Anda di halaman 1dari 51

ARTIKEL TEMA KEISLAMAN:

1. TAUHID: KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN


DALAM ISLAM
2. SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS
3. 3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFERENSI AL-HADITS)
5. AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, KEADILAN SERTA
PENEGAKAN HUKUM DALAM ISLAM.

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : MASNAYATI HILMI


NIM : E1A020057
Fakultas&Prodi : FKIP/Pendidikan Biologi
Semester : 1 (satu)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

Catatan:
Tema di atas bukan untuk dipilih salah satunya, dari nomor 1 s.d 5 harus dimuat di
dalam 1 artikel besar dengan BAB-BAB tersendiri.
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
ini dengan tepat waktu.
Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas perjuangan beliau sehingga kita mengetahui antara yang haq dengan yang bathil.

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu.
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat bagi diri saya sendiri dan
pembaca.

Penyusun, Praya,16-10-2020

Nama : MASNAYATI HILMI


NIM : E1A020057

2
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. Tauhid: Keistimewaan&Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam 5
BAB II. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits 13
BAB III. Tiga Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits 28
BAB IV. Pengertian dan Jejak Salafussoleh (Referesnsi Al-Hadits) 38
BAB V. Ajaran dan Tuntunan tentang Berbagi, Penegakan serta
Keadilan Hukum dalam Islam 41
DAFTAR PUSTAKA ..
LAMPIRAN

3
4
BAB I

Tauhid: Keistimewaan&Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam

A. Konsep Ketuhanan dalam Islam

Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat
Maha Tinggi yang nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu,
Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.

Secara etimologiskata Allah ( ‫ ) هللا‬diderivasi dari kata ilah ( ‫ )اله‬yang


berarti menyembah ( ‫) عبد‬. Kata Allah ( ‫ )هللا‬juga dapat diderivasi dari kata alih (
‫ ) اله‬yang berarti ketenangan( ‫)سكن‬, kekhawatiran ( ‫ ) فزع‬dan rasa cinta yang
mendalam ( ‫) ولع‬. Ketiga makna kata alih ( ‫ )اله‬mengaruh pada makna
keharusan untuk tunduk dan mengagungkan.

Kata pertama yang dicatat sejarah dalam pengekspresian ketuhanan


adalah kata ilahah ( ‫)إال‍ه‍ة‬. Kata ini merupakan nama bagi dewa matahari yang
disembah oleh masyarakat Arab. Kata ilahah ( ‫ )إال ه‍ة‬selanjutnya digunakan
untuk mengekspresikan sifat-sifat matahari. Salah satunya adalah kata ulahah
( ‫ )إأله‍ة‬yang berarti terik matahari yang panas. Kata ilahah ( ‫ ) إال ه‍ة‬juga tidak
lepas dari makna keagungan, ketundukan dan bahkan penyembahan.
Sebagaimana dicatat oleh Ibnu Manzhur bahwa masyarakat menamakan
matahari dengan ilahah ( ‫ ) إال ه‍ة‬karena mereka menyembah dan
mengagungkan matahari. Dapat disimpulkan bahwa kata ilah ( ‫ ) اله‬dan kata
Allah ( ‫ ) هللا‬pada awalnya berasal dari kata wilah ( ‫) واله‬, yang berarti
ketundukan, pengagungan, dan ungkapan penghambaan. Selanjutnya dari
kata wilah ( ‫ ) واله‬diderivasikanlah kata ilahah ( ‫ ) إأله‍ة‬yang menjadi nama
bagi dewa matahari. Nama dari dewa matahari tersebut selanjutnya
berevolusi menjadi kata Allah. Menurut Ahmad Husnankata Ilah yang
terbentuk kata Allah mempunyai arti mengherankan atau menakjubkan,
karena segala perbuatan/ciptaan-Nya, akan mengherankan akibat
ketidaktahuan makhluk tentang hakikat zat yang Maha Agung itu. Apapun

5
yang terlintas di dalam benak menyangkut hakikat zat Allah, maka Allah tidak
demikian. Itu sebabnya ditemukan riwayat yang menyatakan, “Berpikirlah
tentang makhluk-makhluk Allah dan jangan berpikir tentang zat-Nya”.

Betapapun terjadi perbedaan pendapat itu,namun agaknya dapat


disepakati bahwa kata Allah mempunyai kekhususan yang tidak dimiliki oleh
kata lain selain-nya; ia adalah kata yang sempurna huruf-hurufnya, sempurna
maknanya, , serta memiliki kekhususan berkaitan dengan rahasianya,
sehingga sementara ulama menyatakan bahwa kata itulah yang dinamai
Ismullah al-`Azim (nama Allah yang paling mulia), yang bila diucapkan dalam
do`a, Allah akan mengabulkannya. Bahkan secara tegas Tuhan Yang Maha
Esa itu sendiri yang menemani dirinya Allah. Seperti dalam surah Thaha ayat
14 yaitu:

‫صلَ ٰو َة لِذ ِۡك ِر ٓى‬ ۡ ‫إِ َّنن ِٓى أَ َنا ٱهَّلل ُ ٓاَل إِ ٰلَ َه إِٓاَّل أَ َن ۠ا َف‬
َّ ‫ٱعب ُۡدنِى َوأَق ِِم ٱل‬

Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku.
(QS. Thaha: 14)

Dia juga dalam al-Qur`an yang bertanya:

“Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut
disembah)?

Dari beberapa pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kata Allah


adalah kata khusus yang tidak dimiliki oleh kata lain selain-Nya; ia adalah kata
yang sempurna huruf-hurufnya, sempurna maknanya, serta memiliki
kekhususan berkaitan dengan rahasianya, karena hanya Tuhan Yang Maha
Esa yang wajib wujud-Nya itu yang berhak menyandang nama tersebut,
selain-Nya tidak ada, bahkan tidak boleh. Hanya Dia juga yang berhak
memperoleh keagungan dan kesempurnaan mutlak, sebagaimana tidak ada
nama yang lebih agung dari nama-Nya itu.

6
1. Kata Tuhan Dalam Al-Qur`an
Kata Tuhan berasal dari kata ilahun terdiri atas tiga huruf: hamzah,
lam, ha, sebagai pecahan dari kata laha-yalihu-laihan, yang berarti Tuhan
yang Maha Pelindung, Maha Perkasa. Ilahun, jamaknya alihatun, bentuk
kata kerjanya adalah alaha, yang artinya sama dengan `abada, yaitu
`mengabdi`. Dengan demikian ilahun artinya sama dengan ma`budun, `yang
abadi`. Lawannya adalah `abdun, `yang mengabdi`, atau `hamba`, atau
`budak`.
Dalam kamus besar bahasa Arab Lisan Al-`Arab karya Ibn Manzhur,
kata-kata ilahun masih umum, ketika ditambah dengan lam ma`rifah maka
menjadi Alilahun yang tiada lain adalah Allah Swt, yaitu zat yang disembah
oleh semua selain-Nya, jamaknya alihatun. Dengan demikian ilahun artinya
sama dengan ma`budun, `yang diabdi`. Quraish Shihab mengatakan kata
Ilah ( ‫ ) اله‬disebut ulang sebanyak 111 kali dalam bentuk mufrad, ilahaini
dalam bentuk tatsniyah 2 kali dan alihah dalam bentuk jamak disebut ulang
sebanyak 34 kali. Kata ilah (tanpa dhamir) dalam al-Qur`an disebutkan
sebanyak 80 kali.
Selain ilahun, dalam al-Qur`an juga terdapat kata rabbun yang
digunakan untuk menyebut Tuhan. Kata rabbun terdiri atas dua huruf: ra dan
ba, adalah pecahan dari kata tarbiyah, yang artinya Tuhan yang Maha
Pengasuh. Secara harfiah rabbun berarti pembimbing, atau pengendali.
Selain dimaknai Allah, kata rabbun juga digunakan untuk sebutan Tuhan
selain Allah, seperti arbaban min dunillah, menjadikan pendeta, pastur, dan
Isa al-Masih sebagai tuhan-tuhan selain Allah. Tuhan (Rabb) adalah bentuk
masdar (kata kerja atas kejadian yang dibuat oleh pelaku), yang berarti
“mengembangkan sesuatu dari satu keadaan pada keadaan lain, sampai
pada keadaan yang sempurna”. Jadi Rabb adalah kata masdar yang
dipinjam untuk fa`il (pelaku). Kata-kata al-Rabb tidak disebut sendirian,
kecuali untuk Allah yang menjamin kemaslahatan seluruh makhluk, contoh
dari hal ini adalah rabbal `alamin yaitu Tuhan pencipta alam semesta.
Kata rabb menunjukkan adanya pemaknaan mengenai tauhid
Rububiyah dimana adanya unsur mengesakan Allah Swt, dalam mencipta,

7
menguasai, dan mengatur alam semesta, sebagaimana telah dijelaskan
dalam QS. Az-Zumar : 62

‫هّٰللَا ُ َخال ُِق ُك ِّل َشيْ ٍء ۙوَّ ه َُو َع ٰلى ُك ِّل َشيْ ٍء وَّ ِك ْي ٌل‬

Artinya: “Allah Pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas
segala sesuatu”.

Dalam QS. Fathir : 3

‫ض ۚ ٓاَل إِ ٰلَ َه إِاَّل ه َُو ۖ َفأ َ َّن ٰى‬


ِ ْ‫ء َوٱأْل َر‬‰ِ ‫ت ٱهَّلل ِ َعلَ ْي ُك ْم ۚ َه ْل مِنْ ٰ َخل ٍِق غَ ْي ُر ٱهَّلل ِ َيرْ ُزقُ ُكم م َِّن ٱل َّس َمٓا‬ ۟ ‫ٰ َٓيأ َ ُّي َها ٱل َّناسُ ْٱذ ُكر‬
‰َ ‫ُوا نِعْ َم‬
َ ‫ُت ْؤ َف ُك‬
‫ون‬

Artinya: “Wahai manusia! Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah


pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit
dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapa kamu berpaling (dari
ketauhidan)?”

Dalam QS. Al-Mulk : 1

ُ ۖ ‫ك الَّذِيْ ِب َي ِد ِه ْالم ُْل‬


‫ك َوه َُو َع ٰلى ُك ِّل َشيْ ٍء َق ِد ْي ۙ ٌر‬ َ ‫َت ٰب َر‬

Artinya: “Maha Suci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu”.

Dalam QS.Al-A`raf : 54

ۙ ‫ار َي ۡطلُب ُٗه َحث ِۡي ًثا‬


َ ‫ش ي ُۡغشِ ى الَّ ۡي َل ال َّن َه‬ ۡ
ِ ‫اس َت ٰوى َعلَى ال َع ۡر‬ ۡ ‫ض ف ِۡى سِ َّت ِة اَي ٍَّام ُث َّم‬َ ‫ت َو ااۡل َ ۡر‬ ِ ‫اِنَّ َر َّب ُك ُم هّٰللا ُ الَّذ ِۡى َخلَقَ الس َّٰم ٰو‬
‫ك هّٰللا ُ َربُّ ۡال ٰعلَم ِۡي َن‬ َ ‫ت ِبا َ ۡم ِرهٖ ؕ اَاَل لَـ ُه ۡال َخ ۡـل ُق َوااۡل َ ۡم ُ‌رؕ َت ٰب َر‬
ٍ ۢ ‫س َو ۡال َق َم َر َوال ُّنج ُۡو َم م َُس َّخ ٰر‬
َ ‫وَّ ال َّش ۡم‬

Artinya: “Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan


bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia

8
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia
ciptakan) matahari, bulan, bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya.
Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Maha Suci Allah,
Tuhan seluruh alam”.
Menurut Ibnu Qoyyim konsekuensi Rububiyah adalah adanya perintah dan
laarangan kepada hamba, membalas yang berbuat baik dengan kebaikan,
serta menghukum yang jahat atas kejahatannya.

Dalam al-Qur`an kata ilahun juga dipakai untuk menyebut berhala,


hawa nafsu, dan dewa. Semua istilah tersebut dalam al-Qur`an
menggunakan kata ilahun, jamaknya alihatun.
a. Allah Swt. menyatakan Dia sebagai ilahun.

“…Sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Allah.


Semua yang ada di langit dan di bumi hanyalah milik-Nya. Cukuplah
Allah sebagai saksi atas kebenaran keesaan-Nya.” (QS. An-Nisa 4;171)

b. Allah Swt. menyatakan hawa nafsu yang diikuti orang kafir sebagai
ilahun.

‫ۙ اَ َر َءيْتَ َم ِن ا َّت َخ َذ ا ِٰل َه ٗه َه ٰوى ۗ ُه اَ َفا َ ْنتَ َت ُك ْونُ َعلَ ْي ِه َو ِك ْياًل‬

“Wahai Muhammad, apakah kamu tidak memperhatikan oranng-orang


kafir yang menuhankan hawa nafsunya? Apakah kamu punya kekuasaan
untuk memberi hidayah kepada mereka?” (QS. Al-Furqan, 25: 43)

‫َو َما َظلَ ۡم ٰنهُمۡ َو ٰلـك ِۡن َظلَم ُۡۤوا اَ ۡنفُ َسهُمۡ‌ َف َم ۤا اَ ۡغ َن ۡت َع ۡنهُمۡ ٰالِ َه ُت ُه ُم الَّت ِۡى َي ۡدع ُۡو َن م ِۡن د ُۡو ِن هّٰللا ِ م ِۡن َش ۡى ٍء لَّمَّا َجٓا َء اَ ۡم ُر‬
ٍ ‫ك‌ َو َما َزاد ُۡوهُمۡ َغ ۡي َر َت ۡت ِب ۡي‬
‫ب‬ َؕ ‫َر ِّب‬

“…Maka Tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah itu tidak dapat
menolong mereka sedikit pun ketika datang adzab dari Tuhanmu, Tuhan-
tuhan itu justru menambah kerugian yang sangat besar.” (QS. Hud, 11:
101).
c. Allah Swt. menyatakan para pendeta sebagai rabbun
“Kaum Yahudi dan Nasrani telah menjadikan pendeta-pendeta mereka,
pastur-pastur mereka, dan Al-Masih bin Maryam sebagai tuhan-tuhan

9
selain Allah. Padahal mereka hanya diperintah untuk beribadah kepada
Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Allah. Mahasuci Allah dari
semua keyakinan syirik yang mereka buat-buat.”

