Anda di halaman 1dari 20

JURNAL SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP


PEROLEHAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN RUMAH TOKO DI
KOTA KABANJAHE BERDASARKAN PERATURAN DAERAH
KABUPATEN KARO NO 06 TAHUN 2012

Dibuat dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

RIA ANGGREINI BARUS


130200557

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
ABSTRAK

Ria Anggreini Barus*


Suria Ningsih, SH, M.Hum**
Amsali Sembiring, SH, M.Hum***

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai tingkat


pembangunan yang tinggi. Dalam setiap pembangunan diperlukan suatu peraturan
yang berfungsi sebagai sarana pengendali untuk menjamin bangunan yang akan
dibangun dapat menjamin keselamatan orang-orang yang akan tinggal di dalam
gedung tersebut serta orang-orang di sekitar gedung tersebut. Izin mendirikan
bangunan adalah perizinan yang diberikan oleh Kepala Daerah untuk membangun
bangunan baru, mengubah, memperluas, mengurangi dan/atau merawat bangunan
sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.
Rumah Toko merupakan bangunan atau rumah yang memiliki dwifungsi antara
lain sebagai rumah tempat tinggal dan rumah tempat usaha. Surat Izin Mendirikan
Bangunan memberikan kepastian hukum atas berdirinya bangunan ketika kelak
melakukan tindakan hukum. Permasalahan yang diangkat ialah bagaimana
perolehan dan pengaturan tentang izin mendirikan bangunan rumah toko, dan
hambatan yang dihadapi dalam mekanisme perolehan izin mendirikan rumah toko
di Kabanjahe.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis
normatif yaitu pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama
dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini.
Pengaturan tentang izin mendirikan bangunan rumah toko di Kabupaten Karo
tertuang dalam Peraturan Daerah No. 06 Tahun 2012 Tentang Retribusi Perizinan
Tertentu. Mendirikan Rumah Toko harus memiliki izin mendirikan bangunan dan
ketika melakukan usaha maka bangunan tersebut harus memiliki izin usaha
dikeluarkan oleh Pejabat Administratif Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Karo (DPM-PPTSP) dengan melengkapi
syarat permohonan yang harus dilengkapi oleh pemohon. Dalam pelaksanaan
prosedur perolehan izin kurangnya pengetahuan masyarakat akan peraturan Izin
Mendirikan Bangunan menjadi hambatan terbesar serta kurangnya kepastian
waktu penyelesaian surat izin mendirikan bangunan yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah. Upaya yang dilakukan dalam menangani hambatan tersebut
dilakukan sosialisasi langsung dengan masyarakat. Sanksi yang diberikan bagi
masyarakat yang mendirikan bangunan tetapi tidak memiliki izin bangunan adalah
pemberhentian pelaksanaan pembangunan, dan dapat dikenakan sanksi pidana
dengan ancaman pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda
paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi tertuang yang tidak atau kurang
dibayar.
Kata Kunci : Izin mendirikan bangunan, prosedur
*Mahasiswa
**Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum USU
***Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum USU

1
ABSTRACT
Ria Anggreini Barus *
Suria Ningsih, SH, M.Hum **
Amsali Sembiring, SH, M.Hum ***
Indonesia is one of the countries with high development level.
In every development, a regulation that serves as a controlling means to ensure
that the building to be built can ensure the safety of the people who will live in the
building as well as the people around the building. Building permit is a permit
granted by the Regional Head to construct a new building, alter, expand, reduce
and / or maintain buildings in accordance with administrative requirements and
applicable technical requirements. Shophouse is a building or house that has two
function, among others, as a residence and home place of business. Building
Permit License provides legal certainty for the establishment of the building when
it comes to legal action. The issues raised are how the acquisition and
arrangement of building store house permit, and the obstacles faced in the
mechanism of obtaining shop building permit in Kabanjahe city.
The research method used is the normative juridical approach approach
that is based on the main legal material by reviewing the theories, concepts, legal
principles and legislation related to this research
The arrangement of store building permit in Karo Regency is contained
in Local Regulation number. 06 Year 2012 About Specific Licensing Levy.
Establish House of Stores must have a building permit and when doing business,
the building must have a business license issued by the Official Administrative
Officer of the Department of Investment and Integrated Licensing Service of one
door Karo Regency (DPM-PPTSP) by completing the requirements of the
application which must be completed by the applicant. In the implementation of
licensing procedures, the lack of community knowledge of the Building Permit
regulations constitutes the biggest obstacle and the lack of certainty of the timing
of the completion of building permit issued by the Regional Government. Efforts
made in dealing with these barriers are conducted directly socialization with the
community. Sanctions granted to communities who construct buildings but do not
have building permits are dismissal of development implementation, and may be
subject to criminal sanctions with a maximum imprisonment of 3 (three) months
imprisonment or a fine of not more than 3 (three) less paid.

