Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DosenPengampuh:
DisusunOleh:
Pujisyukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
ini, yaitu tugas mata kuliah Agama Islam sebagai Ujian Tengah Semester (UTS)
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat bagi para pembaca dan dapat
diamalkan bila itu baik dan ditinggalkan bila itu buruk. Dan mohon maaf saya
sampaikan karna saya sadari bahwa dalam penulisan artikel ini masih banyak
kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dari para
pembaca agar dipenulisan kedepannya lebih baik lagi
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER………………………………………………………………………….....i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….…….….ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….…iii
BAB I. Tauhid: Keistimewaan & Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam.…….....1
BAB II. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits……………………..……...5
BAB III. 3 Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits……………………………………………11
BAB IV. Pengertian dan Jejak Salafussoleh (Referesnsi Al-Hadits) ……………………13
BAB V. AjarandanTuntunan tentang Berbagi, Penegakan serta Keadilan Hukum
dalam Islam …..………………………………………………………………..….17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..20
LAMPIRAN…………………………………………………………………………………….22
iii
BAB I
TAUHID: KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN
DALAM ISLAM
َ أ َ َر َءﯾْتَ َﻣ ِن ٱﺗﱠ َﺧذَ إِ ٰﻟَ َﮭﮫُۥ ھ ََو ٰﯨﮫُ أَﻓَﺄَﻧتَ ﺗَ ُﻛو ُن
ﻋﻠَ ْﯾ ِﮫ َو ِﻛﯾ ًل
”Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai Tuhannya ?”
Dalam surat al-Qashash ayat 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk
dirinya sendiri:
Dan Fir’aun berkata: ‘Wahai para pembesar hambaku, aku tidak
mengetahui Tuhan bagimu selain aku’.
Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa
mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi
maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja).
Perkataan ilah dalam al-Qur’an juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad:
ilaahun), ganda (mutsanna: ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan nol
atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti tentang
definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika al-Qur’an adalah sebagai
berikut:
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh
manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya.
Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya
yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan
kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan
mendatangkan bahaya atau kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya
tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakkal
kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan
1
menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (M.
Imaduddin, 1989: 56).
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa
berbentuk apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia
tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an
setiap manusia pasti mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan
demikian, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan
mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan
kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian
baru diikuti dengan suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa
seorang muslim harus membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu,
yang ada dalam hatinya hanya satu Tuhan yang bernama Allah.
Tentang asal usul kepercayaan terhadap Tuhan antra lain tertera dalam
surat Al-Ambiya’/21:92
إِ ﱠن ٰ َھ ِذ ِهۦٓ أ ُ ﱠﻣﺗ ُ ُﻛ ْم أ ُ ﱠﻣ ۭﺔً ٰ َوﺣِ َد ۭة ً َوأَﻧ َ۠ﺎ َرﺑﱡ ُﻛ ْم ﻓَﭑ ْﻋﺑُدُون
Artinya ; Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama
yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. (QS. Al-
Anbiya : 92)
2
ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan
Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-
kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba Allah)
telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran.
Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-
lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah konsep
ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi
Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras
dari kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama
dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.
َس َو ْاﻟﻘَ َﻣ َر ﻟَﯾَﻘُوﻟُ ﱠن ﱠ ُ ﻓَﺄَﻧﱠﻰ ﯾُؤْ ﻓَ ُﻛون َوﻟَﺋ ِْن َﺳﺄ َ ْﻟﺗَ ُﮭ ْم َﻣ ْن َﺧﻠَﻖَ اﻟ ﱠ
َ ْﺳ َﻣ َواتِ َو ْاﻷَر
ﺿ َو َﺳ ﱠﺧ َر اﻟ ﱠ
َ ﺷ ْﻣ
Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.
Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu
berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik
dinyatakan bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh
Allah. Atas dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah
memerankan ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan
berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta.
Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah
sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah
pernyataan lain sebagai jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas
tersebut. Ringkasnya jika Allah yang harus terbayang dalam kesadaran manusia
yang bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran sebagai
ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.
Dalam konsep Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata
dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir,
dan Hakim bagi semesta alam.
Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan
Maha Kuasa (tauhid).[3] Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha
Kuasa.[4] Menurut al-Qur’an terdapat 99 Nama Allah (asma’ul husna artinya:
“nama-nama yang paling baik”) yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang
3
berbeda.[5][6] Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha
Tinggi dan Maha Luas. Diantara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan
paling sering digunakan adalah “Maha Pengasih” (ar-rahman) dan “Maha
Penyayang” (ar-rahim).
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu
tindakan kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji
keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut
ajaran Islam, Tuhan muncul dimana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa
pun.[8] Menurut al-Qur’an, “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang
Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha
Mengetahui.” (QS al-An’am:103)
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga
Tuhan yang personal: Menurut al-Qur’an, Dia lebih dekat pada manusia daripada
urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon
pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu
manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”
Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan
sama yang disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan
Yahudi
4
BAB II
SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya
dahulu menyatu kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan Kami jadikan
5
segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman?”
(QS. Al-anbiya: 30)
Ayat tersebut berkaitan dengan Big bang theory, yaitu teori terbentuknya
alam semesta yang menyatakan bahwa pada awalnya alam semesta merupakan
satu kesatuan, kemudian terjadi ledakan besar yang menghasilkan pecahan-
pecahan dan meluas. Teori Big Bang ini adalah teori penciptaan bumi yang paling
diakui di era modern.
Kesesuaian yang harmoni antara Al-Qur’an dengan Teori Big Bang adalah
suatu hal yang tidak dapat dielakkan lagi. Hal ini sudah dijelaskan Allah dalam Al-
Qur’an 1.400 tahun silam.
Al-Qur'an adalah kitab suci yang diturunkan bagi seluruh umat manusia yang
mau menggunakan akal pikirannya dalam memahami penciptaan alam semesta.
