Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tugas Ke-11
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evolusi yang Dibimbing oleh Siti Imroatul
Maslikah, S.Si., M.Si. dan Indra Kurniawan Saputra, S.Si., M.Si.
Oleh:
Offering C
Lisa Meidya 180341617515
Gambar 1. Dua Model Utama Spesiasi, Spesias Allopatrik (Kiri) Dan Sesiasi Sympatrik
(Kanan) (Campbell, 2009)
a. Spesiasi Allopatrik
Spesiasi allopatrik merupakan pembentukan jenis baru yang terjadi melalui
pemisahan populasi-populasi yang diturunkan dari nenek moyang bersama dengan
geografis yang berbeda (Wallace, 1992). Proses spesiasi allopatrik diawali dengan
dengan pemisahan suatu populasi menjadi subpopulasi karena adanya barier ruang,
subpopulasi tersebut akan menempuh rute evolusi yang berbeda sesuai dengan kondisi
lingkungan habitat dan membentuk subpopulasi yang berbeda antara satu dengan
lainnya, sehingga saat subpopulasi tersebut bertemu, tidak dapat melakukan perkawinan
atau pertukaran gen. Aliran gen terinterupsi ketika suatu populasi terpisah secara
geografis menjadi populasi yang terisolasi (Campbell, 2009).
b. Spesiasi Parapatrik
Spesiasi parapatrik merupakan evolusi populasi secara geografis bersebrangan
menjadi spesies yang berbeda. Perbedaan genetik terbentuk meskipun terjadi
perkawinan antara dua anggota kelompok yang terpisah secara geografis. Dalam
spesiasi ini tidak ada batasan geografis yang mempersulit perkawinan (Campbell,
2009).
Apabila pada wilayah yang baru ini terjadi seleksi dan mengalami perubahan
menjadi spesies yang berbeda maka perbatasan tersebut diakui dengan zona dihibrid,
dan secara otomatis populasi tersebut akan terpisah. Dalam spesiasi ini tidak ada barier
ekstrinsik yang spesifik untuk gene flow. Populasi tidak kawin secara acak dan individu
akan lebih mudah kawin apabila dengan individu pada populasi yang sama dibadingkan
dengan populasi yang berbeda. Isolasi reproduksi berkembang dalam beberapa gene
flow pada populasi, terdapat suatu alela yang akan mengakibatkan isolasi reproduksi
tersebut, sehingga spesies-spesies dalam populasi tersebut tidak dapat melakukan
perkawian atau peryukan gen (Widodo et al., 2003).
c. Spesiasi Simpatrik
Spesiasi simpatrik ini terjadi pemisahan morfologi yang sangat kuat, sehingga
dapat dengan mudah dibedakan antara satu dengan yang lain (Odum, 1993).
Mekanisme spesiasi ini diawali dengan adanya suatu opulasi, lalu bagian dari populasi
tersebut mengalami perbedaan genetik, dari perbendaan tersebut terbentuklah isolasi
reproduksi. Spesiasi simpatrik dapat terjadi apabila aliran gen berkurang karena
beberapa faktor seperti poliploidi, diferensiasi habitat, dan seleksi seksual (Campbell, 2
009).
Salah satu faktor terjadinya spesiasi simpatrik adalah poliploidi, di mana selama
pembelaha sel menghasilkan ekstraset kromosom. Poliploidi dibedakan menjadi dua
bentuk yaitu autoploidi dan alloploidi. Autoploidi merupakan individu yang memiliki
lebih dari dua set kromosom di mana semuanya berasal dari satu spesies.
Selain autoploidi, terdapat allopoliploidi yang memiliki sifat fertil apabila
melakukan perkawinan dengan dengan sesama alloploidi. Apabila dua spesies berbeda
melakukan perkawinan, maka akan dihasilkan keturunan hibrid. Sebagian besar hibrid
ini bersifat steril akibat satu set kromosom dalam satu spesies tidak mendapat pasangan
selama meiosis dengan kromosom spesies lain, namun hibrid infertile dapat
memperbanyak diri secara aseksual. Meknisme bervariasi yang mampu mengubah
hibrid steril menjadi poliploidi yang fertil atau disebut dengan allopolyploidi (Campbell
2009).
DAFTAR RUJUKAN
Campbell, N.A., Jane B.R., Lawrence G.M. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Campbell, N. A. & J. B. Reece. (2008). Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3. Terjemahan: Damaring
Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga.
Corebima, A.D. 2000. Genetika Mutasi dan rekombinasi. Malang: UM.
Starr, Cecie dan Ralph Taggart. 1984. Biology the Unity and Diversity of Life. California:
Wadsworth Publishing company.