Keywords: Building permit, procedure


* Student
**Supervisor I, Lecturer Faculty of Law USU
*** Supervisor II, Lecturer Faculty of Law USU

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28 H

ayat (1) menyebutkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Tempat tinggal mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan

watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia

Indonesia seutuhnya, berjati diri, maandiri, dan produktif sehingga terpenuhinya

kebutuhan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, yang

akan terus ada dan berkembang sesuai dengan tahapan atau siklus kehidupan

manusia. Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia

melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat

mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di

dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan diseluruh

wilayah Indonesia.1

Sebagai suatu bentuk kebijakan tentunya izin tidak boleh bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan serta norma kehidupan yang ada di

masyarakat baik secara vertikal maupun horizontal. Menurut Utrecht sebagaimana

dikutip oleh Bachsan Mustafa menyatakan bahwa “Bilamana pembuat peraturan

umumnya tidak melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenakannya

asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka

1Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan


Kawasan Permukiman.

3
perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat

suatu izin (vergunning).2

Pembuatan surat izin pendirian bangunan yang diperuntukan sebagai rumah

toko (ruko) membutuhkan IMB bangunan tempat usaha, dan bangunan rumah

tinggal. IMB untuk peruntukan ruko tersebut umumnya berada di kawasan

perdagangan dan jasa dengan fungsi dan bentuk bangunan khusus berupa toko

atau ruko berdasarkan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW). Pemberian Izin Mendirikan Bangunan merupakan wewenang

Pemerintah Daerah sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD)

menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.

Pemungutan retribusi perizin tertentu sebgaimana dimaksud dalam pasal 141

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah merupakan kewenangan Daerah Otonom sebagai salah satu sumber

pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam

rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah.

Dalam hal pengawasan pemerintah daerah terhadap kegiatan membangun

bangunan dilaksanakan melalui pemberian izin mendirikan bangunan yang

dimohon oleh anggota masyarakat yang memberikan gambaran bangunan yang

akan didirikan lengkap dengan gambar dan perhitungan struktur konstruksi.

Kemudian setelah diteliti dan dipertimbangkan dengan cermat, apabila memenuhi

syarat maka izin tersebut diberikan dan pemohon diwajibkan membayar retribusi

guna pemasukan keuangan daerah. Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan

diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

2Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Aministrasi Negara Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001,
hal 80.

4
TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP PEROLEHAN

IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN RUMAH TOKO DI KOTA KABANJAHE

BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN

KARO NO 06 TAHUN 2012

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perolehan tentang izin mendirikan bangunan rumah toko

2. Bagaimana perolehan izin mendirikan bangunan rumah toko di

Kabanjahe

3. Hambatan apa saja yang dihadapi dalam mekanisme perolehan izin

mendirikan rumah toko di Kabanjahe

C. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif adalah pendekatan

yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah

teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-

undangan yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Sumber data

a. Bahan hukum primer yakni :

Bahan hukum primer dalam tulisan ini diantaranya Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia 1945, Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 01 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman, Undang-undang No.28 Tahun 2002 Tentang Bangunan

Gedung, Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

PP No.36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.28

5
Tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Daerah Kabupaten Karo

No.06 Tahun 2012,

b. Bahan hukum sekunder, yakni :

Bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap hukum primer.

berupa buku, majalah, karya ilmiah, maupun artikel-artikel lainnya

yang berhubungan dengan obyek, yaitu semua dokumen yang

merupakan informasi, atau kajian yang berkaitan dengan penelitian

seperti: seminar-seminar, jurnal-jurnal hukum, majalah-majalah,

koran-koran, karya tulis ilmiah, dan beberapa sumber dari internet

yang berkaitan dengan persoalan diatas.3

c. Bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap hukum primer.

yaitu semua dokumen yang merupakan informasi, atau kajian yang

berkaitan dengan penelitian seperti: seminar-seminar, jurnal-jurnal

hukum, majalah-majalah, koran-koran, karya tulis ilmiah, dan

beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan persoalan

diatas.4

d. Bahan hukum tersier yakni :

Bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum

primer dan sekunder yaitu semua dokumen yang berisi konsep-

konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder, seperti: kamus, ensiklopeia dan lain-lain.5

BAB II
3Roni HanitIjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Jakata, Ghalia, 1988, hlm 64.
4Roni HanitIjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Jakata, Ghalia, 1988, hlm 64.
5Ibid

6
PEMBAHASAN

A. Pengaturan Tentang Perolehan Izin Mendirikan Bangunan Rumah Toko

di Kabanjahe

Peraturan merupakan hukum yang bersifat mengikat secara umum dan

tugasnya adalah mengatur hal-hal yang bersifat umum (general). Sebagaimana

diketahui, setiap perorangan atau badan yang ingin membangun gedung, rumah

tinggal, atau merombak bangunan lama harus mengantongi izin mendirikan

bangunan terlebih dahulu. Peraturan tentang perizinan pendirian bangunan ini

sudah diatur dalam Undang-Undang dan peraturan yang mengikat dari pemerintah.

Berikut ini adalah beberapa peraturan yang mengatur tentang izin mendirikan

bangunan :

1. Peraturan Daerah tentang perizinan mendirikan bangunan secara umum

1.1 Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung dalam

undang-undang ini mengatur tentang izin mendirikan bangunan (IMB)

dan semua hal yang berkaitan dengan aktifitas membangun, membongkar

memperbaharui, mengganti sebagian atau seluruh dan memperluas

bangunan.

Peraturan tentang perizinan pendirian bangunan gedung ini tertera dalam

Bab IV tentang persyaratan pembangunan gedung, bagian pertama yaitu:

Pasal 7 ayat (1) : setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan

administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan

gedung.

7
Pasal 7 ayat (2) : persyaratan administratif bangunan gedung sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) meliputi persyaratan status hak atas tanah, status

kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan.

Bagian kedua : Persyaratan Administratif Bangunan Gedung

Pasal 8 ayat (1) : setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan

administratif yang meliputi:

a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak

atas tanah;

b. Status kepemilikan bangunan gedung dan

c. Izin mendirikan bangunan gedung sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

Pasal 8 ayat (4): ketentuan mengenai izin mendirikan bangunan gedung,

kepemilikan dan pendataan bangunan gedung sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Pemerintah.

1.2. Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang :

peraturan izin mendirikan bangunan selanjutnya tertera dalam Undang-

Undang No. 26 Tahun 2007 yang berisi tentang peraturan perizinan dan

mendirikan bangunan. Dalam undang-undang ini berisi tugas dan

wewenang dalam Bab IV, tentang pelaksanaan penataan ruang dalam Bab

VI, tentang hak kewajiban dan peran masyarakat yang ada di dalam Bab

VIII pasal 61 dan 63.

1.3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.36 Tahun 2005 : peraturan

pembuatan IMB. Dalam peraturan ini tertera banyak hal tentang fungsi

8
bangunan gedung, perubahan fungsi bangunan gedung, dan persyaratan

bangunan gedung dan termasuk penyelenggaraan bangunan gedung.

Dalam peraturan ini tertera dengan lengkap pelaksanaan konstruksi,

pemanfaatan gedung, pembinaan, hingga sanksi administratif dan

ketentuan peralihan.

1.4. Undang-Undang Gangguan (hinder ordonantie) tahun 1926 stb.1926

nomor 226, dalam hal ini dapat dimisalkan pemberian izin mendirikan

bangunan (IMB) kepada seseorang tertentu yang hendak mendirikan

bangunan dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan dari hinder

ordonantie stb 1926 No 226 (pasal 1 ayat (1))

2. Peraturan Daerah tentang perizinan mendirikan bangunan di Kabupaten Karo

2.1. Peraturan Daerah Kabupaten Karo No. 07 Tahun 2006 Tentang Retribusi

Perizinan Mendirikan Bangunan.

Ketentuan perizinan dalam peraturan ini dalam pasal 11 mengatur bahwa

setiap bangunan dan atau pelaksanaan pembuatan untuk mendirikan

bangunan baru, merombak, menambah, merobohkan dan atau

memindahkan suatu bangunan dalam bentuk apapun dan penimbunan

bahan bangunan di Daerah Milik Jalan (DMJ) harus mendapat izin lebih

dahulu dari Bupati.

2.2. Peraturan Daerah Kabupaten Karo No. 06 Tahun 2012 Tentang Retribusi

Perizinan Tertentu.