Apabila diperhatikan dengan cermat ayat ayat Al-Qur'an banyak sekali yang
menyinggung masalah ilmu pengetahuan, sehingga Al-Qur'an sering kali disebut
sebagai sumber segala ilmu pengetahuan.37 Selain itu, Al-Qur'an merupakan
landasan pertama bagi hal-hal yang bersifat konstan dalam Islam. Oleh karena itu,
telah banyak dilakukan studi yang menyoroti sisi kemukjizatan al-Qur'an, antara lain
dari segi sains yang pada era ilmu dan teknologi ini banyak mendapat perhatian dari
kalangan ilmuwan.38 Penggalian ajaran-ajaran yang ada di dalam al-Qur'an sangat
menarik sekali kalau dilihat dengan kacamata ilmiah. Makin digali makin terlihat
kebenarannya dan makin terasa begitu kecil dan sedikitnya ilmu manusia yang
menggalinya. Hal ini karena begitu maha luasnya pengetahuan dan pelajaran-
pelajaran yang ada di dalamnya.39 Al-Qur‟an, sebagai kalam Allah, diturunkan
bukan untuk tujuan-tujuan yang bersifat praktis. Oleh sebab itu, secara obyektif,
alQur‟an bukanlah ensiklopedi sains dan teknologi apalagi al-Qur‟an tidak
menyatakan hal itu secara gamblang.40 Al-Quran al-Karim, yang terdiri atas 6.236
ayat itu, menguraikan berbagai persoalan hidup dan kehidupan, antara lain
menyangkut alam raya dan fenomenanya. Uraian-uraian sekitar persoalan tersebut
sering disebut ayat-ayat kauniyyah. Tidak kurang dari 750 ayat yang secara tegas
menguraikan hal-hal di atas, Jumlah ini tidak termasuk ayat-ayat yang
menyinggungnya secara tersirat. Bukan sesuatu yang aneh dan mengherankan jika
al-Qur‟an sebagai mukjizat terbesar membawa segala persesuaian dan keserasian
terhadap konklusi yang dicapai oleh para ilmuan modern dan studi pembahasan
dan meditasi yang dicapai oleh para ilmuan setelah beratus-ratus tahun, karena al-
Qur‟an adalah firman Allah Yang Maha Tahu terhadap rahasia alam, dan tidak
6
mengherankan jika al-Qur‟an mengandung mukjizat yang lebih banyak. 41 Tetapi,
kendati demikian, bukan berarti bahwa Al-Quran sama dengan kitab ilmu
pengetahuan, atau bertujuan untuk menguraikan hakikat-hakikat ilmiah. Ketika al-
Quran memperkenalkan dirinya sebagai tibyanan likulli syay‟i, bukan maksudnya
menegaskan bahwa ia mengandung segala sesuatu, tetapi bahwa dalam al-Quran
terdapat segala pokok petunjuk menyangkut kebahagiaan hidup duniawi dan
ukhrawi. 42 Al-Quran memerintahkan atau menganjurkan kepada manusia untuk
memperhatikan dan mempelajari alam raya dalam rangka memperoleh manfaat dan
kemudahan-kemudahan bagi kehidupannya, serta untuk mengantarkannya kepada
kesadaran akan keEsaan dan keMahakuasaan Allah SWT.
ﺳﻠَ َﻣﺔَ َﻋ ْن أَﺑِﻲ ھ َُر َ ﻋ ْن ﯾَﺣْ ﯾَﻰ َﻋ ْن أَﺑِﻲ َ ﺷ ْﯾﺑَﺎ ُن َ ﺿ ُل ﺑْنُ ُد َﻛﯾ ٍْن ﻗَﺎ َل َﺣ ﱠدﺛَﻧَﺎ ْ ََرةَأ َ ﱠن ُﺧزَ ا َﻋﺔَ ْﯾ َﺣ ﱠدﺛَﻧَﺎ أَﺑُو ﻧُﻌَﯾ ٍْم ْاﻟﻔ
ُ ﺻﻠﱠﻰ ﱠ َ ﻲ ﺎم ﻓَﺗْﺢِ َﻣ ﱠﻛﺔَ ِﺑﻘَﺗِﯾ ٍل ِﻣ ْﻧ ُﮭ ْم ﻗَﺗَﻠُوهُ ﻓَﺄ ُ ْﺧ ِﺑ َر ِﺑ َذﻟِكَ اﻟﻧﱠ ِﺑ ﱡ َ ﻋ
َ ث ٍ ﺳﻠﱠ َم ﻗَﺗَﻠُوا َر ُﺟ ًﻼ ِﻣ ْن ﺑَﻧِﻲ ﻟَ ْﯾ َ َﻋﻠَ ْﯾ ِﮫ َو
ﻋ ْن َﻣ ﱠﻛﺔَ ْاﻟﻘَﺗْ َل أَ ْو َ س َ َب ﻓَﻘَﺎ َل إِ ﱠن ﱠ َ َﺣﺑ َ ط َ اﺣﻠَﺗَﮫُ ﻓَ َﺧِ ب َر َ ْاﻟ ِﻔﯾ َل ﻗَﺎ َل أَﺑُو َﻋﺑْد ﱠ ِ َﻛ َذا ﻗَﺎ َل أَﺑُو ﻧُﻌَﯾ ٍْم ﻓَ َر ِﻛ
