampu, percaya diri, serta memiliki nilai.

f. Developing Purpose

Mahasiswa membutuhkan kejelasan tujuan akhir yang


hendak dicapai dari pendidikan yang diperolehnya.

g. Developing Intergrity

Mahasiswa membutuhkan kemampuan untuk


mendefinisikan sistem nilai secara konsisten untuk membimbing
aktivitas-aktivitas yang dilakukan sebagai manifestasi tanggung
jawab sosial.

B. Faktor yang membuat faham radikal mudah menyebar

1. Menurut Azyumardi Azra, radikalisme dikalangan Umat Islam banyak


bersumber dari:

a. Pemahaman keagamaan yang literal, sepotong–sepotong


terhadap ayat-ayat Al-Quran. pemahaman seperti itu hampir tidak
Umumnya moderat, dan dan karena itu menjadi arus utama
(maninstream) umat.

10
b. Bacaan yang salah terhadap sejarah umat Islam yang
dikombinasikan dengan idealisasi berlebihan terhadapumat Islam
pada masa tertentu.Ini terlihat dalam pandangan dan gerakan salafi,
khususnya dalam spectrum sangat radikal seperti wahabiyah yang
muncul di semenanjung Arabia pada akhir abad 18 awal sampai
pada abad 19 dan terus merebak sampai sekarang ini. Tema pokok
kelompok dan sel salafi ini adalah pemurnian Islam, yakni
membersihkan Islam dari pemahaman dan praktek keagamaan
yang mereka pandang sebagai bid`ah, yang tidak jarang mereka
lakukan dengan cara-cara kekerasan.

c. Deprivasi politik, sosial dan ekonomi yang masih


bertahandalam masyarakat. Pada saat yang sama, disorientasi dan
dislokasi social budaya, dan ekses globalisasi, dan semacamnya
sekaligus merupakan tambahan faktor-faktor penting bagi
kemunculan kelompok-kelompok radikal. Kelompok-kelompok
sempalan tersebut tidak jarang mengambil bentuk kultus (cult)
yang sangat eksklusif, tertutup dan berpusat pada seseorang yang
dipandang kharismatik. kelompok-kelompok ini dengan dogma
eskatologis tertentu bahkan memandang dunia sudah menjelang
akhir zaman dan kiamat;sekarang sudah waktunya bertaubat
melalui pemimpin dan kelompok mereka. Doktrin dan pandangan
teologis-eskatolgis konflik sosial dan kekerasan bernuansa intra
dan antar agama, bahkan antar umat beragam dengan Negara.

d. Masih berlanjutnya konflik sosial bernuansa intra dan antar


agama dalam masa reformasi, sekali lagi, disebabkan berbagai
faktor amat komplek. Pertama, berkaitan dengan euphoria
kebebasan, dimana setiap orang atau kelompok merasa dapat
mengekspresikan kebebasan dan kemauanya tanpa peduli dengan
pihak-pihak lain. Dengan demikian terdapat gejala menurunya
toleransi. Kedua, masih berlanjutnya fragmentasi politik dan sosial
khususnya dikalangan elit politik, sosial, militer, yang terus

11
mengimbas ke lapisan bawah (grassroot) dan menimbulkan konflik
horizontal yang laten dan luas. Terdapat berbagai indikasi, konflik
dan kekerasan bernuansa agama bahkan di provokasi kalangan elit
tertentu untuk kepentingan mereka sendiri. Ketiga, tidak
konsistennya penegakan hukum. Beberapa kasus konflik dan
kekerasan yang bernuasa agama atau membawa simbolisme agama
menunjukkan indikasi konflik di antara aparat keamanan, dan
bahkan kontestasi diantara kelompok-kelompok elitlokal.
Keempat, meluasnya disorientasi dan dislokasi dalam masyarakat
Indonesia, karena kesulitan-kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.
Kenaikan harga kebutuhan-kebutuhan sehari-hari lainnya membuat
kalangan masyarakat semakin terhimpit dan terjepit. Akibatnya,
orang-orang atau kelompok yang terhempas dan terkapar ini
dengan mudah dan murah dapat melakukan tindakan emosional,
dan bahkan dapat disewa untuk melakukan tindakan melanggar
hukum dan kekerasan.

e. Melalui internet, selain menggunakan media kertas, kelompok


radikal juga memanfaatkan dunia maya untuk menyebarkan buku-
buku dan informasi tentang jihad.

2. Yusuf al-Qardawi menjelaskan tujuh faktor yang mempengaruhi kemunculan


Radikalisme diantaranya adalah:

a. Pengetahuan agama yang setengah-setengah melalui proses


belajar yang doktriner.

b. Literal dalam memahami teks-teks agama sehingga kalangan


radikal hanya memahami Islam dari kulitnya saja akan tetapi
sangat minim pengetahuannya tentang wawasan tentang esensi
agama.

12
c. Tersibukkan oleh masalah-masalah sekunder seperti
menggerak-gerakkan jari ketika tasyahud, memanjangkan jenggot
dan meninggikan celana sembari melupakan masalahmasalah
primer.

d. Berlebihan dalam mengharamkan banyak hal yang justru


memberatkan umat.

e. Lemah dalam wawasan sejarah dan sosiologi sehingga fatwa-


fatwa mereka sering bertentangan dengan kemaslahatan umat, akal
sehat dan semangat zaman.

f. Radikalisme tidak jarang muncul sebagai reaksi terhadap


bentuk-bentuk Radikalisme yang lain seperti sikap radikal kaum
sekular yang menolak agama.