Peraturan ini merupakan Peraturan Daerah yang baru mengantikan Perda

Kabupaten Karo No. 07 Tentang Retribusi Perizinan Mendirikan

Bangunan. Peraturan ini memuat tentang Retribusi Izin Mendirikan

9
Bangunan, Retribusi Tempat Penjualan Minuman Beralkohol, Retribusi

Izin Gangguan dan Retribusi Izin Trayek.

2.3.Peraturan Bupati Karo Nomor 06 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan

Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 06 Tahun 2012 Tentang

Retribusi Perizinan Tertentu.

2.4. Peraturan Bupati Karo Nomor 01 Tahun 2017 Tentang Pelimpahan

Kewenangan Bupati Karo Atas Pelayanan Perizinan Dan Non Perizinan

Kepada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu

Pintu Kabupaten Karo.

Peraturan ini mengatur tentang adanya pelimpahan wewenang Bupati

Karo Atas Pelayanan Perizinan Dan Non Perizinan Kepada Dinas

Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu

Kabupaten Karo (DPM-PPTSP) yang adalah perangkat daerah berbentuk

Dinas yang memiliki tugas dan fungsi mengelola semua bentuk pelayanan

perizinan dan non perizinan di daerah dengan sistem satu pintu dengan

tujuan untuk meningkatkan kemudahan, efektifitas dan efisiensi

pelayanan perizinan.

B. Mekanisme Perolehan Izin Mendirikan Rumah Toko di Kabanjahe

Mekanisme perolehan perizinan di Indonesia disetiap daerah berbeda

karena diatur oleh Peraturan Daerah yang berbeda juga. Di kabupaten Karo atau di

Kabanjahe mekanisme ataupun prosedur perolehan izin mendirikan bangunan

diatur dalam Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati Karo No. 07 Tahun 2012

10
yaitu Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu

Kabupaten Karo dapat membentuk Tim Teknis sesuai dengan kebutuhan yang

ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Dalam kepengurusan perolehan izin mendirikan rumah toko terlebih dahulu

harus mendapatkan izin medirikan bangunan ( IMB ) adapun syarat yang harus

dipenuhi pemohon antara lain6 :

Pertama pemohon datang ke loket Dinas Pelayanan Perizinan Modal dan

Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu kota administrasi di mana pemohon

tinggal, kemudian mengisi formulir yang diajukan, setelah itu menyerahkan

syarat-syarat atau dokumen yang dibawa. Adapun syarat untuk melengkapi surat

permohonan :

1. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk ( KTP ),

2. Fotocopy Bukti Pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) tahun terakhir,

3. Fotocopy Surat Tanah/Status Kepemilikaan,

4. Gambar Bangunan Lengkap,

5. Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak/Daerah ( NPWP/D ),

6. Surat Keterangan Tidak Silang Sengketa Tanah dari Kepala Desa/Lurah,

7. Materei Rp. 6000 sebanyak 2 ( dua ) Lembar, ( Point 1 s/d 6 masing-masing

rangkap 3 ).

Kemudian front office akan melakukan pengecekan kelengkapan persyaratan

berkas. Setelah diperiksa dan ditandatangani, dan setelah ditandatangani berkas

kemudian di disposisi oleh Kepala Dinas DPM-PPTSP.

6 Hasil Wawancara dengan Unggul.SE, Kabid PPTSP Kab. Karo, tanggal 01 juni 2017

11
Setelah di disposisi berkas kemudian diproses ke dalam bidang masing-masing

yaitu:

1. Pemeriksaan berkas kembali

2. Peninjauan lapangan

Peninjauan lapangan dilakukan oleh tim teknis yang unsurnya terdiri

dari Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perizinan, Lembaga Hukum, Satuan

Polisi Pamong Praja (Satpolpp), tim dari Kecamatan Lokasi

permohonan,

3. Dinas Pekerjaan Umum mengeluarkan surat rekomendasi dan surat

perhitungan retribusinya.

4. Pengembalian berkas ke Dinas Penanaman Modal-Pelayanan Perizinan

Terpadu Satu Pintu.

Setelah berkas kembali ke DPM-PPTSP dilakukan pencetakan surat

keputusan izin. Dalam pencetakan surat keputusan izin pemohon wajib membayar

retribusi yang telah di keluarkan dari dinas Pekerjaan Umum ke bank yang telah

ditentukan (Bank BRI) dan pemohon meminta bukti pembayaran kemudian

menyerahkan kembali ke loket front office.