2. Kata Allah Dalam Al-Qur`an


Allah ( ‫ )هللا‬dalam terminologi bahasa Arab pada awalnya berasal
dari kata wilah ( ‫)واله‬, yang berarti ketundukan, pengagungan, dan ungkapan
penghambaan. Ada yang berpendapat bahwa Allah berasal dari kata “Al”
dan “Illah” yang artinya Maha Sesembahan. Jadi, dapat diartikan dari kata
ini, Allah adalah Sesembahan yang Tertinggi dari segala sesuatu, baik yang
ada di dalam dan dan bagi yang hidup, kehidupan dan penghidupan. Allah
adalah yang patut dijadikan pengabdian dari segala makhluk atau sesuatu
yang lain.
Hal ini juga menjadi refleksi dari tauhid Uluhiyah dimana kita
mengesakan Allah dengan ibadah, dimana tidak menjadi hamba bagi selain-
Nya, tidak menyembah malaikat, nabi, wali, bapak-ibu, kita tidak menyembah
kecuali Allah semata. Ibadah kepada Allah berpijak kepada dua hal, yaitu
cinta dan pengagungan. Dengan kecintaan akan memunculkan keinginan
untuk melaksanakan dan pengagungan akan timbul rasa takut dan khawatir
akan dicampakkan, dihinakan, dan di siksa-Nya.
Banyak sekali riwayat dan ayat-ayat dalam al-Qur`an dan Sunnah
yang menceritakan bahwa kaum dizaman sebelum Rasulullah Saw dan saat
Rasulullah Saw datang itu mengetahui dan mengakui secara pasti bahwa
Allah lah satu-satunya pencipta. Dialah yang menciptakan langit dan bumi.
Dia lah yang mengatur segala urusan, hal ini terpatri dalam firman Allah :

َ ْ‫ت َواأْل َر‬


‫ض لَ َيقُولُنَّ َخلَ َقهُنَّ ْال َع ِزي ُز ْال َعلِي ُم‬ ِ ‫َولَئِنْ َسأ َ ْل َت ُه ْم َمنْ َخلَقَ ال َّس َم َاوا‬

“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang


menciptakan lagit dan bumi?”, niscaya mereka akan menjawab: “Semuanya
diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”. (QS. Az-Zukhruf
: 9).
Allah juga berfirman :

10
َ ‫َولَئِنْ َسأ َ ْل َت ُه ْم َمنْ َخلَ َق ُه ْم لَ َيقُولُنَّ هَّللا ُ ۖ َفأ َ َّن ٰى ي ُْؤ َف ُك‬
‫ون‬

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang


menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, Maka
bagaimanakah mereka dapat dipalingkan ( dari menyembah berhala)?” (QS.
Az-Zukhruf : 87).

B. Tauhid Dalam Konsep Ketuhanan Islam


Tauhid sebagai intisari Islam adalah esensi peradaban Islam dan esensi
tersebut adalah pengesaan Tuhan, tindakan yang mengesakan Allah sebagai
yang Esa, pencipta yang mutlak dan penguasa segala yang ada .
Macam-macam Tauhid:
1. Tauhid Rububiyah
Secara etimologis kata Rububiyah berasal dari akar kata rabb. Kata rabb
ini sebenarnya mempunyai banyak arti antara lain menumbuhkan,
mengembangkan, mencipta, memelihara, memperpaiki, mengelola, memiliki
dan lain-lain. Secara Terminolgis Tauhid Rububiyahialah keyakinan bahwa
Allah SWT adalah Tuhan pencipta semua makhluk dan alam semesta. Dia-
lah yang memelihara makhluk-Nya dan memberikan hidup serta
mengendalikan segala urusan. Dia yang memberikan manfaat,
penganugerahan kemuliaan dan keindahan. Tauhid Rububiyah ini tergambar
dalam ayat Al-Qur`an surat al-Baqarah 21-22:

‫ض ف َِراشا ً َوال َّس َماء‬َ ْ‫ الَّذِي َج َع َل لَ ُك ُم األَر‬،‫ون‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها ال َّناسُ اعْ ُبدُو ْا َر َّب ُك ُم الَّذِي َخلَ َق ُك ْم َوالَّذ‬
َ ُ‫ِين مِن َق ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َّتق‬
َ ‫ت ِر ْزقا ً لَّ ُك ْم َفالَ َتجْ َعلُو ْا هّلِل ِ أَندَاداً َوأَن ُت ْم َتعْ لَم‬
‫ُون‬ ِ ‫الث َم َرا‬ َّ ‫نز َل م َِن ال َّس َما ِء َما ًء َفأ َ ْخ َر َج ِب ِه م َِن‬َ َ‫ِب َناء َوأ‬

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan


orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. Dia-lah yang menjadikan
bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu, karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui”.

11
“Katakanlah : Aku berlindung kepada rabb manusia”. (QS. An-Nas: 1).
2. Tauhid Uluhiyyah
Kata Uluhiyyah adalah masdar dari kata alaha yang mempunyai arti
tentram, tenang, lindungan, cinta dan samba. Namun makna yang paling
mendasar adalah abada, yang berartihamba sahaya (`abdun), patuh dan
tunduk (ibadah), yang mulia dan agung (al-ma`bad), selalu mengikutinya
(`abada bih). Tauhid Uluhiyyah merupakan keyakinan bahwa Allah SWT
adalah satu-satunya Tuhan yang patut dijadikan yang harus dipatuhi, ditaati,
diagungkan dan dimuliakan. Hal ini tersurat dalam QS. Thaha: 14

‫صلَ ٰو َة لِذ ِۡك ِر ٓى‬ ۡ ‫إِ َّنن ِٓى أَ َنا ٱهَّلل ُ ٓاَل إِ ٰلَ َه إِٓاَّل أَ َن ۠ا َف‬
َّ ‫ٱعب ُۡدنِى َوأَق ِِم ٱل‬

“Sesungguhya Aku ini adalahAllah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah s halat untuk mengingat-Ku”
Terdapat pula dalam surat Al-Fatihah: 5

ُ‫َّاك َنسْ َتعِين‬


َ ‫ك َنعْ ُب ُد َوإِي‬
َ ‫إِيَّا‬

“Hanya engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada engkaulah kami
meminta pertolongan”. (Al-fatihah).
3. Tauhid Asma was Sifat
Dalam kitab Syarh Tsalatsatil Ushul, tauhid Al asma was sifat adalah
tauhid dengan cara menetapkan nama-nama dan sifat Allah sesuai dengan
yang sudahAllahtetapkan bagi diri-Nya, dan menafikan nama dan sifat yang
Allah nafikan dari diri-Nya dengan tanpa tarif, tanpa ta`til, dan tanpa
takyif.Hal ini pun terdapat dalam ayat Al-Qur`an:
۟ ‫ُون ف ِٓى أَسْ ٰ َٓم ِئهِۦ ۚ َسيُجْ َز ْو َن َما َكا ُن‬
َ ُ‫وا َيعْ َمل‬
‫ون‬ َ ‫ِين ي ُْل ِحد‬ ۟ ‫َوهَّلِل ِ ٱأْل َسْ َمٓا ُء ْٱلحُسْ َن ٰى َف ْٱدعُوهُ ِب َها ۖ َو َذر‬
َ ‫ُوا ٱلَّذ‬

“Hanya milik Allahnamayanghusna, maka memohonlah kepada-Nya dengan


menyebut nama-nama-Nya”. (QS. Al A`raf: 180).

12
BAB II

Sains dan Teknologi dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits

B. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an


Islam adalah agama yang mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan
dan agama merupakan sesuatu yang saling berhubungan dan melengkapi.
Al-Qur`an merupakan sumber ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan
merupakan sarana untuk mengaplikasikan segala sesuatu yang tertuang
dalam ajaran Islam.

Bukti bahwa Islam merupakan agama yang menekankan


pengembangan ilmu pengetahuan adalah dengan ditemukan ratusan ayat
yang membicarakan tentang petunjuk untuk memperhatikan bagaimana cara
kerja alam dunia ini. Tidak kurang dari 750 ayat al-Qur`an memberikan
gambaran kepada manusia untuk memperhatikan alam sekitarnya. Selain
itu, biasanya ayat-ayat yang membahasnya diawali maupun diakhiri dengan
sindiran-sindiran seperti; “Apakah kamu tidak memperhatikan?”, “Apakah
kamu tidak berpikir?”, “Apakah kamu tidak mendengar?”, “Apakah kamu
tidak melihat?”. Sering diakhiri dengan kalimat seperti “Sebagai tanda-tanda
bagi kaum yang berpikir”, “Tidak dipahami kecuali oleh Ulul Albaab”.
Demikianlah mukjizat terakhir rasul yang selalu mengingatkan manusia
untuk mendengar, melihat, berpikir, merenung, serta memperhatikan segala
hal yang diciptakan Allah di dunia ini.

13
Pandangan Al-Qur`an tentang ilmu pengetahuan dan teknologi
dapat diketahui dasar-dasar pokoknya dengan cara menganalisis wahyu
pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau berkholwat
di gua Hira. Allah berfirman:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
paling pemurah, Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan qolam
(pena). Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. Al-
Alaq: 1-5)

Kata Iqra adalah fi`il amr dari kata –qaraa-yaqrau- yang berarti membaca.
Iqra artinya bacalah. Dari kata “bacalah” ini maka muncul aneka ragam
makna yang terkait dengan aktivitas membaca, seperti mengkaji, menelaah,
mendalami, meneliti, menganalisis, mengetahui suatu objek tertentu.
Kata Iqra`, menurut Quraish Shihab, diambil dari akar kata yang berarti
menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan,
menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik
yang tertulis maupun tidak. Sedangkan dari segi obyeknya, perintah iqra` itu
mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh manusia.
Dalam QS. Al-Alaq ini Allah menyebutkan nikmat-Nya dengan
mengajarkan manusia apa yang tidak ia ketahui. Hal ini menunjukkan akan
kemuliaan belajar dan ilmu pengetahuan. Allah SWT mengawali surat
dengan menganjurkan membaca yang timbul sifat tahu, lalu menyebutkan
penciptaan manusia secara khusus dan umum. Sebenarnya penjelasan
diatas dapat kita jadikan sebagai landasan mengapa kita harus menguasai
sains dan teknologi.
Sains atau Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi
yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan
rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari
ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat
mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi.
Dalam surah ar- Rahman ayat 19-20:

14
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu.
Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing- masing”. (QS. Ar-
Rahman: 19-20).
Dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa
dikaji dan digali dalam al-Qur`an yang merupakan kitab suci agama Islam
yang banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan
dan teknologi. Firman Allah :

َ ‫ُوس لَّ ُك ْم لِ ُتحْ صِ َن ُكم م ِّۢن َبأْسِ ُك ْم ۖ َف َه ْل أَن ُت ْم ٰ َش ِكر‬


‫ُون‬ َ ‫َو َعلَّمْ ٰ َن ُه‬
ٍ ‫ص ْن َع َة لَب‬

“Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna
memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur
(kepada Allah)” (QS. al-Anbiya`, 21: 80).
Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut untuk
berbuat sesuatu dengan sarana pengembangan teknologi dan untuk
penguasaannya diperlukan ilmu pengetahuan. Perlu dipahami pula bahwa
pengetahuan ilmiah (science) tidak mengenal kata “kekal”, dalam arti apa
yang dianggap salah pada masa silam ternyata dapat diakui kebenarannya
dimasa modern. Pengetahuan ilmiah mempunyai kebenaran relatif, artinya
kebenaran datang silih berganti, hal ini berbeda dengan al-Qur`an yang
mempunyai kebenaran mutlak.
Di dalam al-Qur`an banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan
tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat digali dan
dikembangkan oleh manusia yang suka berfikir untuk keperluan dalam
hidupnya. Seperti dalam surah al-Isra`(17) ayat 70 yang berbunyi:

‫ت َو َفض َّۡل ٰنهُمۡ َع ٰلى َكث ِۡي ٍر ِّمم َّۡن َخلَ ۡق َنا َت ۡفضِ ۡياًل‬ َّ ‫َولَـ َق ۡد َكرَّ ۡم َنا َبن ِۡۤى ٰادَ َم َو َح َم ۡل ٰنهُمۡ فِى ۡال َبرِّ َو ۡال َب ۡح ِر َو َر َز ۡق ٰنهُمۡ م َِّن‬
ِ ‫الطي ِّٰب‬

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat


mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. (QS. Al-Isra`, 17: 70).

15
Namun di sisi lain Allah menjelaskan bahwa yang paling mulia di sisi Allah
ialah yang paling bertakwa diantaranya. Hal ini disebut dalam surah al-
Hujurat, 49 ayat 13.

