Anda di halaman 1dari 30

ULASAN TEMA KEISLAMAN

1. KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

2. SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS

3. GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS

4. PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFERENSI AL- HADITS)

5. ISLAM, AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN PENEGAKAN HUKUM

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh

Nama : Yusril Ilhamdani

NIM : F1C020150

Semester 1

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MATARAM

T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas ini tepat
pada waktunya.

Sholawat dan Salam semoga Allah SWT limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW atas
berkat jasa beliau umat manusia berada diatas jalan kebenaran serta semoga kita tetap
menjalankan sunah Rasulullah Salallahhu Allaihi Wassalam Amiin.

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam.

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat kepada pembaca terutama saya sendiri
tentunya sebagai pembelajaran dan penambah wawasan.Saya memahami bahwa banyak
kekurangan pada tugas ini baik dari segi tulisan dan isi.Oleh karena itu,Saya membutuhkan
kritik dan saran sebagai motivasi agar kedepannya saya dapat membuat tugas dengan lebih
baik.

Mataram, 25 Oktober 2020

Yusril Ilhamdani (F1C020150)

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I. Tauhid:Keistimewaan & Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam 1

BAB II. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits .................... 6

BAB III. Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits ........................................... 11

BAB IV. Pengertian dan jejak salafussoleh Menurut Al-Hadits ................... 14

BAB V. Islam: Ajaran Tentang Berbagi serta Keadilan Penegakan Hukum … 17

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….. 22

LAMPIRAN ………………………………………………………………………. 27

iii
BAB I

Tauhid:Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam islam

1. Pengertian Tauhid dan Ilmu Tauhid


Tauhid merupakan masdar/kata benda dari kata yang berasal dari bahasa arab yaitu
“wahhada-yuwahhidu-tauhiidan” yang artinya menunggalkan sesuatu atau keesaan. Yang
dimaksud disini adalah mempercayai bahwa Allah itu esa. Sedangkan secara istilah ilmu Tauhid
ialah ilmu yang membahas segala kepercayaan-kepercayaan yang diambil dari dalil dalil
keyakinan dan hukum-hukum di dalam Islam termasuk hukum mempercayakan Allah itu esa.
Ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu keislaman, sekaligus yang terpenting dan
paling utama.
Allah SWT berfirman: “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang
Haq) melainkan Allah.” (Q.S. Muhammad: 19)
Seandainya ada orang tidak mempercayai keesaan Allah atau mengingkari perkara-
perkara yang menjadi dasar ilmu tauhid, maka orang itu dikatagorikan bukan muslim dan digelari
kafir. Begitu pula halnya, seandainya seorang muslim menukar kepercayaannya dari
mempercayai keesaan Allah, maka kedudukannya juga sama adalah kafir.
a. Penamaan Ilmu Tauhid
1. Ilmu „Aqa‟id
„Aqdun artinya tali atau pengikat. „Aqa‟id adalah bentuk jama‟ dari „Aqdun.
Disebut „Aqa‟id, karena didalamnya mempelajari tentang keimanan yang mengikat
hati seseorang dengan Allah, baik meyakini wujud-Nya, ke-Esaan-Nya atau
kekuasaanNya.
2. Ilmu Kalam
kalam artinya pembicaraan. Disebut ilmu kalam, karena dalam ilmu ini banyak
membutuhkan diskusi, pembahasan, keterangan-keterangan dan hujjah (alasan) yang
lebih banyak dari ilmu lain. Adapun sebab-sebab di namakan ilmu kalam adalah,
a. Persoalan yang terpenting diantara pembicaraan-pembicaran masa-masa
pertama Islam ialah Firman Tuhan (Kalam Allah), yaitu Qur‟an apakah
azali atau non-azali. Karena itu keseluruhan isi Ilmu kalam dinamai
dengan salah satu bagian yang terpenting.
b. Dalam Ilmu Kalam ialah dalil-dalil akal pikiran di mana pengaruhnya
tampak jelas pada pembicaraan ulama-ulama kalam, sehingga mereka
kelihatan sebagai ahli bicara. Dalil Naqli (Qur‟an dan Hadits) baru

1
dipakai sesudah mereka menetapkan kebenaran persoalan dari segi akal
pikiran.
c. Pembuktian kepercayaan-kepercayaan agama menyerupai logika dalam
filsafat. Untuk dibedakan dengan logika, maka pembuktian-pembuktian
tersebut dinamai “Ilmu Kalam”. (Hanafi, 2003: 5)
3. Ilmu Ushuluddin
Ushuluddin artinya pokok-pokok agama. Disebut Ilmu Ushuluddin, karena
didalamnya membahas prinsip-prinsip ajaran agama, sedang ilmu yang lainnya
disebut furu‟ad-Din (cabang-cabang agama), yang harus berpijak diatas ushuluddin.
4. Ilmu Ma‟rifat
Ma‟rifat artinya pengetahuan. Disebut ilmu ma‟rifat, karena didalamnya
mengandung bimbingan dan arahan kepada kepada umat manusia untuk
mengenal khaliqnya. (Zakaria, 2008:1).
b. Pembagian tauhid
1) Tauhid Rububiyah
Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb yang memiliki,
merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara, memberi rezeki, memberikan
manfaat, menolak mudharat serta menjaga seluruh Alam Semesta.
Sebagaimana terdapat dalam Al Quran yang berbunyi: “ Allah menciptakan
segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. (AzZumar 39:62) ”
Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun
yang mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum 5 atheis,
pada kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena
kesombongan mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui
bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya.
Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri.
Hal ini sebagaimana firman Allah: “ Apakah mereka diciptakan tanpa
sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan
langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).
(Ath-Thur: 35- 36) ”
Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah
menjadikan seseorang beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang musyrikin
Quraisy yang diperangi rasulullah mengakui dan meyakini jenis tauhid ini.

