Anda di halaman 1dari 16

ARTIKEL TEMA KEISLAMAN:

1. TAUHID:KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM


ISLAM
2. SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS
3. 3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFERENSI AL-HADITS)
5. AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, KEADILAN SERTA
PENEGAKAN HUKUM DALAM ISLAM

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : M. FAJAR WIRAYUDHA


NIM : F1B020070
Fakultas&Prodi:TEKNIK & TEKNIK ELEKTRO
Semester :I

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas izin dan karunianya,
saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Sebagai dosen pengampuh mata kuliah pendidikan agama islam

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin

M. FAJAR WIRAYUDHA, Bima 13 Oktober 2020

NAMA: M. FAJAR WIRAYUDHA

NIM: F1B020070

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
I. Tauhid :Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam 1
II. Sains dan Teknologi dan Al-Qur’an dan Al-Hadits 4
III. 3 Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits 6
IV. Pengertian dan Jejak Salaffussoleh (Referensi Al-Hadits) 7
V. Ajaran dan Tuntunan Tentang Berbagi, Keadilan serta Penegakan Hukum
dalam Islam 9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
I. Tauhid: Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam

Jauh sebelum Islam datang ditemukan bahwa hampir semua umat


manusia mempercayai adanya Tuhan yang mengatur alam raya ini. Meskipun
diakui bahwa mereka mempercayai adanya banyak Tuhan. Keyakinan ini juga
merambah masuk ke masyarakat Arab, walaupun jika mereka ditanya siapa
Penguasa dan Pencipta langit dan bumi mereka menjawab “Allah”, tetapi pada
saat yang sama mereka menyembah berhala. Oleh karena itu, mereka tidak
dapat disebut kaum beriman, tetapi kaum yang mempersekutukan Tuhan.

Padahal mereka sadar betul bahwa sekutu itu bukan Tuhan. Lebih
dari itu, pengertian orang-orang Arab pra-Islam tentang Allah-pun penuh
dengan mitologi.

Kemudian Islam datang untuk meluruskan keyakinan itu dengan membawa


ajaran tauhid,3 menjadi penyibak ajaran yang total dan menyeluruh tentang
Tuhan yang dalam bahasa Arab disebut Allah swt. Islam mencoba
menampilkan dan menggambarkan kepada manusia tentang ajaran
keseluruhan Watak Tuhan yang memungkinkan bahasa manusia
memahaminya. Islam adalah agama penghambaan kepada Allah swt.,
Realitas Tertinggi, asal muasal seluruh realitas, dan kepada siapa semua
kembali, karena Allah swt. adalah asal, pencipta, pengatur, pemelihara dan
akhir alam semesta.

Sebuah pertanyaan pertama yang perlu diutarakan adalah:


mengapa manusia harus mempercayai adanya Tuhan? Mengapa mereka tidak
membiarkan alam beserta berbagai proses dan segala isinya berdiri sendiri tanpa perlu
meyakini adanya yang lebih tinggi dari pada alam, yang hanya merumitkan realitas
serta memberatkan akal pikiran dan jiwa manusia? Alquran mengatakan “keyakinan
kepada yang lebih tinggi daripada alam itu sebagai kesadaran terhadap yang gaib”
(QS. 2:3; 5:94). Bagi orang-orang yang suka merenunginya eksistensi Tuhan itu
dapat mereka pahami, sehingga eksistensi-Nya tidak lagi diyakini sebagai
sesuatu yang “irrasional” dan “tidak masuk akal”, tetapi berubah menjadi Kebenaran
Tertinggi.
1
Yang menjadi masalah di sini bukanlah bagaimana membuat manusia
beriman dengan mengemukakan bukti-bukti “theologis” yang pelik dan
panjang lebar mengenai eksistensi Tuhan, tetapi bagaimana membuatnya
beriman dengan mengalihkan perhatiannya kepada berbagai fakta yang jelas
dan mengubah fakta-fakta ini menjadi hal-hal yang mengingatkan manusia
kepada eksistensi Tuhan. Dengan kata lain bahwa semua ciptaan Tuhan
(alam dan seluruh isinya termasuk manusia) seharusnya membuat manusia
semakin mengenal Penciptanya dan berusaha semakin dekat dengan-Nya.
Sehingga kemanapun mereka memalingkan wajahnya, dia tetap berkata tiada
Tuhan selain Allah.