‫اِنَّ اَ ۡك َر َم ُكمۡ عِ ۡندَ هّٰللا ِ اَ ۡت ٰقٮ ُكمۡ‌ؕ اِنَّ هّٰللا َ َعل ِۡي ٌم َخ ِب ۡي ٌر‬

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS.Al-Hujurat,49: 13).
Dari ayat-ayat di atas dapat difahami, bahwa manusia perlu melengkapi
dirinya dengan sains dan teknologi karena mereka adalah pengelola sumber
daya alam yang ada di bumi akan tetapi mereka juga harus memiliki
landasan keimanan dan ketakwaan.
Diantara ayat-ayat al-Qur`an yang juga membahas dasar-dasar
sains dan teknologi adalah surah al-Mu`minuun ayat 12-13 yang berbunyi:
“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah, kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (Rahim). (QS. Al-Mu`minuun, 23: 12-
13).
Dalam Tafsir Al-Maraghi, dijelaskan bahwa air mani lahir dari tanah yang
terjadi dari makanan, baik yang bersifat hewani maupun nabati. Makanan
yang bersifat hewani akan berakhir pada makanan yang bersifat nabati, dan
tumbuh-tumbuhan lahir dari saripati tanah dan air. Jadi, pada hakikatnya
manusia lahir dari saripati tanah, kemudian saripati itu mengalami
perkembangan kejadian hingga menjadi air mani. Dari keterangan di atas
dapat dipetik suatu pelajaran tentang asal kejadian wujud manusia dari mana
ia berasal, dan dari hal inilah manusia dapat mempelajari bagian dari ilmu
biologi maupun ilmu kedokteran.
Demikian pula dalam surah an- Nahl ayat 66-67:

ُ ‫َوإِنَّ لَ ُك ْم فِي اأْل َ ْن َعام لَ ِعب َْر ًة ۖ ُّنسْ قِي ُكم ِّممَّا فِي ب‬
‫ين‬
َ ‫ار ِب‬ِ ‫ث َود ٍَم لَّ َب ًنا َخالِصًا َسا ِئ ًغا لِّل َّش‬
ٍ ْ‫ْن َفر‬
ِ ‫ُطو ِن ِه مِن َبي‬ ِ
ُ ِّ ً َ ٰ ُ َ ‫أْل‬ ِ ‫َومِن َث َم َرا‬
‫ون‬ َ ِ‫ون ِم ْن ُه َس َكرً ا َو ِر ْز ًقا َح َس ًنا ۗ إِنَّ فِي ذل‬
َ ‫ك آَل َية ل َق ْو ٍم َيعْ قِل‬ َ ‫ب َت َّتخِذ‬
ِ ‫ِيل َوا عْ َنا‬ ِ ‫ت ال َّنخ‬

16
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran
bagi kamu. Kami memberimu minum dari apa yang berada dalam perutnya
(berupa) susu yang bersih antara tahi dadn darah, yang mudah ditelan bagi
orang-orang yang meminumnya. Dan dari buah kurma dan anggur, kamu
buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. Sesungguhnya
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang
yang memikirkan. (QS. An-Nahl, 16 : 66-67).
Dalam Tafsir al-Misbah, disebutkan mengenai bagaimana proses terjadinya
susu yang ada pada binatang ternak (unta, sapi, kambing, dan domba). Di
dalam diri hewan betina yang menyusui, terdapat kelenjar yang
memproduksi air susu. Selain menguraikan tentang susu, dalam ayat di atas
juga disebutkan tentang buah-buahan yang selain dapat dimakan, buahnya
juga bisa di proses untuk dijadikan minuman. Dari hal tersebut, seseorang
dapat belajar tentang proses terjadinya susu, dan proses pembuatan
minuman yang dapat dihasilkan dari buah-buahan.
“Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya
istrinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan
dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi
kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah,
Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain
Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?
Dalam tafsir dijelaskan bahwa tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam
perut, kegelapan dalam Rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup
anak dalam Rahim. Dalam Biologi dijelaskan bahwa sebenarnya embrio
dalam Rahim mengalami tiga fase perkembangan yang disebut dengan fase
morula, blastula, dan gastrula
Untuk dapat memahami sunnatullah yang beraturan di alam
semesta ini, manusia telah dibekali oleh Allah SWT dua potensi penting,
yaitu potensi fitriyah (di dalam diri manusia) dan potensi sumber daya
alam(di luar diri manusia). Di samping itu, al-Qur`an juga memberikan
tuntunan praktis bagi manusia berupa langkah-langkah penting bagaimana
memahami alam agar dapat dicapai manfaat yang maksimal. Suatu cara
penghampiran yang sederhana dalam mempelajari ilmu pengetahuan
ditunjukkan al-Qur`an dalam surat al-Mulk ayat 3-4 yang intinya mencakup
proses kagum, mengamati, dan memahami.

17
Dalam konteks sains, al-Qur`an mengembangkan beberapa
langkah/proses sebagai berikut.
1. Al-Qur`an memerintahkan kepada manusia untuk mengenali secara
seksama alam sekitarnya seraya mengetahui sifat-sifat dan proses-
proses alamiah yang terjadi di dalamnya. Perintah ini, misalnya,
ditegaskan di dalam surah Yunus ayat 101:

ُ ‫ض‌ؕ َو َما ُت ۡغنِى ااۡل ٰ ٰي‬


‫ت َوال ُّن ُذ ُر َع ۡن َق ۡو ٍم اَّل ي ُۡؤ ِم ُن ۡو َن‬ ِ ‫ت َوااۡل َ ۡر‬ ُ ‫قُ ِل ا ْن‬
ِ ‫ظر ُۡوا َم َاذا فِى الس َّٰم ٰو‬

“Katakanlah (wahai Muhammad): perhatikan (dengan nazhor) apa yang


ada di langit dan di bumi….(QS. Yunus, 10: 101).
Dalam kata unzhuru (perhatikan), Baiquni memahaminya tidak
sekedar memperhatikan dengan pikiran kosong, melainkan dengan
perhatian yang seksama terhadap kebesaran Allah SWT dan makna dari
gejala-gejala alam yang diamati. Perintah ini tampak lebih jelas lagi di
dalam firman Allah di surah al-Ghasyiyah ayat 17-20:

َ ‫ُون إِلَى اإْل ِ ِب ِل َكي‬


ْ ‫ْف ُخلِ َق‬
‫ت‬ ُ ‫أَ َفاَل َي‬
َ ‫نظر‬

َ ‫َوإِلَى ال َّس َما ِء َكي‬


ْ ‫ْف ُرفِ َع‬
‫ت‬

ْ ‫ْف ُنصِ َب‬


‫ت‬ ِ ‫َوإِلَى ْال ِج َب‬
َ ‫ال َكي‬

ْ ‫ْف سُطِ َح‬


‫ت‬ ِ ْ‫َوإِلَى اأْل َر‬
َ ‫ض َكي‬

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan (dengan nazhor) onta


bagaimana ia diciptakan. Dan langit bagaimana ia diangkat. Dan
gunung-gunung bagaimana mereka ditegakkan. Dan bumi bagaimana ia
dibentangkan”. (QS. Al-Ghasyiyah, 88 :17-20).
2. Al-Qur`an mengajarkan kepada manusia untuk mengadakan pengukuran
terhadap gejala-gejala alam. Hal ini diisyaratkan di dalam surah al-Qamar
ayat 49:

‫إِ َّنا ُك َّل َشىْ ٍء َخلَ ْق ٰ َن ُه ِب َقدَ ٍر‬

18
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran”. (QS.
Al-Qamar, 54 : 49).
3. Al-Qur`an menekankan pentingnya analisis yang mendalam terhadap
fenomena alam melalui proses penalaran yang kritis dan sehat untuk
mencapai kesimpulan yang rasional. Persoalan ini dinyatakan dalam
surat an-Nahl ayat 11-12:

‫ُون‬ َ ِ‫ت ۗ إِنَّ فِى ٰ َذل‬


َ ‫ك َل َءا َي ًة لِّ َق ْو ٍم َي َت َف َّكر‬ ِ ‫ٱلث َم ٰ َر‬ َ ‫ون َوٱل َّنخِي َل َوٱأْل َعْ ٰ َن‬
َّ ‫ب َومِن ُك ِّل‬ َ ‫ٱلز ْي ُت‬ ُ ‫ي ُۢن ِب‬
َّ ‫ت لَ ُكم ِب ِه‬
َّ ‫ٱلزرْ َع َو‬

َ ُ‫ت لِّ َق ْو ٍم َيعْ قِل‬


‫ون‬ َ ِ‫ت ِبأَمْ ِر ِهۦٓ ۗ إِنَّ فِى ٰ َذل‬
ٍ ‫ك َل َءا ٰ َي‬ ٌ ۢ ‫ْس َو ْٱل َق َم َر ۖ َوٱل ُّنجُو ُم ُم َس َّخ ٰ َر‬ َ ‫َو َس َّخ َر لَ ُك ُم ٱلَّ ْي َل َوٱل َّن َه‬
‰َ ‫ار َوٱل َّشم‬

“ Dia menumbuhkan bagimu, dengan air hujan itu, tanaman-tanaman


zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan
Allah bagi mereka yang mau berpikir. Dan Dia menundukkan malam dan
siang, matahari dan bulan untukmu; dan bintang-bintang itu ditundukkan
(bagimu) dengan perintah-Nya. Sebenarnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang menalar”. (QS.
An-Nahl, 16 : 11-12).
Tiga langkah yang dikembangkan oleh al-Qur`an itulah yang
sesungguhnya yang dijalankan oleh sains hingga saat ini, yaitu observasi
(pengamatan), pengukuran-pengukuran, lalu menarik kesimpulan
(hukum-hukum) berdasarkan observasi dan pengukuran itu.
Berdasarkan penelitian Shaharir, ada indikasi kuat bahwa sains
banyak dipengaruhi oleh sistem nilai yang dianut komunitas ahli sains
yang terkait, yang setengahnya tidak serasi dengan nilai Islam. Oleh
sebab itu, nilai-nilai yang menyertai sains modern harus diantisipasi
secara cermat agar kita tidak terperangkap dalam nilai-nilai yang tidak
Islami itu.
Di sisi lain, sejak awal kemunculannya, sains telah
mengembangkan suatu pola di mana rasionalisme dan empirisme
menjadi pilar utama metode keilmuan (scientific method). Pola berpikir

19
sains ini ternyata telah berpengaruh luas pada pola pikir manusia di
hamper semua bidang kehidupannya. Sehingga penilaian manusia atas
realitas-realitas baik realitas sosial, individual, bahkan juga keagamaan
diukur berdasarkan kesadaran obyektif di mana eksperimen, pengalaman
empiris, dan abstraksi kuantitatif adalah cara-cara yang paling bisa
dipercaya.
Penemuan-penemuan dari ilmu pengetahuan dan kemajuan
teknologi, mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pemahaman
manusia dan dunianya. Hal ini pada gilirannya dapat menimbulkan
konfrontasi dengan pandangan-pandangan tradisional dan religius, baik
mengenai manusia maupun alam semesta dengan segala sumber
dayanya.
Pemahaman manusia terhadap agama dan fungsinya juga
berbeda-beda menurut perspektif dan pandangan masing-masing.
Pertama, ada yang memandang agama sebagai factor yang terpenting
dari kohesi dan solidaritas masyarakat. Di sini agama dilihat sebagai
faktor yang essensial dari identitas dan integrasi masyarakat. Kedua, ada
yang melihat agama sebagai faktor perubahan sosial, atau dengan kata
lain memandang agama mempunyai pengaruh yang besar dalam
perubahan sosial. Ketiga, sekarang timbul juga pandangan terhadap
agama sebagai fungsi sosial. Agama disini mempunyai fungsi sebagai
sistem interpretasi yang mencerminkan pemahaman diri dari masyarakat
dan kedudukannya serta tugasnya di alam semesta.
Firman Allah Swt dalam surat Al-Anbiya: 30 yang berbunyi:

‫ض َكا َنـ َتا َر ۡت ًقا َف َف َت ۡق ٰن ُه َما‌ ؕ َو َج َع ۡل َنا م َِن ۡال َمٓا ِء ُك َّل َش ۡى ٍء َحىٍّ‌ ؕ اَ َفاَل‬ ِ ‫اَ َولَمۡ َي َر الَّذ ِۡي َن َك َفر ُۡۤوا اَنَّ الس َّٰم ٰو‬
َ ‫ت َوااۡل َ ۡر‬
‫ي ُۡؤ ِم ُن ۡو َن‬

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi
keduanya dahulu menyatu kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka
mengapa mereka tidak beriman?” (QS. Al-Anbiya: 30).

