Anda di halaman 1dari 10

RANGKUMAN MATA KULIAH

METODOLOGI PENELITIAN AKUNTANSI


“PROSES PENELITIAN”

Oleh :

Ni Putu Tiari Artarini (1807531229)

KELAS EKA 400 A3

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2020
3.1 Identifikasi, pemilihan dan perumusan masalah penelitian

.     Idetifikasi Masalah
Identifikasi masalah diperlukan agar peneliti benar-benar menemukan masalah
ilmiah, bukan akibat dari permasalahan lain. KerlingerdanImam
Suprayogo menjelaskan bahwa masalah ilmiah bukanlah masalah moral dan etis.
Sebagaimana dikemukakan di muka, masalah penelitian bersifat tidak terbatas.
Meskipun demikian, tidak semua masalah yang ada di masyarakat bisa diangkat sebagai
masalah penelitian. Untuk mengidentifikasi masalah penelitian, perlu diajukan empat
pertanyaan:
1. Masalahnya apa (Substansinya) ? 
2. Bermasalah menurut siapa ? 
3. Dianggap masalah dalam konteks apa ? 
4. Dalam perspektif apa?
Kalau keempat pertanyaan di atas dicross-check-kan dengan kerangka analisis
permasalahan di atas, dapat dipastikan sebagai sebuah masalah penelitian yang baik.
Tetapi, kalau ternyata tidak, belum tentu dapat dianggap sebagai sebuah masalah
penelitian.
C.    Pemilihan Masalah
Setelah mengidentifikasi masalah dari berbagai sumbernya, dan ditemukan lebih
dari satu masalah, maka dari masalah-masalah tersebut, dipilih salah satu yang paling
layak dan paling sesuai untuk diteliti, yaitu masalah yang akan ditetapkan sebagai
penelitian. Sedangkan pokok persoalan yang memerlukan pemecahan melalui penelitian
adalah sesuatu yang problematik yang disebut masalah. Jadi topik menonjolkan inti
persoalan, juga menegaskan batas-batas masalah dan mengarahkan penentuan judul
penelitian.
Selanjutnya, dalam menetapkan masalah yang layak untuk diteliti, dapat
digunakan beberapa pertimbangan, antara lain :
1. Apakah topik tersebut dapat dijangkau dan dikuasai (manageable topic)
2. Apakah bahan-bahan/data tersedia secukupnya (obtanabledata)
3. Apakah topik tersebut penting untuk diteliti (significance of topic)
4. Apakah topik tersebut cukup menarik minat untuk diteliti dan dikaji (interested
topic).
Selain itu, juga perlu dihindari duplikasi atau jiplakan topik lama, dan resistensi
sosial, kultural dan ideologis terhadap sesuatu masalah yang hendak diteliti.
Masalah penelitian berbeda dengan masalah-masalah lainnya. Tidak semua
masalah kehidupan dapat menjadi masalah penelitian. Masalah penelitian terjadi jika ada
kesenjangan antara yang seharusnya dengan kenyataan yang ada, antara apa yang
diperlukan dengan yang tersedia antara harapan dan kenyataan. Salah satu cara untuk
1
membuat perumusan masalah yang baik ialah dengan melakukan proses penyempitan
masalah dari yang sangat umum menjadi lebih khusus dan pada akhirnya menjadi
masalah yang spesifik dan siap untuk diteliti.
1. Kriteria Masalah Penelitian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih masalah penelitian.

1.      Memiliki nilai penelitian


Masalah yang akan dipecahkan akan berguna atau bermanfaat yang positif.
2.      Memiliki fisibilitas
Fisibilitas artinya masalah tersebut dapat dipecahkan atau dijawab.
3.      Faktor yang perlu diperhatikan, antara lain:
1.      Adanya data dan metode untuk memecahkan masalah tersebut.
2.      Batas-batas masalah yang jelas.
3.      Adanya alat atau instrumen untuk memecahkannya.
4.      Adanya biaya yang diperlukan.
5.      Tidak bertentangan dengan hukum.
6.      Sesuai dengan kualitas peneliti, artinya tingkat kesulitan masalah disesuaikan dengan
tingkat kemampuan peneliti.
4.      Rumusan Masalah Penelitian yang Baik
Rumusan masalah penelitian yang baik, antara lain:
1.      Bersifat orisinil, belum ada atau belum banyak orang lain yang meneliti masalah tersebut.
2.      Dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan terhadap masyarakat.
3.      Dapat diperoleh dengan cara-cara ilmiah.
4.      Jelas dan padat, jangan ada penafsiran yang lain terhadap masalah tersebut.
5.      Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
6.      Bersifat etis, artinya tidak bertentangan atau menyinggung adat istiadat, ideologi, dan
kepercayaan agama.
5.      Sumber Masalah Penelitian
Sumber masalah penelitian, antara lain:
1.      Buku bacaan atau laporan hasil penelitian.
2.      Pengamatan sepintas.
3.      Pernyataan pemegang otoritas.
4.      Perasaan intuisi.
5.      Diskusi, seminar, dan pertemuan ilmiah lainnya.