ُ ﺻﻠﱠﻰ ﱠ َ ِ ﺳو َل ﱠ ُ ط َﻋﻠَ ْﯾ ِﮭ ْم َر َ ﻏﯾ ُْرهُ ﯾَﻘُو ُل ْاﻟﻔِﯾ َل َو
َ ﺳﻠﱠ َ ﺷ ِّك ْاﻟﻔِﯾ َل أَ ْو ْاﻟﻘَﺗْ َل َو
ﺳﻠﱠ َم َواﺟْ ﻌَﻠُوهُ َﻋﻠَﻰ اﻟ ﱠ َ َﻋﻠَ ْﯾ ِﮫ َو
َﺎر أ َ َﻻ َو ْاﻟ ُﻣؤْ ﻣِ ﻧِﯾنَ أَ َﻻ َو ِإﻧﱠ َﮭﺎ ﻟَ ْم ﺗ ٍ ﻋﺔً ﻣ ِْن ﻧَ َﮭ َ ﺳﺎَ ت ﻟِﻲ ْ ﺣِ ﱠل ِﻷَ َﺣ ٍد ﻗَ ْﺑﻠِﻲ َوﻟَ ْم ﺗَﺣِ ﱠل ِﻷ َ َﺣ ٍد ﺑَ ْﻌدِي أَ َﻻ َوإِﻧﱠ َﮭﺎ َﺣﻠﱠ
طﺗ ُ َﮭﺎ إِ ﱠﻻ ِﻟ ُﻣ
َ ِﺳﺎﻗ َ ُﺷ َﺟ ُرھَﺎ َو َﻻ ﺗ ُ ْﻠﺗَﻘَط َ ﺿ ُدَ ﻋﺗِﻲ َھ ِذ ِه َﺣ َرا ٌم َﻻ ﯾ ُْﺧﺗَﻠَﻰ ﺷ َْو ُﻛ َﮭﺎ َو َﻻ ﯾُ ْﻌ َ ْﻧ ِﺷ ٍد ﻓَ َﻣ ْن ﻗُﺗِ َل َوإِﻧﱠ َﮭﺎ
َ ﺳﺎ
7
ظ َرﯾ ِْن إِ ﱠﻣﺎ أَ ْن ﯾُ ْﻌﻘَ َل َوإِ ﱠﻣﺎ أ َ ْن ﯾُﻘَﺎ َد أَ ْھ ُل ْاﻟﻘَﺗِﯾ ِل ﻓَ َﺟﺎ َء َر ُﺟ ٌل ِﻣ ْن أَ ْھ ِل ْاﻟ َﯾ َﻣَ ِن ﻓَﻘَﺎ َل ا ْﻛﺗُبْ ِﻟﻲ ﯾَﺎ ﻓَ ُﮭ َو ﺑِ َﺧﯾ ِْر اﻟﻧﱠ
اﻹ ْذﺧِ َر ﯾَﺎ َر ِ ْ ﺳو َل ﱠ ِ ﻓَﻘَﺎ َل ا ْﻛﺗُﺑُوا ِﻷَﺑِﻲ ﻓُ َﻼ ٍن ﻓَﻘَﺎ َل َر ُﺟ ٌل ﻣِ ْن ﻗُ َرﯾ ٍْش إِ ﱠﻻ ُ ﺳو َل ﱠ ِ ﻓَﺈِﻧﱠﺎ ﻧَﺟْ ﻌَﻠُﮫُ ﻓِﻲ ﺑُﯾُوﺗِﻧَﺎ َر ُ
ِ ﻋﺑْد ﱠ َ اﻹ ْذﺧِ َرﻗَﺎ َل أَﺑُو ِ ْ ﺳﻠﱠ َم ِإ ﱠﻻ
ِ ْ اﻹ ْذﺧِ َر ِإ ﱠﻻ َ ﺻﻠﱠﻰ ﱠ ُ َﻋﻠَ ْﯾ ِﮫ َو َ ﻲ ِ ﯾُﻘَﺎ ُل ﯾُﻘَﺎ ُد ِﺑ ْﺎﻟﻘَﺎفِ ﻓَﻘِﯾ َل َوﻗُﺑ
ُورﻧَﺎ ﻓَﻘَﺎ َل اﻟﻧﱠ ِﺑ ﱡ
َ ﺷ ْﻲءٍ َﻛﺗ
َب َ ي طﺑَﺔَ ِﻷَﺑِﻲ َﻋ ْﺑ ِد ﱠ ِ أَ ﱡ ْ َب ﻟَﮫُ َھ ِذ ِه ا ْﻟ ُﺧَ ( ﻟَﮫُ ﻗَﺎ َل َﻛﺗBUKHARI – 109)
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim Al Fadll bin Dukain berkata,
telah menceritakan kepada kami Syaiban dari Yahya dari Abu Salamah dari Abu
Hurairah, bahwa suku Khaza’ah telah membunuh seorang laki-laki dari Bani Laits saat
hari pembesan Makkah, sebagai balasan terbunuhnya seorang laki-laki dari mereka
(suku Laits). Peristiwa itu lalu disampaikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
beliau lalu naik kendaraannya dan berkhutbah: “Sesungguhnya Allah telah
membebaskan Makkah dari pembunuhan, atau pasukan gajah.” Abu Ubaidullah
berkata, “Demikian Abu Nu’aim menyebutkannya, mereka ragu antara ‘pembunuhan’
dan ‘gajah’. Sedangkan yang lian berkata, “Gajah. Lalu Allah memenangkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum Mukminin atas mereka. Beliau
bersabda: “Ketahuilah tanah Makkah tidaklah halal bagi seorangpun baik sebelumku
atau sesudahku, ketahuilah bahwa sesungguhnya ia pernah menjadi halal buatku
sesaat di suatu hari. Ketahuilah, dan pada saat ini ia telah menjadi haram; durinya
tidak boleh dipotong, pohonnya tidak boleh ditebang, barang temuannya tidak boleh
diambil kecuali untuk diumumkan dan dicari pemiliknya. Maka barangsiapa dibunuh,
dia akan mendapatkan satu dari dua kebaikan; meminta tebusan atau meminta
balasan dari keluarga korban.” Lalu datang seorang penduduk Yaman dan berkata,
“Wahai Rasulullah, tuliskanlah buatku?” beliau lalu bersabda: “Tuliskanlah untuk Abu
fulan.” Seorang laki-laki Quraisy lalu berkata, “Kecuali pohon Idzhir wahai Rasulullah,
karena pohon itu kami gunakan di rumah kami dan di kuburan kami.” Maka Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kecuali pohon Idzhir, kecuali pohon Idzhir.” Lalu
dikatakan kepada Abu Abdullah, “Apa yang dituliskan untuknya?” Ia menjawab,
“Khutbah tadi.”