Ayat tersebut berkaitan dengan Big bang theory, yaitu teori


terbentuknya alam semesta yang menyatakan bahwa pada awalnya alam

20
semesta merupakan satu kesatuan, kemudian terjadi ledakan besar yang
menghasilkan pecahan-pecahan dan meluas. Teori Bing Bang ini adalah
teori penciptaan bumi yang paling diakui di era modern. Kesesuaian yang
harmoni antara Al-Qur`an dengan Teori Big Bang adalah suatu hal yang
tidak dapat dielakkan lagi. Hal ini sudah dijelaskan Allah Swt dalam Al-
Qur`an 1.400 tahun silam.
Pandangan Islam terhadap ilmu pengetahuan ini bertolak
belakang dengan pandangan para ilmuan Barat yang sebagian besar
berpaham materialis. Mereka menganggap ilmu pengetahuan tidak dapat
disatukan dengan agama. Bahkan para pemikir Barat sekarang ini
berada ditengah-tengah peperangan antara agama dan ilmu
pengetahuan. Hampir tidak mungkin mereka sekarang ini menerima
kenyataan adanya pertemuan secara mendasar antara agama dan ilmu
pendidikan. Secara historis, timbulnya pemikiran tersebut sebenarnya
dilatarbelakangi oleh sikap antipati gereja terhadap ilmu pengetahuan
pada abad pertengahan. Itulah sebabnya para ilmuan Kristen pada
zaman dahulu, seperti Galileo Galilei, dihukum mati oleh gereja, karena
penemuan ilmiah mereka yang dianggap bertentangan dengan paham
gereja. Menurut Quraish Shihab, peretentangan antara kaum agamawan
dengan ilmuan di Eropa itu disebabkan oleh sikap radikal kaum
agamawan Kristen yang hanya mengakui kebenaran dan kesucian Kitab
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sehingga orang-orang yang
mengingkarinya dianggap kafir dan berhak mendapatkan hukuman.
Dilain pihak, para ilmuan mengadakan penyelidikan-penyelidikan ilmiah
yang hasilnya bertentangan dengan kepercayaan yang dianut oleh pihak
gereja (kaum agamawan). Akibatnya, tidak sedikit ilmuan yang menjadi
korban oleh penindasan dan kekejaman pihak gereja.
Belum diketahui secara persis sejauh mana dampak nilai-nilai
yang menyertai perkembangan sains itu terhadap masyarakat Muslim.
Akan tetapi, apa yang dikemukakan ke atas (bahkan mungkin lebih dari
itu) bukanlah rekaan dan mengada-ada. Inilah ancaman serius bagi
generasi sekarang dan generasi mendatang, yang oleh Ziauddin Sardar
digambarkan sebagai imperialisme epistemologis. Dalam ungkapannya :
“Epistemologi peradaban Barat kini telah menjadi suatu cara pemikiran
dan pencarian yang dominan mengesampingkan cara-cara pengetahuan

21
alternatif lainnya. Jadi, semua masyarakat Muslim dan bahkan
sesungguhnya seluruh planet itu, dibentuk dengan citra manusia Barat”.
Perangkap epistemologi peradaban (termasuk di dalamnya sains
dan teknologi) Barat demikian kuatnya yang tampaknya tidak
memungkinkan bagi siapapun untuk menghindar darinya. Bagi umat
Muslim, sungguh pun belum mampu menciptakan epistemologi alternatif
sebagai tandingan, dalam kapasitas kemampuan masing-masing umat
harus kembali kepada al-Qur`an seraya mencermati pesan-pesan
ilahiyah yang terkandung dalam fenomena alam semesta.
Memang benar bahwa dalam penggunaan produk teknologi
memerlukan kesiapan masyarakat pengguna produk tersebut. Apabila
masyarakat pengguna kurang siap, maka kegunaan atau manfaat suatu
produk teknologi akan kurang optimal. Bila di dunia Barat kerusakan
lingkungan diakibatkan oleh teknologi yang mereka kembangkan sendiri,
akan tetapi di Negara berkembang misalnya Indonesia, banyaknya
kerusakan lingkungan diakibatkan oleh teknologi yang di impor.
Kesalahan bukan terletak pada teknologinya, melainkan karena sikap
apatis manusia terhadap kerusakan lingkungan alam tersebut.
Kesiapan yang harus dimiliki oleh pengguna produk teknologi
ialah kesiapan pengetahuan tentang produk tersebut dan kesiapan
mental untuk tidak menggunakan produk teknologi untuk tujuan yang
dampaknya merugikan masyarakat. Dengan demikian bermanfaat
tidaknya penggunaan suatu produk teknologi tergantung pada orang
yang menggunakannya.
Harus diyakini sepenuhnya bahwa semua yang diciptakan
oleh Allah Swt memiliki kerangka tujuan ilahiyah. Berpijak pada ajaran
Tauhid di mana Allah adalah Pencipta alam semesta, segala sesuatu
berasal dari-Nya dan kembali kepada-nya, seyogyanya setiap langkah
yang diambil ditujukan untuk memperoleh keridhaan-Nya dan untuk
mendekatkan diri kepada-Nya. Penyelidikan untuk menyingkap rahasia
alam semesta tanpa terkecuali terkait dengan kerangka tujuan ini.
Al-Qur`an tidak menghendaki penyelidikan terhadap alam
semesta hanya untuk pemuasan keinginan (science for science), seperti
yang berlaku di Barat. Menurut al-Qur`an, sains hanyalah alat untuk
mencapai tujuan akhir. Pemahaman seseorang terhadap alam harus

22
mampu membawa kesadarannya kepada Allah Yang Maha Sempurna
dan Maha Tak Terbatas.
Dari uraian di atas serta firman Allah Swt yang telah disebutkan,
dapat disimpulkan suatu kaidah, bahwa kehidupan beragama merupakan
sifat fitrah yang terpenting bagi manusia. Artinya, berangkat dari sifat
fitrah itu, sisi kemanusiaan manusia selalu diarahkan untuk
bertrasendensi dengan Sang Maha Kuasa, sehingga daya hidup yang
diterimanya dari Sang Pencipta akan menuntunya ke jalan keselamatan,
ke jalan yang diridhai oleh-Nya.

C. Sains dan Teknologi dalam Hadits

Jika kita mencoba untuk menelusuri hadits-hadits Nabi SAW, maka


kita akan temukan sangat banyak dari Hadits-Hadits tersebut yang
memiliki keterkaitan secara langsung dengan ilmu pengetahuan, baik itu
yang berkaitan dengan ilmu kesehatan dan kedokteran, atau hasil-hasil
riset ilmiyah yang sangat berkembang pada teknologi, ataupun juga pada
prediksi masa depan yang sudah terbukti secara ilmiah oleh para ilmuan.
Berikut beberapa Hadits Nabi SAW tentang ilmu pengetahuan dan
sains:
1. Hadits tentang bersin dan menguap

“Dari Abu Hurairah Radhiallahu `anhu, dari Rasulullah SAW, Beliau


bersabda: Sesungguhnya Allah SWT menyukai bersin dan membenci
menguap, maka apabila seseorang bersin lalu ia memuji Allah SWT
maka menjadi satu keharusan bagi saudaranya yang
mendengarkannya untuk menjawab bersinnya, dan adapun menguap
maka sesungguhnya ia datang dari syaitan, maka hendaklah
seseorang berupaya menghindarinya sebisanya, dan apabila ia
berkata Haa (saat menguap) maka syaitan menertawakannya”. (HR.
Al-Bukhari).

Dalam Hadits ini Rasulullah SAW memberikan perbedaan yang


sangat prinsip antara bersin dan menguap di mana bersin adalah sesuatu
yang baik dan disukai Allah sehingga harus dibalas dengan pujian,

23
sementara menguap adalah sesuatu yang tidak baik dan dibenci karena
datangnya dari syaitan, sehingga seseorang dianjurkan untuk berupaya
menghindarinya. Ternyata kebenaran ungkapan Rasul yang mulia
tersebut dapat dibuktikan secara ilmiah oleh para dokter hari ini, di mana
mereka mengatakan bahwa di saat seseorang menguap itu adalah
indikasi dari otak dan tubuhnya yang sedang membutuhkan oksigen dan
udara serta gizi, sementara alat pernapasannya tidak sanggup memenuhi
kebutuhan terrsebut, maka apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka
pada saat menguap maka udara akan masuk bersama debu, bakteri dan
penyakit lainnya, oleh karena itu Rasulullah SAW menganjurkan kepada
ummatnya agar menutup mulutnya saat menguap. Hal ini sangat berbeda
dengan bersin, di mana bersin adalah dorongan kuat secara tiba-tiba dari
dalam tubuh yang mengeluarkan penyakit, bakteri dan debu seiring
dengan keluarnya udara dari hidung dan mulut pada saat bersin tersebut,
maka bersin adalah mengeluarkan penyakit dan itu baik bagi tubuh
sehingga sangat pantas bagi kita untuk memuji Allah SWT, sedangkan
menguap itu memasukkan penyakit kedalam tubuh dan itu tidak baik bagi
kita sehingga harus menghindarinya. Maka sangatlah tepat ketika Nabi
mengatakan dalam sebuah riwayat seperti berikut ini:
“Dari Abu Sa`id Al-Khudri (ra) bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda: apabila seseorang di antara kalian menguap maka
hendaklah ia menahannya dengan tangannya, dalam riwayat yang
lain dikatakan: hendaklah ia meletakkan tangannya pada mulutnya
karena sesungguhnya syaitan itu masuk melalui mulutnya”. (HR.
Muslim).
2. Hadits tentang jumlah persendian yang ada pada tubuh manusia
“Dari Abdullah Bin Buraidah ia berkata: saya mendengar bapak saya
Buraidah berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW
bersabda: di dalam tubuh manusia terdapat tiga ratus enam puluh
persendian, maka manusia itu harus mensedekahkan untuk setiap
persendiannya itu, para sahabat bertanya, siapakah yang sanggup
untuk melakukan itu ya Rasulullah? Lalu Rasul bersabda:
membenamkan ludah yang ada di dalam masjid atau menyingkirkan
sesuatu yang menghalang di jalan, jika kamu tidak sanggup

24
melakukan itu maka shalat dhuha dua rakaat yang kamu lakukan
cukup untuk itu”. (HR. Imam Ahmad Hadits nomor 23700).
Hadits di atas menjelaskan secara terang dan pasti bahwa
di dalam setiap tubuh manusia terdapat 360 persendian, yang hal ini
sudah diinformasikan oleh Rasul pada zaman di mana ilmu
pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan anatomi tubuh
manusia sangat belum dikenal, namun para fakar dan ilmuan hari ini
membenarkan apa yang disampaikan oleh Nabi tersebut, karena
berdasarkan hasil riset dan penelitian yang mereka lakukan memang
mengatakan hal yang sama, dengan rincian sebagai berikut:
persendian pada tengkorak sebanyak 86, pangkal tenggorokan
sebanyak 6 persendian, rongga dada sebanyak 66 persendian,
tulang punggung sebanyak 76 persendian, anggota bagian atas
sebanyak 64 persendian dan anggota bagian bawah sebanyak 62
persendian, sehingga jumlah keseluruhan adalah sebanyak 360
persendian. Dengan demikian relevansi antara Hadits Nabi dengan
riset ilmiah anatomi tubuh manusia seperti yang dijelaskan di atas
semakin menambah keyakinan kita akan kebenaran dari apa yang
datang dari Rasulullah SAW.
3. Hadits tentang perbedaan pipis bayi laki-laki dengan bayi perempuan
“Dari Ummu Qais Binti Mihshan sesungguhnya dia pernah
membawa bayi laki-lakinya yang belum pernah memakan apapun
selain air susu kepada Rasulullah SAW lalu bayinya itu pipis di
pakaian Rasulullah SAW, kemudian Nabi meminta air untuk
dipercikkan ke pakaiannya itu dan beliau tidak mencucinya”. (HR. Al-
Bukhari dan Muslim).
Dan dari Ali Bin Abi Thalib (ra) bahwa sesungguhnya Nabi SAW
bersabda: “pipis bayi laki-laki yang baru menyusui cukup dengan
memercikkan air, sedangkan pipis bayi perempuan haruslah dicuci”
(HR. Imam Ahmad, Imam Tirmizi mengatakan bahwa Hadits ini
adalah Hadits hasan dan di shohehkan oleh imam Al-Hakim).
Dalam perspektif fiqih Hadits ini menyatakan perbedaan cara
membersihkan najis pipis bayi laki-laki yang belum memakan apa-
apa selain dari air susu ibunya dengan najis pipis bayi perempuan, di
mana pipis bayi laki-laki seperti itu digolongkan kepada najis ringan

25
sehingga hanya cukup dengan memercikkan air ke tempat yang
terkena najis yang dengannya sudah bisa dianggap bersih. Berbeda
dengan pipis bayi perempuan, meskipun ia belum memakan apa-apa
selain air susu ibunya tetapi pipisnya tidak lagi di golongkan kepada
najis ringan, sehingga cara membersihkannya haruslah dengan
mencucinya atau dengan menyiramkan air ke atasnya. (Umdatul
Ahkaam Syrhi Bulughil Maram, Taqiyuddin Daqiqil `Eid, dalam kitab
Thaharah).
Dalam perspektif sains modern ternyata hal yang sama
juga dapat dibenarkan. Dikatakan bahwa pipis bayi laki-laki yang
belum memakan apa-apa tingkat kenajisannya sangatlah rendah
bahkan bisa saja belum mengotori. Hal ini sejalan dengan analisa
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab I`lamul Muwaqqi`in-nya
yang mengatakan bahwa tingkat kenajisan pipis bayi perempuan
melebihi bayi laki-laki meskipun keduanya sama-sama belum
memakan makanan selain air susu ibu, hal ini disebabkan oleh pipis
bayi perempuan yang sudah dicampuri oleh zat kotor yang terdapat
pada darah disaat dia mengalami masa haid nantinya.
Dua perspektif ini baik fiqih maupun sains memiliki konklusi
yang sama, yaitu berbedanya status najis dua bentuk pipis yang
keluar dari dua bayi yang sama-sama belum memakan apa-apa
selain dari air susu ibunya, di mana perbedaan tersebut sudah
diinformasikan oleh Rasulullah SAW jauh sebelum berkembangnya
sains dan ilmu pengetahuan.
4. Hadits tentang DNA
“Dari Abu Hurairah (ra) berkata: seseorang dari bani fazarah datang
kepada Nabi SAW lalu ia berkata: sesungguhnya istri saya
melahirkan bayi yang berwarna hitam, lalu Nabi berkata kepada laki-
laki tersebut: apakah punya onta? Ia menjawab: iya, lalu Nabi
bertanya lagi: apa warnanya? Laki-laki itu menjawab: merah, lalu
Nabi bertanya lagi: apakah ada diantara anak-anaknya yang
berwarna coklat? Laki-laki itu menjawab: ya ada, lalu Nabi bertanya
lagi: kira-kira warna yang berbeda itu datangnya dari mana? Laki-laki
itu menjawab: barangkali datang dari keturunannya yang dulu, lalu
Nabi berkata: barangkali anak kamu ini juga disebabkan oleh sifat-

26
sifat turunannya”. (HR. Al-Bukhari dalam kitab shohehnya, 6847 dan
Muslim hadits ke 3839).
Hadits ini berkaitan dengan adanya kemungkinan turunnya
karakter dan warna dari bapak atau kakek kepada cucunya. Dan
kebenaran ini dapat dibuktikan secara ilmiah pada hari ini.
5. Hadits tentang khasiat Habbat Assauda (jintan hitam)
“Berkata Rasulullah SAW: pada Habbatussauda` itu ada obat untuk
semua penyakit kecuali kematian” dalam riwayat lain juga dikatakan:
tidak ada satu penyakitpun kecuali obatnya ada pada
Habbatussauda`, ia adalah biji yang penuh berkah.

