Anda di halaman 1dari 32

ARTIKEL KEISLAMAN:

1. KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM


2. SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS
3. GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN SALAF (REFERENSI HADITS)
5. ISLAM, AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN PENEGAKAN
HUKUM
Di sususn sebagai tugas terseteruktur mata kuliah: Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampuh:
Dr. Taufiq Ramdani, S.TH.I, M.S

Disusun oleh:

Nama : Epa Sasnika


NIM : E1S020020
Fakultas&Prodi : FKIP/PENDIDIKAN SOSIOLOGI
Semester : 1 (Satu)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada ALLAH SWT aras Rahmat dan hidayahnya
tugas ini bisa selesai tepat pada waktuya.

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad


SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang
benderang.

Terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.TH.I, M.S
sebagai dosen pengampuh mata kuliah pendidikan Agama Islam yang telah
membemberikan tugas ini sehingga saya dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Besar harapa saya tugas ini akan memberi manfaat bagi setiap pembaca, serta
saya sangat menyadari bahwa tugas yang saya buat ini jauh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisan, oleh karena itu saya sangat
mengharapkan keritik dan saran dari semua pembaca guna menjadi acuan agar
penulisan bisa menjadi lebih baik guna menjadi acuan agar penulisan bisa menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.

Penyusun, Mataram 25 oktober 2020

EPA SASNIKA
E1S20020

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER.................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
I. Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam...........1
II. Sains dan Teknologi dan AL-Quran dan Al-Hadist................................12
A. Biologi dalam Al-Quran....................................................................12
B. Fisika dalam Al-Quean....................................................................13
C. Fisika, Biologi, dan Kimia dalam Al-Quran.......................................14
III. Generasi Terbaik Menurut Al-Hadist......................................................18
IV. Pengertian Salaf Menurut Al-Hadist.......................................................20
V. Islam: Ajaran Tentang Berbagi serta Keadilan Penegakan Hukum.......25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................30
LAMPIRAN

iii
I. Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam

menjadi satu atau tiga menjadi satu seperti trimurti, trinitas, triparti. Islam tidak
mengenal politiesme Islam hanya mengenal monoteisme. Sang Tunggal, Tunggal
wujudnya, Tunggal dan kekal. Awal dan akhir sifatnya. Dalam keimanan Islam,
diajarkan bahwa untuk mengenal Tuhannya orang-orang Islam, kita harus mengenal
ciptaan-Nya, pencipta dikenal melalui ciptaan-Nya. Karena Tuhan Maha pencipta,
maka untuk mengenal Tuhan, kita harus mengenal ciptaan-Nya.

Dalam tinjauan Islam, konsep ke-Tuhan-an tidak dapat dipisahkan dari pengertian
tentang Tuhan yang termuat dalam sumber-Nya. Yaitu Al-Qur’an yang oleh umat Islam
diyakini sebagai wahyu, dan menurut Al-Qur’an ajaran Islam yang terpenting adalah
perintah dan seruan kepada manusia untuk menyembah hanya kepada Allah dan ini
merupakan kredo inti. Al-Qur’an menyatakan bahwa yang Tuhan itu hanyalah
Allah.Karena yang Tuhan hanyalah Allah maka manusia hanya benar kalau
menyembah Allah semesta.Sehubungan dengan ke-Tuhan-an, Al-Qur’an tidak hanya
menyebutkan tentang Tuhan saja, akan tetapi juga tentang sifat-sifatnya, lewat sifat-
sifat Allah dapat diketahui corak hubungan antara Allah selaku pencipta alam sebagai
ciptaan-Nya.Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada sesuatu pun yang
mampu menyamai dan menyertai Allah. Dari sini juga dapat dipahami kata Allah itu
adalah nama Tuhan bagi kalangan muslim.

Konsep-konsep teologis yang pokok, yang diuraikan secara garis besar dalam Al-
Qur’an, dalam banyak hal sama dengan yang terdapat dalam agama yahudi dan
Kristen konsep yang paling penting adalah Tuhan dan manusia sebagaimana halnya
dengan agama luhur lainnya, segala sesuatu dalam Islam berpusat pada kenyataan
utama, yaitu Tuhan atau Allah. Pertama-tama, Allah itu bukan benda dan karena itu
tidak terlihat. Bagi orang arab hal ini tidak menimbulkan keraguan akan keberadaannya
karena mereka tidak pernah belajar seni, menganggap sesuatu tidak ada kecuali apa
yang dapat dilihat bagi kaum muslimin, monoteisme bukan hanya sumbangan Islam
kepada agama orang arab, tetapi kepada seluruh agama manusia.

4
Patung-patung agama Hindu dianggap sebagai suatu bukti yang nyata bahwa
agama ini tidak pernah menganut pemujaan hanya kepada Tuhan saja seperti halnya
umat Kristen yang telah mengkompromikan monoteismenya dengan memper-Tuhan-
kan Yesus. Islam menghormati Yesus sebagai seorang nabi Allah yang benar.Agama
ini bahkan menerima ajaran Kristen tentang kelahiran dari seorang perawan.Tetapi
tentang ajaran ingkarnasi dan tri Tunggal, Islam menarik garis besar yang tegas, dan
memandang hal itu sebagai suatu konsensi terhadap keinginan manusia untuk mencari
kompromi antara yang bersifat manusia dengan hal yang bersifat ilahi.Ia merupakan
penguasa dari jagat raya adalah juga: yang suci, yang Maha damai, yang Maha setia,
selalu dekat yang cintanya kepada manusia lebih lembut dari cinta induk burung
kepada anak-anaknya.

Karena rahmat Tuhan, suasana Al-Qur’an adalah suasana kegembiraan, walaupun


peringatan-Nya pada manusia yang tidak benar cukup keras. Seperti halnya yang
ditulis oleh seorang ahli filsafat muslim yang besar: “pusat pengalaman berhingga yang
sulit dijelaskan merupakan kenyataan universal yang paling mendasar. Semua
kehidupan bersifat individual: tidak ada apa yang disebut kehidupan universal itu.
Karena Tuhan itu sendiri adalah suatu individu: Ia merupakan individu yang paling
unik.

Bila dikaji dari sumber akar kata kalimat yang diberikan kepada wujud yang Maha
Tinggi dan Maha Kuasa di dalam berbagai bahasa adalah diterima asal-usulnya sama,
terutamanya dalam bahasa-bahasa Indo Eropa seperti perkataan Deva, Theo, Dieu,
Dos dan Do serta Khoda dan God. Dalam bahasa-bahasa semantik seperti Ilah, El,
dan Al; bahkan antara Yahweh dalam bahasa Ibrani dan Ioa dalam bahasa Yunani
Persian merujuk kepada kesemua konsep tentang kewujudan Maha Tinggi, juga
merujuk kepada kemiripan bunyi sehingga boleh juga merupakan perkongsian
bersama seluruh manusia (cognate).Manakala perkataan ilah yang jamaknya alihah
dan kata ilahahyang jamaknya ilahat di dalam bahasa Arab memberi maksud yang
sama yaitu sesuatu yang disembah atau dipatuhi. Sekiranya alihah bermaksud
memper-Tuhan-kan atau men-Dewa-kan, maka perkataan ta’lah memberi makna
menjadi Tuhan. Sebagai contoh, makhluk atau benda yang disembah atas dasar
kebebasan, kekuasaan dan bernilai untuk disembah, untuk ditunduk dengan rasa
kehinaan dan kepaTuhan. Namun, perlu diberi perhatian, perkataan ilah ini adalah
lebih umum atau luas penggunaannya dari pada Allah kerana memasukkan apa saja

5
aspek atau apa-apa makhluk yang mempunyai kuasa yang hebat untuk dipatuhi oleh
manusia, dinamakan atau dipanggil ilah. Ilah atau Tuhan ialah tiap-tiap sesuatu yang
disembah oleh manusia, sama ada yang berhak disembah atau tidak, merupakan
Tuhan kepada orang itu. Jika penyembahan itu kepada yang sepatutnya disembah,
maka penyembahan itu adalah hak dan jika penyembahan itu kepada yang tidak patut
disembah, maka penyembahan itu adalah tidak hak atau tidak benar.Selanjutnya,
konsep ilah juga memasukkan pemikiran kuasa yang tidak berakhir, kuasa yang
menakjubkan yang lain. Ia juga mendedahkan pengertian bahwa yang lain adalah
bergantung pada-Nya dan ia tidak bergantung pada yang lain. Perkataan ilah juga
mengandung makna persembunyian (abstract) dan misteri. Oleh itu, ilah adalah being
yang tidak dapat dilihat.