2
2) Tauhid Uluhiyah

Tauhid uluhiyah dapat diartikan sebagai mentauhidkan atau mengesakan


Allah dari segala bentuk peribadahan baik yang dzohir(terlihat) maupun batin. Itu
artinya Kita beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada
sekutu bagiNya. "Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu
(juga menyatakan demikian).

“ Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Mahaperkasa
lagi Maha Bijaksana. ('Al 'Imran 3:18) ”

Beriman terhadap uluhiyah Allah merupakan konsekuensi dari keimanan


terhadap rububiyahNya. Mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita
lakukan. Seperti salat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut
dan berbagai macam ibadah lainnya. Di mana kita harus memaksudkan tujuan dari
kesemua ibadah itu hanya kepada Allah semata.

Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para rasul dan merupakan tauhid
yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. Hal ini sebagaimana yang difirmankan
Allah mengenai perkataan mereka itu.

“ Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang


Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.
(Shaad 38:5) ”

Dalam ayat ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari
berbagai macam ibadah hanya ditujukan untuk Allah semata. Oleh karena
pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh Allah dan rasul-Nya walaupun
mereka mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta alam semesta.

3) Asma wa sifat
Beriman bahwa Allah memiliki nama dan sifat baik (asma'ul husna) yang sesuai
dengan keagunganNya yang telah Allah tetapkan di Alquran dan Assunah.
Sedangkan dalam bertauhid kepada tauhid asma wa sifat ini jangan dilakukan dengan
adanya tahrif(penyelewengan), ta'thil(penolakan) dan takyif(penggambaran), dan

3
tasybih(penyerupaan). Umat Islam sendiri, mengenal 99 asma'ul husna yang
merupakan nama sekaligus sifat Allah yang wajib diimani.
Imam Syafi‟i meletakkan kaidah dasar ketika berbicara tentang namanama dan
sifat-sifat Allah sebagai berikut: “Aku beriman kepada Allah dan apa-apa yang
datang dari Allah dan sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Allah. Aku beriman
kepada Rasulullah dan apa-apa yang datang dari Rasulullah sesuai dengan apa yang
dimaukan oleh Rasulullah”.
2. Konsep Ketuhanan dalam islam
a. Al-Quran dan Hadits
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang menjadi
penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang yang
mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada
dua kemungkinan, yaitu  Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah
(tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan
sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai
berikut:

ِ ‫اس َم ْن يَتَّ ِخ ُذ ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ أَ ْندَادًا ي ُِحبُّونَهُ ْم َكحُبِّ هَّللا‬


ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬

 “Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai

tandingan terhadap Allah.Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai


Allah”.

Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana dinyatakan
dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain sebagai jawaban atas perintah
yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika Allah yang harus terbayang
dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai Zat, juga Al-
Quran sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.

b. Konsep ketuhanan yang bersifat spekulasi

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sedemikian


rupa,sehinggamanusiamerelakandirinyadikuasaiolehNya.Perkataan dipentingkanhendaklahdia
rtikansecaraluas.Tercakupdidalamnyayangdipuja,dicintai,diagungkan,diharap-harapkan dapat

4
memberikan kemaslahatan atau kegembiraan dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan
mendatangkan bahaya atau kerugian.
Perkataan yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur`an dipakai untuk menyatakan
berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam QS al-Jatsiyah
ayat 23.

          َ َ‫ضلَّهُ هَّللا ُ َعلَى ِع ْل ٍم َوخَ تَ َم َعلَى َس ْم ِع ِه َوقَ ْلبِ ِه َو َج َع َل َعلَى ب‬


   ‫ص ِر ِه ِغشَا َوةً فَ َم ْن‬ َ َ‫أَفَ َرأَيْتَ َم ِن اتَّ َخ َذ إِلَهَهُ ه ََواهُ َوأ‬
                                                                                     ‫يَ ْه ِدي ِه ِم ْن بَ ْع ِد هَّللا ِ أَفَال تَ َذ َّكرُون‬
Artinya:
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah Telah mengunci
mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka
Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”.
Dalam surat Al-Qashash ayat 38, perkataan illah dipakai oleh fir`aun untuk dirinya sendiri :

ُ‫صرْ حًا لَّ َعلِّي أَطَّلِ ُع إِلَى إِلَ ِه ُمو َسى َوإِنِّي أَل َظُنُّه‬ ُ ‫ال فِرْ عَوْ نُ يَا أَيُّهَا ْال َمأَل ُ َما َعلِ ْم‬
َ ‫ت لَ ُكم ِّم ْن إِلَ ٍه َغي ِْري فَأَوْ قِ ْد لِي يَا هَا َمانُ َعلَى الطِّي ِن فَاجْ َعل لِّي‬ َ َ‫َوق‬
٣٨﴿  َ‫) ِمنَ ْالكَا ِذبِين‬
                                                                                   
“Dan Fir’aun berkata : wahai para pembesar aku tidak menyangka bahwa kalian masih
mempunyai ilah selain diriku“.
Contoh ayat diatas tersebut menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengundang
berbagai arti benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi) maupun benda nyata (fira`un atau
penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan illah juga dalam bentuk tunggal (mufrad ilaahun,
ganda (mutsanna ilaahaini) dan banyak (jama‟aalihatun).