Setelah semua proses dilaksanakan jangka waktu yg telah ditentukan

pemohon dapat mengambil Surat Izin Mendirikan Bangunan beserta papan Surat

Izin Mendirikan Bangunan (SIMB) yang di pajang selama pembangunan

bangunan dilakukan.7

C. Hambatan yang Dihadapi dalam Perolehan Izin Mendirikan Rumah Toko

di Kabanjahe.

7Hasil Wawancara dengan Unggul.SE, Kabid PPTSP Kab. Karo, tanggal 01 juni 2017.

12
1. Hambatan yang dihadapi dalam perolehan izin mendirkan bangunan rumah

Toko

Secara umum kendala atau hambatan dalam sistem perizinan di Indonesia

Khususnya di daerah, setelah dkeluarkannya kebijakan otonom daerah

adalah belum adaya sistem perizinan yang baku, integratif dan

komprehensif. Dalam perolehan izin mendrikan bangunan di Kabanjahe,

terdapat beberapa kendala atau hambatan yaitu8:

1.1. Dari sisi masyarakat

a. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai izin

mendirikan bangunan.

b. Masyarakat berpegang kepada surat tanah mereka.

c. Masyarakat sulit memenuhi syarat untuk melakukan permohonan

izin mendirikan bangunan.

d. Masyarakat menganggap bahwa gambar bangunan diselesaikan

oleh pemerintah, yang seharusnya dibuat oleh pemohon.

e. Masyarakat tidak melakukan pengurusan izin mendirkan bangunan

ketika melakukan renovasi karena masyarakat sudah memiliki surat

izin mendirikan bangunan ketika melakukan pembangunan awal.

f. Masyarakat malas atau merasa rugi melakukan pembayaran

retribusi.

1.2. Dari sisi pemerintah

a. Dinas Pelayanan Perizinan tidak dapat memberikan kepastian

jangka waktu untuk penyelesaian surat izin mendirikan bangunan

8Hasil Wawancara dengan Unggul.SE, Kabid PPTSP Kab. Karo, tanggal 01 juni 2017

13
dikarenakan tim teknis lapangan. harus menunggu konfirmasi dari

Dinas Pekerjaan Umum untuk melakukan peninjauan lapangan.

b. Kurangnya kordinasi antara tim teknis lapangan dengan tenaga

administrasi.

2. Upaya Mengatasi Hambatan dalam Perolehan Izin Mendirikan Bangunan

Rumah Toko ialah :

2.1. Mengadakan sosialisasi tentang pentingnya surat izin mendirikan

bangunan dan tata cara serta persyaratan dalam memperoleh IMB

2.2. Setiap masyarakat yang datang untuk memohon diberikan pemahaman

mengenai PERDA Izin Mendirikan Bangunan No. 06 Tahun 2012

2.3. Mempercepat dan memperbanyak tim teknis lapangan untuk

memudahkan dan mempercepat peninjauan lapangan.

3. Sanksi terhadap penyalahgunaan Izin Mendirikan Bangunan

Pelanggaran izin biasanya diklarifikasikan dalam 2 (dua) bentuk yaitu:

a. Pemegang izin melanggar kewajiban yang telah ditetapkan.

b. Pemegang izin memberikan data atau informasi yang salah sewaktu

mengajukan permohonan izin.

Maka, izin akan diberikan kembali apabila pelanggar telah melaksanakan

sanksi yang telah dijatuhkan dan memperbaiki hal-hal yang telah dianggap

sebagai hal yang menyimpang dari ketentuan. Berdasarkan pasal sanksi dalam

penyalahgunaan izin mendirikan bangunan yaitu:

Sanksi Administrasi, adalah sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran

administrasi atau ketentuan undang-undang yang bersifat administrasi.

14
Dalam pelaksanaannya apabila dikemudian hari ditemukan adanya kesalahan

yang diakibatkan oleh pemohon maka dapat dilaksanakan penghentian kegiatan

membangun, penyegelan dan pembongkaran bangunan tersebut.

Sanksi pidana, adalah suatu hukuman sebab akibat, sebab adalah kasusnya dan

akibatnya adalah hukumannya, orang yang terkena akibat akan memperoleh

sanksi baik masuk penjara ataupun terkena hukuman lain dari pihak berwajib.