D.    Perumusan Masalah

2
Masalah adalah kendala yang harus diselesaikan untuk mencapai suatu tujuan.
Disebut masalah jika suatu yang  diharapkan berbeda dengan kenyataan.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian, merupakan titik tolak dari perumusan
hipotesis, dan dari rumusan masalah ini dapat menghasilkan topik penelitian atau judul
penelitian. Oleh karena itu, maka setelah mengidentifikasi dan memilih masalah, langkah
berikutnya adalah merumuskan masalah
Muhammad Ali mengemukakan bahwa langkah-langkah yang ditempuh dalam
rangka merumuskan masalah adalah; 1) mengenali keberadaan masalah, 2) menganalisis
variabel, 3) mendefinisikan variabel dan 4) membuat rumusan masalah.
Juga perlu dihindari rumusan masalah yang terlalu umum, terlalu sempit, terlalu
bersifat lokal maupun terlalu argumentatif. Mengenai rumusan masalah, pada umumnya
dilakukan dalam bentuk pertanyaan yang dapat dibedakan menjadi rumusan secara
deskriptif, komparatif dan asosiatif.
Setelah pengidentifikasian, pemilihan masalah, dan melakukan studi pendahuluan
serta sudah yakin terhadap masalah yang dipilih, kemudian dilakukan perumusan
masalah penelitian. Hasil perumusan masalah itu dapat dijadikan topik atau judul
penelitian. Perumusan masalah penelitian harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Rumusan masalah berwujud kalimat tanya atau yang bersifat kalimat interogatif,
baik pertanyaan yang memerlukan jawaban deskriptif, maupun pertanyaan yang
memerlukan jawaban eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau lebih fenomena
atau gejala di dalam kehidupan manusia.
2. Rumusan masalah harus jelas, padat, dan dapat dipahami oleh orang lain.
3. Rumusan masalah penelitian bermanfaat atau berhubungan dengan upaya
pembentukan dan perkembangan teori, dalam arti pemecahannya secara jelas, diharapkan
akan dapat memberikan sumbangan teoritik yang berarti, baik sebagai pencipta teori-teori
baru maupun sebagai pengembangan teori-teori yang sudah ada.
4. Perumusan masalah yang baik, juga hendaknya dirumuskan di dalam konteks
kebijakan pragmatis yang sedang aktual, sehingga pemecahannya menawarkan implikasi
kebijakan yang relevan pula, dan dapat diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan
masalah bagi kehidupan manusia.
5. Rumusan masalah harus mengandung unsur data yang mendukung pemecahan
masalah penelitian.
6. Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat kesimpulan sementara
(hipotesis).
7. Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.
8. Cara untuk memformulasikan masalah.
1.      Dengan menurunkan masalah dari teori yang telah ada, seperti masalah pada penelitian
eksperimental.

3
2.      Dari observasi langsung dilapangan, seperti yang sering dilakukan oleh ahli-ahli
sosiologi. Jika masalah diperoleh dilapangan,maka sebaiknya juga menghubungkan
masalah tersebut dengan teori-teori yang telah ada, sebelumnya masalah tersebut
diformulasikan. Ini bukan berarti bahwa  dalam memilih penelitian yang tidak didukung
oleh suatu teori tidak berguna sama sekali. Karena ada kalanya penelitian tersebut dapat
menghasilkan dalil-dalil dan dapat membentuk sebuah teori.
3.      Fungsi Perumusan Masalah Penelitian.
Fungsi perumusan masalah, antara lain:
1.      Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau dengan kata lain
berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat dilakukan.
2.      Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Perumusan masalah ini
tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti sampai di
lapangan.
3.      Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti,
serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan
memilih data mana yang perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti,
karena melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang bagaimana
yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya.
4.      Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti menjadi dapat
dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel
penelitian.