Sanad : Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim Al Fadll bin Dukain berkata;
telah menceritakan kepada kami Syaiban; dari Yahya dari Abu Salamah dari Abu
Hurairah;
Matan : Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau lalu naik kendaraannya
Hadist-hadits diatas menerangkan bahwa rasulullah saja sejak dulu sudah
mengenal transportasi meski masih tradisional namun dari sanalah para ilmuwan
mengembangkannya sehingga bias menciptakan mesin-mesin transportasi seperti
sekarang.
8
BUKHARI No. 2124 PERTANIAN
ﻲ ﱠ ُ َﻋ َ ﺿ ِ ﺻﻠﱠﻰ ﱠ ُ َﻋﻠَ ْﯾ ِﮫ ْﻧﮫُ َﺣ ﱠدﺛَﻧَﺎ ُﻣو َﺳﻰ ﺑْنُ ِإ ْﺳ َﻣﺎﻋِﯾ َل َﺣ ﱠدﺛَﻧَﺎ ُﺟ َوﯾ ِْر َﯾﺔُ ﺑْنُ أَ ْﺳ َﻣﺎ َء َﻋ ْن ﻧَﺎﻓ ٍِﻊ َﻋ ْن َﻋ ْﺑ ِد ﱠ ِ َر َ ِ ﺳو ُل ﱠ ُ طﻰ َر َ ﻗَ َﺎﻷ َ ْﻋ
ﻋ َﻣ َر َﺣ ﱠد ْ ع ﻛَﺎﻧَتْ ﺗ ُ ْﻛ َرى َﻋﻠَﻰ ﺷ َْﻲءٍ َو َﺳﻠﱠ َم ﺧَ ْﯾﺑَ َر ا ْﻟﯾَ ُﮭو َد أَ ْن ﯾَ ْﻌ َﻣﻠُوھَﺎ َوﯾَ ْز َرﻋُوھَﺎ َوﻟَ ُﮭ ْم ﺷ
ُ ََط ُر َﻣﺎ ﯾَ ْﺧ ُر ُج ﻣِ ْﻧ َﮭ َﺎوأَنﱠ اﺑْن َ ﺛَﮫُ أَنﱠ ا ْﻟ َﻣزَ ِار
َ ِﺻﻠﱠﻰ ﱠ ُ َﻋ َﻠ ْﯾ ِﮫ َو َﺳﻠﱠ َم ﻧَ َﮭﻰ َﻋ ْن ِﻛ َراءِ ْاﻟ َﻣزَ ِارع
ْﺳ ﱠﻣﺎهُ ﻧَﺎﻓِ ٌﻊ َﻻ أَﺣ َ ﻲ ِﯾﺞ َﺣدﱠثَ أَ ﱠن اﻟﻧﱠ ِﺑ ﱠٍ ظﮫُ َوأَ ﱠن َراﻓِ َﻊ ﺑْنَ َﺧد ُ َﻋﺑَ ْﯾ ُد ﱠ ِ َﻋ ْن ﻧَﺎﻓِﻊٍ ﻔ
ُ َوﻗَﺎ َل
ُ ﻋ َﻣ َر َﺣﺗﱠﻰ أَﺟْ َﻼ ُھ ْم
ﻋ َﻣ ُر ُ ( َﻋ ْن اﺑ ِْنBUKHARI – 2124)
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada
kami Juwairiyah bin Asma’ dari Nafi’ dari ‘Abdullah radliallahu ‘anhu berkata;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengadakan kerjasama kepada orang Yahudi
dari tanah khaibar agar dimanfaatkan dan dijadikan ladang pertanian dan mereka
mendapat separuh hasilnya. Dan bahwa Ibnu’Umar radliallahu ‘anhuma menceritakan
kepadanya bahwa ladang pertanian tersebut disewakan untuk sesuatu yang lain, yang
disebutkan oleh Nafi’, tapi aku lupa. Dan bahwa Rafi’ bin Khadij menceritakan bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang menyewakan ladang pertanian (untuk
usaha selaian bercocok tanam). Dan berkata, ‘Ubaidullah dari Nafi’ dari Ibnu’Umar
radliallahu ‘anhuma; Hingga akhirnya ‘Umar mengusir mereka (orang Yahudi).
Sanad : Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il; telah menceritakan kepada
kami Juwairiyah bin Asma’; dari Nafi’ dari ‘Abdullah radliallahu ‘anhu;
Matan : ladang pertanian (untuk usaha selaian bercocok tanam)
BUKHARI No. 2153 BERCOCOK TANAM
ﻲ َﺣ ﱠدﺛَﻧَﺎ ُﻣ َﺣ ﱠﻣ ُد ﺑْنُ ِزﯾَﺎ ٍد ْاﻷ َ َﺣ ﺻ ﱡ ِ ف َﺣ ﱠدﺛَﻧَﺎ َﻋ ْﺑ ُد ﱠ ِ ﺑْنُ َﺳﺎﻟ ٍِم ْاﻟﺣِ ْﻣ ُ ﻲ ﻗَﺎلَ َو َرأَى ﺳِ ﱠﻛﺔً ﱠدﺛَﻧَﺎ َﻋ ْﺑ ُد ﱠ ِ ﺑْنُ ﯾُو
َ ﺳ ِّ ﻲ َﻋ ْن أَﺑِﻲ أ ُ َﻣﺎ َﻣﺔَ ْاﻟﺑَﺎ ِھ ِﻠ
ْﻟ َﮭﺎﻧِ ﱡ
ﺻَ ﻲ ِ ْﻋﺑْد َو َﺷ ْﯾﺋًﺎ ﻣِ ْن آ َﻟ ِﺔ ْاﻟ َﺣر
ث ﻓَﻘَﺎ َﻟ َﺳﻣِ ْﻌتُ اﻟﻧﱠ ِﺑ ﱠ َ ﺳﻠﱠ َم َﯾﻘُو ُل َﻻ َﯾ ْد ُﺧ ُل َھ َذا َﺑﯾْتَ ﻗَ ْو ٍم ِإ ﱠﻻ أَ ْد َﺧﻠَﮫُ ﱠ ُ اﻟذﱡﻟﱠﻘَﺎ َل أَﺑُو َ ﱠ ِ َوا ْﺳ ُم ﻠﱠﻰ ﱠ ُ َﻋﻠَ ْﯾ ِﮫ َو
َي ﺑْنُ َﻋﺟْ َﻼن ﺻ َد ﱡ ُ َ( أَﺑِﻲ أ ُ َﻣﺎ َﻣﺔBUKHARI – 2153)
Artinya : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan
kepada saya ‘Abdullah bin Salim Al Himshiy telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Zaiyad Al Alhaniy dari Abu Umamah Al Bahiliy berkata, ketika ia
melihat cangkul atau sesuatu dari alat bercocok tanam, lalu ia berkata, aku mendengar
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang seperti ini tidak masuk kerumah
suatu kaum kecuali Allah akan memberikan kehinaan padanya”. Abu Abdullah Al
Bukhariy berkata: “Dan nama Abu Umamah adalah Shuday bin ‘Ajlan”.