Pertembungan dengan perkataan Allah di dalam bahasa Arab, sekali lagi perlu
diteliti dan diperhalusi untuk mengelakkan kekeliruan. Allah adalah nama khas atau
personal bagi Tuhan dan tidak diambil dari pada kata ilah yang bermaksud Tuhan
walaupun Allah itu Tuhan.Berdasarkan paradigma di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa Allah dari sudut kefahamannya adalah salah satu di antara banyak-banyak
Tuhan yang diyakini dan disembah oleh manusia. Ini tidaklah mengherankan kerana
jika ditinjau dari sejarah lampau di zaman Jahiliah pun, ide tentang Allah ini sudah ada
dan bukanlah sesuatu yang asing di kalangan masyarakat Arab. Contohnya, dapat kita
perolehi dari pada bait-bait syair sebelum Islam yang menghimpunkan nama-nama
personal dan inskripsi-inskripsi lama tulisan tangan.
Allah bagi mereka adalah Tuhan langit dan bumi begitu juga Ka‘bah sebagaimana
dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an, al-‘Ankabut, Ayat 61.
Artinya:
“Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang
menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka
akan menjawab: "Allah", Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan
yang benar)”.

Walau bagaimanapun kepada mereka, Allah adalah salah satu di antara banyak-
banyak Tuhan, di samping Allah merupakan yang tinggi.Tuhan Tinggi atau Tuhan
Utama. Sedangkan dalam waktu yang sama juga mereka percaya kepada Tuhan-
Tuhan lain sebagai wujud yang bersifat “divine” dalam taraf yang sedikit lebih rendah.
Oleh yang demikian, pada masa yang sama mereka mencari Tuhan-Tuhan lain

6
sebagai perantara (mediator) dalam peribadatan dan penyembahan mereka kepada
Tuhan Tertinggi (Allah).

Ini amat jelas dapat kita lihat dalam Al-Qur’an Al-Qur’an, Al-Zumar, Ayat 3 yang
mengatakan
“Ingatlah, Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-
orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah
mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat dekatnya".
Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang
mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang
yang pendusta dan sangat ingkar”.

Seterusnya mereka mengatakan Allah mempunyai anak-anak perempuan. Dia


Maha suci, Sedangkan bagi mereka pula, mereka peruntukkan apa yang mereka sukai
anak-anak lelaki.

Ayat-ayat di atas memberi penekanan serius kepada kedudukan ke-Esa-an Tuhan


dan tidak ada tolak ukur langsung untuk mempersekutukan-Nya. Menyentuh aspek ke-
Tauhid-an atau ke-Esa-an Allah ini,Zakaria Stapa mengkategorikannya kepada tiga ciri
utama yang boleh disaringkan seperti berikut: Ke-Tauhid-an Zdat Pengertiannya
bahwa Allah adalah satu, Esa secara mutlak.Al-Qur’an berulang kali menegaskan Ide
wahdaniyyah Allah Tidak sekali-kali mempunyai anak, dan tidak ada sama sekali
sebarang Tuhan berserta-Nya; jika ada banyak Tuhan tentulah tiap-tiap Tuhan itu akan
menguasai dan menguruskan segala yang diciptakannya dengan bersendirian, dan
tentulah setengahnya akan bertindak mengalahkan setengahnya yang lain, Maha suci
Allah dari pada apa yang dikatakan oleh mereka yang musyrik itu.

Allah yang menjadikan alam ini adalah Tuhan yang Tunggal, tidak ada yang lain.
Tidak ada dua Tuhan: Tuhan baik dan Tuhan jahat, Tuhan cahaya dan Tuhan gelap
seperti kepercayaan agama dualiti, yaitu masyarakat Parsi, Greek kuno, Babylon dan
seumpamanya. Pengukuhan kepada kenyataan ini adalah firman Allah dalam Al-
Qur’an, al-Mu’minun, Ayat 91.:

7
“katakanlah, wahai Muhammad Tuhanku ialah Allah yang Maha Esa; Allah
menjadi tumpuan sekalian makhluk untuk memohon sebarang hajat; Dia tiada
beranak; dan Dia pula tidak diperanakkan; dan tidak ada sesiapapun yang setara
dengan-Nya” (Al-Qur’an, al-Mu’minun, Ayat 91).

Hujah di atas memperlihatkan bahwa Allah adalah satu pada hakikat sebenarnya,
Zdat Allah secara mutlaknya tidak ada kena-mengena dengan apapun juga selain dari
pada ke-Esa-an-Nya dan sebaliknya segala sesuatu yang selain dari-Nya juga tidak
ada kena-mengena dengan Zdat Allah.
Kelangsungan dari pada penegasan konsep keTunggalan Zdat Allah, maka sebarang
bentuk yang mengandaikan kepercayaan kepada polytheisme terbatal dan tertolak
seperti kepercayaan Kristian bahwa Allah adalah satu dalam tiga atau konsep triniti,
beberapa kepercayaan yang mendakwakan bahwa Allah mempunyai anak lelaki dan
perempuan seperti Yahudi dan pegangan golongan Majusi bahwa Allah dan Iblis
adalah dua saudara yang bekerja sama dalam melaksanakan kerja-kerja mereka.

Banyak ayat Allah membentangkan dan mengkritik kesalahan pegangan dan


iktiqad kaum kafir membuktikan bahwa tauhid tidaklah cukup dan tidaklah hanya
berarti percaya kepada Allah saja, tetapi mencakupi beberapa dimensi lain seperti
pengertian sebenar tentang siapa Allah yang diimani dan bagaimana kita bersikap
kepada-Nya dan kepada objek-objek lain selain dari pada Dia. Lantaran itu, percaya
kepada Allah tidaklah dengan sendirinya berarti tauhid dalam konteks sebenar
maknanya di atas alasan percaya kepada Allah itu masih mengandungi kemungkinan-
kemungkinan percaya kepada yang lain sebagai rekan atau tandingan Allah dan
keilahiannya.Permasalahan ketidak murnian kepercayaan manusia nyata di sini.

Ke-Tauhid-an dalam ibadah konsep ke-Esa-an dalam ibadah ini merujuk kepada
tauhid uluhiyyah.Tauhid ini bermaksud pengEsaan Allah dalam ke-Tuhan-annya. Ke-
Tauhid-an dibina atas dasar ikhlas kerana Allah semata-mata, mempunyai kebulatan
cinta, takut, mengharap, tawakkal, gerun, hormat dan doanya kerena Allah yang Maha
Esa.Hal-hal itu adalah dasar ikhlasnya ibadat keseluruhannya, baik lahir maupun
batinnya, hanyalah kerana Allah semata-mata.