5
BAB II
Al-Qur‟an & Hadist Sebagai Sumber Sains dan Teknologi.

Di dalam Al-Quran terdapat beratus-ratus ayat yang menyebut tentang ilmu pengetahuan dan
sains yang merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci AlQur‟an. Bahkan kata „ilm dan
turunannya disebut sebanyak 778 kali. Selain itu sains juga merupakan salah satu kebutuhan agama Islam,
hal ini dibuktikan dengan fakta setiap kali umat Islam melaksanakan ibadah memerlukan penentuan
waktu yang tepat. Contohnya dalam melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan,
pelaksanaan haji semuanya memiliki waktu tertentu dan untuk menentukan waktu yang tepat diperlukan
ilmu astronomi yang memang termasuk dalam sains. Islam adalah agama yang mengajarkan bahwa ilmu
pengetahuan dan agama merupakan sesuatu yang saling berhubungan dan melengkapi. Al Qur‟an
merupakan sumber ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan merupakan sarana untuk mengaplikasikan
segala sesuatu yang tertuang dalam ajaran Islam

1. Dimensi Sains dan Teknologi dalam al-Qur’an


Kata sains dan teknologi ibarat dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan satu sama
lain. Sains, menurut Baiquni, adalah himpunan pengetahuan manusia tentang alam yang
diperoleh sebagai konsensus para pakar, melalui penyimpulan secara rasional mengenai hasil-
hasil analisis yang kritis terhadap data pengukuran yang diperoleh dari observasi pada gejala-
gejala alam.

Sedangkan teknologi adalah himpunan pengetahuan manusia tentang proses-proses


pemanfaatan alam yang diperoleh dari penerapan sains, dalam kerangka kegiatan yang
produktif ekonomis (Baiquni, 1995: 58-60).

Pandangan al-Qur’an tentang sains dan teknologi dapat ditelusuri dari pandangan al-
Qur’an tentang ilmu. Al-Qur’an telah meletakkan posisi ilmu pada tingkatan yang hampir
sama dengan iman seperti tercermin dalam surat al-Mujadalah ayat 11:

6
“… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

Sedangkan pandangan al-Qur’an tentang sains dan teknologi, dapat diketahui dari
wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad saw.:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia menciptakan


manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang
Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (tulis baca). Dia Mengajarkan manusia apa
yang tidak diketahuinya.” (QS al-‘Alaq: 1-5)

2. Konsep Al-Qur’an dalam Ilmu Sains

Sains dan ilmu pengetahuan merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci Al-
Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu sendri disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 105 kali, tetapi
dengan kata jadiannya kata ‘ilm disebut lebih dari 744 kali.
Sains merupakan salah satu kebutuhan agama Islam, hal ini dibuktikan dengan fakta
setiap kali umat Islam melaksanakan ibadah memerlukan penentuan waktu yang tepat.
Contohnya dalam melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji
semuanya memiliki waktu tertentu dan untuk menentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu
astronomi yang memang termasuk dalam ilmu sains.
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Al-Qur’an memiliki banyak keistimewaan dan
keutamaan di dalamnya. Salah satu keistimewaan dan keutamaan Al-Qur’an yakni memberi
gambaran umum ilmu alam untuk merangsang perkembangan berbagai ilmu. Dengan kata
lain di dalam Al-Qur’an juga terkandung banyak ilmu-ilmu pengetahuan yang dibutuhkan
manusia untuk mengembangkan pengetahuan-pengetahun di dunia Sains.

7
Dalam pengkajian ayat-ayat yang terkandung di dalam Al-Qur’an terdapat banyak
sekali ilmu pengetahuan khususnya di bidang Sains yang akhirnya memang telah dibuktikan
dengan teori-teori dari para ilmuwan, antara lain :

 Peristiwa Big Bang


Dalam surat Al-Anbiya ayat 30, Allah SWT berfirman yang artinya :

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya.
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada
juga beriman ?” (Al-Anbiya : 30)
Pada tahun 1927, seorang ilmuwan bernama Hubble
mengemukakan sebuah teori mengenai asal muasal pembentukan jagad raya yang diberi
nama Teori Big Bang.
Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa alam semesta pada mulanya merupakan
satu kesatuan yang mempunyai energi yang sangat besar sekali. Selanjutnya peristiwa
alamiah terjadi, dan mengakibatkan alam semesta terpecah dan terbagi-bagi kepada
bagian yang sangat banyak, sehingga masing-masing bagian memiliki energi yang lebih
kecil dari sebelumnya.

Peristiwa itu diakibatkan ledakan besar yang mengakibatkan terciptanya gugusan


galaksi, matahari, bintang-bintang dan satelit. Pasca terjadinya ledakan, energi alam
semesta terbagi kepada semua benda dengan sistim yang sangat detail yang
memungkinkan alam semesta ini dapat melangsungkan perjalanannya sampai batas
waktu yang telah ditentukan (oleh Penciptanya).

 Orbit
Pada abad ke-15 seorang ilmuwan bernama Copernicus menemukan bahwa
matahari sebagai pusat peredaran. Tapi perlu diketahui bahwa jauh hari sebelum

8
Copernicus mengemukakan temuannya tersebut, di dalam Al-Qur’an sudah dituliskan
bagaimana matahari dan bulan beredar.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Anbiya’ ayat 33 :

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya” (Al-Anbiya : 33).
Tanda yang tersendiri yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT di dalam ayat
tersebut adalah perjalanan matahari pada orbitnya sehingga ke penghujung pusingannya.
Pusingan adalah satu ketentuan dan ketetapan daripada Allah Yang Maha Kuasa lagi
Maha Mengetahui bagi setiap sesuatu.