Penelitian ilmiah zaman sekarang ini sudah menemukan bukti kuat


akan kandungan Habbatussauda yang sangat bagus untuk antibiotik
dan kesehatan tubuh manusia.
6. Hadits tentang rahasia sayap lalat
“Berkata Rasulullah SAW: apabila terjatuh sesekor lalat dalam
minuman kalian maka hendaklah membenamkan lalat tersebut
kemudian baru membuangnya, sebab pada salah satu sayapnya ada
racun, sementara pada sayapnya yang satunya lagi ada
penawarnya”. (HR. Al-Bukhari, Al-Jami` Ashoheh, 3320).

Ini adalah Hadits Nabi yang diucapkannya lebih dari empat belas
abad yang lalu, akan tetapi kandungannya dapat diterima oleh para
ilmuan hari ini, di mana racun dan bakteri yang terdapat pada sayap
lalat ternyata obatnya tidak jauh di situ, yaitu pada sayapnya yang
satu lagi. Sebagai seorang muslim tidaklah boleh menolak Hadits ini
dengan alasan logika dan perasaan, sebab sebuah Hadits Nabi jika
datang dari jalan yang shoheh maka harus diterima dan diamalkan.
7. Hadits tentang larangan makan dan minum sambil berdiri
“Dari Abu Said Al-Khudri (ra) sesungguhnya Nabi SAW melarang
untuk minum dalam keadaan berdiri” (HR. Muslim). “Dan dari Anas
dan Qatadah (ra) dari Nabi SAW sesungguhnya Beliau melarang
untuk minum dalam keadaan berdiri, Qatadah berkata: bagaimana
dengan makan? Ia menjawab: itu lebih buruk lagi”. (HR. Imam Muslim
dalam kitab shohehnya, 5359).

27
Dari sisi kesehatan Hadits sangat mendapat tempat bagi
kalangan para dokter, dikarenakan oleh pesan yang ada di Hadits ini
sangat sejalan dengan teori kesehatan pencernaan. Seperti yang
pernah dikatakan oleh dr. Abdurrazzaq Al-Kailani, bahwa cara makan
dan minum yang paling tepat dan selamat adalah dengan cara
duduk, tidak dengan cara berdiri, sebab minum dan makan dengan
cara berdiri akan mempersulit proses pencernaan, karena minuman
dan makanan itu akan terhempas lebih kuat ke dinding lambung, dan
itu berulang-ulang secara terus menerus akan menyebabkan
kesulitan pada pencernaan.

BAB III

Tiga Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits

A. Tiga Generasi Terbaik


Umat Rasulullah SAW merupakan umat terbaik dari seluruh umat-
umat para Nabi yang diutus sebelum beliau. Meskipun umat Rasulullah SAW

28
datang sebagai yang terakhir diantata umat-umat lainnya, tetapi di akhirat
kelak umat Rasulullah-lah yang akan memasuki Surga terlebih dahulu
dibandingkan dengan umat-umat lainnya.
Allah telah memberikan pujian kepada umat Rasulullah SAW, dalam
firman-Nya:
ِ ‫ون ِباهَّلل‬ َ ‫اس َتأْ ُمر‬
َ ‫ُون ِب ْال َمعْ رُوفِ َو َت ْن َه ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َو ُت ْؤ ِم ُن‬ ْ ‫ۗ ُك ْن ُت ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ ‫ت لِل َّن‬

Artinya: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,


menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah..”(QS. Ali Imran: 110)
Tetapi diantara umat Rasullah SAW, terdapat beberapa generasi terbaik,
sebagaimana beliau sebutkan dalam sebuah Hadits mutawatir, beliau
bersabda
‫اس َقرْ نِيْ ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه ْم ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه ْم‬
ِ ‫خ ْي ُر ال َّن‬.
َ

“Sebaik-baik manusia adalah pada generasiku (yakni sahabat), kemudian


orang-orang yang mengiringinya (yakni tabi`in), kemudian orang-orang yang
mengiringinya (yakni generasi tabi`ut tabi`in)”. (mutawatir. HR. Bukhari dan
yang lainnya).
Dari Imran bin Hushain ra, bahwa dia mendengar Rasulullah SAW
bersabda:
َ ‫َخي َْر أ ُ َّمتِـي َقرْ نِي ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُو َن ُه ْم ُث َّم الَّذ‬
‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬

“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang


setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah
mereka”. (Shahih Al-Bukhari, no. 3650).
Inilah beberapa generasi terbaik yang beliau sebutkan dalam Hadits
tersebut:
1. Sahabat
Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat
Rasulullah SAW secara langsung serta membantu perjuangan beliau.
Menurut Imam Ahmad, siapa saja diantara orang beriman yang bertemu dan
melihat Rasulullah SAW, baik sebulan, sepekan, sehari atau bahkan cuma
sesaat maka ia dikatakan sebagai sahabat. Derajatnya masing-masing
ditentukan dengan seberapa lama ia menyertai Rasulullah SAW.

29
Para sahabat merupakan orang-orang yang mewariskan ilmu dari
Rasulullah SAW. Diantara sahabat yang terbaik adalah para Khulafaur
Rasyidin, kemudian 10 orang sahabat yang namanya disebutkan oleh
Rasulullah SAW yang mendapatkan jaminan surga.
2. Tabi`in
Tabi`in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah
SAW atau setelah beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah SAW
dan bertemu serta melihat para sahabat. Tabi`in merupakan orang-orang
yang belajar dan mewariskan ilmu dari para sahabat Rasulullah SAW.
Salah seorang terbaik dari generasi Tabi`in adalah Uwais Al Qarn,
yang pernah mendatangi rumah Rasulullah SAW untuk mendapatkan
kemuliaan menjadi sahabat, tetapi tidak berhasil bertemu dengan beliau.
Uwais Al Qarn, pernah disebutkan secara langsung melalui lisan Rasulullah
SAW sebagai orang yang asing di bumi tapi terkenal di langit. Bahkan
Rasulullah SAW memerintahkan sahabatnya, Umar dan Ali, untuk mencari
Uwais dan meminta untuk di doakan, karena ia merupakan orang yang
memiliki doa yang diijabah oleh Allah SWT.
Adapun diantara orang-orang yang tergolong generasi tabi`in lainnya
yakni Umar bin Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ali Zainal Abidin bin Al Husein,
Muhammad bin Al Hanafiyah, Hasan Al Basri dan yang lainnya.
3. Tabi`ut Tabi`in
Tabi`ut tabi`in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat
atau setelah mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu
dengan generasi tabi`in. Tabi`ut tabi`in merupakan orang-orang yang belajar
dan mewariskan ilmu dari para tabi`in.
Diantara orang-orang yang termasuk ke dalam generasi ini adalah
Imam Malik bin Anas, Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza`I, Al
Laits bin Saad dan yang lainnya.
Mereka adalah orang-orang yang paling baik, paling selamat dan
paling mengetahui dalam memahami Islam. Mereka adalah para pendahulu
yang memiliki keshalihan yang tertinggi (as-salafu ash-shalih).
Karenanya, sudah merupakan kemestian bila menghendaki
pemahaman dan pengalaman Islam yang benar merujuk kepada mereka
(as-salafu ash-shalih). Mereka adalah orang-orang yang telah mendapat
keridhaan dari Allah SWT. Firman Allah SWT:

30
‫ان َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه ْم َو َرضُوا َع ْن ُه َوأَ َع َّد لَ ُه ْم‬ ٍ ‫ِين ا َّت َبعُو ُه ْم ِبإِحْ َس‬َ ‫ار َوالَّذ‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ين َواأْل َ ْن‬ َ ُ‫ون اأْل َوَّ ل‬
َ ‫ون م َِن ْال ُم َها ِج ِر‬ َ ُ‫َّابق‬
ِ ‫َوالس‬
‫ِين فِي َها أَ َب ًدا ۚ ٰ َذل َِك ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ي ُم‬
َ ‫ت َتجْ ِري َتحْ َت َها اأْل َ ْن َها ُر َخالِد‬ ٍ ‫َج َّنا‬

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) di


antara orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha
kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-
lamanya. Itulah kemenangan yang besar”. (QS. At-Taubah: 100).
Allah SWT telah memerintahkan untuk mengikuti para sahabat.
Berjalan di atas jalan yang mereka tempuh. Berperilaku selaras apa yang
telah mereka perbuat. Menapaki manhaj (cara pandang hidup) sesuai
manhaj mereka. Firman Allah SWT:

َّ‫اب ِالَى‬
َ ‫وَّ ا َّت ِب ۡع َس ِب ۡي َل َم ۡن اَ َن‬

“Dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku”. (Luqman: 15).


Menukil ucapan Ibnul Qayyim rahimahullah dalam I`lam Al-
Muwaqqi`in, terkait ayat di atas disebutkan bahwa setiap sahabat adalah
orang yang kembali kepada Allah SWT. Maka, wajib mengikuti jalannya,
perkataan-perkataannya, dan keyakinan-keyakinan (i`tiqad) mereka. Dalil
bahwa mereka adalah orang-orang yang kembali kepada Allah SWT,
(dikuatkan lagi) dengan firman-Nya yang menunjukkan mereka adalah
orang-orang yang telah diberi Allah SWT petunjuk. Firman-Nya:
‫َو َي ۡهد ِۡۤى ِالَ ۡي ِه َم ۡن ُّين ِۡيب‬

“Dan (Allah) memberi petunjuk kepada (agama)-Nya, orang yang kembali


(kepada-Nya)”. (Asy-Syura: 13).
Maka, istilah as-salafu as-Shalih secara mutlak dilekatkan kepada
tiga kurun yang utama. Yaitu para sahabat, tabi`in, dan tabi`ut tabi`in.
Siapapun yang mengikuti mereka dari aspek pemahaman, i`tiqad, perkataan
maupun amal, maka dia berada di atas manhaj as-salaf. Adanya ancaman
yang diberikan Allah SWT terhadap orang-orang yang memilih jalan-jalan

31
selain jalan yang ditempuh as-salafu as-Shalih, menunjukkan wajibnya
setiap muslim berpegang dengan manhaj as-salaf. Allah SWT berfirman:

َ ‫يل ْٱلم ُْؤ ِمن‬


ۖ ‫ِين ُن َولِّهِۦ َما َت َولَّ ٰى َو ُنصْ لِهِۦ َج َه َّن َم‬ ٰ ‫َو َمن ُي َشاق ِِق ٱلرَّ سُو َل م ِۢن َبعْ ِد َما َت َبي ََّن لَ ُه ْٱله‬
ِ ‫ُدَى َو َي َّت ِبعْ َغي َْر َس ِب‬
‫ت مَصِ يرً ا‬ ْ ‫َو َسٓا َء‬

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya,


dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia
leluasa tehadapkesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia
ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”. (An-
Nisa`: 115).
Disebutkan ole Asy-Syaikh Ubaid bin Abdillah bin Sulaiman Al-Jabiri
hafizahullah, bahwa tidaklah orang yang berpemahaman kalaf (lawan dari
salaf), termasuk orang-orang yang tergabung dalam jamaah-jamaahdakwah
sekarang ini, kecuali dia akan membenci (dakwah) as-salafiyah. Karena, as-
salafiyah tidak semata pada al yang terkait penisbahan (pengakuan). Tetapi
as-salafiyah memurnikan keihlasan karena Allah SWT dan memurnikan
mutaba`ah (ikutan) tehadap Nabi SAW. Manusia itu terbagi dalam dua
kelompok (salah satunya) yaitu hizbu Ar-Rahman, mereka adalah orang-
orang Islam yang keimanan mereka terpelihara, tidak menjadikan mereka
keluar secara sempurna dari agama. Jadi, hizbu Ar-Rahman adalah orang-
orang yang tidak sesat dan menyesatkan serta tidak mengabaikan al-huda
(petunjuk) dan al-haq (kebenaran) di setiap tempat dan zaman. (Usul wa
Qawa`id fi al-Manhaj As-Salafi, al. 12-13)
Rasulullah SAW berdasar Hadits dari Al-Mughirah bin Syu`ba ra, berkata:

ِ ‫اَال َي َزا ُل َطا ِئ َف ٌة مِنْ أُ َّمتِـي َظاه ِِري َْن َح َّتى َيأْ ِت َي ُه ْم أَ ْم ُر‬
‫هللا َو ُه ْم َظا ِهرُون‬

“Akan selalu ada kelompok orang dari umatku yang unggul/menang hingga
tiba pada mereka keputusan Allah, sedang mereka adalah orang-orang yang
unggul/menang”. (Sai Al-Bukari, no. 7311).
Menurut Asy-Syaikh Muhammad bin Sali Al-Utsaimin rahimahullah,
bahwa yang dimaksud Hadits tersebut adalah adanya sekelompok orang
yang berpegang teguh dengan apa yang Nabi SAW dan para sahabat
berada di atasnya. Mereka adalah orang-orang yang unggul/menang, tak