Dalam Surah Al-Fatihah di atas yang bermaksud, “Engkaulah saja Ya Allah yang
kami sembah”, memberi penjelasan terhadap konsep yang dibicarakan ini. Pendekatan

8
dalam bentuk penekanan khusus yang diberikan oleh ayat di atas adalah secara
langsungnya mengandungi konsep ke-Esa-an dalam penyembahan. Hal ini adalah
disebabkan ayat itu tidak hanya menyatakan “Kami menyembah Engkau” tetapi
sebaliknya secara cukup spesifik, ayat ini mengutarakan kata “Engkaulah saja yang
kami sembah”.Gaya ekspresi ini secara teguhnya menyatakan bahwa Allah sajalah
yang kami sembah dan Dia sajalah juga yang berhak disembah. Intisarinya ialah,
sepanjang lembaran ayat-ayat Al-Qur’an menegaskan konsep ke-Esa-an Allah secara
putus di dalam melaksanakan ibadat dan menolak sebarang penyamataraan,
perbandingan atau penyekutuan dengan- Nya dalam penyembahan. Hakikat inilah
yang sering dipaparkan pada ayat-ayat-Nya apabila menolak misconception dan
misunderstood masyarakat Arab Jahiliah terhadap Allah seperti yang disimpulkan oleh
Lutpi Ibrahim kepada beberapa konsep:

1. Dialah pencipta alam


2. Dialah pemberi ujian
3. Dialah pengetua suatu sumpah (oath)
4. Dialah objek yang dikatakan fahaman ke-Esa-an Tuhan sementara (temporary
monotheism)
5. Dialah pemilik Ka‘abah (the Lord of the Qa‘abah)

Ke-Tauhid-an sifat makna secara umumnya ialah iktiqad secara putus (jazim) dan
pasti bahwa Allah bersifat dengan semua sifat kesempurnaan dan bersih dari pada
segala sifat kekurangan. Dia berbeda (bersendirian) dari segala makhluk-Nya. Maksud
mengithbatkan apa yang Allah ithbatkan untuk diri- Nya dan apa yang Rasul nyatakan
adalah merujuk kepada nama dan sifat yang termaktub di dalam Al-Qur’an dan al-
Sunnah tanpa menyelewengkan lafaz atau maknanya, tanpa ta‘til (mazhab yang
mengingkari sifat Tuhan) atau menafikan sebagian, tanpa mengetahui bagaimana ciri-
ciri hakikatnya, tanpa ditasbihkan dengan sifat makhluk.

Ulama menyatakan bahwa semua nama Allah itu dii‘tibarkan sebagai sifat-sifat
Allah kecuali satu saja, yaitu nama Allah sendiri, kerana ia diketahui di atas Zdat
bukan sifat. Inilah yang disebut nama-nama Allah yang Maha Indah (al-Asma al-
Husna) yang bilangan lengkapnya disebutkan oleh hadith sebanyak 99 dan ia juga
boleh didapati bertaburan di sana-sini dalam Al-Qur’an.

9
Firman Allah yang maksudnya:

“Allah mempunyai nama-nama yang baik (yang mulia), maka serulah (dan
berdo‘alah) kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu.”

dan Firman-Nya lagi yang maksudnya:

“Allah Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, bagi-Nyalah segala
nama yang baik”. Ide umum tentang ke-Tauhid-an sifat ini dapat dikategorikan kpada
tiga perkara:
1. Mahasucikan atau membersihkan Allah dari pada penyerupaan dengan
mahluk
2. Beriman dengan nama-nama dan sifat-sifat yang tetap di dalam Al-Qur’an
dan al-Sunnah tanpa mengurang kan atau menambah atau
menyelewengkan atau menafikannya.
3. Menghapuskan perasaan ingin tahu secara mendalam akan kaifiyah sifat-
sifat ini.

Pernyataan ke-Esa-an Tuhan adalah bertujuan untuk membebaskan dan


memperkembangkan intelek manusia dalam usaha mencari kebenaran. Walau
bagaimanapun dalam sejarah hidup manusia, penyembahan dilakukan kepada
bermacam-macam benda. Ada yang menyembah patung dengan sesuatu
kepercayaan yang ada di sebalik patung itu.Ada yang menyembah pangkat, harta,
keturunan dan hawa nafsu. Ada orang yang menyembah Allah dan sebagainya.

Allah menggambarkan kedudukan seperti ini dengan firman-Nya yang bermaksud:

“Dengan yang demikian, bagaimana fikiranmu (wahai Muhammad) terhadap


orang yang menjadikan hawa nafsunya Tuhan yang dipatuhi, dan ia pula
disEsatkan oleh Allah kerana diketahui-Nya (bahwa ia tetap kufur ingkar, dan
dimeteraikan pula atas pendengarannya dan hatinya, serta diadakan lapisan
penutup atas penglihatannya. Maka siapakah lagi yang dapat memberi hidayah
petunjuk kepada-Nya sesudah llah (menjadikan dia berkeadaan demikian).

10
Oleh itu, mengapa kamu (wahai orang-orang yang ingkar) tidak mahu beringat dan
insaf”. Ayat di atas menerangkan bahwa ada di kalangan manusia yang menjadikan
nafsunya sebagai Tuhan yang dipatuhi. Pada masa yang sama, terdapat banyak ayat
Allah yang mengecam dan menyerang kaum musyrikyang menurut jejak langkah bapa
dan datuk nenek mereka secara membuta-tuli, kritikan terhadap penganut agama
Yahudi dan Nasrani dan lain-lain lagi disebabkan penyelewengan dan penyesatan di
dalam konsep ke-Tuhan-an mereka yang sudah banyak dibincangkan dan
dibentangkan oleh ulama.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat dinyatakan bahwa peribadatan mereka


kepada Allah hanya untuk mencapai matlamat tertentu sahaja sedangkan jalannya
tidak betul atau menyeleweng di mana mereka menyeru nama-nama selain dari pada
Allah sebagai sekutu kepada-Nya dalam sesuatu upacara peribadatan dan
penyembahan. Sebagai contoh, sewaktu menanam anak-anak perempuan mereka
hidup-hidup atau dikala melakukan upacara korban. Banyak ayat Al-Qur’an
mengisahkan sifat keji dan bongkak kaum musyrik, yang hanya meraung dan menjerit
memohon pertolongan Allah dikala kesusahan dan kesempitan tetapi apabila
dihilangkan atau dilepaskan bala atau azab, mereka ini lupa daratan dan kembali
ingkar dan kufur serta mempercayai banyak Tuhan.

Pandangan menyeluruh dan merangkum dari sekecil-kecil isu dan aspeknya


sehinggalah kepada yang sebesar-besarnya diterokai dan diselami oleh paradigma
tauhid Islam. Secara ringkasnya, perkara-perkara di atas terangkum di dalam tiga jenis
pembagian tauhid yang diutarakan oleh ulama untuk memudahkan pemahaman
terhadap konsep ke-Tuhan-an Islam sebagai alternatif dari pada pembagian sifat-sifat
Allah yang Konsep tauhid ini ialah:
1. Tauhid Rububiyyah (penegasan bahwa Allah adalah Tuhan Maha Esa, yang
Satu secara mutlak dan transcendent).
2. Tawhid Uluhiyyah (penegasan bahwa yang boleh disembah hanyalah Allah,
satu-satunya tanpa sekutu dan perantara).
3. Tawhid Asma dan sifat (pernyataan ikrar bahwa sesungguhnya Allah
mempunyai nama dan sifat yang Maha Indah sama ada berbentuk Jamal atau
Jalal.

11
Kesemua wahyu Allah yang diturunkan menekankan konsep keEsaan atau ke-
Tauhid-an Allah ini. Allah yang Tunggal tiada bandingan dan tandingan, rakan atau
setara-Nya dan semua kepujian, kebesaran, penyembahan, peribadatan, ketaatan
ditujukan khas dan sepenuh untuk-Nya. Tuhan-Tuhan lain adalah palsu dan tidak
ada apa-apa, hanya sekadar nama-nama yang disebut saja.

Tuhan di dalam Islam juga bukanlah seperti halnya pemahaman dan tanggapan
pemikir-pemikir moden Barat yang menghujahkan ia sebagai hasil ciptaan, rekaan
dan khayalan pemikiran manusia, akibat dari pada beberapa faktor terutama
kekurangan dan kelemahan diri manusia.