3.2 Kajian pustaka dan hipotesis

DESKRIPSI TEORI
Teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan
untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi. Teori yang
digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data adalah
teori subtanti, karena teori ini lebih fokus berlaku untuk obyek yang akan diteliti.Teori
berfungsi untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel
yang akan diteliti, untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian,
mencandra dan membahas hasil penelitian dengan memberikan saran dalam upaya
pemecahan masalah.
LANGKAH-LANGKAH MENDESKRIPSIKAN TEORI
Langkah-langkah dalam mendeskripsikan teori
1.    Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya
2.    Mencari sumber bacaan yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap
variabel yang diteliti

4
3.    Melihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang
akan diteliti.
4.    Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan
antara satu dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian
yang akan dilakukan
5.    Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan
analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa snediri tentang isi setiap sumber
data yang dibaca
6.    Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan
dengan bahasa sendiri.
KERANGKA BERFIKIR
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan
diteliti. Kerangka Berfikir yang dibuat merupakan penjelasan sementara tehadap gejala-gejala
yang menjadi objek permasalahan. Kerangka berfikir yang baik apabila memuat :
1.    Variabel yang akan diteliti harus dijelaskan
2.    Harus dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan/hubungan antar variabel yang
diteliti dan ada teori yang mendasari
3.    Dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu positif atau
negatif, berbentuk simetris, kausal atau interaktif
4.    Perlu dintanyakan dalam bentuk diagram
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN KERANGKA BERFIKIR
Proses kerangka berfikir untuk merumuskan hipotesis memerlukan 6 (enam) langkah (Sugiono,
2000) sebagai berikut:
1.    Menetapkan variabel yang diteliti
2.    Membaca buku dan hasil penelitian
3.    Mendeskripsikan teori dan hasil penelitian
4.    Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian
5.    Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian
6.    Sintesa atau kesimpulan.
HIPOTESIS
Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara yang memerlukan pengujian lanjut
terhadap rumusan masalah penelitian. Untuk menguji kebenaran hipotesis dilakukanlah
pengumpulan data. Hipotesis dikatakan baik jika sederhana, bisa menerangkan fakta,
mempertimbangkan semua fakta yang relevan, masuk akal, berkaitan dengan ilmu, serta
sesuai dan tumbuh dari hasil pengkajian, serta dapat diuji. Dikatakan sederhana dalam
arti dapat diuji secara induktif melalui teknik analisis statistik.
Langkah-langkah pengujian Hipotesis:
1.    Merumuskan Ho dan Ha dengan jelas sesuai dengan persoalan yang dihadapi.
2.    Memilih uji statistik yang sesuai dengan asumsi sebaran populasi dan skala pengukuran
data.
3.    Menetapkan taraf signifikanan α.
4.    Menghitung statistik uji berdasarkan data. Mengganti peubah acak dengan nilai-nilai
pengamatan yang telah diperoleh.
5.    Menentukan nilai kritis dan daerah kritis pengujian.
6.    Membuat kesimpulan dengan jalan membandingkan nilai statistik dengan nilai kritis.

5
BENTUK-BENTUK HIPOTESIS
Menurut bentuknya, Hipotesis dibagi menjadi tiga yaitu:
1.    Hipotesis penelitian
Hipotesis penelitian merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu masalah yang sedang
dikaji. Dalam Hipotesis ini peneliti mengaggap benar Hipotesisnya yang kemudian akan
dibuktikan secara empiris melalui pengujian Hipotesis dengan mempergunakan data yang
diperolehnya selama melakukan penelitian.
2.    Hipotesis operasional
Hipotesis operasional merupakan Hipotesis yang bersifat obyektif, artinya peneliti merumuskan
Hipotesis tidak semata-mata berdasarkan anggapan dasarnya, tetapi juga berdasarkan
obyektifitasnya, bahwa Hipotesis penelitian yang dibuat belum tentu benar setelah diuji dengan
menggunakan data yang ada. Untuk itu peneliti memerlukan Hipotesis pembanding yang bersifat
obyektif dan netral atau secara teknis disebut Hipotesis nol (H0). H0 digunakan untuk
memberikan keseimbangan pada Hipotesis penelitian karena peneliti meyakini dalam pengujian
nanti benar atau salahnya Hipotesis penelitian tergantung dari bukti-bukti yang diperolehnya
selama melakukan penelitian.
3.    Hipotesis statistik
Hipotesis statistik merupakan jenis Hipotesis yang dirumuskan dalam bentuk notasi statistik.
Hipotesis ini dirumuskan berdasarkan pengamatan peneliti terhadap populasi dalam bentuk
angka-angka (kuantitatif).
Tahap-Tahap Pembentukan Hipotesis Secara Umum
Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai berikut:
1.    Penentuan masalah.
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu
keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan
berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun
sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran
ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
2.    Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini
digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan
terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan
suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi.Karena tidak dirumuskan
secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis
keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk
melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.