32
akan termudaratkan oleh orang-orang yang menelantarkannya dan orang-
orang yang menyelisihinya. (Syarfu As-Sai Al-Bukari, 10/40).
Bila menatap langit zaman, di setiap kurun, waktu, senantiasa
didapati para pembela al-aq. Mereka adalah bintang gemilang yang memberi
petunjuk arah dalam kehidupan umat. Mereka memancarkan berkas cahaya
yang memandu umat ditengah gelap gulita. Kala muncul bid`a Khawarij dan
Syi`ah, Allah SWT merobohkan makar mereka dengan memunculkan Ali bin
Abi Thalib ra dan Abdullah bin Abbas ra. Begitupun saat Al-Qadariyahhadir,
maka Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, dan Jabir bin `Abdillah
radiallahu `anhum dari kalangan sahabat yang utama melawan pemahaman
sesat tersebut. Wasil bin `Ata` dengan paham Mu`tazilanya dipatahkan Al-
Hasan Al-Basri, Ibnu Sirin, dan lain-lainnya dari kalangan utama tabi`in.
Merebak Syi`ah Rafida, maka Al-Imam Asy-Sya`bi, Al-Imam Syafi`I, dan
para imam Ahlus Sunnah lainnya menghadapi dan menangkal kesesatan
Syi`ah Rafida. Jam bin Shafwan yang mengusung Jamiya juga diruntuhkan
Al-Imam Malik, Abdullah bin Mubarak, dan lainnya. Demikian pula tatkala
menyebar pemahaman dan keyakinan bahwa Al-Qur`an adalah makhluk
bukan Kalamullah. Maka, Al-Imam Ahmad bin Hanbal tampil memerangi
pemahaman dan keyakinan sesat tersebut.
Allah SWT senantiasa memunculkan para pembela risalah-Nya. Mereka
terus berupaya menjaga as-sunnah, agar tidak redup dihempas para ahli
bid`ah. Bermunculan para Imam, seperti Al-Imam Al-Barbahari, Al-Imam
Ibnu Khuzaima, Al-Imam Ibnu Bat, Al-Imam Al-Lalika`I, Al-Imam Ibnu Manda,
dan lainnya dari kalangan imam Ahlus Sunnah. Lantas pada kurun
berikutnya, ketika muncul bid`ahSufiyah, ahlu kalam dan filsafat, hadir
ditengah umat para imam, seperti Al-Imam Asy-Syatibi, Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah beserta murid-muridnya, yaitu Ibnul Qayyim, Ibnu Abdilhadi, Ibnu
Katsir, Adz-Dzahabi, dan lainnya rahimahumullah.
Sosok Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sendiri bagi sebagian umat
Islam bukan lagi sosok yang asing. Kiprah dakwahnya begitu agung.
Pengaruhnya sangat luas. Kokoh dalam memegang sunnah. Sebab,
menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, sesungguhya tidak ada kebahagiaan
bagi para hamba, tidak ada pula keselamatan di hari kembali nanti (hari
kiamat) kecuali dengan ittiba` (mengikuti) Rasulullah SAW.

33
َ ‫ت َتجْ ِري مِنْ َتحْ ِت َها اأْل َ ْن َها ُر َخالِد‬
.‫ِين فِي َها َو َذل َِك ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ي ُم‬ ٍ ‫هللا َو َمنْ يُطِ ِع هَّللا َ َو َرسُولَ ُه ي ُْدخ ِْل ُه َج َّنا‬ َ ‫ت ِْل‬
ِ ‫ك ُحدُو ُد‬
ٌ‫هللا َو َرسُولَ ُه َو َي َت َع َّد ُحدُودَ هُ ي ُْدخ ِْل ُه َنارً ا َخالِ ًدا فِي َها َولَ ُه َع َذابٌ م ُِهين‬
َ ‫ص‬ ِ ْ‫َو َمنْ َيع‬

“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah.


Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah
memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai,
sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Dan
barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar
ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api
neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan”.
(QS. An-Nisa`: 13-14).
Maka, ketaatan terhadap Allah SWT merupakan poros kebahagiaan yang
seseorang berupaya mengitarinya, juga merupakan tempat kembali yang
selamat yang seseorang tak akan merasa bingung darinya.
SungguhAllah SWT telah menciptakan makhluk dalam rangka untuk
beribadah kepada-Nya, sebgaimana firman-Nya:

َ ‫ت ۡال ِجنَّ َوااۡل ِ ۡن‬


‫س ِااَّل لِ َي ۡع ُبد ُۡو ِن‬ ُ ‫َو َما َخلَ ۡق‬

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku”. (Adz-Dzariyat: 56).
Sesungguhya peribadahan mereka dengan menaati-Nya dan taat terhadap
Rasul-Nya. Tidak ada ibadah kecuali atas sesuatu yang telah Dia (Allah
SWT) wajibkan dan sunnahkan dalam agama Allah SWT. Selain dari itu,
maka yang ada hanyala kesesatan dari jalan-Nya. Untuk hal ini Rasulullah
SAW bersabda:

‫ْس َعلَ ْي ِه أَ ْمرُنا َ َفه َُو َر ٌّد‬


َ ‫َمنْ َع ِم َل َع َمالً لَي‬

“Barangsiapa melakukan satu amal yang tidak ada dasar perintah kami,
maka tertolak”. (Shahih Al-Bukari no. 2697 dan Shahih Muslim, 1718).
Rasulullah SAW bersabda pula dalam Hadits Al-Irbad bin Sariya ra
diriwayatkan Ahlu Sunan dan di At-Tirmidzi ra:

34
‫ِّين مِنْ َبعْ دِي‬ َ ‫ِين ْالـ َم ْه ِدي‬
َ ‫اخ ِتاَل ًفا َكثِيرً ا َف َعلَ ْي ُك ْم ِب ُس َّنتِـي َو ُس َّن ِة ْالـ ُخ َل َفا ِء الرَّ اشِ د‬
ْ ‫ِش ِم ْن ُك ْم َبعْ دِي َف َس َي َرى‬
ْ ‫إِ َّن ُه َمنْ َيع‬
‫ضاَل لَ ٌة‬ ُ ِ ‫ َوإيَّا ُك ْم َومُحْ َد َثا‬،ِ‫َت َم َّس ُكوا ب َها َو َعضُّوا َعلَي َها بال َّن َواجذ‬
ِ ‫ت اأْل م‬
َ ‫ُور َفإِنَّ ُك َّل ِب ْد َع ٍة‬ ِ ِ ِ ِ

“Sesungguhya kalian akan hidup setelahku, kalian akan mendapati banyak


perselisihan. Maka pegang teguh sunnahku khulafamar-rasyidin yang
mendapat petunjuk setelah ku. Pegang teguh sunnah dan gigit gerahammu.
Dan hati-hatilah dari perkara yang diada-adakan , karena setiap bid`ah itu
sesat”. (HR. At-Tirmidzi no. 2676).
Itulah manhaj (cara pandang) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
dalam menetapi Islam. Cara pandang inilah yang telahhilang dari sebagian
kaum muslimin sehingga terjatuh pada perkara-perkara yang diada-adakan,
yang perkara tersebut tidak dicontohkan Rasulullah SAW. Perkara tersebut
mereka ada-adakan dengan mengatasnamakan Islam. Padahal Islam sendiri
tak mengajarkan semacam itu. Mereka terbelenggu bid`ah nan
menyesatkan.
Kekokohan memegang teguh prinsip beragama oleh Syaikul Islam
Ibnu Taimiya raima digambarkan ole Al-Hafiz Al-Mizzi rahimahullah. Kata Al-
Hafiz Al-Mizzi rahimahullah, “Aku tak pernah melihat orang yang seperti
beliau. Tidak pula dia melihat orang yang seperti dirinya. Aku melihat, tidak
ada seorangpun yang lebih mengetahui dan sangat kuat mengikuti Al-Kitab
dan sunnah Rasul-Nya dibanding beliau. Pantaslah bila sosok Syaikhu Islam
senantiasa membuat susah para ahlu bid`ah. Disebutkan Al-Hafiz Ibnu
Abdilhadi rahimahullah, bahwa beliau rahimahullah adalah pedang terhunus
bagi orang-orang yang menyelisihi (Al-Kitab dan As-Sunnah). Menyusahkan
orang-orang yang mengikuti hawa nafsu, yang suka mengada-adakan ajaran
(baru) dalam agama. (Al-Ushul).
Kecemburuan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyahrahimahullah terhadap
harkat martabat Rasulullah SAW begitu besar. Itu bisa tergambar melalui
tulisan beliau rahimahullah yang berjudul As-Sarimu Al-Maslul `ala Syatimi
Ar-Rasul (Pedang Terhunus terhadap Orang yang Mencaci Rasul SAW).
Tulisan ini merupakan sikap ilmiah Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyahrahimahullah dalam menyikapi orang yang mencaci-maki
Rasulullah SAW. Mencaci Rsulullah SAW sendiri bukan perkara ringan. Ini
menyangkut nyawa manusia. Sikap tegas, ilmiah, dan selaras akal sehat ini

35
merupakan bentuk penjagaan beliau rahimahullah teradap Rasulullah SAW
dan risalah yang dibawanya.
Bakan tatkala beliau dipenjara pun, senantiasa menyebarkan
kebaikan kepada sesama penghuni penjara. Beliau rahimahullah memberi
bimbingan, melakukan amar ma`ruf, dan mencegah kemungkaran.
Dikisahkan Al-HAfiz Ibnu AbdilHadi radhiyallahu anhu, tatkala beliau masuk
tahanan, didapati para penghuni tahanan sibuk dengan beragam permainan
yang sia-sia. Di antara mereka sibuk dengan main catur, dadu dan lainnya.
Mereka sibuk dengan permainan tersebut hingga melalaikan shalat. Lantas
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyahrahimahullahmemencegahal itu secara tegas.
Beliau memerintahkan mereka untuk menetapi shalat. Mengarahkan kepada
Alla SWT dalam setiap amal Sali. Bertasbi, beristigfar, dan berdoa.
Mengajari mereka tentang sunnah Rasullulah SAW, sesuai yang mereka
butukan. Beliau raima mendorong mereka untuk suka melakukan amal-amal
kebaikan. Seingga jadila tempat taanan tersebut senantiasa dipenui
kesibukan dengan ilmu dan agama. Bilamana tiba waktu pembebasan, para
narapidana tersebut lebihmememilih hidup bersama beliau. Banyak dari
mereka yang lantas kembali ke tahanan. Akibatnya, ruang tahanan itu
penuh. (Al-Ushul).
Demikianlah kehidupan seorang alim. Keberadaannya senantiasa memberi
manfaat kepada umat. Dia menebar ilmu, menebar cahaya ditengah
keterpurukan manusia. Dia laksana rembulan purnama ditengah bertaburnya
bintang gemilang. Rasulullah SAW memberi perumpamaan keutamaan
antara seorang alim dengan seorang abid (ahli ibadah). Dari Abud Darda` ra,
Rasulullah SAW bersabda:

‫ إِنَّ اأْل َ ْن ِب َيا َء لَـ ْم ي َُورِّ ُثوا‬،‫ إِنَّ ْال ُعلَ َما َء َو َر َث ُة اأْل َ ْن ِب َيا َء‬،ِ‫َو َفضْ ُل ْال َعال ِِم َعلَى ْال َع ِاب ِد َك َفضْ ِل ْال َق َم ِر َعلَى َسائ ِِر ْال َك َوا ِكب‬
‫ إِ َّن َما َورَّ ُثوا ْالع ِْل َم َف َمنْ أَ َخ َذهُ أَ َخ َذ ِب َح ٍّظ َواف ٍِر‬،‫ِد ْي َنارً ا َوالَ دِرْ َهمًا‬

“Dan keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah, bagai


rembulan atas seluruh bintang. Sesungguhya ulama itu pewaris para Nabi.
Sesungguhya para Nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, (tetapi)
mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mampu mengambilnya, berarti dia
telah mengambil keberuntungan yang banyak”. (Sunan At-Tirmidzi, no. 2682,

36
Sunan Abi Daud no. 3641, Asy-Syaikh Muhammad NashiruddinAl-Albani
rahimahullahu menshahihkan Hadits ini).
Begitulah seorang alim. Dia laksana rembulan dilangit zaman. Wallahu
‘alam.
b. Keutamaan Tiga Generasi Tersebut

ُ ‫ط ْو َبى لِ َمنْ َرأَى َمنْ َرآنِي َولِ َمنْ َرأَى َمنْ َرأَى َمنْ َرآنِي َوأَ َم َن ِبي‬
‫ط ْو َبى لَ ُه ْم‬ ُ ‫ط ْو َبى لِ َمنْ َرآنِي َوآ َم َن ِبي َو‬
ُ
ٍ ‫َوحُسْ َن َمآ‬
‫ب‬

“Beruntunglah bagi orang melihatku dan beriman kepadaku, dan


beruntunglah bagi orang yang melihat orang yang melihatku dan orang yang
melihat orang yang melihat orang yang melihatku dan beriman kepadaku.
Beruntung bagi mereka dan tempat kembali yang baik (HR. atThobarony
dishahihkan Syaikh al-Albany dalam Shahihul Jami`).

, ‫ َما َدا َم فِي ُك ْم َمنْ َرأَى َمنْ َرآنِي‬, ‫ون ِب َخي ٍْر‬
َ ُ‫هللا الَ َت َزال‬
ِ ‫ َو‬, ‫اح َبنِي‬
َ ‫ص‬ َ ُ‫الَ َت َزال‬
َ ‫ون ِب َخي ٍْر َما دَ ا َم فِي ُك ْم َمنْ َرآنِي َو‬
ْ‫ب َمن‬
َ ‫اح‬
َ ‫ص‬َ ‫ َو‬, ‫ َما دَ ا َم فِي ُك ْم َمنْ َرأَى َمنْ َرأَى َمنْ َرآنِي‬, ‫ون ِب َخي ٍْر‬ َ ُ‫هللا الَ َت َزال‬
ِ ‫ َو‬, ‫اح َبنِي‬ َ ‫ص‬ َ ْ‫ب َمن‬ َ ‫اح‬
َ ‫ص‬ َ ‫َو‬
‫اح َبنِي‬
َ ‫ص‬َ ْ‫ب َمن‬
َ ‫اح‬
َ ‫ص‬َ

“Kalian senantiasa dalam kebaikan selama diantara kalian ada orang yang
melihatku dan menjadi sahabatku. Demi Allah kalian senantiasa dalam
kebaikan selama di antara kalian ada orang yang melihat orang yang
melihatku dan menjadi Sahabat dari Sahabatku. Demi Allah, kalian
senantiasa dalam kebaikan selama di antara kalian ada orang yang melihat
orang yang melihat orang yang melihatku dan menjadi Sahabat dari
Sahabatku ( HR. Ibnu Abi Syaibah dan al-Hafidz Ibnu Hajar menyatakan
sanadnya hasan dalam Fathul Bari).