Kesimpulannya, penjelasan Alquran sesuai dengan penelitian sains yang


menjelaskan terjadinya siang dan malam karena rotasi Bumi pada Matahari. Sementara
itu Bumi dan Bulan sendiri juga memiliki peredaran di dalam orbit yang bentuknya
bergelombang seperti sedang ‘berenang’.

 Proses terjadinya hujan


Dalam surat An-Nuur ayat 43 Allah SWT berfirman :

“Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian


mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih,
maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan
(butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-

9
gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) kepada kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat
awan itu hampir menghilangkan penglihatan” (An-Nuur : 43).

Para peneliti bidang menyebutkan bahwa fenomena awan tebal bermula ketika
menggiring/mengarak kawanan awan kecil ke convergence zone (tempat berkumpul) dari
awan-awan tersebut. Pengarakkan bagian-bagian ini menyebabkan bertambahnya kualitas
jumlah uap air dalam perjalanannya, terutama di sekitar convergence zone. Ketika uap air
sudah terlalu banyak, maka jatuhlah uap air tersebut ke permukaan bumi yang disebut
hujan.

10
BAB III.

Generasi terbaik menurut Al-Hadits

1. Generasi Terbaik Umat Islam


Generasi salafus shalih merupakan generasi yang terbaik umat Islam. Sebab itulah kita
dianjurkan untuk mengikuti mereka dalam beragama. Salah satu jejak salafus shalih yang
menggetarkan hati adalah mereka yang selalu menomersatukan ketakwaan, menjauhi hal syubhat
dan syahwat, serta mereka sering menangisi diri sendiri yang belum tentu mendapatkan ridha
Allah.
Para salafus saleh selalu mementingkan ketakwaan, menghindari hal syubhaat dan
syahwat, meski demikian tak jarang saat sendiri mereka menangisi diri mereka yang belum tentu
diridhai Allah Ada beberapa pendapat dari para ulama dalam mengartikan istilah “Salaf” dan
terhadap siapa kata itu sesuai untuk diberikan. Pendapat tersebut terbagi menjadi 4 perkataan.
a. Di antara para ulama ada yang membatasi makna Salaf yaitu hanya para Sahabat Nabi saja.
b. Di antara mereka ada juga yang berpendapat bahwa Salaf adalah para Sahabat Nabi dan
Tabi’in (orang yang berguru kepada Sahabat).
c. Dan di antara mereka ada juga yang berkata bahwa Salaf adalah mereka adalah para Sahabat
Nabi, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in. (Luzumul Jama‟ah (hal: 276-277)). Dan pendapat yang
benar dan masyhur, yang mana sebagian besar ulama ahlussunnah berpendapat adalah
pendapat ketiga ini.
d. Yang dimaksud Salaf dari sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun waktu/periode
yang telah diberi persaksian Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam dalam hadits beliau
Shallallahu „alaihi wasallam. Mereka itulah yang berada di tiga kurun/periode, yaitu para
sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Artinya,“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia
yang
hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya.”
(HR. Bukhari (2652), Muslim (2533)).
Maka dari itu, setiap orang yang mengikuti jalan mereka, dan menempuh sesuai
manhaj/metode mereka, maka dia termasuk salafi, karena menisbahkan/menyandarkan
kepada mereka.
 Dalil-dalil Yang Menunjukkan Wajibnya Mengikuti Salafush Shalih

11
a. Dalil Dari Al Qur’anul Karim
Artinya, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran
bainya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia
leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisa : 115].
Dalam ayat yang lain, Allah Ta‟ala berfirman Artinya, “Orang-orang yang
terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan
anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada
mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-
surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-
lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” [QS. At-Taubah : 100].
Allah mengancam dengan siksaaan neraka jahannam bagi siapa yang mengikuti
jalan selain jalan Salafush Shalih, dan Allah berjanji dengan surga dan keridhaanNya
bagi siapa yang mengikuti jalan mereka.
b. Dalil Dari As-SunnahHadits Dari Abdullah bin Mas‟ud
Rasulullah Shallallaahu „alaihi wasallam telah bersabda
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang
hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya,
kemudian akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka mendahului
sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari (3650), Muslim
(2533)).
Kemudian dalam hadits yang lain, ketika Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam
menyebutkan tentang hadits iftiraq (akan terpecahnya umat ini menjadi 73 golongan),
beliau Shallallahu „alaihi wasallam bersabda.
Artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah
berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sesungguhnya (ummat) agama ini
(Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua
golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga, yaitu
al-Jama‟ah.” [Shahih, HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128),
ad-Darimi (II/241), al-Ajurri dalam asy-Syarii‟ah, al-Lalikai dalam as-Sunnah (I/113
no. 150].
Hadits iftiraq tersebut juga menunjukkan bahwa umat Islam akan terpecah
menjadi 73 golongan, semua binasa kecuali satu golongan, yaitu yang mengikuti apa
yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam dan para

12
Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Jadi, jalan selamat itu hanya satu, yaitu mengikuti
Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih (para Sahabat).
c. Hadits panjang dari Irbad bin Sariyah Radhiyallahu „anhu.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
Artinya: “Barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka ia akan
melihat perselisihan yang banyak, oleh sebab itu wajib bagi kalian berpegang dengan
sunnahku dan Sunnah Khulafaaur Rasyidin (para khalifah) yang mendapat petunjuk
sepeninggalku, pegang teguh Sunnah itu, dan gigitlah dia dengan geraham-geraham,
dan hendaklah kalian hati-hati dari perkara-perkara baru (dalam agama) karena
sesungguhnya setiap perkara baru adalah bid‟ah dan setiap bid‟ah adalah sesat”
[Shahih, HR. Abu Daud (4607), Tirmidzi (2676), dishahihkan oleh Syeikh AlAlbani
dalam Shahihul Jami‟ (1184, 2549)].
Nabi Shallallahu „alaihi wasallam mengabarkan kepada ummat agar mengikuti
sunnah beliau Shallallahu „alaihi wasallam dan sunnah para Khualafaur Rasyidin yang
hidup sepeninggal beliau disaat terjadi perpecahan dan perselisihan.