3. Adapun Frans Magnis Suseno membagi kepada empat faktor yang


menyebabkan terjadinya tindak kekerasan/radikal yaitu:

a. Transformasi dalam masyarakat tradisional ke masyarakat


modern di era modernisasi dan globalisasi yang menciptakan
diskriminasi, disalokasi, disfungsionalisasi yang terasa sebagai
ancaman ekonomis, psikologis dan politis. Modernisasi di sini
tidak sebagai proses yang positif yang dapat meningkatkan rasa
sejahtera dan

keadilan.

b. Akumulasi kebencian dalam masyarakat; dimana tertanam


dalam masyarakat tendensi eksklusif, baik di kalangan agama
maupun kalangan suku yang mempunyai efek. Masyarakat yang
sakit dan mudah diprovokasi.

c. Orde Baru sebagai sistem institusional kekerasan.

d. Sistem kekuasaan yang dibangun masa Orde Baru berdasarkan


kekuasaan yang tidak tertandingi, sehingga semua konflik social

13
dan kepentingan dipecahkan tidak secara rasional, tidak objektif,
tidak adil melainkan secara kekuasaan, kooptasi, intimidasi,
ancaman dan penindasan.

1. Penyebaran faham radikalisme.

Para pendukung faham radikalisme Islam menggunakan berbagai sarana


dan media untuk menyebarluaskan faham mereka, baik dalam rangka
pengkaderan internal anggota maupun untuk kepentingan sosialisasi kepada
masyarakat luas. Berikut ini sarana yang ditempuh untuk menyebarluaskan faham
radikalisme.

a. Melalui pengkaderan organisasi. Pengkaderan organisasi adalah


kegiatan pembinaan terhadap anggota dan atau calon anggota dari
organisasi simpatisan atau pengusung radikalisme. Pertama
Pengkaderan internal. Pengkaderan internal biasanya dilakukan
dalam bentuk training calon anggota baru dan pembinaan anggota
lama. Rekruitmen calon anggota baru dilakukan baik secara
individual maupun kelompok. Rekrutmen individual biasanya
dilakukan oleh organisasi radikal Islam bawah tanah seperti NII,
melalui apa yang sering disebut dengan pencucian otak
(brainwashing). Kegiatan-kegiatan pengajian yang diselenggarakan
oleh kelompok-kelompok radikal juga berisi tentang pemahaman-
pemahaman Islam yang sarat dengan muatan radikalisme, seperti
anjuran untuk memusuhi pihak lain yang dianggap bertentangan
yang dibungkus dengan konsep al-wala wa al-bara‘ misalnya.
Kedua, mentoring agama Islam. Pada awalnya, kegiatan mentoring

agama Islam dilaksanakan di beberapa kampus Perguruan Tinggi

Umum dan dimaksudkan sebagai kegiatan komplemen atau

pelengkap untuk mengatasi terbatasnya waktu kegiatan perkuliahan

14
PAI di ruang kelas. Sekarang ini, kegiatan mentoring agama Islam

juga bisa dilihat di beberapa sekolah menengah (SMA/SMP).

Biasanya, para trainer (sering disebut mentor atau murabbi) berasal

dari kakak-kakak kelas atau pihak luar yang sengaja didatangkan.

Kegiatan mentoring PAI di sekolah maupun di perguruan tinggi

sering dimanfaatkan oleh para mentornya untuk menginjeksi ajaran


Islam yang bermuatan radikalism. Ketiga, Pembinaan Rohis
SMA/SMP. Kegiatan siswa yang tergabung dalam Kerohanian
Islam (Rohis) juga bisa menjadi sasaran empuk ideologi radikal.
Kegiatan-kegiatan kesiswaan sering disusupi oleh pihak luar yang
diundang untuk mengisi kegiatan tersebut.

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdssarkan pembahasan yang telah dibahas diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Setiap mahasiswa itu mempunyai peranan yang sangat
penting dalam menghadapi era milenial yang penuh dengan
tantangan.
2. Dalam menjalankan perannya sebagai mahasiswa,
mahasiswa pun memiliki peran lain untuk mencegah faham
radikal yang sangat mengancam kedaulatan bangsa dan
negara
B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah di bahas, saya mencoba
memberikan masukan atau saran
1. Mahasiswa di era milenial harus pandai menanggapi isu
yang terjadi dan memperbanyak wawaasan sealain dari
internet.
2. Diperlukan kesadaran masing-masing individu agar dapat
menyandang gelar seabagai Agen perubahan.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan
masukan dalam mengkaji lebih lanjut masalah yang
berkaitan dengan peran mahasiswa dalam menjawab
tantangan zaman.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://serikatnews.com/peran-dan-tantangan-pemuda-di-era-generasi-milenial

Ruslan, Idrus. Islam Dan Radikalisme: Upaya Antisipasi dan Penanggulangannya,

Jurnal. Kalam: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Volume 9, Nomor

2, Desember 2015

https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-radikalisme.html

17

Anda mungkin juga menyukai