Sanad : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf; telah menceritakan
kepada saya ‘Abdullah bin Salim Al Himshiy; telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Zaiyad Al Alhaniy dari Abu Umamah Al Bahiliy;
Matan : ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat cangkul atau sesuatu dari alat
bercocok tanam
9
BUKHARI No. 387 “KOMUNIKASI”
َﻋ َﻣ ُر ﺑْنُ ْاﻟﺧ ُ ﻲ ﱠ ُ َﻋ ْﻧ ُﮭ َواﻓَ ْﻘتُ َر ِﺑّﻲ ﻓِﻲ َﺣ ﱠدﺛَﻧَﺎ َﻋ ْﻣ ُرو ﺑْنُ َﻋ ْو ٍن ﻗَﺎ َل َﺣ ﱠدﺛَﻧَﺎ ُھ َﺷ ْﯾ ٌم َﻋ ْن ُﺣ َﻣ ْﯾ ٍد َﻋ ْن أَﻧ َِس ﺑ ِْن َﻣﺎﻟِكٍ َﻗﺎ َل ﻗَﺎ َل َ ﺿ ِ ب َر ِ طﺎ ﱠ
ﺻﻠﻰ ﻓَﻧَزَ َﻟتْ ﺛَ َﻼثٍ ﻓَﻘُ ْﻠتُ ﯾَﺎ َ ِﯾم ُﻣَ {رﺳُولَ ﱠ ِ ﻟَ ْو اﺗﱠﺧَ ْذﻧَﺎ ﻣِ ْن َﻣﻘ َِﺎم إِﺑ َْراھ َ ﺻﻠﻰ َ }واﺗﱠﺧِ ذُوا ﻣِ ْن َﻣﻘ َِﺎم إِﺑ َْراھ
َ ِﯾم ُﻣ َ ب ﻗُ ْﻠتُ ﯾَﺎِ َوآﯾَﺔُ ا ْﻟﺣِ َﺟﺎ
ﺻﻠﱠﻰ ﱠ ُ َﻋﻠَ ْﯾ ِﮫ َو َﺳﻠﱠ َم َرﺳُولَ ﱠ ِ ﻟَ ْو أَ َﻣ ْرتَ ﻧِ َﺳﺎ َءكَ أَ ْن ﯾَﺣْ ﺗ َِﺟﺑْنَ ﻓَﺈِﻧﱠﮫُ ﯾُ َﻛ ِﻠّ ُﻣ ُﮭ ﱠن ْاﻟﺑَ ﱡر َو ْاﻟَ ﻲ ِ ت آﯾَﺔُ ْاﻟﺣِ َﺟﺎ
ِّ ب َواﺟْ ﺗَ َﻣ َﻊ ﻧِ َﺳﺎ ُء اﻟﻧﱠ ِﺑ ْ َﺎﺟ ُر ﻓَﻧَزَ َﻟ
ِ ﻔ
طﻠﱠﻘَﻛُنﱠ أَ ْن ﯾُﺑَ ِ ّد َﻟﮫُ أَ ْز َوا ًﺟﺎ َﺧﯾ ًْرا ﻣِ ْﻧﻛُنﱠ {ﻓِﻲ ا ْﻟﻐَﯾ َْرةِ َﻋﻠَ ْﯾ ِﮫ ﻓَﻘُ ْﻠتُ ﻟَ ُﮭنﱠ
َ ﺳﻰ َرﺑﱡﮫُ إِ ْن َ } َأَﺑُو َﻋﺑْد ﱠ ِ و َﺣ ﱠدﺛَﻧَﺎ اﺑْنُ أَﺑِﻲ ﻓَﻧَزَ ﻟَتْ َھ ِذ ِه ْاﻵﯾَﺔُﻗَﺎل
َ ﻋ
ً َﱡوب ﻗَﺎلَ َﺣ ﱠدﺛَﻧِﻲ ُﺣ َﻣ ْﯾ ٌد ﻗَﺎ َل َﺳﻣِ ْﻌتُ أَﻧ
ﺳﺎ ﺑِ َﮭ َذا َ ( َﻣ ْرﯾَ َم ﻗَﺎ َل أَ ْﺧﺑَ َرﻧَﺎ ﯾَﺣْ ﯾَﻰ ﺑْنُ أَﯾBUKHARI – 387)
Artinya : Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin ‘Aun berkata, telah menceritakan
kepada kami Husyaim dari Humaid dari Anas bin Malik berkata, ‘Umar bin Al
Khaththab, “Aku memiliki pemikiran yang aku ingin jika itu dikabulkan oleh Rabbku
dalam tiga persoalan. Maka aku sampaikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, ‘Wahai Rasulullah, seandainya Maqam Ibrahim kita jadikan sebagai tempat
shalat? Lalu turunlah ayat: ‘(Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim sebagai
tempat shalat) ‘ (Qs. Al Baqarah: 125). Yang kedua tentang hijab. Aku lalu berkata,
‘Wahai Rasulullah, seandainya Tuan perintahkan isteri-isteri Tuan untuk berhijab
karena yang berkomunikasi dengan mereka ada orang yang shalih dan juga ada yang
fajir (suka bermaksiat).’ Maka turunlah ayat hijab. Dan yang ketiga, saat isteri-isteri
beliau cemburu kepada beliau (sehingga banyak yang membangkang); aku katakan
kepada mereka, ‘Semoga bila Beliau menceraikan kalian Rabbnya akan menggantinya
dengan isteri-isteri yang lebih baik dari kalian.’ Maka turunlah ayat tentang masalah
ini.” Abu Abdullah berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam berkata,
telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Ayyub berkata, telah menceritakan
kepadaku Humaid ia berkata, Aku mendengar Anas seperti hadits ini.”