II SAINS & TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS

A. BIOLOGI dalan AL QUR’AN

‫ون‬OOOOO
ِ ُ ‫ َة أَ ْز ٰ َوج ۚ َي ْخلُقُ ُك ْم فِى ب‬OOOOO‫ز َل لَ ُكم م َِّن ٱأْل َ ْن ٰ َعم َث ٰ َم ِن َي‬OOOOO‫ن‬
‫ُط‬ َ َ‫ا َوأ‬OOOOO‫ا َز ْو َج َه‬OOOOO‫ َل ِم ْن َه‬OOOOO‫دَ ٍة ُث َّم َج َع‬OOOOOِ‫س ٰ َوح‬
ٍ ‫َخلَ َق ُكم مِّن َّن ْف‬
ٍ ِ

‫ون‬ ُ ‫ث ۚ ٰ َذلِ ُك ُم ٱهَّلل ُ َر ُّب ُك ْم لَ ُه ْٱلم ُْل‬


َ ُ‫ك ۖ ٓاَل إِ ٰلَ َه إِاَّل ه َُو ۖ َفأ َ َّن ٰى ُتصْ َرف‬ ٍ َ‫ت َث ٰل‬ ُ ‫أ ُ َّم ٰ َه ِت ُك ْم َخ ْل ًقا م ِّۢن َبعْ ِد َخ ْل ٍق فِى‬
ٍ ‫ظلُ ٰ َم‬
Artinya:
“Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya
dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang
ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan[1306]. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang
mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat
dipalingkan?”
Dalam tafsir dijelaskan dijelaskan bahwa tiga kegelapan itu ialah kegelapan
dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup
anak dalam rahim. Dalam Biologi dijelaskan bahwa sebenarnya embrio dalam rahin
mengalami tiga fase perkembangan yang disebut dengan fase morula, blastula,
gastrula. Perhatikan juga QS 23:12-14 yang berbicara secara cukup detail
mengenai proses penciptaan manusia.
ٰ ٰ
َ ٰ ِ ‫ِين َولَ َق ْد َخلَ ْق َنا ٱإْل‬
ٍ ِ‫نس َن مِن ُسلَلَ ٍة مِّن ط‬
‫ين‬ ٍ ‫ُث َّم َج َع ْل َن ُه ُن ْط َف ًة فِى َق َر‬
ٍ ‫ار َّمك‬

‫ُث َّم َخلَ ْق َنا ٱل ُّن ْط َف َة َعلَ َق ًة َف َخلَ ْق َنا ْٱل َعلَ َق َة مُضْ غ ًَة َف َخلَ ْق َنا ْٱلمُضْ غَ َة عِ ٰ َظمًا َف َك َس ْو َنا ْٱل ِع ٰ َظ َم لَحْ مًا ُث َّم أَن َشأْ ٰ َن ُه َخ ْل ًقا‬

12
َ ‫ك ٱهَّلل ُ أَحْ َسنُ ْٱل ٰ َخلِق‬
‫ِين‬ َ ‫اخ َر ۚ َف َت َب‬
َ ‫ار‬ َ ‫َء‬
Artinya :
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim), Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang
Paling Baik.”

B. FISIKA dalan AL QUR’AN

Perhatikan firman Allah dalam QS 6:125

َ ‫ص ْد َرهُۥ لِإْل ِ سْ ٰلَ ِم ۖ َو َمن ي ُِر ْد أَن يُضِ لَّهُۥ َيجْ َع ْل‬
ُ‫ص ْد َره‬ َ ْ‫ض ِّي ًقا َح َرجً ا َكأ َ َّن َما َف َمن ي ُِر ِد ٱهَّلل ُ أَن َي ْه ِد َيهُۥ َي ْش َرح‬
َ
‫ۥ‬
َ ‫ِين اَل ي ُْؤ ِم ُن‬
‫ون‬ َ ِ‫ء ۚ َك ٰ َذل‬Oِ ‫ص َّع ُد فِى ٱل َّس َمٓا‬
َ ْ‫ك َيجْ َع ُل ٱهَّلل ُ ٱلرِّ ج‬
َ ‫س َعلَى ٱلَّذ‬ َّ ‫َي‬

Artinya:

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,


niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa
yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi
sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa
kepada orang-orang yang tidak beriman”

Secara Fisika, semakin ke atas (ruang angkasa) maka kandungan oksigen semakin
berkurang. Perhatikan juga QS67:3 tentang keseimbangan sistem kosmos.

ٍ ‫ٱلَّذِى َخلَقَ َسب َْع َس ٰ َم ٰ َو‬


ۖ ‫ت طِ َبا ًقا‬
ٍ ُ‫ور مَّا َت َر ٰى فِى َخ ْل ِق ٱلرَّ حْ ٰ َم ِن مِن َت ٰ َفو‬
‫ت‬ ٍ ‫ط‬ُ ُ‫ص َر َه ْل َت َر ٰى مِن ف‬
َ ‫َفٱرْ ِج ِع ْٱل َب‬

Artinya:

13
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”

C. FISIKA, BIOLOGI, dan KIMIA dalam AL QUR’AN

Perhatikan QS Al-anbiya 21:30

َ ‫ض َكا َن َتا َر ْت ًقا َف َف َت ْق ٰ َن ُه َما أَ َولَ ْم َي َر ٱلَّذ‬


ِ ‫ِين َك َفر ُٓو ۟ا أَنَّ ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
ۖ‫ت‬ َ ْ‫َوٱأْل َر‬

ۖ ٍّ‫َو َج َع ْل َنا م َِن ْٱل َمٓا ِء ُك َّل َشىْ ٍء َحى‬

‫ون أَ َفاَل‬
َ ‫ي ُْؤ ِم ُن‬

Artinya:
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada
juga beriman?

Adapun beberapa peneliti yang masuk islam karna dari hasil pengalaman meneliti
yang dimana kebanyakan mengembangkan ilmu sains dalam mengkaji beberapa fakta
tentang kebesaran Allah Swt.

1. JACQUES YUES COSTEAN


Merupakan seorang osneogerafer dan seorang ahli selam yang berasal dari perancis.
Saat menyelam ia menemukan beberapa kumpulan mata air yang tidak tercampur
seperti ada dinding pemisah diantaranya. Hal yang di temukan tersebut sesuai yang di
jelaskan pada Al-Quran surah Ar-Rahman ayat 19-20 yang artinya:

“ Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu.


Antara keduanya ada batas yang tidak lampaui masing-masing,”
Mendengar hal tersebut Jacques yues costean memeluk agama islam sampai
akhir hayatnya.
2. Maurice Bucaille

14
Seorang peneliti yang meneliti jasad fir’aun yang merupakan ahli bedah asal
perancis. Hasil penemuannya mengungkapkan bahwa sisa-sisa garam yang melekat
pada mumi tersebut disebabkan oleh fir’aun yang meninggal karena tenggelam.
Kematian fir’aun tersebut sesuai digambarkan dalam Al-qur’an, kemudian Maurice
Bucaille menemui ilmuan muslim memberitahukan tentang ayat yang menggambarkan
tentang fir’aun, kemudian Bucaille tersentuh dengan ayat tersebut sehingga ia menjadi
muallaf. Ayat yang menjelaskan tentang fir’aun tersebut yaitu Q.S Yusuf ayat 92.
“ Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang dateng sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan
dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami” (Qs Yunus :92)
3. Prof. William Brown
Ia menemukan suara halus yang ditimbulkan oleh tumbuhan namun suaranya
tersebut tidak bisa di dengar oleh telinga pada umunya atau disebut ultrasonik, setelah
diteliti lebih dalam lagi menggunakan alat yang canggih maka ilmuan tersebut
menemukan lafaz Allah pada tumbuhan tersebut. Jadi tumbuhan terlihat bertasbih
kepada Allah. Hal ini sudah di gambarkan dalam Al-qur’an dalam Al-qur’an surah Al-
isra’ ayat 44 yang artinya:
“Dan tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memujinya, tetapi kamu
sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah maha penyantun
lagi maha pengampun” (Qs Al-Isra :44)
4. Fidelma O’leary
Seorang ahli neorologi mendapat hidayat dan memeluk agama islam setelah
meneliti urat saraf manusia, ia menemukan beberapa urat saraf manusia tidak dialiri
saluran darah sedangkan ia berpendapat bahwa setiap urat saraf harus di aliri darah
yang cukup agar berfungsi dengan normal. Dari hasil penemuannya tersebut bahwa
otak bisa dengan normal. Dari hasil penemuannya tersebut bahwa otak bisa dialiri
darah ketika melakukan sujud dalam sholat, hal ini menunjukkan bahwa dengan sujud
maka aliran darah akan normal.
5. Leopord Werner Fhrenfels
Seorang psikiator dan ahli neorologi, berawal masuk islam saat ia mengunjungi
belgan eropa bagian tenggara dan turki. Pada saat itu ia sering ikut sholat berjamaah
walaupun belum memeluk islam, kemudian ia memeluk islam setelah melakukan
penelitian tentang wudhu, yang dimana menemukan fakta yang terkait dengan pusat-
pusat saraf yang paling peka yaitu terletak pada dahi, tangan dan kaki yang akan