13
BAB IV

Pengertian dan Jejak Salafussoleh Menurut Al-Hadits

Islam adalah agama yang bersifat universal, karena setiap ajarannya mencakup seluruh aspek
kehidupan. Kehadiran agama Islam dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, diyakini dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Didalamnya terdapat petunjuk tentang
bagaimana manusia menyikapi kehidupan secara lebih bermakna. Semua ajaran Islam terkodifikasi dalam
Al-Qur’an, akan tetapi Al-Qur’an memerlukan penjelasan karena Al-Quran bersifat global. Oleh karena
itu, penafsiran Al-Qur’an mengalami perbedaan oleh umat Islam karena versi penafsiran sesuai dengan
situasi dan kondisi umat Islam yang berbeda-beda.
Perbedaan penafsiran tersebut yang membuat pola pikir aliran kalam berbeda, secara umum kerangka
pikir para mutakalimin ada dua yaitu tradisional dan rasional. Mutakalimin yang berpola pikir tradisional
adalah terikat dogma dan ayat yang mengandung arti zhanni (teks yang mengandung arti lain selain arti
secara harfiah). Sedangkan mutakalimin yang berpikir rasional terikat dogma yang jelas dan tidak
menginterpretasi ayat yang zhanni, mereka lebih mengutamakan akal.
Beragam jenis mutakalimin terdapat aliran Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah (kaum yang berpegang
teguh kepada sunnah dan kaum mayoritas), di dalamnya terdapat dua versi yang berbeda dalam
mempertahankan ranah akidah yang dikenal dengan istilah salaf dan khalaf. Pada masa Ahlu Sunnah salaf
dan khalaf banyak terjadi perselisihan antara ulama-ulama pada saat itu tentang ilmu kalam. Dan terkait
masalah tersebut dan materi mata kuliah yang diberikan dalam bentuk makalah, maka makalah ini
diberikan judul “Ahlussunnah Salaf dan Khalaf”.
1. Pengertian dan jejak salafussoleh
a) Etimologi (secara bahasa):

Ibnul Faris berkata, “Huruf sin, lam, dan fa’ adalah pokok yang menunjukkan
‘makna terdahulu’. Termasuk salaf dalam hal ini adalah ‘orang-orang yang telah lampau’,
dan arti dari ‘al-qoumu as-salaafu’ artinya mereka yang telah terdahulu.” (Mu’jam Maqayisil
Lughah: 3/95)

b) Terminologi (secara istilah)

Ada beberapa pendapat dari para ulama dalam mengartikan istilah “Salaf” dan
terhadap siapa kata itu sesuai untuk diberikan. Pendapat tersebut terbagi menjadi 4 perkataan
:

 Di antara para ulama ada yang membatasi makna Salaf yaitu hanya para Sahabat Nabi
saja.

14
 Di antara mereka ada juga yang berpendapat bahwa Salaf adalah para Sahabat Nabi dan
Tabi’in (orang yang berguru kepada Sahabat).
 Dan di antara mereka ada juga yang berkata bahwa Salaf adalah mereka adalah para
Sahabat Nabi, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in. (Luzumul Jama’ah (hal: 276-277)).
 Dan pendapat yang benar dan masyhur, yang mana sebagian besar ulama ahlussunnah
berpendapat adalah pendapat ketiga ini.

Yang dimaksud Salaf dari sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun

waktu/periode yang telah diberi persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits
beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka itulah yang berada di tiga kurun/periode, yaitu para
sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

«‫ ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم‬،‫ ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم‬،‫اس قَرْ نِي‬
ِ َّ‫»خَ ْي ُر الن‬
Artinya,“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang
hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya.” (HR.
Bukhari (2652), Muslim (2533))

Maka dari itu, setiap orang yang mengikuti jalan mereka, dan menempuh sesuai
manhaj/metode mereka, maka dia termasuk salafi, karena menisbahkan/menyandarkan kepada
mereka.

2. Dalil-dalil Yang Menunjukkan Wajibnya Mengikuti Salafush Shalih


a. Dalil Dari Al Qur’anul Karim

Artinya, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bainya dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam
itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisa : 115]

15
Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,

Artinya, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara
orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-
lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” [QS. At-Taubah : 100]

Allah mengancam dengan siksaaan neraka jahannam bagi siapa yang mengikuti jalan
selain jalan Salafush Shalih, dan Allah berjanji dengan surga dan keridhaan-Nya bagi siapa yang
mengikuti jalan mereka.

b. Dalil Dari As-Sunnah

Hadits Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam
telah bersabda,

‫اس قَرْ نِي ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم‬


ِ َّ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َخ ْي ُر الن‬
َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ع َْن النَّبِ ِّي‬
ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ َر‬

‫ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم‬

Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang
hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian
akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya, dan
sumpahnya mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari (3650), Muslim (2533)).