Hadits-hadits diatas menerangkan tentang sains dan teknologi sudah ada sejak
zama rasullulah, beliau menyebutkannya dalam beberapa haditsnya yang merupakan
gambaran sains dan teknologi pada zamannya. Teknologi terus dikembangkan dari
zaman ke zaman sehingga semakin cangkih alat-alat yang dapat kita gunakan. Ilmu
pengetahuan terutama sains juga semakin digali untuk mengetahui apa saja tentang
alam semesta ini. Para ilmuwan berlomba-lomba mengkaji apa saja yang belum
diketahui sekaligus digali lebih dalam.
10
BAB III
3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
Umat Rasulullah merupakan umat terbaik dari seluruh umat-umat para Nabi
yang diutus sebelum beliau. Meskipun umat Rasulullah datang sebagai yang terakhir
diantara umat-umat lainnya, tetapi di akhirat kelak umat Rasulullah-lah yang akan
memasuki Surga terlebih dahulu di bandingkan dengan umat-umat lainnya.
Allah telah memberikan pujian kepada umat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
dalam firman-Nya :
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..” (QS. Ali
Imran : 110)
Tetapi diantara umat Rasulullah, terdapat beberapa generasi terbaik,
sebagaimana beliau sebutkan dalam sebuah hadits mutawatir, beliau bersabda :
“Sebaik-baik manusia adalah pada generasiku (yakni sahabat), kemudian orang-orang
yang mengiringinya (yakni tabi’in), kemudian orang-orang yang mengiringinya (yakni
generasi tabi’ut tabi’in).” (mutawatir. HR. Bukhari dan yang lainnya)
Inilah beberapa generasi terbaik yang beliau sebutkan dalam hadits tersebut :
1. Sahabat
2. Tabi’in
Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau
setelah beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta
11
melihat para sahabat. Tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan
ilmu dari para sahabat Rasulullah.
Salah seorang terbaik dari generasi Tabi’in adalah Uwais Al Qarn, yang
pernah mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan menjadi
sahabat, tetapi tidak berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al Qarn, pernah
disebutkan secara langsung melalui lisan Rasulullah sebagai orang yang asing di
bumi tapi terkenal di langit. Bahkan Rasulullah memerintahkan sahabatnya, Umar
dan Ali, untuk mencari Uwais dan meminta untuk di doakan, karena ia merupakan
orang yang memiliki doa yang diijabah oleh Allah.
Adapun diantara orang-orang yang tergolong generasi tabi’in lainnya yakni
Umar bin Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ali Zainal Abidin bin Al Husein, Muhammad
bin Al Hanafiyah, Hasan Al Bashri dan yang lainnya.
3. Tabi’ut Tabi’in
Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau
setelah mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan
generasi tabi’in. tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan
ilmu dari para tabi’in.
Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah Imam Malik
bin Anas, Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits bin Saad dan
yang lainnya.
12
BAB IV
PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUS SOLEH (REFERESNSI AL- HADITS)
1. Di antara para ulama ada yang membatasi makna Salaf yaitu hanya para
Sahabat Nabi saja.
2. Di antara mereka ada juga yang berpendapat bahwa Salaf adalah para
Sahabat Nabi dan Tabi’in (orang yang berguru kepada Sahabat).
3. Dan di antara mereka ada juga yang berkata bahwa Salaf adalah mereka
adalah para Sahabat Nabi, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in. (Luzumul
Jama’ah (hal: 276-277)). Dan pendapat yang benar dan masyhur, yang mana
sebagian besar ulama ahlussunnah berpendapat adalah pendapat ketiga ini.
4. Yang dimaksud Salaf dari sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun
waktu/periode yang telah diberi persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka itulah yang
berada di tiga kurun/periode, yaitu para sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
13
Maka dari itu, setiap orang yang mengikuti jalan mereka, dan menempuh
sesuai manhaj/metode mereka, maka dia termasuk salafi, karena
menisbahkan/menyandarkan kepada mereka.
Generasi salafus shalih merupakan generasi yang terbaik umat Islam.
Sebab itulah kita dianjurkan untuk mengikuti mereka dalam beragama. Salah satu
jejak salafus shalih yang menggetarkan hati adalah mereka yang selalu
menomersatukan ketakwaan, menjauhi hal syubhat dan syahwat, serta mereka
sering menangisi diri sendiri yang belum tentu mendapatkan ridha Allah. Syekh
Jamaluddin Al Qasimi menuliskan dalam kitabnya Mauidzatul Mu’minin:
ﻛﺎن اﻟﺴﻠﻒ ﯾﺒﺎﻟﻐﻮن ﻓﻲ اﻟﺘﻘﻮى واﻟﺤﺪر ﻣﻦ اﻟﺸﺒﮭﺎت واﻟﺸﮭﻮات وﯾﺒﻜﻮن ﻋﻠﻰ أﻧﻔﺴﮭﻢ ﻓﻲ اﻟﺨﻠﻮات
Para salafus saleh selalu mementingkan ketakwaan, menghindari hal syubhaat dan
syahwat, meski demikian tak jarang saat sendiri mereka menangisi diri mereka yang
belum tentu diridhai Allah
Jika mereka saja yang selalu dalam jalan ketakwaan dan jauh dari perkara
syubhat dan syahwat masih merasa ridha Allah tak berpihak pada mereka, lantas
bagaimana kabar kita yang hanya sedikit berbaur dalam ketakwaan dan masih
sering terperangkap syubhat dan syahwat?