15
sensitif jika terkena air yang dapat memelihara kesehatan. Tentang berwudu dalam
sholat terdapan dalam al-kuran.surat Al-maidah ayat 6
Artinya:
Wahai orang-orang beriman apabila kamu hendak melaksanakan sholat maka
basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku,dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki.Jika kamu junub,maka mandilah
dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air
(kakus) atau menyentuh perempuan maka jika kamu tidak memperoleh air maka
bertayamumlah dengan debu yang baik (suci),usaplah wajahmu dan tanganmu
dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmatnya bagimu,agar kamu
bersukur.(Qs Al-Maidah:6)

6. Dr.Keithl.Moor MSC,PHD,FSRM

Adalah propesor emoritus tulang pembagian anatomi departemen bedah litesatur


yang di tulisnya bersama artur F.Dalley llclinically oriented.Anatomi adalah yang paling
populer suatu hari ia membaca artikel bahwa Al-Quran sudah menjelaskan tentang
perkembangan janin sampai lahir hal itu membuat keith hampir tidak percaya karena
pengetahuan tentang embrio baru di ketahui oleh manusia baru-baru ini karena
menggunakan alat x” yang canggih.Temuan tentang itulah keith moose memeluk
agama islam. Hal tersebut terdapat dalam beberapa surah di Al-Quran salah satunya
(QS AL-MU-Minun:13-14)
“Kemudian kami menjadikan air mani yang di simpan dalam tempat yang kukuh
(rahim).Kemudian air mani itu kami jadikan makoh (suatu yang melekat) lalu dan
segumpal danging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami
dengan daging kemudian kami menjadikannya mahluk yang berbentuk lain maha
suci allah pencipta yang paling baik-baik” (QS AL,Muminun:13-14)
7. Masaru Emoto
Merupakan peneliti dari jepang, ia menelti tentang air zam-zam dan menjadikan nya
masuk islam Masaro Emoto memberi bukti bahwa struktur air zam-zam termasuk unik
dan memiliki kemampuan penyebuhan yang luar biasa karea penemuannya ini Masaro
Emotopun memelukagama islam. Pada tahun 2003 Masaro Emoto melakukan
penelitian tentang sifat air , hasilnya ia menemukan ke anehan pada sifat air tersebut,
partikel air bisa merubah sesuai perasaan manusia yang di sekitarnya. Ketika di uji

16
dengan di bacakan doa islam partikel bebentuk kristal persegi 6 dengan 5 daun. Dalam
Al-Quran di sebutkan pada Quran surah Al-anbiya ayat 30
“ Dan apakah orang-orang yang kafir tidak menegtahui bahwasanya lagit dan bumi itu
keduanya dulu adalah satu yang kemudian pada kmi pisahkan antara keduanya dan
air kami jadikan segala sesuatu yang hidup maka mengapa tiada juga beriman ? ( Qs
Al-anbiy:30)

8. Tagatat Tejasen

Dia adalah ilmuan tailan dalam bidang Anatomi, ia masuk islam setelah
melakukan penelitian dematologi, dalam tinjauan anatominya lapisan kulit terdiri atas 3
lapisan yaitu epidermis, dermis, dan cut-cut pada lapisan terakhir ini terdapat ujung-
ujung pembuluh darah dan saraf, penemuan modern dalam bidang antomi ini
membutiktikan bahwa luka bakar terlalu dalam bisa membuat mati saraf pengatur
sensasi saat terjadi luka bakar hingga lapisan terakhir ini orang tersebut tidak akan
merasa nyeri karena tidak berfungsi ujung selaput saraf, penelitian ini juga
membuktikan apa yang ada pada Al-Quran surah An-nisa ayat 56
“Allah akan memasukkan orang-orang kafir dalam neraka dan mengganti kulit mereka
dengan kulit yang baru setiap kali kulit habis terbakar.” (Qs An- Nisa:56)

9. Carner

Adalah seorang mantan penjabat antariksa yang masuk islam karena


menemukan tentang fakta malam Lailatul Qadar dan Ka’bah, setelah masuk islam
Carner pun meneliti tentang Hajar Haswat. Carner menemukan fakta tentang keajaiban
malam Lailatul Qadar, penemuan tersebut di temukan sejak beberapa tahun silam
fakta tersebut ialah ciri atau tanda-tanda datang nya Lailatul Qadar adalah suhu
sedang, pada pagi hari udara matahari bersinar cerah tapi panasnya tidak terasa, pada
malam hari tidak terlihat bintang. Hal ini sesui dengan penjelasan dalam Al-Quran dan
Hadist dari Rasulullah yaitu:

“ Lailatul Qadar adlah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan,
tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yag di lempar pada malam itu
dengam bintang, lemparan meteor bagi setan”. (HR.Al Thabrani)

17
10. Jon Dean

Ia adalah seorang peneliti asal inggris ia memeluk agama islam setelah


memepelajari kehidupan islam di arab saudi, Jon Dean lalu mempelajari Al-Quran dan
hadis keterkejutan pun di alami olehnya karena mendapatkan bukti ilmiah yang di
ungkapkan pada Al-Quran, Menurutnya Al-Quran begitu sederhana sehingga mudah di
pahami seta ayat-ayatnya sangat mudah di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

III GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS

Umat Rasulullah merupakan umat terbaik dari seluruh umat-umat para Nabi
yang diutus sebelum beliau. Meskipun umat Rasulullah datang sebagai yang terakhir
diantara umat-umat lainnya, tetapi di akhirat kelak umat Rasulullah-lah yang akan
terlebih dahulu terlebih dahulu di bandingkan dengan umat-umat lainnya.
Allah telah memberikan pujian kepada umat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
dalam firman-Nya (QS. Al-imran: 110) :

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena
kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah
orang-orang fasik.” (QS. Al-imran: 110)

Tetapi
diantara umat Rasulullah, terdapat beberapa generasi terbaik, beliau sebutkan dalam
sebuah hadits mutawatir, beliau bersabda:

“Sebaik-baik manusia adalah pada generasiku (yakni sahabat), kemudian orang-orang


yang mengiringinya (yakni tabi’in), kemudian orang-orang yang mengiringinya (yakni
menciptakan tabi’ut tabi’in).” (mutawatir. HR. Bukhari dan yang lainnya)

Inilah beberapa generasi terbaik yang beliau sebutkan dalam hadits tersebut:

1. Sahabat

18
Sahabat adalah orang-orang yang bertemu dan melihat Rasulullah secara
langsung serta membantu perjuangan beliau. Menurut Imam Ahmad, siapa saja
diantara orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah, baik sebulan, sepekan,
sehari atau bahkan hanya sewaktu-waktu maka ia dikatakan sebagai sahabat.
Derajatnya masing-masing ditentukan dengan lama apa pun ia menyertai
Rasulullah.Para sahabat merupakan orang-orang yang mewariskan ilmu dari
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Diantara sahabat yang terbaik adalah para
Khulafaur Rasyidin, kemudian 10 orang sahabat yang terisi oleh Rasulullah yang
mendapatkan jaminan surga.

2. Tabi’in

Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau
setelah beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta melihat
para sahabat. Tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari
para sahabat Rasulullah.Salah seorang terbaik dari menciptakan Tabi’in adalah Uwais
Al Qarn, yang pernah mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan
menjadi sahabat, tetapi tidak berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al Qarn, pernah
mengajar secara langsung melalui lisan Rasulullah sebagai orang yang asing di bumi
tapi terkenal di langit. Bahkan Rasulullah memerintahkan sahabatnya, Umar dan Ali,
untuk mencari Uwais dan meminta permintaan untuk di doakan, karena ia merupakan
orang yang memiliki doa yang diijabah oleh Allah. Adapun diantara orang-orang yang
tergolong menciptakan tabi’in lainnya yakni Umar bin Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ali
Zainal Abidin bin Al Husein, Muhammad bin Al Hanafiyah, Hasan Al Bashri dan yang
lainnya.