16
BAB V

Islam: Ajaran Tentang Berbagi Serta Keadilan Penegak Hukum

1. Ajaran tentang berbagi

Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menurunkan banyak sekali ayat mengenai anjuran
berbagi bagi umat Islam. Selain itu, Allah juga menggambarkan balasan bagi orangyang gemar
berbagi(bersedekah).

a. Gambaran Orang yang Mengajak Berbagi

Allah berfirman dalam Surat An-Nisa Ayat 114, "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan
bisik-bisikan mereka, kecuali (bisik-bisikan) orang yang menyuruh bersedekah, atau berbuat
kebaikan, atau mendamaikan di antara manusia. Dan siapa yang berbuat demikian dengan
maksud mencari keridhoan Allah, tentulah Kami akan memberi kepadanya pahala yang amat
besar."

b. Berbagi Harta yang Kita Sukai

Allah menggambarkan kesempurnaan amalan apabila berbagi sesuatu yang kita sayangi
dalam Surat Ali-Imran Ayat 92, "

17
Kamu tidak sekali-kali akan dapat mencapai (hakikat) kebajikan dan kebaktian (yang
sempurna) sebelum kamu dermakan sebagian dari apa yang kamu sayangi. Dan sesuatu apa juga
yang kamu dermakan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya."

c. Pahala Orang yang Berbagi(bersedekah)

Tertulis dalam Surat Al-Baqarah ayat 261,

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya


di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap
bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah
maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui."

d. Berbagi di Waktu Sulit

Allah berfirman bagi hambanya yang kesulitan ekonomi untuk bersedekah dan
menjanjikan adanya kemudahan setelah kesulitan. Firman Allah dalam Surat At-Thalaq Ayat 7,

18
"Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang
diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan
(sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah
kesempitan."

2. Penegak hukum dan keadilan dalam islam.

Penegakan supremasi hukum adalah keniscayaan. Tegaknya supremasi hukum akan


melahirkan suatu kepastian. Kepastian tentang yang benar (al-haq) dan mana yang salah (al-
bathil).

Dari penglihatan sehari-hari, sering kali kita menyaksikan keadilan masih lebih berpihak
kepada orang berduit, sehingga muncul istilah yang dipelesetkan, kasih uang habis perkara, atau
istilah wani piro.

Dalam masalah hukum, rakyat kecil sering kali terpinggirkan. Persoalan sederhana
ditangani secara berlebihan. Persoalan yang seharusnya diselesaikan menurut ukurannya, malah
menjadi lebar dan luas hanya karena tidak mampu menempatkan persoalan secara proporsional.

Keadilan menuntut kejujuran dan objektivitas, artinya tidak berpihak kecuali kepada
kebenaran dan rasa keadilan itu sendiri. Berkaitan dengan penegakan hukum, Rasulullah SAW
berpesan secara khusus kepada penegak hukum agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik
dan benar.
Islam memerintahkan kepada setiap manusia untuk berbuat adil atau menegakkan keadilan pada
setiap tindakandan perbuatan yang dilakukan (Qs. An-Nisaa (4): 58):

19
‘’Sesungguhnya Allah menyuruhmu menyampaikan ama nat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apa bila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat’’.

Dalam Al-Qur’an Surat an-Nisaa ayat 135 juga dijumpal perintah kepada orang-orang


yang beriman untuk menjadi penegak keadilan, yaitu:

‘’Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benarpenegak


keadilan, menjadi saksi karena Allah walaupun terhadap dirimu sendiri atau Ibu, Bapak dan kaum
kerabatmu. Jika ia, kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemasalahatanya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dan kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau dengan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui Segalanya apa yang kamu lakukan’’

Perintah untuk berlaku adil atau menegakkan keadilan dalam menerapkan hukum tidak
memandang perbedaan agama, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat asSyuura  ayat
15, yakni:

20
‘’Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah:
“Aku beriman kepada semua kitab yaig diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku
adil di antara kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada
pertengkaran antara kami dan kamu Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kebali
(kita).’’

Begitu pentingnya berlaku adil atau menegakkan keadilan, sehingga Tuhan


memperingatkan kepada orang-orang yang beriman supaya jangan karena kebencian terhadap
suatu kaum sehingga memengaruhi dalam berbuat adil, sebagaimana ditegaskan dalam A1-
Qur’an Surat al-Maidah (5) ayat 8, yakni:

‘’Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu Untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah
karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan takwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

21
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sabiq bin Abdul Latif Abu Yusuf, 2006, Matahari Mengelilingi Bumi (sebuah kepastian Al-
Qur'an dan As-Sunnah serta bantahan terhadap teori bumi mengelilingi matahari), Gresik : Al-Furqon.
Fazlur Rahman, 2007, Ensiklopediana Ilmu dalam Al-Qur 'an, Jakarta: Mizania.
Anisur Rahman, 2004 .Einstein Aja Baca Qur'an, (terjemah S. Abdullah dari judul asli The Glorius Koran
and Modern Science), Jogjakarta : Balqist.
As-Suyuti, Al-Mahali, tt. Tafsir Jalalain, Surabaya : Nabhan Wa Auladuhu.
Depdikbud, 1993, Pendidikan Sains, Teknologi dan Masyarakat diIndonesia,Bandung : PPPG IPA
Bandung.
Salladien, 1984. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Surabaya : Bina Ilmu.
Shaleh, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat Al-Qur'an, Bandung: Diponegoro.
Simamora, 1978. Ilmu Bumi Alam untuk SLTA, Jakarta: Pejuang Bangsa.
Subijanto, 1992. Pendekatan Sains dalam Peningkatan Keislaman,Malang : IKIPMalang Surin, Bachtiar,
1987. Adz-Dzikraa Terjemah dan Tafsir Al-Qur'an dalam Huruf Arab dan Latin, Bandung : Angkasa.