ﻋ ْﻧ ُﮭ ْم
َ ُﻲ ﱠ َ ﺿ ِ ﺎن َرٍ ﺳَ ْﺎر َواﻟﱠذِﯾنَ اﺗﱠﺑَﻌُو ُھ ْم ﺑِﺈِﺣ ِ ﺻَ ﺎﺟ ِرﯾنَ َواﻷ ْﻧ ِ اﻷوﻟُونَ ِﻣنَ ْاﻟ ُﻣ َﮭﺳﺎﺑِﻘُونَ ﱠ َواﻟ ﱠ
ت ﺗَﺟْ ِري ﺗَﺣْ ﺗ َ َﮭﺎٍ ﻋ ْﻧﮫ ُ َوأ َ َﻋ ﱠد ﻟَ ُﮭ ْم َﺟﻧﱠﺎ ُ ﺎر َﺧﺎ ِﻟدِﯾنَ ﻓِﯾ َﮭﺎ أَﺑَدًا ذَﻟِكَ ْاﻟﻔَ ْو ُز ْاﻟﻌَ ِظﯾ ُم َو َر
َ ﺿوا ُ اﻷ ْﻧ َﮭ
14
Artinya, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam)
di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan
mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang
besar.” [QS. At-Taubah : 100]
َ ﺛ ُ ﱠم إِ ﱠن ﺑَ ْﻌ َد ُﻛ ْم ﻗَ ْو ًﻣﺎ ﯾَ ْﺷ َﮭ دُون، ﺛ ُ ﱠم اﻟﱠذِﯾنَ ﯾَﻠُوﻧَ ُﮭ ْم، ﺛ ُ ﱠم اﻟﱠذِﯾنَ ﯾَﻠُوﻧَ ُﮭ ْم، َﺧﯾ ُْر أ ُ ﱠﻣﺗِﻲ ﻗَرْ ﻧِﻲ، َ َوﯾَ ُﺧوﻧُونَ َوﻻَ ﯾُؤْ ﺗ َ َﻣﻧُون، ََوﻻَ ﯾُ ْﺳﺗَ ْﺷ َﮭدُون
، َﺳ َﻣنُ َوﯾَ ْﻧذُ ُرونَ َوﻻَ ﯾَﻔُون ْ ََوﯾ
ّ ِ ظ َﮭ ُر ﻓِﯾ ِﮭ ُم اﻟ
15
di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga, yaitu al-
Jama’ah.”
Kita yang hanya menangis jika tak kuat menghadapi masalah, kita yang
masih berat melakukan kewajiban, kita yang masih memanjakan syahwat,
pernahkah kita menangisi diri kita yang belum tentu diridhai Allah? Rasanya begitu
naif jika kita yang masih berlumuran dosa merasa yakin jika Allah ridha dengan diri
kita.
Seorang muslin berusaha sekuat tenaga mencari ridha Allah dalam setiap
gerak-gerik hidupnya, dalam setiap aktivitasnya, karena tujuan hidupnya memang
akan kembali kepada Allah. Sebab apabila Allah ridha kepada kita, maka Allah pasti
berikan kita berbagai macam inayah, taufik, rahmat dan kasih sayangNya.
Sebaliknya apabila Allah murka kepada kita, maka Allah pasti halangi dirinya dari
rahmat dan hidayah-Nya.
Kita bisa melihat adab yang tinggi dari pemilik adab yang agung yaitu
Rasulullah, dimana beliau beradab –dalam berucap- kepada Robnya tatkala
bersedih karena terus mengharap keridhoan-Nya tatkala Ibrahim putra beliau wafat.
Beliau berkata :
ُ ﺗَ ْﺪ َﻣ ُﻊ ْاﻟﻌَﯿْﻦُ َوﯾَﺤْ ﺰَ نُ ْاﻟﻘَ ْﻠ
ِ ﺐ َوﻻَ ﻧَﻘُ ْﻮ ُل إِﻻﱠ َﻣﺎ ﯾ ُْﺮ
َﺿﻲ َرﺑﱠﻨَﺎ وإِﻧﱠﺎ ﺑِﻚَ ﯾَﺎ إِﺑ َْﺮا ِھ ْﯿ ُﻢ ﻟَ َﻤﺤْ ُﺰ ْوﻧُ ْﻮن
“Mata menangis, hati bersedih, dan kami tidaklah mengucapkan kecuali yang
mendatangkan keridhoan Rob kami, dan sungguh kami bersedih dengan kepergianmu
wahai Ibrahim” (HR Muslim)
Beberapa penjelasan di atas cukup menggoncang rohani kita. Semoga
semakin semangat tak putus asa dalam terus mengharap dan mencari ridha Allah.
Rasulullah, salafus shalih, dan juga kita semua adalah ciptaan-Nya yang berhak
mendapatkan ridha-Nya. maka dari itu yuk berburu ridha dengan cara terbaik
menurut kita masing-masing.
Salafus shalih yang selalu istiqamah dalam ketakwaan masih saja menangis
memikirkan dirinya yang belum tentu diridhai Allah, kita seharusnya lebih semangat
lagi. Sebab kita masih belum istiqamah dalam menjalankan kewajiabn kita dari-Nya.
16
BAB V
AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, PENEGAKAN SERTA
KEADILAN HUKUM DALAM ISLAM
Artinya:
"Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan
sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan,
tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui."
17
menafkahi keluarga, menyingkirkan batu dari jalan dan masih banyak lagi. Bahkan,
menahan diri untuk tidak menyakiti orang lain juga termasuk sedekah.
Hal ini merupakan bukti bahwa umat Islam diberi banyak sekali kesempatan
untuk menimbun pahala dari amalan sedekah. Tak hanya itu, melalui sedekah
manusia tak hanya mendapatkan pahala dari Allah, melainkan juga dapat
meningkatkan hubungan baik dengan sesama manusia.
Seperti yang tertulis dalam Hadis Riwayat Tirmidzi, Rasulullah bersabda,
"Bersedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah dan kepada kerabat ada
dua (kebaikan), yaitu sedekah dan silaturrahim."