3. Tabi’ut Tabi’in

Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau
setelah mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan
generasi tabi’in. Tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan
ilmu dari para tabi’in.Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah
Imam Malik bin Anas, Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits bin
Saad dan yang lainnya. Merekalah generasi terbaik umat ini, maka selayaknya kita
sebagai umat Muslim yang datang belakangan untuk mencontoh dan mengambil ilmu

19
dari kitab-kitab yang telah mereka tuliskan. Semoga kita bisa mengikuti generasi
terbaik umat ini.

IV PENGERTIAN SALAF MENURUT AL-HADIST

a. Etimologi (secara bahasa):I


bnul Faris berkata, “Huruf sin, lam, dan fa’ adalah pokok yang menunjukkan
‘makna terdahulu’. Termasuk salaf dalam hal ini adalah ‘orang-orang yang telah
lampau’, dan arti dari ‘al-qoumu as-salaafu’ artinya mereka yang telah
terdahulu.” (Mu’jam Maqayisil Lughah: 3/95

b. Terminologi (secara istilah)


Ada beberapa pendapatdari para ulama dalam mengartikan istilah “Salaf” dan
terhadap siapa kata itu sesuai untuk diberikan.
Pendapat tersebut terbagi menjadi 4 perkataan :
1. Di antara para ulama ada yang membatasi makna Salaf yaitu hanya para
Sahabat Nabi saja.
2.Di antara mereka ada juga yang berpendapat bahwa Salaf adalah para
Sahabat Nabi dan Tabi’in (orang yang berguru kepada Sahabat).
3.Dan di antara mereka ada juga yang berkata bahwa Salaf adalah mereka
adalah para Sahabat Nabi, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in. (Luzumul Jama’ah (hal:
276-277)). Dan pendapat yang benar dan masyhur, yang mana sebagian besar
ulama ahlussunnah berpendapat adalah pendapat ketiga ini.
4.Yang dimaksud Salaf dari sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun
waktu/periode yang telah diberi persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka itulah yang
berada di tiga kurun/periode, yaitu para sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda

ِ ‫ْ ُم َهنوُ لَ َي ِني َّذالَّمُث‬،‫« ُم َهنوُ لَ َي ِني َّذالَّمُث‬


»ْ‫ي ْن َرقِساَّنالُرْ َيخ‬،

Artinya:

20
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup
pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya.” (HR.
Bukhari (2652), Muslim (2533))

Maka dari itu, setiap orang yang mengikuti jalan mereka, dan menempuh
sesuaimanhaj/metode mereka, maka dia termasuk salafi, karena
menisbahkan/menyandarkan kepada mereka.Dalil-dalil Yang Menunjukkan Wajibnya
Mengikuti Salafusoleh

A.Dalil Dari Al Qur’anul Karim

[An-Nisa : 115]
Artinya:
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bainya dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisa : 115]

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman

[QS. At-Taubah : 100]


Artinya:
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-
orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik,
Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” [QS. At-
Taubah : 100]

B. Dalil Dari As-Sunnah

1. Hadits Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, RasulullahShallallaahu ‘alaihi


wasallam telah bersabda
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia
yang hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa

21
berikutnya, kemudian akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari
mereka mendahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya.”
(HR Bukhari (3650), Muslim (2533))
2. Kemudian dalam hadits yang lain, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
menyebutkan tentang hadits iftiraq (akan terpecahnya umat ini menjadi 73
golongan), beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah
berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sesungguhnya (ummat)
agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh
puluh dua golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di
dalamSurga, yaitu al-Jama’ah.

”[Shahih, HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-
Darimi (II/241), al-Ajurri dalam asy-Syarii’ah, al-Lalikai dalam as-Sunnah (I/113
no. 150). Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi
dari Mu’a-wiyah bin Abi Sufyan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan
hadits ini shahih masyhur. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Lihat Silsilatul
Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 203-204)]
Dalam riwayat lain disebutkan
‫وأصحابي ما أنا عليه‬
Artinya,:
“Semuagolongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para
Sahabatku berjalan di atasnya.” [Hasan, HR. At-Tirmidzi (no. 2641) dan al-Hakim
(I/129) dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam
Shahiihul Jaami’ (no. 5343)]

Hadits iftiraq tersebut juga menunjukkan bahwa umat Islam akan terpecah
menjadi 73 golongan, semua binasa kecuali satu golongan, yaitu yang
mengikuti apa yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan para Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Jadi, jalan selamat itu hanya
satu, yaitu mengikuti Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush
Shalih (para Sahabat).
3. Hadits panjang dari Irbad bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

22
“Barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka ia akan melihat
perselisihan yang banyak, oleh sebab itu wajib bagi kalian berpegang dengan
sunnahku dan Sunnah Khulafaaur Rasyidin (para khalifah) yang mendapat
petunjuk sepeninggalku, pegang teguh Sunnah itu, dan gigitlah dia dengan
geraham-geraham, dan hendaklah kalian hati-hati dari perkara-perkara baru
(dalam agama) karena sesungguhnya setiap perkara baru adalah bid’ah dan
setiap bid’ah adalah sesat” [Shahih, HR. Abu Daud (4607), Tirmidzi (2676),
dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ (1184, 2549)]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan kepada ummat agar mengikuti


sunnah beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam dan sunnah para Khualafaur
Rasyidin yang hidup sepeninggal beliau disaat terjadi perpecahan dan
perselisihan.

a.Dari perkataan Salafusoleh


Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata,
”ْ‫واوُ عِ َّب ِتا‬Oَ‫ُتيفُ ْكدَ َقفاوُ عِ دَ ْت َب َت َْْل‬
ِ ‫م‬

“Artinya:
“Ikutilah dan janganlah berbuat bid’ah, sungguh kalian telah dicukupi.” (Al-
Bida’ Wan Nahyu Anha (hal. 13))

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, juga pernah berkata,َ

َ ْ‫ َن ْت ُس ْمم ُْك ِن َمنا َ ْك َن ُممُباَح‬O¬ًّ ‫َتاَمْ دَ ْق َن ِم َّب َن ْت َس ْيلَفًا‬،‫ َيحْ الَّ ِنإَف‬Oَّ‫الهْ َيلَ ُع َنمْ ؤُ َت َّْْل‬
َ ‫اً ُّفلَ َكتا‬،‫َُُّعاللَّ َّىلَصٍ َّد َم ِحاَُّل للَُّ ُم َهراَ ْتخا ْم َوق‬Oَّ َ‫َ َّملَ َس ِوهْ َيل‬،‫صأاوُ ناَك‬ ِ ‫ُ َة ْن ِت ْف‬،‫ِك َئلوُ أ‬
‫ْم ِِه ِني َد‬،‫ِني ِدةَماَقِإ َ ِوه ِِي َب ِن َة ْبحُصِ بَّتا َ ِو ْي َدهْ ال َىلَعاوُ نا َ ْك ُم َّه ِنإَف‬ َ ‫ْ ُم َه ْل‬،‫ِ َّة ُمْاْل ِ ه َِذ َهلَضْ َفأ‬،‫اًبوُ لُقاَه ََّر َبأ‬،‫مْعأَو‬
ِ ‫ِه‬،‫ض ْف ُم َهالوُ َفرْ عاَف‬ َ ‫َّهلَ َقأَواًمْ لِعا َ َه َق‬
ْ ْ
‫ِمي َق ْتسُمْ ال‬
ِ .‫ثآي ْفمُهوُ ع‬ ِ َ‫ْم ِِهرا‬،‫ْوم ِِه َقلَ َخأ ِن ْم ُم ْت َع َط ْتسااَمِباوُ َّك َس َم َتو‬

Artinya,:
“Barang siapa di antara kalian ingin mncontoh, maka hendaklah mencontoh
orang yang telah wafat, yaitu para Shahabat Rasulullah, karena orang yang
masih hidup tidak akan aman dari fitnah, Adapun mereka yang telah wafat,
merekalah para Sahabat Rasulullah, mereka adalah ummat yang terbaik saat
itu, mereka paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling baik keadaannya.