Penyusun. 1997. Ensiklopdi Islam. Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve


Jamhari, jajang jahroni. 2004. Gerakan Salafi Radikal di Indonesia. Jakarta : pT. Raja Grafindo Persada

   Dahlan, Abdul Aziz, Sejarah Perkembangan Pemikiran dalam Islam bagian I: Pemikiran Teologis,
Jakarta: Beunebi Cipta, 1987.

      Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Cetakan II, Jakarta: UI
Press, 1978.

      Qaradhawi, Yusuf, Akidah Salaf dan Khalaf, pent. Arif Munandar Riswanto, dari judul asli, Fusûl fî
al-‘Aqîdah Bain al-Salaf wa al-Khalaf, Jakarta: Pustaka al-Kautsar,2006.

    47

Qathani, Said, dan Nashir bin Abdul Kadir al-Aql, Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan Kewajiban
Mengikutinya, pent. Farid Bathothi dan Imam Mudzakir, Surabaya: Pustaka As-Sunnah, 2003.

  Syihab, Akidah Ahlus Sunnah Versi Salaf-Khalaf dan Posisi Asya’irah di Antara Keduanya, Jakarta:
Bumi Aksara, 1998.
Al-Hasan, Ahmad Y. dan Donald R. Hill, Teknologi dalam Sejarah Islam, Bandung: Mizan, 1993
Al-Ikhwan.net, Al-Qur’an dan IPTEK (2): Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan dalam Islam , Al-
Ikhwan.net.com, di akses 15 Februari 2020

22
An-Najjar, Zaghlul, Pembuktian Sains Dalam Sunnah, Terjemah, Azni Ilham Faylasufa, Jakarta : Amzah,
2007
Asnawi, Muh., dkk, Qur’an Hadits Untuk Madrasah Aliyah Kelas X, Semarang: C.V. Gain & Son, 2004
Bakar, Osman, Tauhid dan Sains Esai-Esai tentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam, Surabaya: Pustaka
Hidayah, t.th.
Fakhri, Jamal, “Sains dan Teknologi Dalam Al-Qur’an dan Implikasinya Dalam Pembelajaran” TA’DIB,
Vol. XV No. 01. Edisi, Juni 2010
Fatah, Rohadi Abdul, dan Sudarso, Ilmu dan Teknologi dalam Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1992
Hadjar, Nasril, Pengenalan Astronotika dan Teknologi Antariksa, Jakarta: Orsat Pemuda, t.th.
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Singapura: Pustaka Nasional, 1999
Hasan, Muhammad Tolhah, Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman, Jakarta: Lantabora
Press, 2003
http://IPTEK/Teknologi _ cheuw . com/ di akses 15 Februari 2020
Ika Rochdjatun Sastrahidayat, Ilmu Pengetahuan Modern dan Agama Islam, Surabaya: Avicenna, t.th.
Ismail, Gazali, Al-Qur’an Perspektifnya Terhadap Sains dan Teknologi Ethos Kerja Generasi Muda dan
Profil Ulama Zaman Modern, Padang: Angkasa Raya, 1990
Melsen, Van, Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
Naim, Mochtar, Kompendium Himpunan Ayat-ayat Al-Qur’an Yang berkaitan Dengan Masalah Biologi
dan Kedokteran, Jakarta : Gema Insani Press, 1996

Noor, Idris HM. “Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dalam Kegiatan

Pengabdian Masyarakat di Perguruan Tinggi” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 3, Mei
2011
Pasya, Ahmad Fuad, Dimensi Sains Al-Qur’an Menggali Ilmu Pengetahuandari Al-Qur’an, Solo: Tiga
Serangkai, 2004
Poedjiadi, Anna, Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005
Raharjo, Mudjia, Metodologi Penelitian, Malang: UIN Maliki, 2015
Resosoedarmo, Soedjiran, dkk, Pengantar Ekologi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990
Rosadisastra, Andi, Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial, Jakarta : Amzah, 2007
Sardar, Ziauddin. 1987. Masa Depan Islam, Bandung: Pustaka Salman
Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Cet.
XXXI, Bandung : Mizan, 2007

23
Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2004
Wawasan al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1996Sidik, Muhammad Ansorudin, Pengembangan Wawasan
Iptek Pondok Pesantren, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Solihin, Epistimologi Ilmu dalam Sudut Pandang Al-Qhazali, Bandung: Pustaka Setia, 2001
Syah, Jalinus, dkk, Kamus Besar Pelajar Kata Serapan Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1993
Thoyyibi, M. (editor), Filsafat Ilmu Dan Perkembanganya, Surakarta: Muhammadiyah University Press,
1994
Wahid, Ramli Abdul, Ulumul Qu’ran, Jakarta: Grafindo, 1996
Wardana, Wisnu Arya, Al-Qur’an dan Energi Nuklir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004
Yatim, Wildan, Biologi Modern Pengantar Biologi, Bandung: Tarsito, t.th.
Zain, Shaharir bin Mohamad. 1992. “Islam dan Pembangunan Sains dan Teknologi” , Makalah,
disampaikan dalam Konggres “Menjelang Abad 21: Islam dan Wawasan 2020, di Kuala Lumpur tahun
1992.