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َف ُي َقا ُل َن َع ْم َف ُي ْف َت ُح َعلَ ْي ِه ُث َّم َيأْتِي‬


َ َّ‫ِب ال َّن ِبي‬
َ ‫صح‬ َ ْ‫اس َف ُي َقا ُل فِي ُك ْم َمن‬
ِ ‫َيأتِي َز َمانٌ َي ْغ ُزو فِ َئا ٌم م َِن ال َّن‬
ْ

ْ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َف ُي َقا ُل َن َع ْم َف ُي ْف َت ُح ُث َّم َيأْتِي َز َمانٌ َف ُي َقا ُل فِي ُك ْم َمن‬ ‰َ ‫ِب أَصْ َح‬
َ ِّ‫اب ال َّن ِبي‬ َ ‫صح‬ َ ْ‫َز َمانٌ َف ُي َقا ُل فِي ُك ْم َمن‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َف ُي َقا ُل َن َع ْم َف ُي ْف َت ُح‬َ ِّ‫ب ال َّن ِبي‬ ِ ‫ِب أَصْ َحا‬ َ ‫صاح‬ َ ‫ِب‬ َ ‫صح‬ َ

“Akan datang suatu zaman ketika sekelompok manusia berperang.


Dikatakan kepada mereka: Apakah ada di antara kalian yang merupakan

37
Sahabat Nabi SAW? Dikatakan: Ya. Maka diberikan kemenangan kepada
mereka. Kemudian datang suatu zaman, yang ditanyakan: Apakah ada yang
menjadi Sahabat bagi para Sahabat Nabi SAW? Dikatakan: Ya. Maka
diberikan kemenangan untuk mereka. Kemudian datang suatu zaman,
dikatakan: Apakah ada diantara kalian orang menjadi Sahabat dari Sahabat
bagi para Sahabat Nabi. Dikatakan: Ya. Maka diberikan kemenangan
kepada mereka”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Said al-khudry).

BAB IV

Pengertian dan Jejak Salafussoleh (Referensi Al-Hadits)

A. Pengertian Salafussoleh
1) Etimologi (secara bahasa):
Ibnul Faris berkata, “huruf sin, lam, dan fa` adalah pokok yang
menunjukkan ‘makna terdahulu’. Termasuk salaf dalam hal ini adalah ‘orang-
orang yang telah lampau’, dan arti dari ‘al-qoumuas-salaafu’ artinya mereka
yang tela terdahulu”. (Mu`jam Maqayisil Lugah: 3/95).
2) Terminologi (secara istilah)
Ada beberapa pendapat dari para ulama dalam mengartikan istilah
“Salaf” dan teradap siapa kata itu sesuai untuk diberikan. Pendapat tersebut
terbagi menjadi 4 perkataan:
a) Di antara para ulama ada yang membatasi makna Salaf yaitu hanya para
Sahabat Nabi saja.
b) Di antara mereka ada juga yang berpendapat bahwa Salaf adalahpara
Sahabat Nabi dan Tabi`in( orang yang berguru kepada Sahabat).

38
c) Dan di antara mereka ada juga yang berkata bahwa Salaf adalah mereka
adalahpara Sahabat Nabi, Tabi`in, dan Tabi`ut Tabi`in. (Luzumul Jama`ah al:
276-277). Dan pendapat yang benar dan masyhur, yang mana sebagian
besar ulama ahlussunnah berpendapat adalah pendapat ketiga ini.
d) Yang dimaksud Salaf dari sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun
waktu/periode yang telah diberi persaksian Rasulullah SAW dalam Hadits
beliau SAW. Mereka itulah yang berada di tiga kurun/periode, yaitu para
Sahabat, Tabi`in dan Tabi`ut Tabi`in.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu para masa sahabat),
kemudian yang sesudahnya (masa Tabi`in), kemudian yang sesudahnya
(masa Tabi`ut Tabi`in)”. [3]
Menurut al-Qalsyani:”SalafushSalih adalah generasi pertama dari
ummat ini yang pemahaman ilmunya sangat dalam, yang mengikuti petunjuk
Nabi SAW dan menjaga Sunnahnya. Allahmemilih mereka untuk menemani
Nabi-Nya SAW dan menegakkan agama-Nya…”[4]
Syaikh Mahmud Ahmad Kafaji berkata di dalam kitabnya, al-`Aqiidatul
Islamiyyah bainas Salafiyyah wal Mu`tazila:” Penetapan istilah Salaf tidak
cukup dengan hanya dibatasi waktu saja, bahkan harus sesuai dengan Al-
Qur`an dan As-Sunnah menurut pemahaman SalafushSalih (tentang
`aqidah, manhaj, akhlaq dan suluk-pent. Barangsiapa yang
pendapatnyasesuai dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah mengenai `aqidah,
hukum dan suluknya menurut pemahaman Salaf, maka ia disebut Salafi
meskipun tempatnya jauh dan berbeda masanya. Sebaliknya, barangsiapa
pendapatnya menyalahi Al-Qur`an dan As-Sunnah, maka ia bukan seorang
Salafi meskipun ia hidup pada zaman Sahabat, Tabi`in dan Tabi`ut Tabi`in.
Penisbatan kata Salaf atau as-Salafiyyuun bukanlah termasuk
perkara bid`ah akan tetapi penisbatan ini adalah penisbatan yang syar`i
karena menisbatkan diri kepada generasi pertama dari ummat ini, yaitu para
Sahabat, Tabi`in dan Tabi`ut Tabi`in.
Ahlus Sunnah wal Jama`ah dikatakan juga as-Salafiyyuun karena
mereka mengikuti manhaj Salafush Shalih dari Sahabat dan Tabi`ut Tabi`in.
kemudian setiap orang yang mengikuti jejak mereka serta berjalan
berdasarkan manhaj mereka di sepanjang masa, mereka ini disebut Salafi,
karena dinisbatkan kepada Salaf. Salaf bukan kelompok atau golongan

39
seperti yang difahami oleh sebagian orang, tetapi merupakan manhaj
(sistem hidup dalam ber-`aqidah, beribadah, berhukum, berakhlak, dan yang
lainnya) yang wajib diikuti oleh setiap Muslim. Jadi, pengertian Salaf
dinisbatkan kepada orang yang menjaga keselamatan `aqidah dan manhaj
menurut apa yang dilaksanakan Rasulullah SAW dan para Sahabat
Radiyallahu anhum sebelum terjadinya perselisihan dan perpecahan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah(wafat th. 728 ) berkata;”Bukanlah
merupakan aib bagi orang yang menampakkan manhaj Salaf dan
menisbatkan dirinya kepada Salaf, bahkan wajib menerima yang demikian
itu karena manhaj Salaf tidak lain kecuali kebenaran”.
Generasi SalafushShalih merupakan generasi yang terbaik umat
Islam. Sebab itulah kita dianjurkan untuk mengikuti mereka dalam
beragama. Salah satu jejak SalafushShalih yang menggetarkan hati adalah
mereka yang selalu menomersatukan ketakwaan, menjauhihal syubhat dan
syahwat, serta mereka sering menangisi diri sendiri yang belum tentu
mendapatkan rida Alla. Syek Jamaluddin Al-Qasimi menuliskan dalam
kitabnya Mauidzatul Mu`minin:
“Para Salafush Shalih selalu mementingkan ketakwaan, menghindari hal
syubhat dan syahwat, meski demikian tak jarang saat sendiri mereka
menangisi diri mereka yang belum tentu diridhai Allah”.

40
BAB V

Ajaran dan Tuntunan tentang Berbagi, Penegakan serta Keadilan Hukum


dalam Islam

A. Sedekah/Berbagi
Dalam Islam sedekah atau berbagi kepada sesamaadalahsalah satu
bukti bawa hambanya bertakwa kepada Allah SWT. karena Rasululla SAW
dalam adits HR. Tirmidzi dan Hadits Hasan Sai bersabda, “Bertakwalah
kepada Allah SWT dimana pun engkau berada, iringilah keburukan dengan
kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskan keburukan. Dan
pergauhilah manusia dengan akhlak yang mulia”.Hadits tersebut
mengandung tiga wasiat Nabi yang sangat penting, yakni wasiat tentang
hubungan secara vertical manusia kepada Allah (hablumminallah) dan
ubungan secara orizontal sesame manusia (hablumminannas).
Tidak menunda melakukan amalsolehadalah wasiat Nabi yang kedua.
Dosa kecil dapat terhapuskan dengan perbuatan baik, yakni sedekah. Ketika
kamu terjerumus dalam dosa dan maksiat wajib bagimu untuk segera
bertaubat. Dengan cara tidak melakukannya lagi dan salah satunya dengan
bersedekah kepada orang lain yang membutuhkan. Bukhari juga
menyebutkan Rasulullah SAW bersabda:”menyingkirkan batu, duri dan
tulang dari tengah jalan adalahsedekah bagimu”. Lalu, Rasulullah SAW
bersabda dalam HR. Ibnu Majah:”tidaklah ada satu pekerjaan yang paling
mulia dilakukan oleh seseorang daripada pekerjaan yang dilakukan dari
tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang menafkahkan hartanya tehadap
diri, keluarga, anak dan pembantunya melainkan akan menjadi sedekah”.
Balasan-balasan dari Alla jika melakukan amalan baik sedeka:
1. Mengahpus dosa-dosa

41
“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api”. (HR.
Tirmidzi, sai Al-Albani, 614).
2. Mendapatkan perlindungan dari Allah SWT dihari akhir.
Rasulullah menceritakan tentang 7 jenis manusia yang mendapat
perlindungan atau naungan dari Allah SWT pada hari akhir. Salah satu
manusia yang mendapatkannya adalah “seseorang yang bersedekah
dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai
tangan kirinya tidak mengetahui apa saja yang disedekahkan oleh tangan
kanannya”. (HR. Bukhari no. 1421).
3. Keberkahan hidup dan harta tidak berkurang
Dalam Syar Sai Muslim, An Nawawi menjelaskan dua hal, yakni hartanya
diberkahi dan dihindarkan dari bahaya. Maka pengurangan harta menjadi
impas tertutupi oleh berkah yang abstrak. Ini bisa dirasakan oleh indera dan
kebiasaaan.
4. Dilipatgandakan pahalanya
Secara dzatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan tersebut
impas tertupi pahala yang didapat dan pahala ini akan dilipat-gandakan.
Allah berfirman: “sesungguhya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki
maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik
niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka, dan bagi
mereka pahala yang banyak”. (QS. Al-Hadid: 18).
5. Dimasukkan ke dalam surga khusus untuk hamba yang bersedekah.
Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia
akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka
akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar
bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah. (HR. Bukhari no. 3666).
6. Membebaskan dari siksa kubur dan api nerarka
Sesungguhyasedekah itu walaupun sedikit, memiliki andil untuk menjauhkan
dari api neraka. Semakin banyak sedekah, semakin jauh kita dari api neraka.
“Jauhilah api neraka, walau hanya dengan bersedekah sebiji kurma. Jika
kamu tidak punya, maka bisa dengan kalima tayyibah”. (HR. Bukhari 6539,
Muslim 1016). Rasulullah juga bersabda:”sedekah akan memadamkan api
siksaan di dalam kubur”. (HR. Tabrani, sai At Targhib, 873).
7. Hatiyang bahagia

42
Rasulullah SAW menjelaskan perumpamaan antara orang yang pelit dan
dermawan atau bersedekah. “Perumpamaan orang yang pelit dengan orang
yang bersedekah seperti dua orang yang memiliki baju besi, yang bila
dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang bersedekah,
dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya.
Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak
meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang yang pelit,
dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat
dikulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa”. (HR. Bukhari
n0. 1443).
8. Amalan yang tak terputus higga akhkir hayat.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW bersabda:”apabila


anak cucu Adam itu mati, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga
perkara, yaitu amal jariyah, anak yang soleh yang memohonkan ampunan
untuknya (ibu dan bapaknya) dan ilmu yang berguna setelahnya”.