23
Mereka adalah kaum yang dipilih Allah untuk menemani NabiNya, dan
menegakkan agamaNya, maka kenalilah keutamaan
mereka, dan ikutilah jejak mereka, karena sesungguhnya mereka berada di
atas jalan yang lurus.” (Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi (2/97))

Imam Al Auza’i rahimahullah berkata,

“‫ فما كان غير ذلك فليس بعلم‬،‫العلم ما جاء عن أصحاب محمد صلى هللا عليه وسلم‬

”Artinya:
“Sebarkan dirimu di atas sunnah, dan berhentilah engkau dimana kaum itu
berhenti (yaitu para Shahabat Nabi), dan katakanlah dengan apa yang
dikatakan mereka, dan tahanlah (dirimu) dari apa yang mereka menahan diri
darinya, dan tempuhlah jalan Salafush Shalihmu (para pendahulumu yang
shalih), karena sesungguhnya apa yang engkau leluasa (melakukannya)
leluasa pula bagi mereka.” (Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi (2/29)).

Adapun yang dimaksud dengan salafush shalih, dalam istilah ulama adalah
orang-orang terdahulu yang shalih, dari generasi sahabat dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, dari generasi tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan para ulama
setelah mereka.

Generasi salafus shalih merupakan generasi yang terbaik umat Islam. Sebab
itulah kita dianjurkan untuk mengikuti mereka dalam beragama. Salah satu jejak
salafus shalih yang menggetarkan hati adalah mereka yang selalu menomersatukan
ketakwaan, menjauhi hal syubhat dan syahwat, serta mereka sering menangisi diri
sendiri yang belum tentu mendapatkan ridha Allah. Syekh Jamaluddin Al Qasimi
menuliskan dalam kitabnya Mauidzatul Mu’minin:

‫ والشهوات ويبكون على أنفسهم في الخلوات‬O‫كان السلف يبالغون في التقوى والحدر من الشبهات‬

Para salafus saleh selalu mementingkan ketakwaan, menghindari hal syubhaat


dan syahwat, meski demikian tak jarang saat sendiri mereka menangisi diri mereka
yang belum tentu diridhai Allah. Jika mereka saja yang selalu dalam jalan ketakwaan
dan jauh dari perkara syubhat dan syahwat masih merasa ridha Allah tak berpihak

24
pada mereka, lantas bagaimana kabar kita yang hanya sedikit berbaur dalam
ketakwaan dan masih sering terperangkap syubhat dan syahwat?Kita yang hanya
menangis jika tak kuat menghadapi masalah, kita yang masih berat melakukan
kewajiban, kita yang masih memanjakan syahwat, pernahkah kita menangisi diri kita
yang belum tentu diridhai Allah? Rasanya begitu naif jika kita yang masih berlumuran
dosa merasa yakin jika Allah ridha dengan diri kita.Seorang muslin berusaha sekuat
tenaga mencari ridha Allah dalam setiap gerak-gerik hidupnya, dalam setiap
aktivitasnya, karena tujuan hidupnya memang akan kembali kepada Allah. Sebab
apabila Allah ridha kepada kita, maka Allah pasti berikan kita berbagai macam inayah,
taufik, rahmat dan kasih sayangNya. Sebaliknya apabila Allah murka kepada kita,
maka Allah pasti halangi dirinya dari rahmat dan hidayah-Nya.Kita bisa melihat adab
yang tinggi dari pemilik adab yang agung yaitu Rasulullah, dimana beliau beradab
dalam berucap kepada Robnya tatkala bersedih karena terus mengharap keridhoan-
Nya tatkala Ibrahim putra beliau wafat. Beliau berkata:

ِ‫وُ ْبلَ ْقال ُ َن ْز َح َيوُ ْن َيعْ ال ُ َع ْمدَ َت ْنوُ ْنوُ ْز َح َملُمْ ِيهاَرْ ِبإاَ َيكِباَّنِإواَ َّن َبري‬Oَ‫ضْ رُيا َ َّمإِْل ُ ْلوُ َق َن َْْل‬

Artinya:
“Mata menangis, hati bersedih, dan kami tidaklah mengucapkan kecuali yang
mendatangkan keridhoan Rob kami, dan sungguh kami bersedih dengan
kepergianmu wahai Ibrahim” (HR Muslim).

V AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, KEADILAN SERTA


PENEGAKAN HUKUM DALAM ISLAM

Allah SWT disebut sebagai “Yang Maha Adil dan Bijaksana terhadap semua
hamba-Nya, karena Allah SWT tidak mempunyai kepentingan apa-apa dari perbuatan
yang dilakukan oleh hamba-Nya jika manusia berbuat kebaikan, maka tidak akan
mempengaruhi Kemaha adilan-Nuya tidak akan mengurangi kemaha adilannya itu.
Apa yang diperbuat oleh manusia, apakah kebaikan atau kezaliman, hasilnya akan
diterima oleh manusia itu sendiri.
Quran Surat 41:46.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk
dirinya sendiri dan barangsiapa yang mengerjakan perbuatan jahat, maka

25
(dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya
hamba-hambanya”

Quran Surat al-Jaatsiyah (45): 15


“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya
sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa
dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.”

Dalam periwayatan hadits, social al-adl (adil) merupakan salah satu kreteria
seorang rawi (penyampai hadits) untuk menentukan apakah hadis yang
diriwayatkannya sahih atau tidak. Adil dalam ilmu Hadits berarti “Ketaatan menjalankan
perintah Allah SWT6 dan menjauhi larangganNya, menjauhkan diri dari perbuatan keji,
memelihara hak dan kewajiban, memelihara lidah dari kata-kata yang dapat merusak
ajaran agama, dan berani menegakkan yang benar (muruah). Jumhur ulama sepakat
mengatakan bahwa semua sahabat Nabi SAW adalah adil dan tidak perlu lagi dibahas
keadilan mereka dalam meriwayatkan hadis dan persaksian mereka.

Dalam beberapa bidang hukum islam, persyaratan adil sangat menentukan


benar atau tidaknya dan sah atau batalnya suatu pelaksanaan hukum. Dalam Al-Quran
banyak ayat yang memerintahkan manusia untuk berlaku adil dan segala hal,
walaupun akan merugikan diri sendiri. Diantara ayat tersebut adalah: Perintah agar
manusia berlaku adil dan berbuat kebaikan serta menjauhkan diri dari perbuatan keji
dan munkar

(QS.16:90)7
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
member kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran”

Perlakuan adil wajib ditegakkan terhadap siapa saja, kendati terhadap orang
yang tidak seagama Quran 42:15.

Dalam Quran Surat Al-Maidah (5) ayat 8 yang berbunyi:

26
“maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan
tetaplah[1343]sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti
hawa nafsu mereka dan katakanlah: “Aku beriman kepada semua kitab yang
diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu
amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah
mengumpulkan antara kita dan kepada- Nyalah kembali (kita)”.

KEWAJIBAN BERLAKU ADIL DAN JUJUR

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. berlaku adilah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu Kerjakan

Dalam melaksanakan kekuasaan kehakiman dan melaksanakan prinsip-prinsip


peradilan, Allah SWT memerintahkan agar manusia berlaku adil. Dalam beberapa ayat
Al-Quran, dijelaskan secara terperinci tentang kewajiban bagi penegak hukum untuk
berlaku adil dalam memutuskan perkara di antara manusia sebagai pencari keadilan.
Dalam surat An-Nisa ayat 58 Allah memperingatkan kepada siapa yang telah
diturunkan oleh Allah SWT berarti ia termasuk kafir serta berlaku aniaya dan fasiq.
Maksudnya agar para penegak hukum itu hendaknya ia berlaku adil dalam
memutuskan perkara, dan dilarang memutuskan perkara berdasarkan hawa nafsunya.