Ali bin muhammad ad-Dhihami,2009,Sedekah,keutamaan dan variannya. Jakarta:Dompet ummat.


(online),http:www.islamhouse.com diakses tanggal 10 april 2012.

Faiz Almath, Muhammad. 1994. 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta:Gema Insani
Press.

Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Teungku. 1999. Pedoman Zakat. Semarang:PT Pustaka Rizki Putra.

Rahman Ghazali, Abdul. Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta:Kencana
Prenada Media Group.

Syafe’i, Rahmat. 2004. Fiqih Muamalah Untuk IAIN, STAIN, PTAIS, dan Umum. Bandung:CV Pustaka
Setia.

Zuhdi, Musjfuk. 1993. Studi Islam Jilid III : Muamalah. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada

Mubin, Nurul.  Lunasi Utang – utangmu Dengan Shadaqah. Yogyakarta : Bening. 2011.

Suyogi, Priyo. Rahasia Di Balik Ayat – Ayat Cinta Shadaqah. Yogyakarta : DIVA Press. 2012

Mansyur, Yusuf. Kun Fayakuun 2. Jakarta : Zikrul Hakim. 2011

Maulana, Fayet. Keajaiban sedekah. Jombang : Lintas Media. 2009

24
Adawiya, Silmi. 2019, November 29. Jejak Salafus Shalih yang Menggetarkan Hati. [online] Tersedia:
https://bincangsyariah.com/khazanah/salafus-shalih-yangmenggetarkan-hati/.[23 Oktober 2020]

Akbar,Aidil. 2018, Juni 08. Ayat Sains dan Teknologi. [online] Tersedia: https://www.pta-
padang.go.id/detailpost/ayat-sains-dan-teknologi. [23 Oktober 2020]

Abdurohman, Lilik. 2013, November 13. Siapakah Salafus Shalih?. [online] Tersedia:
https://muslim.or.id/18935-siapakah-salafus-shalih.html. [23 Oktober 2020]

Hakimi, Desrizal Idrus. 2020, Maret 22. Jika Keadilan Tidak Tegak Pertanda Bangsa Ini Diambang
Kehancuran. [online] Tersedia: https://www.sumbartoday.net/2020/03/22/jika-keadilan-tidak-
tegakpertanda-bangsa-ini-diambang-kehancuran/. [24 Oktober 2020]

Hendratno. 2008. Mengenal Ilmu Tauhid. [online]. Tersedia:


http://www.dakwatuna.com/2008/07/824/mengenal-ilmu-tauhid/. [23 Oktober 2020]
https://id.wikipedia.org/wiki/Tauhid https://id.wikipedia.org/wiki/Salaf Kastaman, R. 2014, Juni 28.

Nuansa Hikmah: Menjadi Manusia Yang Banyak Memberi Manfaat. [online] Tersedia:
https://www.unpad.ac.id/rubrik/nuansa-hikmah-menjadi-manusiayang-banyak-memberi-manfaat/. [24
Oktober 2020]

Khoirunisa, Icha. 2017, Oktober 13. Artikel Tentang Tauhid. [online] Tersedia:
https://ichakhoirunisa03.wordpress.com/2017/10/13/artikel-tentangtauhid [23 Oktober 2020]

Msc, Muhammad Abduh Tuasikal. 2010, Mei 13. Jangan Lupa untuk Saling Berbagi. [online] Tersedia:
https://rumaysho.com/1020-jangan-lupa-untuk-saling-berbagi.html. [24 Oktober]

Nida, Shofia. 2020, Juni 04. Keutamaan bersedekah beserta jenis dan dalilnya sesuai ajaran Islam.
[online] Tersedia: https://www.brilio.net/wow/keutamaan-bersedekah-beserta-jenis-dandalilnya-sesuai-
ajaran-islam-200604i.html. [24 Oktober 2020]

Dinda Borumufarrokhah. 2019, Juli 10. Paradigma Islam Terhadap Sains dan Teknologi. [online]
Tersedia: https://www.kompasiana.com/dindaborumufarrokhahsiregar2275/5d25e1d9097f
3634b204b232/paradigma-islam-terhadap-sains-danteknologi?page=all#sectionall [23 Oktober 2020]

Zoelva, H. Hamdan. 2018, Juni 18. Kembali ke Fitrah Keadilan dalam Perspektif Islam dan Kebangsaan.
[online] Tersedia: https://mediaindonesia.com/read/detail/166818-kembali-ke-fitrah-keadilandalam-
perspektif-islam-dan-kebangsaan. [24 Oktober 2020]

25
https://currikicdn.s3-us-west-2.amazonaws.com/resourcedocs/54d3775e84d96.pdf
https://agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/konsep-ketuhanan-dalam-islam/
https://id.wikipedia.org/wiki/Deisme
https://id.wikipedia.org/wiki/Panteisme
https://id.wikipedia.org/wiki/Teisme_agnostis
https://greatquranhadis.wordpress.com/macam-macam-tauhid-dan-penjelasannya/
http://gagaje.blogspot.co.id/2013/05/surah-al-ikhlas.html
https://ayundi1456.wordpress.com/2013/01/02/pengertian-dan-macam-macam-tauhid/

26
LAMPIRAN

1.Ilmuwan bernama Copernicus yang menemukan bahwa matahari sebagai pusat peredaran.

2.Ilmuwan yang bernama Max Muller yang mengemukakan teori Evolusonisme dalam kepercayaan
terhdap Tuhan

27

Anda mungkin juga menyukai