Berdasarkan Pasal 67 Peraturan Daerah Kabupaten Karo No. 06 Tahun 2012

tentang ketentuan pidana yaitu:

a. Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga

merugikan Keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3

(tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3(tiga) kali jumlah

retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar

b. Denda sebagimana dimaksud diatas merupakan penerimaan Negara.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan

kesimpulan dalam beberapa hal sebagai berikut:

1. Menurut Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi

Pemerintahan dalam pasal 1 ayat (19) Izin adalah keputusan Pejabat

Pemerintah yang berwenang sebagai wujud persetujuan atas pemohonan

warga masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Badan hukum yang berwenang memberikan izin mendirikan bangunan di

kota Kabanjahe adalah Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan

Terpadu Satu Pintu Kabupaten Karo yang sesuai dengan Peraturan Bupati

Karo No. 01 Tahun 2017 Tentang Pelimpahan Kewenangan Bupati Karo

Atas Pelayanan PeriziPerizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Karo.

2. Mekanisme peroleh izin dari setiap daerah berbeda-beda, di kabanjahe

terdapat pada peraturan Daerah Kabupaten Karo No. 06 Tahun 2012

sebagaimana telah diganti dengan Peraturan Bupati Karo No. 01 Tahun

2017 tentang Pelimpahan Kewenangan Bupati Karo atas Pelayanan

Perizinan Terpadu Satu Pintu, yaitu setiap orang yang ingin memperoleh

izin mendirikan bangunan harus membawa dokumen-dokumen yang

16
terkait, dimana permohonan izin sampai dengan memperoleh dokumen

perizinan berada pada satu tempat

B. Saran

1. Demi terlaksana dan tercapainya peraturan pemerintah mengenai izin

mendirikan bangunan, maka dihimbaukan kepada seluruh aspek

masyarakat yang ingin mendirikan bangunan agar terlebih dahulu

melakukan pengurusan izin untuk mendirikan bangunan sesuai dengan

sistem dan prosedur yang berlaku.

2. Pemerintah sebagai penyelenggara peraturan dan ketertiban hendaknya

memberikan pelayanan yang baik dan terpadu dalam pengurusan izin

mendirikan bangunan demi tercapainya keamanan dan ketertiban hukum.

3. Untuk mencegah kesenggangan sosial maka diharapkan ada perlakuan

yang sama dari pemerintah terhadap masyarakat dan sebaliknya tanpa

membedakan jabatan, status dan golongan dari masyarakat tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Atmosudirjo, Prayudi S, 1981, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Ghalia


Indonesia.
Mustafa, Bachsan, 2001 Sistem Hukum Aministrasi Negara Indonesia,
Bandung, Citra Aditya Bakti.
Ridwan H.R., 2010, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Rajagrafindo.

Soemitro, Ronny Hanitijo, 1988, Metode Penelitian Hukum Dan Jurimetri,


Jakata, Ghalia Indonesia.
Spelt, N.M dan J.B.J.M Ten Berge, 1993, Pengantar Hukum Perizinan,
Surabaya, Yundika.
Stroink, F.A.M dan J.G Steenbeek, 1985, nleiding in het staats-en
Administrastief recht, Alphen aan den Rijn, Samson H.D. Tjeen Wilink.
Sutendi, Adrian, 2011, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik,
Jakarta Sinar Grafika.
Syahrizal, Darda S.H, 2012, Hukum Administrasi Negara dan Pengandilan
Tata Usaha Negara, Pustaka Yustista.
Syarifudin, Ateng, 2009, Perizinan Untuk Berbagai Kegiatan, Jakarta, Sinar
Grafika..
Wicaksono, Andie, 2007, Ragam Desain Ruko, Penebar Swadaya, Jakarta,
Griya Kreasi.
B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Undang-Undang Nomor. 01 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan


Permukiman
Undang-Undang Nomor. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

18
Undang-undang Nomor. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman.

Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan.

Peraturan Daerah Kabupaten Karo No.6 Tahun 2012 Tentang Retribusi

Perizinan Tertentu

C. Website

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Izin_Mendirikan_Bangunan diakses pada


tanggal 30 januari 2017 pukul 15.00 wib
http://86engineering.blogspot.co.id/2011/10/sejarah-ruko.html diakses pada 14
maret 2017 pukul 1 5.00 wib
http://www.karokab.go.id. diakses pada 25 maret 2017 pukul 15.25.00

http;//kalteng.go.id/ogi/vuewarticel. Diakses pada 16 Maret 2017 pukul 19.00


Wib
https://id.m.wikipedia.org/wikipedia.org/wiki/Surat_Izin_Usaha_perdagangan

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Surat_Izin_Gangguan. Diakses pada tanggal


26 mei 2017, Pukul 11.58 Wib.

19

Anda mungkin juga menyukai