Meskipun secara eksistensial manusia sadar dan mengakui adanya Tuhan, namun
secara substansial manusia tidak mungkin mengetahui sosok Tuhan. Relevan dengan
ini, adalah kisah pencarian Tuhan yang dilakukan oleh Ibrahim, seperti yang terekam
dalam Al An‟am/6:75 -79:
“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami
yang terdapat) di langit dan di bumi, dan (Kami memperlihatkan) agar dia termasuk
orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap dia melihat sebuah bintang
(lalu) dia berkata:
„Inilah Tuhanku‟. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka
kepada yang tenggelam. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit, dia berkata: „Inilah
Tuhanku‟. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: Sesungguhnya jika Tuhanku
tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.
Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: „Inikah Tuhanku, ini yang lebih
besar‟, maka tetkala matahari itu tenggelam, dia berkata: Hai kaumku, sesungguhnya
aku berlepas dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan
diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada
agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan“.

Kisah di atas memberikan pelajaran, betapa sesungguhnya manusia


telah memiliki kesadaran terdalam terhadap eksistensi Tuhan. Tetapi, ketika
manusia mencoba untuk “memperjelas” siapa (substansi) Tuhan, seperti Ibrahim
yang mengira bintang, bulan, dan matahari sebagai Tuhan, maka pasti
akan menemui kegagalan. Oleh karena itu, penjelasan yang bisa diterima
adalah bahwa manusia tidak akan pernah tahu siapa Tuhan itu, jika hanya

2
berdasarkan logika dan perasaannya sendiri, sebagaimana logika dan perasaan
Ibrahim yang pernah menganggap matahari sebagai Tuhan karena matahari itu
besar dan mampu menerangi jagat bumi. Jika manusia tetap memaksa untuk
menemukan Tuhan dengan akalnya, maka pasti Tuhan yang ditemukannya itu
palsu. Dalam bahasa lain, barangsiapa merasa mengetahui Tuhan, maka
sesungguhnya justru pertanda bahwa ia tidak tahu apa-apa. Kata lbn Arabi
dalam sebuah syair: “Barangsiapa mengaku ia tahu Allah bergaul dengan dirinya,
dan ia tidak lari (dari pengakuan itu), maka itu tanda ia tidak tahu apa-apa. Tidak
ada yang tahu Allah kecuali Allah sendiri, maka waspadalah, sebab yang sadar di
antara kamu tentulah tidak seperti yang alpa

Lantas bagaimana manusia mengenal Tuhan? Jawabannya, adalah ketika


Tuhan sendiri yang memperkenalkan diriNya kepada manusia. Di sinilah kita akan
memahami fungsi malaikat, wahyu, dan rasul. Pertanyaan-pertanyaan seputar Tuhan:
siapa Dia; apa mauNya; bagaimana cipatanNya; apa yang diperbolehkannya; atau apa
yang dilarangnya; hanya dapat dicari jawabannya lewat informasi yang diberikan Tuhan
kepada manusia. Inilah yang dimaksud dengan (fungsi) wahyu; yang wahyu itu
disampaikan oleh Tuhan melalui malaikat (Jibril) kepada rasul untuk kemudian diteruskan
kepada segenap manusia. Tentang siapa Dia, misalnya, Tuhan telah memberikan
informasi dalam AI Qur‟an:
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah
Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (Thaha/20:24); “Katakanlah;
Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya
segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada suatupun yang
setara dengan Dia ” (AI Ikhlash/112:1-4). “Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia
Yang Hidup kekal lagi terus mengurus (makhlukNya); tidak mengantuk dan tidak
tidur. KepunyaanNya apa yang ada di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat
memberi syafaat di sisi Allah tanpa izinnya? Allah mengatahui apa-apa yang di
hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari
ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi.
Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha
Besar ” (AI Baqarah/2:255).