9. Dapat memanjangkan umur


Nabi SAW bersabda: “Sesungguhya sedekahnya orang muslim itu dapat
menambah umurnya, dapat mencegah kematian yang buruk (su`ul
khotimah), Allah akan menghiangkan darinya sifat sombong, kekafiran dan
sifat bangga pada diri sendiri”. (r. Tabrani).
10. Menghindarkan dari segala marabahaya.
Sedekah itu merupakan penolak bala, penyubur pahala, menahan musibah,
dan kejahatan serta rezeki yang dilipat-gandakan olehAllah SWT. Rasulullah
SAW bersabda: “Bersegeralah untuk bersedekah. Karena musibah dan
bencana tidak bisa mendahului sedekah”. Dari Nabi SAW bersabda:
“Sedekah itu menutup tujuh puluh pintu kejahatan”.
Mengajarkan untuk menyisihkan sebagian harta yang dimiliki umatnya,
salah satunya melalui sedekah. Sedekah bertujuan untuk menyucikan harta,
membantu sesama serta bekal pahala di akhirat kelak. Sedekah dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara. Misalnya dengan memberi
pertolongan baik dengan harta maupun tenaga, melafalkan zikir, menafkahi
keluarga, menyingkirkan batu dari jalan dan masih banyak lagi. Bahkan,
menahan diri untuk tidak menyakiti orang lain juga termasuk sedekah. Hal ini
merpakan bukti bahwa umat islam diberi banyak sekali kesempatan untuk

43
menimbun pahala dari amalan sedekah. Tak hanya itu, melalui sedekah
manusia tak hanya mendapatkan pahala dari Allah, melainkan juga dapat
meningkatkan hubungan baik dengan sesama manusia.
Seperti yang tertulis dalam Hadits Riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW
bersabda:
“Bersedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah dan kepada kerabat
ada dua (kebaikan), yaitu sedekah dan silaturrahim”.
Dalam bersedekah, umat Islam dianjurkan untuk tidak menyakiti
perasaan orang yang diberi sedekah serta lebih baik menyembunyikan
amalan sedekahnya tersebut. Hal ini untuk menghindari sifat riya yang dapat
menghapus pahala sedekah. Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat
264: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekah dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si
penerima, seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada
manusia dan dia tidak beriman kepada Allah”.
Tak hanya itu umat Islam juga harus menyisihkan uangnya dari hasil yang
halal. Berdasarkan firman Allah dalam Surat Al-Baqarah Ayat 267:”Hai
orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untukmu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya”.
B. Penegakan serta Keadilan Hukum dalam Islam
1. Pengertian Keadilan
Pengertian keadilan dapat dilihat dari dua segi antara lain: Pertama,
keadilan hukum. Pengertian keadilan ini mengandung asas persamaan
hukum atau equality before the law. Setiap orang harus diperlakukan sama
terhadap hukum. Dengan perkataan lain hukum harus diterapkan terhadap
siapapun juga secara adil. Oleh karena itu keadilan hukum sangat erat
kaitannya dengan implementasi hukum. Keadilan hukum tidak akan tercapai,
apabila hukum tidak diterapkan secara adil. Untuk mencapai penerapan dan
pelaksanaan hukum secara adil diperlukan kesadaran hukum bagi para
penegak hukum.
Keadilan hukum ini bisa diumpamakan dengan suatu timbangan,
dimana jarum timbangan itu berada ditengah, sehingga posisi timbangan
yang disebelah kanan sama dengan posisi timbangan di sebelah kiri.

44
Mengenai konsep keadilan disebutkan dalam Al-Qur`an yang
berbunyi sebagai berikut:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, hendakla kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan
adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhyaAllah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
”Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biar pun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatnya. Jika ia kaya atau pun miskin,
maka Allahlebih tau kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhyaAllahadalahMaha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan”.
segi yang kedua, keadilan sosial. Tolong menolong sesama manusia
merupakan fitrah dan naluri setiap individu, oleh karena walaupun
bagaimana kuasa danhebatnya seseorang, ia tidak dapat membebaskan
dirinya dari ketergantungan orang lain. Dalam Islam, prinsip tolong menolong
ini disebut ta`awun, merupakan perwujudan tanggung jawab timbal balik
antara sesama muslim khususnya dan antara sesama manusia umumnya.
Dalam konteks Negara, keadilan disesuaikan dengan berbagai Undang-
Undang dan peraturan bakuyang bersifat tekstual-yuridis dan mesti
ditgakkan oleh para penegak hukum. Maka hukum digunakan sebagai
perangkat untuk menemukan dan menegakkan keadilan.keadilan menurut
ajaran Islam dijelaskan dalam surat An-Nisa ayat 58:

ُ ‫اس أَنْ َتحْ ُكمُوا ِب ْال َع ْد ِل ۚ إِنَّ هَّللا َ ِن ِعمَّا َيع‬


َّ‫ِظ ُك ْم ِب ِه ۗ إِن‬ ِ ‫إِنَّ هَّللا َ َيأْ ُم ُر ُك ْم أَنْ ُت َؤدُّوا اأْل َ َما َنا‬
ِ ‫ت إِلَ ٰى أَهْ لِ َها َوإِ َذا َح َك ْم ُت ْم َبي َْن ال َّن‬
‫ان َسمِيعًا بَصِ يرً ا‬ َ ‫هَّللا َ َك‬

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum
diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya

45
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhya
Allah adalahMaha Mendengar lagi Maha Melihat”.
Dalam buku Konsep dalam Al-Qur`an – Perspektif Quraish Shihab dan
Sayyid Qutub, dikatakan bahwa konsep keadilan itu adalah: (1) adil dalam
arti sama; (2) adil di dalam arti seimbang; (3) adil di dalam arti perhatian
terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu kepada setiap
pemiliknya; dan (4) adil di dalam arti `yang dinisbahkan kepada Allah`.
2. Penegakan hukum
Keadilan menuntut kejujuran dan objektivitas, artinya tidak berpihak
kecuali kepada kebenaran dan rasa keadilan itu sendiri. Berkaitan dengan
penegakan hukum, Rasulullah SAW berpesan secara khusus kepada
penegak hukum agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan benar.
Pertama, memutuskan perkara secara adil. Sabda Rasulullah SAW:
“Barangsiapa yang menjadi hakim lalu menghakimi dengan adil, niscaya ia
akan dijauhkan dari keburukan”. (HR. Tirmidzi).
Kedua, tipologi hakim. Rasulullah SAW bersabda: “Hakim itu ada tiga, dua di
neraka dan satu di surga. Seseorang yang menghukumi secara tidak benar,
padahal ia mengetahui mana yang benar maka ia masuk neraka. Seorang
hakim yang bodoh lalu menghancurkan hak-hak manusia maka ia masuk
neraka. Dan, seorang hakim yang menghukumi dengan benar maka ia
masuk surga”. (HR. Tirmidzi).
Ketiga, tidak meminta jabatan hakim. Rasulullah SAW bersabda: “Barang
siapa mengharap menjadi seorang hakim maka (tugas dan tanggung jawab)
akan dibebankan kepada dirinya. Dan barang siapa tidak menginginkannya
maka Allah akan menurunkan malaikat untuk menolong dan
membimbingnya dalam kebenaran”. (HR. Tirmidzi).
Keempat, jangan silau menjadi hakim. Rasulullah SAW bersabda: “Barang
siapa yang diberi jabatan hakim atau diberi kewenangan untuk memutuskan
suatu hukum di antara manusia, sungguh ia telahdibunuh tanpa
menggunakan pisau”. (HR. Tirmidzi).
Rasulullah SAW telah mencontohkan bagaimana ketegasannya
menegakkan keadilan walaupun terhadap putrinya sendiri. Dalam sebuah
Hadits yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dan Muslim, suatu ketika orang-
orang Qurais sangat mengkhawatirkan seorang wanita dari Bani
Makzumiyyah yang tertangkap mencuri. Lalu orang-rang Qurais berembuk,

46
siapakah yang bisa melobi Rasulullah SAW agar kepada wanita tersebut
diberikan pengampunan. Lalu diberikan kepercayaanlah Usamah bin Zaid
yang dianggap dekat dengan Rasulullah SAW dan menyampaikan hal itu
kepada beliau. Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Apakah kamu mau
memintakan syafaat dalam hukum di antara hukum-hukum Allah?”
Kemudian Rasulullah berdiri berkhotbah dan bersabda: “Sesungguhya yang
merusak/membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah bahwa mereka
dahulu apabila orang mulia di antara mereka yang mencuri, mereka
membiarkannya, tetapi kalau orang lemah di antara mereka yang mencuri,
mereka menegakkan hukum atas orang tersebut. Demi Allah, seandainya
Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku akan memotong tangannya”.
Keadilan Rasulullah SAW dalam memimpin telah dicatat sebagai
untaian butiran mutiara sejarah. Rasulullah SAW tidak pandang bulu dalam
menerapkan hukum dan menegakkan keadilan. Beberapa keadilan yang
tercermin semasa hidup beliau diantaranya ialah ketika ada seorang wanita
kaya raya serta keturunan bangsawan mencuri. Lalu dengan tegas
diputuskan, wanita itu dihukum untuk potong tangan. Bahkan ketika keluarga
kerabat wanita itu meminta tolong kepada Usamah bin Zaid, seorang di
antara sahabat yang paling dicintai Rasulullah SAW untuk mohon
keringanan hukuman, beliau pun marah.
Keadilan Rasulullah SAW juga disertai sikap belas kasihan pada satu
kondisi dan menerapkan ketegasan di waktu lain. Dalam Perang Badar,
Rasulullah SAW pernah mengampuni seorang kafir Quraisy bernama Abu
Azza Jamahi yang tertawan dan berjanji tidakakan bergabung kembali
dengan pasukan kaum musyrikin menentang Islam. Namun dalam perang
Uhud ia ikut barisan kaum musyrikin dan kembali tertawan. Akhirnya beliau
SAW pun menjatuhkan menghukumi mati untuk Jamahi.
Contoh terakhir pada saat Nabi Muhammad SAW merasa ajalnya sudah
dekat, dikumpulkannya para sahabat dan beliau meminta dihukum qishos
(hukuman balasan). Mungkin ada yang pernah aku singgung perasaannya,
atau hal lainnya yang membuat para sahabatnya tak Terima. Para sahabat
hening, karena merasa tidak mungkin hal itu akan terjadi. Tapi tiba-tiba
seorang sahabat mengangkat tangan dan melaporkan satu peristiwa yang
pernah menimpa dirinya yaitu ia terkena tongkat komando Rasulullah SAW
pada saat Perang Badar. Langsung Nabi Muhammad SAW menyuruh Ali bin

47
Abi Thalib mengambil tongkat komandonya yang disimpan di rumah Fatimah
dan Rasulullah SAW menyerahkan kepada sahabatnya untuk melaksanakan
qishos. Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar dan Umar bin Khattab maju dan
menawarkan diri untuk menggantikan Rasulullah SAW. Tetapi Rasulullah
SAW memerintahkan Ali, Abu Bakar, dan Umar agar mundur. Sahabat yang
merasa tersakiti oleh tongkat komando Rasulullah SAW itu meminta Rasul
untuk membuka bajunya karena pada saat itu ia terkena tongkattersebut ia
tidak mengenakan baju. Dilakukanlah oleh Rasulullah SAW demi keadilan.
Tiba-tiba sahabat ini menjatuhkan tongkatnya langsung merangkul dan
mencium Rasulullah SAW dan berkata: “YaRasulullah!
Sayatidakbermaksudmelaksanakanqishos, sayahanyainginmelihat kulit
Rasulullah SAW menyentuh dan menciumnya”.Sahabat-sahabat yang lain
tersentak, gembira. Rasulullah SAW langsung berkata: “Siapa yang ingin
melihat ahli surga, lihatlah orang ini”.
Dari beberapa kisah di atas sudah sangat jelas menunjukkan betapa
Rasulullah SAW sangat menjunjung nilai keadilan. Meskipun memimpin
Negara hanya 10 tahun, namun Rasulullah SAW berhasil meletakkan dasar-
dasar keimanan, keadilan dan kekayaan Islam untuk diteruskan kepada para
Khalifah penggantinya. Bahkan prestasinya yang tidak pernah bisa ditandingi
peradaban lainnya sampai sekarang, beliau telah berhasil menciptakan
generasi terbaik yaitu generasi para sahabat yang mulia. Prestasi kaum
muslimin lainnya telah di ungguli orang peradaban modern saat ini,
sedangkan kecemerlangan Nabi membentuk generasi sahabat yang
bertaqwa memiliki akhlak mulia, tidak mungkin diulangi kembali oleh
siapapun.

48
DAFTAR PUSTAKA

http://www.fib.unair.ac.id/jdownloads/Materi%20Kuliah/MKWU/Materi
%20Agama%20Islam/kuliah_i_konsep_ketuhanan_dalam_islam_ok.ppt.
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/diskursus_islam/article/view/197.
https://www.slideshare.net/mobile/Hamida97ID/01konsep-ketuhanan-dalam-
islam.J Fakhry - Ta’dib: Journal of Islamic Education (Jurnal …, 2010 –.
Jurnal.radenfatah.ac.id
.https://free.facebook.com/Koleksi.Hadis.Shahih/posts/1298298420196653?
_rdc=1&_rdr.https://www.sekolahkebuntumbuh.sch.id/2016/04/26/tiga-
generasi-terbaik-umat
manusia/.https://umma.id/article/share/id/1002/272772.
https://bincangsyariah.com/khazanah/salafus-shalih-yang-menggetarkan-
hati/.https://muslim.or.id/18935-siapakah-salafus-
shalih.html.https://bincangsyariah.com/khazanah/salafus-shalih-yang-
menggetarkan-hati/.
https://www.tokopedia.com/blog/social-manfaat-dan-keutamaan-sedekah/.
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/oh6pth313.
https://umroh.com/blog/kisah-rasulullah-menegakkan-keadilan/.

Kertas A4
Margin: 3x3x3x3 cm
Spasi 1,5
Font: Arial 11
Jumlah halaman: Minimal 15
Jumlah Referensi Buku/Kitab/Web, situs, blog, dll: Minimal 10
Nomor Halaman Ketik di Sebelah pojok bawah sebelah kanan.

49
PERHATIAN:

Saat upload di scribd muncul form:

a. Form untuk diisi judul, maka ketik judul: Tauhid, Al-Qur'an&Hadits, Generasi
Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadilan dan Penegakan Hukum dalam
Islam, Dosen: Dr.Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos.
b. Form untuk diisi Diskripsi Dokumen/Informasi Dokumen maka ketik: Islam, Dr.
Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos, Universitas Mataram, Nama Fakultas, Nama
Prodi, Nama Kalian Sendiri.

50
51

Anda mungkin juga menyukai