Dalam Ensiklopedi Hukum islam 10disebutkan bahwa Imam Abu Hanifah dan
Imam Asy-Syafi’I menggaris bawahi tentang kewajiban hakim untuk berlaku adil
terhadap orang yang berperkara. Hal ini sesuai dengan surat Amr bin Abi Syaibah
(salah seorang sahabat Rasulullah SAW) yang dikirim ke Bassrah dalam bidang
peradilan dengan sanad dari Ummu Salamah, yakni Rasulullah berkata bahwa siapa
saja yang diserahi tugas sebagai hakim maka hendaklah ia harus berlaku adil dalam
ucapan, tindak-tanduk dan kedudukan. Hakim tidak boleh meninggikan suara kepada
salah satu pihak sementara melembutkan pada pihak lain.11 Demikian jua surat Umar
bin al-Khasttab keada Abu Musa al-Asya’ari sahabat nabi Muhammad Saw yang

27
diangkat menjadi hakim di Kuffah. Dalam surat itu antara lain berbunyi “sama
ratakanlah manusia dalam persidangan, kedudukan dan keputusanmu sehingga tidak
ada celah bagi orang terpandang yang menginginkan agar kamu menyeleweng dan
tidak berlaku adil. Begitu pula tidak akan putus asa kaum yang lemah dan
mendambakan keadilan darimu. “Dalam subuah Hadis yang lain riwayat al-Bukhari dan
Muslim dan Ummu Salamah, Rasulullah bersaba jika ada hakim yang memutuskan
suatu perkara tanpa mendengar kedua belah pihak, maka keputusannya itu sama
dengan sepotong api neraka.

Dalam surat al-Maidah (5): 8 Allah swt menegaskan bahwa janganlah sekali-
kali kebencian terhadap sesuatu, menjadikan kamu tidak adil, karena adil itu lebih
dekat kepada taqwa. Dari keterangan yang tersebut dalam firman Allah maka
terbentuklan suatu kaidah bahwa keadilan itu sudah semestinya tidak terpengaruh oleh
pertingbangan-pertimbangan yang bersifat emosional, seperti kecintaan kepada diri
sendiri, keberpihakan kepada kerabat sendiri, kebencian kepada suatu kaum social
terhadap kekayaan seseorang, kebencian seorang musuh dan kecintaan seorang
kekasih. Hendaklah dipahami bahwa dalam konsep Islam, keadilan itu lebih dekat
dengan keridhaan Allah SWT.

Dalam berbagai hadits yang membahas tentang masalah amanah, dapat


diketahui bahwa pada prinsipnya amanat itu harus diserahkan kepada ahlinya, kalau
hal ini tidak dilaksanakan maka diserahi amanat pemerintahan.ia harus melaksanakan
pemerintahaan itu dengan benar dan adil Seorang yang sudah terpilih untuk menjadi
pimpinan pemerintahan, hendaknya ia harus berdiri diatas semua golongan, untuk itu
diperlukan sifat adil dalam diri pimpinan tersebut. Adil adalah salah satu unsure takwa,
karena dalam takwa terkandung pengertian tentang kemampuan memilih antara yang
baik dan buruk dengan pertimbangan-pertimbangan yang benar dan adil pula.

Tugas utama seorang pemimpin pemerintahan adalah mengambil keputusan


tentang masalah-masalah yang menyangkut hajat hidup rakyatnya. Pekerjaan ini
tidaklah mudah sebab para penguasa itu cenderung untuk memimpin rakyat menurut
seleranya sendiri, sehingga banyak menimbulkan ketika adilan, dalam hal ini dalam
surat Sahad (38) ayat 26. Allah berpesan kepada Nabi Daud
Hai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka
bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan

28
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari
jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan
mendapat azab yang berat, karena melupakan hari perhitungan.

Jadi, pesan Allah terhadap Raja Daud (juga nabi) hanya satu, yaitu jika
mengambil suatu keputusan maka hendaklah dengan adil. Amanat seorang pemimpin
adalah keadilan, apabila hal ini dikesampingkan maka legitimasinya akan tercabut.
Seorang pemimpin akan kehilangan legitimasinya apabila ia telah melalaikan keadilan.

Hukum Islam dikemukakan bahwa secara etimoligi asti “adil” (al-adl)berarti


tidak berat sebelah tidak memihak atau menyamakan sesuatu dengan yang lain. Istilah
lain dari al-adl adalah al-qist, al-misl; yang berarti sama dengan bagian atau semisal.
Sedangkan pengertian adil secara terminology adalah mempersamakan sesuatu pada
tempatnya. Menurut Ibnu Qudamah20 bahwa yang dimaksud dengan keadilan adalah
sesuatu yang tersembunyikan, motivasinya semata-mata karena takut kepada Allah
Swt. Berlaku adil itu sangat terkait dengan hak dan kewajiban. Hak yang dimiliki oleh
seseorang termasuk hak asasi wajib diperlakukan
secara adil.

29
DAFTAR PUSTAKA

Djohan Effendi, Agama-Agama Manusia, (Jakarta; Yayasan obor Indonesia


(YOI) 1985)
Departemen Agama, Al-Qur’an dan TerjeMahannya, (Jakarta: Kumudasmoro
Grafindo, 1994)
Yasin T. Al-Jibauri, Konsep Tuhan Menurut Islam, Lentera Basritama; Jakarta,
2005
Atmasasmita Romli, “Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia dan Penegakan
Hukum”, CV Mandar Maju., Bandung., 2001

Amrullah Ahmad, Drs. S.dkk., “Dimensi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum

Nasional”.,Penerbit GEMA INSANI PRESS, Anggota IKAPI Cetakan Pertama,


Rabi’ul Akhir 1417H, September 1996
https://assunahsalafushshalih.wordpress.com/2019/12/02/meneladani-
generasi-terbaik/
http://currikicdn.s3-us-west-2.amazonaws.com/
http://www.researchgate.net/
https://almanhaj.or.id/3428-definisi-salaf-definisi-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html
http://myseainah.blogspot.com/2017/09/makalah-kel1-pai-fhukum-konsep.html?
m=1
https://muslim.or.id/7201-keutamaan-para-sahabat-nabi.html
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Allah_(Islam)#:~:text=Dalam%20konsep
%20Islam%2C%20Tuhan%20disebut,dan%20Maha%20Kuasa%20(tauhid)
http://currikicdn.s3-us-west-2.amazonaws.com/
https://youtu.be/6vbYkN_Hqdg

30
LAMPIRAN

(Surah Al-anbiya ayat 30)


Ayat ini mengingatkan kepada kita semua akan sebuah anugerah besar yang
dapat disasksikan oleh mata kepala setiap manusia. Anugerah ini dijadikan pengingat
bagi segenap manusia yang belum beriman kepada Allah agar segera masuk kedalam
agama islam setelah mereka melihat besarnya anugerah Allah.

(Tafsir Qur’an surat Al-Ankabut ayat 61)


Jika engkau wahai rasul bertanya kepada orang-orang musyrik,”Siapa yang
menciptakan langit? Siapa yang menciptakan bumi? Siapa yang menundukkan
matahari dan bulan, keduanya saling bergantian?” Niscaya mereka menjawab, “yang
menciptakan langit, menciptakan bumi, menundukkan matahari dan bulan terus
menerus adalah Allah.” Maka bagaimana mereka terpalingkan dari keimanan kepada
Allah semata dan menyembah tuhan-tuhan selain Allah yang tidak mampu
mendatangkan manfaat dan tidak pula memberikan mudarat?

Hal 14 (Tafsir surat Ali ‘imran ayat 110)


Kalian wahai umat Muhammad saw. Adalah sebaik-baik umat manusia dalam
hal keimanan dan amal perbuatan. Kalian adalah manusia yang paling bermanfaat
bagi umat manusia. Kalian menyuruh berbuat yang makruf yang dianjurkan oleh
syariat dan dinilai baik oleh akal sehat. Kalian juga melarang berbuat yang munkar
yang dilarang oleh Allah dengan keimanan yang mantap dan dibuktikan dengan amal
perbuatan. Sekiranya oran-orang ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani itu
beriman kepada Muhammad saw. Niscaya hal itu akan lebih baik bagi mereka di dunia
dan akhirat. Sebagian kecil dari ahli kitab percaya kepada agama yang dibawa oleh
Muhammad saw. Tetapi sebagian besar mereka keluar dari agama dan syariat Allah
swt.

31
Hikmah Berbagi
Hikmah dari melakukan infaq atau sedekah adalah diampuni segala dosanya.
Orang yang berinfaq dan bersedekah akan terhindar dari siksa neraka karena semua
dosanya sudah diampuni. Di dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa harta yang
diinfaqkan akan menjadi benteng pada saat hari pembelasan kelak.

32

Anda mungkin juga menyukai