3
II. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist

Al-Qur’an bukan hanya kitab yang berisi tatacara ibadah. Di dalamnya terkandung
banyak ilmu dan hikmah yang sampai hari ini belum seluruhnya terungkap. Bagi siapa
pun yang tekun mempelajarinya, ia akan menemukan mukjizat-mukjizat yang
menakjubkan.

Sampai detik ini, Al-Qur’an terus menjadi perbincangan di kalangan ilmuwan. Selalu
ada pengetahuan baru yang dapat diambil darinya. Bahkan beberapa dari mereka
sampai memeluk Islam, karena takjub dengan mukjizatnya.

Seiring perkembangan waktu dan teknologi, kini semakin banyak fakta sains di
dalam Al-Qur’an yang telah terbukti. Hal tersebut menunjukkan Al-Qur’an bukan
karangan manusia, melainkan firman Allah yang kebenarannya tak perlu diragukan.
Beberapa contohnya adalah

1. Bertemunya dua lautan yang tidak bercampur

Pertemuan antara dua arus laut ini terjadi di Selat Gibraltar, tepatnya di antara
Spanyol dan Maroko. Menurut para ilmuwan, fenomena tersebut terjadi karena air
laut dari Samudera Atlantik dan dari Laut Mediterania memiliki karateristik yang
berbeda, dilihat dari suhu air, kadar garam, dan kerapatannya.

Mengenai fenomena bertemunya dua lautan ini, Al-Qur’an telah menjelaskannya


14 abad silam. Allah berfirman

Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara
keduanya ada batas yang tidak dilampui masing-masing.” (QS. Ar-Rahman: 19-20)

2. Garis edar tata surya

Menurut ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan 720.000 km/jam ke


arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang dinamakan Solar Apex. Ini berarti
matahari bergerak sejauh 17.280.000 kilometer dalam sehari.

Selain matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga
berjalan dalam jarak ini. Semua bintang yang ada di alam semesta pun sama,

4
Fenomena tatasurya dan garis edar ini sudah tertulis di dalam Al-Quran, antara lain di
dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 33.

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-
masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”

3. Teori Big Bang sebagai awal terbentuknya alam semesta

Big Bang diyakini sebagai peristiwa yang menyebabkan terbentuknya alam


semesta. Teori ini didasarkan pada kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan
perkembangan alam semesta.

Berdasarkan teori ini, dikatakan bahwa alam semesta awalnya dalam keadaan
sangat panas dan padat, lalu mengembang secara terus-menerus hingga hari ini.

Hal tersebut ternyata sudah disampaikan di dalam Al-Quran tepatnya Surah Al-
Anbiya ayat 30.

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya. Dan dari air
Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga
beriman?”

4. Api di dasar laut

Fenomena ini ditemukan oleh seorang ahli geologi asal Rusia, Anatol Sbagovich
dan Yuri Bagdanov, dan seorang ilmuwan asal Amerika Serikat.

Mereka meneliti kerak bumi dan patahannya di dasar laut lepas pantai Miami.
Mereka kemudian menemukan lava cair yang mengalir disertai abu vulkanik yang
suhunya mencapai 231 derajat celcius.

Al-Quran, lagi-lagi, sudah menyinggung tentang api di dasar lautan ini.