3.    Pengumpulan fakta.
Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih
fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada
ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
4.    Formulasi hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-
apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta.
Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa,

6
diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat
olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal
dengan hukum gravitasi.
5.    Pengujian hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal ini
disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka
disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan) terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian
hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak
terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering mendapat
konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
6.    Aplikasi/penerapan.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah
disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat
diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.

MERUMUSKAN HIPOTESIS
Terkait dengan rumusan masalah penelitian berdasarkan tingkat eksplanasinya yaitu rumusan
masalah dalam bentuk masalah deskriptif, komparatif, atau asosiatif, maka hipotesis dibedakan
ke dalam tiga bentuk yaitu:
1.    Hipotesis deskriptif yaitu jawaban sementara terhadap masalah deskriptif.
1)   Untuk menguji satu sampel bila datanya berbentuk nominal digunakan teknik statistik
binomial dan chi kuadrat satu sampel.
2)   Untuk menguji satu sampel bila datanya ordinal maka digunakan teknik statistik run test.
3)   Untuk menguji satu variabel bila datanya berbentuk interval atau ratio maka digunakan t-
test satu sampel.
2.    Hipotesis komparatif yaitu jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif.
1)        Untuk menguji hipotsis dua sampel yang berpasangan bila datanya berbentuk nominal
digunakan teknik statistik McNemar.
2)        Untuk menguji dua sampel berpasangan bila datanya berbentuk ordinal digunakan teknik
statistik Sign Test dan Wilcoxon matched pairs.
3)        Untuk menguji dua sampel bila datanya berbentuk interval atau ratio digunakan t-test
dua sampel
4)        Untuk menguji dua sampel independen bila datanya berbentuk nominal digunakan teknik
statistik adalah Fisher exact probability dan Chi kuadrat dua sampel.
5)        Untuk menguji dua sampel independen bila datanya berbentuk ordinal digunakan teknik
statistik Median Test, Mann-Whitney U Test, kolmogorov smirnov, dan Wald-
Wolfowitz.
6)        Untuk menguji k sampel berpasangan, bila datanya berbentuk nominal digunakan teknik
statistik Chocran Q.
7)        Untku menguji k sampel berpasangan bila datanya berbentuk ordinal, digunakan teknik
statistik Friedman Two-way Anova
8)        Untuk menguji sampel berpasangan bila datanya berbentuk interval atau ratio digunakan
analisis varians satu jalan maupun dua jalan
9)        Untuk menguji k sampel independen bila datanya berbentuk nominal, digunakan teknik
statistik Chi Kuadrat k sampel
10)    Untuk menguji k sampel independen bila datanya berbentuk ordinal, digunakan teknik
statistik median statistik dan Kruskal-Wallis One Way Anova

7
3.    Hipotesis asosiatif yaitu jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif yang
menanyakan hubungan anatara dua variabel atau lebih.
1)      Untuk menguji hubungan bila datanya berbentuk ordinal digunakan teknik statistik
korelasi Spearman rank dan korelasi Kendal Tau
2)      Untuk menguji bila datanya berbentuk interval atau ratio, digunakan: Korelasi Produk
Moment, korelasi parsial, dan analisi regresi.

3.3 Populasi dan sample

1.4 Metode pengumpulan data

1.5 Rencana analisis data

1.6 Penulisan laporan

1.7 Proposal penelitian

1.8 Cara sitasi yang benar dan legal

8
http://caracepatnontonnaruto.blogspot.com/2014/05/identifikasi-pemilihan-dan-perumusan.html

http://anggunfreeze.blogspot.com/2012/10/kajian-pustaka-dan-hipotesis.html

Anda mungkin juga menyukai