Dalam bersedekah, umat Islam dianjurkan untuk tidak menyakiti perasaan
orang yang diberi sedekah serta lebih baik menyembunyikan amalan sedekahnya
tersebut. Hal ini untuk menghindari sifat riya yang dapat menghapus pahala
sedekah.
Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat 264, "Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-
nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima, seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah."
Tak hanya itu, umat Islam juga harus menyisihkan uangnya dari hasil yang
halal. Berdasarkan firman Allah dalam Surat Al-Baqarah Ayat 267, "Hai orang-orang
yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-
baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Dan janganlah
kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu
sendiri tidak mau mengambilnya."
18
Maka risalah Muhammad Saw, meletakkan beberapa kaidah yang memberi
ketentuan-ketentuan pokok guna memecahkan persoalan-persoalan.
Kestabilan Hidup bermasyarakat memerlukan tegaknya keadilan lanjut M.
Natsir. Tiap-tiap sesuatu yang melukai rasa keadilan terhadap sebagian
masyarakat, maka bisa merusak kestabilan secara keseluruhan. Menegakkan
keadilan di tengah-tengah masyarakat dan bangsa diawali dengan kedaulatan
hukum yang ditegakkan. Semua anggota masyarakat berkedudukan sama di
hadapan hukum. Jadi di hadapan hukum semuanya sama, mulai dari masyarakat
yang paling lemah sampai pimpinan tertinggi dalam Negara.
“Dan janganlah rasa benci kamu kepada suatu golongan menyebabkan
kamu tidak berlaku adil. Berlaku adilah, karena itu lebih dekat kepada taqwa. Dan
bertaqwalah kepada Allah karena sesungguhnya Allah amat mengetahui apa yang
kamu kerjakan”(QS.5:8).
“Dengarlah dan taatilah sekalipun andai kata yang menjalankan hukum
atasmu seseorang budak Habsyi yang kepalanya seperti kismis selama
dijalankannya hukum Allah Swt”. (H.R.Buchori dari Anas).
keadilan menurut ajaran Islam, yaitu apa yang tertulis di dalam Kita Suci Al-
Qur’an, yaitu Surat An Nisa ayat 58 yang berbunyi:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.”
Secara sederhana dapat dimengerti bahwa pesan ayat itu adalah
memberikan amanah kepada orang yang berhak menerimanya dan dalam
memberikan keadilan itu maka penegak hukum diberi amanah untuk wajib
menetapkan putusan secara adil, yaitu adil yang sesuai konsep keadilan yang
dikehendaki oleh Allah SWT.
Dalam buku Konsep Keadilan dalam Al-Qur’an - Perspektif Quraish Shihab
dan Sayyid Qutub, dikatakan bahwa konsep keadilan itu adalah:
(1) adil dalam arti sama;
(2) adil di dalam arti seimbang;
(3) adil di dalam arti perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak
itu kepada setiap pemiliknya; dan
(4) adil di dalam arti ‘yang dinisbahkan kepada Allah’.
19
DAFTAR PUSTAKA
Hutabarat, Ramly Hukum dan Demokrasi menurut M.Natsir, Biro Riset DDII
Jakarta, 1999.
20
Jusuf, Haqlul, Dr, SH., Stusdi Islam, (Jakarta : Ikhwan, 1993), h. 26-37.
https://inilah.com/mozaik/2412436/salaf-3-generasi-awal-terbaik-umat-islam
https://umma.id/article/share/id/1002/272772
https://almanhaj.or.id/3428-definisi-salaf-definisi-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html
https://nasional.okezone.com/read/2018/10/24/337/1968200/konsep-keadilan-
menurut-perspektif-islam
https://republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/16/11/25/oh6pth313-4-pesan-
rasulullah-untuk-penegak-hukum
21
LAMPIRAN
Glosarium
Atheisme sebuah pandangan filosofi yang tidak memercayai keberadaan Tuhan dan
dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme
Khutbah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan
Taqwa kepercayaan akan adanya Allah, membenarkannya, dan takut akan Allah
Uswah hasanah teladan yang Baik / Contoh yang Baik, dalam Agama Islam ini adalah
kalimat Allah / firman Allah dalam Al Quran yang menyeru kepada semua
umat manusia bahwa Nabi Muhammad adalah Teladan yang Baik dan
Berbudi Pekerti Luhur
Konseptualisasi Mengetahui makna sesuatu dari apa yang dipahami (ditangkap).
Tauhid bentuk masdar dari fi'il wahhada-yuwahhidu yang artinya menjadikan
sesuatu jadi satu saja.
agama Abrahamik agama-agama yang muncul dari suatu tradisi Semit kuno bersama
dan yang ditelusuri oleh para pemeluknya. Karena didasari keterkaitannya
oleh sosok leluhur ini
mukjizat perkara di luar kebiasaan yang dilakukan oleh Allah melalui
para nabi dan rasul-Nya untuk membuktikan kebenaran kenabian dan
keabsahan risalahnya
kafir seseorang yang menutup dan menolak kebenaran yang ia ketahui, tetapi
tetap menjalankan kesalahan.
Akhirat alam kehidupan setelah kehidupan didunia
Amal saleh semua perbuatan baik/sejalan dengan norma agama didasarkan pada niat
yang ikhlas semata-mata untuk mengharapkan rida allah Swt. Seperti
berbuat baik kepad orang lain.
Doa usaha batin berupa permohonan kelpada Allah Swt. Setelah seorang
melakukan ikhtiar atau usaha secara maksimal dalam meraih apa yang
dikehendakinya.
Iman yakin, percaya, yaitu keyakinan dalam hati yang di ikrarkan atau diucapkan
dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan.
Qauliyah yang bersifat erkataan, sabda, firman biasanya berupa teks dalam Al-Qur’an
maupun hadis Rasullulah saw.
Siksa balasan keburukan sebagai akibat dari perbuatan manusia selama hidup di
dunia yang berbuat keburukan.
22
Daftar Surah & Hadis
23