“Dan laut yang di dalam tanahnya ada api.” (QS. At-Tur: 6)

5
lll. 3 Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits

Generasi terbaik dalam islam menurut Rasulullah ada tiga seperti yang dijelaskan
dalam hadits berikut

“Sebaik-baik manusia adalah pada generasiku (yakni sahabat), kemudian orang-


orang yang mengiringinya (yakni tabi‟in), kemudian orang-orang yang mengiringinya
(yakni generasi tabi‟ut tabi‟in).” (mutawatir. HR. Bukhari dan yang lainnya)

1. Sahabat

Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam secara langsung serta membantu perjuangan
beliau.dan mereka meneladani apa yang mereka lihat dan dengar terhadap
perkataan dan perilaku rasulullah. Perilaku baik mereka lah yang harus kita ikuti
juga agar hidup kita menjadi berkah dan mendapat ridho dari Allah SWT

2. Tabi’in

Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau
setelah beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta
melihat para sahabat. Tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan
ilmu dari para sahabat Rasulullah.

Salah seorang terbaik dari generasi Tabi’in adalah Uwais Al Qarn, yang pernah
mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan menjadi sahabat,
tetapi tidak berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al Qarn, pernah disebutkan
secara langsung melalui lisan Rasulullah sebagai orang yang asing di bumi tapi
terkenal di langit. Bahkan Rasulullah memerintahkan sahabatnya, Umar dan Ali,
untuk mencari Uwais dan meminta untuk di doakan, karena ia merupakan orang
yang memiliki doa yang diijabah oleh Allah.

Adapun diantara orang-orang yang tergolong generasi tabi’in lainnya yakni Umar
bin Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ali Zainal Abidin bin Al Husein, Muhammad bin Al
Hanafiyah, Hasan Al Bashri dan yang lainnya

6
3. Tabi’ut Tabi’in

Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau setelah
mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan generasi
tabi’in. tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari
para tabi’in.

Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah Imam Malik bin
Anas, Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits bin Saad dan yang
lainnya.

Merekalah generasi terbaik umat ini, maka selayaknya kita sebagai umat muslim
yang datang belakangan untuk mencontoh dan mengambil ilmu dari kitab-kitab
yang telah mereka tuliskan. Semoga kita bisa mengikuti para generasi terbaik umat
ini.

IV. Pengertian dan Jejak Salafusssoleh (Referensi Al-Hadits)

Salaf, artinya adalah orang-orang terdahulu. Adapun yang dimaksud dengan


Salafush Shalih, dalam istilah ulama adalah orang-orang terdahulu yang shalih, dari
generasi sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, dari
generasi tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan para ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah setelah
mereka. Salafush Shalih adalah generasi terbaik umat Islam. Oleh karenanya,
merupakan kewajiban bagi kita untuk mengikuti pemahaman mereka dalam
beragama. Sehingga berbagai macam bid’ah, perpecahan dan kesesatan dapat
dijauhi. Karena adanya berbagai macam bid’ah, perpecahan, dan kesesatan
tersebut, berawal dari menyelisihi pemahaman Salafush Shalih. Menjadi
keniscayaan, jika seluruh umat Islam, dari yayasan atau organisasi atau lembaga
apapun, wajib mengikuti pemahaman Salafush Shalih dalam beragama.

“Sebaik-baik manusia adalah pada generasiku (yakni sahabat), kemudian orang-


orang yang mengiringinya (yakni tabi‟in), kemudian orang-orang yang
mengiringinya (yakni generasi tabi‟ut tabi‟in).” (mutawatir. HR. Bukhari dan yang
lainnya)

7
Diriwayatkan dari Sahabat al- „Irbadh bin sariyah radhiyallahu „anhu, ia
berkata,”Suatu hari Rasulullah shalallah „alaihi wasallam pernah shalat bersama
kami kemudian beliau menghadap kepada kami dan memberikan nasehat kepada
kami dengan nasehat yang menjadikan air mata berlinang dan membuat hati
bergetar, maka seseorang berkata, „Wahai Rasulullah, nasehat ini seakan-akan
nasehat dari orang yang akan berpisah, maka apa yang engkau wasiatkan kepada
kami?‟ Maka Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam bersabda,„Aku wasiatkan
kepada kalian supaya tetap bertaqwa kepada Allah, tetaplah mendengar dan taat,
walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Sungguh
orang yang hidup diantara kalian setelahku maka ia akan melihat perselisihan yang
banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada Sunnahku dan Sunnah
Khulafa-ur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Peganglah erat-erat dan gigitlah dia
dengan gigi gerahammu. Dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang diada-
adakan (dalam agama), karena sesungguhnya setiap perkara yang diada-adakan
itu adalah bid‟ah, dan setiap bid‟ah itu adalah sesat.” HR Ahmad (IV/126-127), Abu
Dawud (no.4607), at-Tirmidzi (no.2676), ad-Darimi (I/44), al-Baghawi dalam
Syarhus Sunnah (I/205), al Hakim (I/95)Sabda Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam diatas terdapat perintah untuk berpegang teguh dengan Sunnah Rasulullah

generasi salafus shalih merupakan generasi yang terbaik umat Islam. Sebab
itulah kita dianjurkan untuk mengikuti mereka dalam beragama. Salah satu jejak
salafus shalih yang menggetarkan hati adalah mereka yang selalu
menomersatukan ketakwaan, menjauhi hal syubhat dan syahwat, serta mereka
sering menangisi diri sendiri yang belum tentu mendapatkan ridha Allah dan surga

kita harus mengikuti jejak para salafus soleh tersebut karena mereka
berjuang dijalan Allah dengan cara memberikan contoh terbaik bagi kita seperti
selalu mengajak kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar,
mendahulukan sifat lemah lembut, sabar ketika berdakwah, tidak ingin kaum
muslim berselisih, tegar menghadapi ujian. Dan karena pasa salafus sholeh pun
kita dapat membaca hadits-hadits dari perkataan dan perbuatan Rasulullah Saw
yang didengar maupun disaksikan oleh para sahabat rasul itu sendiri.

8
V. Ajaran dan Tuntunan Tentang Berbagi, Penegakan serta, Keadilan serta
Penegakan Hukum dalam Islam

Islam mengajarkan kita tentang pentingnya berbagi, bersedekah, berinfaq,


mengeluarkan zakat dan penegakan hukum sudah diatur sendiri dalam Al-Qur’an.
Al-Qur’an telah menjelaskan banyak sekali dalam ayat ayatnya tentang pentingnya
berbagi kepada sesame baik secara sembunyi maupun terang-terangan semua hal
baik yang kita lakukan pasti akan mendapat balasan yang setimpal dan tidak akan
merugi. Begitu juga bagi orang-orang yang diberikan amanat untuk menegakan
hokum mereka harus menegakan dan memberi keadilan bagi seluruh masyarakat
tampa memandang bulu

a. Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits tentang berbagi

Al-Baqarah (2) : 3. "Adapun orang-orang yang beriman dengan yang ghaib dan
mendirikan sembahyang dan menginfakkan sebahagian dari rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka"

Al-Baqarah (2) : 215. "Mereka bertanya kepada engkau tentang apa yang mereka
infakkan, Jawablah! Apa sahaja harta yang kamu infakkan hendaklah diberikan
kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-
orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa sahaja kebajikan yang kamu buat,
maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui"

al-Baqarah (2) : 262. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah,


kemudian mereka tidak mengiringi apa yangdinafkahkannya itu dengan menyebut-
nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati

Ali Imran (3) : 93. "Kamu sekali-kali tidak akan sampai mencapai kepada kebajikan
(yang sempurna), sebelum kamu menginfakkan sebahagian harta yang kamu cintai.
Dan apa yang kamu infakkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya".

9
An-Nahl (16) : 75). "Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya
yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang
Kami beri rezeki yang baik dari Kami, lalu dia menginfakkan sebahagian dari rezeki
itu secara sembunyi dan secara terang-terang, adakah mereka itu sama? Segala
puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui".

. Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwa seseorang telah bertanya kepada Nabi
saw., “Ya Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang paling besar pahalanya?”
Rasulullah saw. bersabda, “Bersedekah pada waktu sehat, takut miskin, dan sedang
berangan-angan menjadi orang yang kaya. Janganlah kamu memperlambatnya
sehingga maut tiba, lalu kamu berkata, „Harta untuk Si Fulan sekian, dan untuk Si
Fulan sekian, padahal harta itu telah menjadi milik Si Fulan (ahli waris).” (H.r. Bukhari,
Muslim).

Dari ayat-ayat dan hadits diatas kita dapat belajar bahwa kita wajib bersedekah,
berinfaq jika memiliki harta yang lebih sesungguhnya harta itu datang dari ALLAH dan
kita gunakan dijalannya jangan sampai kita hanya memperkaya diri sendiri karena itu
dapat menyebabkan kita terjerumus kedalam neraka

b. Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits tentang Penegakan serta keadilan hukum dalam
islam

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia
hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah sebaik-baik
yang memberi pengajaran kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat. – (Q.S An-Nisa: 58)

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu para penegak keadilan karena Allah,
(ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu
kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena (adil) itu
lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. – (Q.S Al-Maidah: 8)

Mereka sangat suka mendengar berita bohong, lagi banyak memakan (makanan)
yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (Muhammad untuk
meminta putusan), maka berilah putusan di antara mereka atau berpalinglah dari

10
mereka. Dan jika engkau berpaling dari mereka maka mereka tidak akan
membahayakanmu sedikit pun, tetapi jika engkau memutuskan (perkara mereka),
maka putuskanlah dengan adil. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
adil. – (Q.S Al-Maidah: 42)

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) untuk berlaku adil dan berbuat


kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberimu pengajaran agar kamu dapat
mengambil pelajaran. – (Q.S An-Nahl: 90

“Wahai manusia, sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum


kalian adalah, apabila seorang bangsawan mencuri, mereka biarkan, tetapi bila ada
orang lemah dan miskin mencuri, mereka tegakkan hukuman kepadanya. Demi Allah,
andaikan Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya.” (HR:
Ibnu Majah)

Maka dari itu orang-orang yang telah diberikan amanah sebagai penegak hukum
dalam memberikan keputusan wajib menetapkannya secara adil, yaitu adil sesuai
yang dikehendaki oleh ALLAH SWT. Kerena mendapat keadilan itu adalah hal yang
wajib bagi setiap umat manusia, tanpa keadilan dan penegakan hukum yang baik
semuanya akan kacau balau seperti yang terjadi sekaraang ini hukum hanya adil
bagi orang-orang yang beruang, maka dari itu kita senantiasa mencontoh apa yang
baik dilakukan oleh para pendahulu kita Rasulullah, para saahabatnya dan orang-
orang yang beriman. Sesungguhnya jika kita tidak berlaku adil maka akan kita
pertanggungjawabkan di akhirat kelak.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://bincangsyariah.com/khazanah/salafus-shalih-yang-menggetarkan-hati/

https://almanhaj.or.id/3422-kewajiban-ittiba-mengikuti-jejak-salafush-shalih-dan-
menetapkan-manhajnya.html

https://muslimah.or.id/1185-mengenal-manhaj-salaf.html

https://qurandansunnah.wordpress.com/2009/07/29/tiga-generasi-terbaik-umat-
manusia/

https://qultummedia.com/7-fenomena-sains-modern-ini-ada-di-dalam-al-quran/

https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Sahabat_Nabi

https://id.wikipedia.org/wiki/Salaf#Generasi_awal

https://id.wikipedia.org/wiki/Allah_(Islam)

https://slideplayer.info/slide/12082434/

https://mediaindonesia.com/read/detail/166818-kembali-ke-fitrah-keadilan-dalam-
perspektif-islam-dan-kebangsaan

https://www.kompasiana.com/umaryadi/5ac45194dd0fa81458206393/39-ayat-
yang-menjelaskan-tentang-berbagi-bersedekah
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai