Anda di halaman 1dari 28

ii

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut World Health Organization (WHO), remaja didefinisikan
sebagai individu yang sedang mengalami masa peralihan secara berangsur
mencapai kematangan seksual. Selain itu kehidupan remaja merupakan
kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka
selanjutnya karena masa remaja merupakan masa dimana permasalahan
yang sangat komplek kerap timbul seiring dengan masa transisi yang
dialami remaja (Imron, 2012).
Remaja era informasi saat ini sedang di serang dengan mudahnya
akses untuk menelusuri poronografi. kemungkinan besar anak-anak
Indonesia bisa terjangkit virus ketagihan pornografi. Apalagi, saat para anak
mendapatkan fasilitas lebih dari orang tua mereka, seperti TV berbayar,
gadget, wifi dan sebagainya dan dengan ditambahnya rasa ingin tahu
mereka yang sangat tinggi. Maka dengan penyuluhan dengan mendatangkan
ahli diharapkan dapat memberikan pemahaman dan wawasan untuk bisa
menjaga diri dari dampak pornogarfi bagi remaja.
Pornografi sangat berbahaya bagi psikologi remaja yang masih labil,
karena akan berdampak negatif dan dampak pornografi paling besar adalah
membuat remaja mengalami kecanduan pornografi (Eric W, 2018)
Selain berdampak pada perilaku seks, pornografi juga sangat
berdampak bagi kerusakan otak. Apabila sesorang mengalami kecanduan
meteri pornografi maka lima bagian otak akan mengalami gangguan. Bagian
otak yang paling dirusak adalah frontal cortex atau otak bagian besar yang
mengakibatkan seseorang sulit membuat perencanaan, mengendalikan hawa
nafsu dan emosi, serta mengambil keputusan (Kartika, 2015).

1
Farah Ch. Noya1 , Yuniasih MJ Taihuttu2 , Wahyu Syafiah3 pada tahun
April 2018 tentang “Paparan Pornografi Melalui Media Berpengaruh Pada
Perilaku Seksual Remaja Pada 2 SMP Di Kota Ambon Maluku “ yang
bertujuan untuk menentukan pengaruh paparan pornografi melalu media
terhadap perilaku seksual remaja SMPN 4 dan SMPN 10 Kota Ambon.
Berdasarkan penelitian Rotua Lenawati Tindaon(2016) didapatkan hasil
yaitu adanya media leaflet dan video.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Farah Ch. Noya 1 , Yuniasih
MJ Taihuttu2 , Wahyu Syafiah3 pada tahun April 2018 tentang “Paparan
Pornografi Melalui Media Berpengaruh Pada Perilaku Seksual Remaja Pada
2 SMP Di Kota Ambon Maluku “ Didapatkan hasil bahwa terdapat
pengaruh signifikan paparan pornografi melalui media baik cetak maupun
elektronik terhadap perilaku seksual remaja pada SMPN 4 dan SMPN 10
Kota Ambon. Paparan pornografi melalui media elektronik memiliki
pengaruh 1,9 kali lebih besar meningkatkan perilaku seksual. Sangat
diperlukan peran aktif orangtua dan pihak sekolah untuk memberikan
pembinaan karakter dan sikap remaja terhadap seksualitas, sehingga
meskipun setelah itu mereka terpapar dengan konten pornografi, diharapkan
perilaku seksual mereka tidak berisiko. Selain itu, diperlukan intervensi bagi
remaja SMPN 4 dan SMPN 10 yang melakukan perilaku seksual berisiko,
demikian juga yang telah terpapar konten pornografi melalui media agar
mendapatkan bimbingan dan konseling serta pendampingan. Selanjutnya
diperlukan advokasi serta penguatan peran dari stakeholders seperti Pusat
Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja. Penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan cross-sectional, sehingga diperlukan
penelitian lanjutan yang bertujuan menilai kembali perilaku seksual remaja
setelah beberapa waktu.
Studi pendahuluan yang dilaksanakan di Desa Pakis pada tanggal 17
September 2020 kepada remaja dengan menggunakan kuisioner dan
wawancara langsung yang terdiri dari beberapa pertanyaan-pertanyaan secara
umum, dengan hasil bahwa terhadap 14 remaja usia 10-24tahun di Desa Pakis
dengan hasil rata-rata remaja masih kurangnya pengetahuan dan sikap tentang
pornografi dalam tingkat sedang dan 5 dari 14 orang remaja sudah mengerti
tentang edukasi yang telah di berikan oleh bidan desa.

2
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai “Pengaruh Komunikasi,Informasi Dan Edukasi Melalui
Media Leaflet Dan Video Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang
Pornografi”

B. Rumusan Masalah

Dari masalah diatas maka permasalahan dalam penelitian ini dapat di


rumuskan apakah pengaruh dari komunikasi,informasi,dan edukasi (KIE)
melalui media leaflet dan video terhadap pengetahuan dan sikap remaja
tentang pornografi.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh komunikasi,informasi,dan edukasi (KIE)
melalui media leaflet dan video terhadap pengetahuan dan sikap remaja
tentang pornografi.

2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan pada remaja terhadap pornografi
2. Untuk mengetahui sikap pada remaja terhadap pornografi
3. Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja tentang
pornografi melalui media video.
4. Komunikasi,infromasi dan edukasi pada remaja tentang
pengetahuan remaja dengan menggunakan media video.
5. Komunikasi,informasi dan edukasi pada remaja tentang sikap
remaja dengan media leaflet.

3
D. Manfaat Penelitian

1 Manfaat Teoritis
Untuk menambah sumbangan ilmu pengetahuan bagi pendidikan
mengenai komunikasi,informasi,dan edukasi (KIE) melalui media leaflet
dan video terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang pornografi

2. Manfaat Praktik
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sebagai salah satu cara
meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja pada pornografi

E. Keaslian Penelitian

1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Farah Ch. Noya 1 ,


Yuniasih MJ Taihuttu2 , Wahyu Syafiah3 pada tahun April 2018
tentang “Paparan Pornografi Melalui Media Berpengaruh Pada
Perilaku Seksual Remaja Pada 2 SMP Di Kota Ambon Maluku “
Didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh signifikan paparan
pornografi melalui media baik cetak maupun elektronik terhadap
perilaku seksual remaja pada SMPN 4 dan SMPN 10 Kota Ambon.
Paparan pornografi melalui media elektronik memiliki pengaruh 1,9
kali lebih besar meningkatkan perilaku seksual. Sangat diperlukan
peran aktif orangtua dan pihak sekolah untuk memberikan
pembinaan karakter dan sikap remaja terhadap seksualitas, sehingga
meskipun setelah itu mereka terpapar dengan konten pornografi,
diharapkan perilaku seksual mereka tidak berisiko. Selain itu,
diperlukan intervensi bagi remaja SMPN 4 dan SMPN 10 yang
melakukan perilaku seksual berisiko, demikian juga yang telah

4
terpapar konten pornografi melalui media agar mendapatkan
bimbingan dan konseling serta pendampingan. Selanjutnya
diperlukan advokasi serta penguatan peran dari stakeholders seperti
Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross-sectional, sehingga
diperlukan penelitian lanjutan yang bertujuan menilai kembali
perilaku seksual remaja setelah beberapa waktu.
a.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI KESEHATAN


(KIE)
a. Definisi
Komunikasi merupakan aktivitas penyampaian informasi,
baik berupa ide atau gagasan dari satu pihak ke pihak lainnya
dengan berkomunikasi kita dapat saling bertukar informasi
dengan mudah. Jenis-jenis komunikasi :
1. Komunikasi lisan dan komunikasi tertulis merupakan
komunikasi yang dilakukan tanpa media
perantara,berhubungan secara langsung dan tatap muka
secara langsung untuk menyampaikan pesan kepada
komunikan. Sedangkan komunikasi tertulis merupakan
komunikasi dengan menggunakan media kertas yang
berbentuk tulisan seperti surat,naskah,blangko-blangko
gambar dan foto,serta spanduk.
2. Komunikasi verbal dan nonverbal merupakan komunikasi
yang disampaikan dapat berupa lisan maupun tertulis.
Sedangkan komunikasi Nonverbal komunikasi dengan
menggunakan simbol-simbol atau tanpa kata-kata, baik
berupa bahasa isyarat,lukisan,gerak tubuh, ekspresi
wajah,sandi-sandi ,warna,bahkan intonasi suara.
3. Komunikasi formal,informal dan nonformal. Komunikasi
formal merupakan komunikasi yang berjalan sesuai
dengan aturan kewenangan suatu organisasi atau
kelompok. Komunikasi informal merupakan komunikasi
yang berjalan tanpa menggunakan aturan kewenangan
dari organisasi atau kelompok. Sedangkan komunikasi
nonformal merupakan gabungan dari dua komunikasi di
atas yaitu formal dan informal tuhuannya untuk
memenuhi kebutuhan hal-hal yang bersifat praktis.

Informasi merupakan suatu pesan yang disampaikan kepada


masyarakat atau keterangan,gagasan,maupun kenyataan-
kenyataan yang perlu diketahui oleh masyarakat.
Edukasi atau konseling proses pemberian informasi objektif
dan lengkap, dilakukan secara sistematis dengan paduan
keterampilan komunikasi yang baik dan benar.

6
b. Media KIE
Media pornografi merupakan konsep komunikasi antar
pribadi, medium penyimpanan dan medium informasi yang
mengandung unsur pornografi. media ini dibagi menjadi tiga,
yakni :
a. Media cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain : booklet,
leaflet, flyer (selebaran), flip chart lembar balik), rubrik,
poster, dan foto.
b. Media elektronik
Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan
pesan-pesan atau informasiinformasi kesehatan dan
jenisnya berbeda-beda, antara lain : televisi, radio,
video, slide, dan film strip.
c. Media papan (bill board)
Papan (bill board) yang dipasang di tempat-tempat
umum dapat dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau
informasi-informasi Kesehatan.

2. PORNOGRAFI

a. Pengertian Pornografi

Ketentuan Umum Pasal 1 (UU Pornografi) yang dimaksud


dengan pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan,
suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan,
gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk
media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang
memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar
norma kesusilaan dalam masyarakat. Di pasal 4 disebutkan lebih
jauh bahwa setiap orang dilarang memproduksi, membuat,
memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan,
mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan,
menyewakan, atau menyediakan pornografi yang secara
eksplisit membuat:

7
a. Persenggamaan, termasuk persenggamaan yang
menyimpang
b. Kekerasan seksual
c. Masturbasi atau onani
d. Ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan
ketelanjangan
e. Alat kelamin atau
f. Pornografi anak (Susanto, 2010).

b. Jenis-jenis Media Pornografi

1. Media Media audio (dengar) seperti siaran radio, kaset, CD,


telepon, ragam media audio lain yang dapat diakses di
internet:
2. Lagu-lagu yang mengandung lirik mesum, lagu-lagu yang
mengandung bunyi-bunyian atau suara-suara yang dapat
diasosiasikan dengan kegiatan seksual.
3. Program radio dimana penyiar atau pendengar berbicara
dengan gaya mesum.
4. Jasa layanan pembicaraan tentang seks melalui telepon.
5. Media audio-visual (pandang-dengar) seperti program
televisi, film layar lebar, video, laser disc, VCD, DVD,
game komputer, atau ragam media audio-visual lainnya
yang dapat diakses di internet :
6. Film-film yang mengandung adegan seks atau
menampilkan artis yang tampil dengan berpakaian minim,
atau tidak (atau seolah-olah tidak) berpakaian.

8
7. Adegan pertunjukan musik dimana penyanyi, musisi atau
penari latar hadir dengan tampilan dan gerak yang
membangkitkan syahwat penonton.
8. Media visual (pandang) seperti koran, majalah, tabloid,
buku (karya sastra, novel populer, buku non-fiksi) komik,
iklan billboard, lukisan, foto, atau bahkan media permainan
seperti

Jenis media pornografi menurut UU No. 44 (2008), yaitu:


televisi, telepon, surat kabar, majalah, radio, internet., saat ini
teknologi semakin maju, kemampuan teknologi media
elektronik memungkinkan seseorang merancang realitas
melalui simulasi yang menjebak manusia dalam suatu ruang
antara kenyataan dan khayalan. Dibeberapa media baik cetak
maupun elektronik, masalah pelecehan seksual menjadi daya
tarik. Hal ini terjadi karena adanya penilaian subyektif terhadap
perilaku porno. Perilaku porno verbal lebih diterima di
masyarakat daripada perilaku porno nonverbal atau visual.
Dengan kata lain, masyarakat terbuka untuk berbicara tentang
seks ataupun membicarakan kehidupan seksualnya namun jika
ada adegan yang mengandung unsur pornografi masyarakat
menganggap hal tersebut sebagai hal yang tidak wajar.
Produksi ASI akan meningkat segera setelah lahir sampai usia
4 sampai 6 minggu dan setelah itu produksinya akan menetap.

1. Dampak Pornografi

Suatu penelitian yang dilakukan oleh Donald L, Hilton (2009) dari


Rumah Sakit San Antonio Amerika Serikat, menyatakan adiksi
(kecanduan) pada manusia termasuk anak bermuara ke perubahan
sirkuit otak. Selanjutnya Donal mengatakan sebagaimana dikutip

9
dari Rakyat Merdeka (18 Maret 2009) dalam Hawari (2009) bahwa
pada orang kecanduan kesenangan tertentu seperti kecanduan
pornografi, hormon ini akan terpakai terus-menerus dan pada
akhirnya jumlahnya menjadi sangat kecil. Sel otak memproduksi
dopamin menjadi mengecil, sehingga sel itu mengerut dan tidak
bisa berfungsi secara normal.
Menurut Donald (2009), pornografi dapat mengakibatkan perilaku
negatif seperti berikut ini:
1) Mendorong remaja untuk meniru melakukan tindakan
seksual. Kemampuan remaja menyaring informasi masih
rendah. Para ahli di bidang kejahatan seksual terhadap
remaja juga menyatakan bahwa aktifitas seksual pada
remaja yang belum dewasa selalu dipicu oleh 2 (dua)
kemungkinan yaitu pengalaman atau melihat. pornografi
atau aktivitas porno baik dari internet, HP ataupun media
lainnya. Maka mereka akan terdorong untuk meniru
melakukan tindakan seksual.
2) Membentuk sikap, nilai dan perilaku yang negatif. Remaja
yang terbiasa mengkonsumsi materi pornografi yang
menggambarkan beragam adegan seksual, dapat terganggu
proses pendidikan seksnya. Hal itu dapat diketahui dari cara
mereka memandang wanita, kejahatan seksual, hubungan
seksual, dan seks pada umumnya.
3) Menyebabkan sulit konsentrasi belajar hingga terganggu
jati dirinya. Pada remaja yang memiliki IQ tinggi, pornografi
bisa mengakibatkan mereka kesulitan membangkitkan
konsentrasinya untuk belajar dan beraktivitas, hari-harinya
didominasi oleh kegelisahan dan sedikit sekali
produktivitasnya. Sedangkan remaja yang ber-IQ rendah,
pengaruhnya bisa lebih ekstrim lagi, mereka tidak berdaya
lagi untuk berkonsentrasi, hari-harinya total dikuasai
kegelisahan. Sehingga membuat otak bawah sadar mereka

10
mengalami sulit konsentrasi, tidak fokus, malas belajar, tidak
bergairah melakukan aktivitas yang semestinya.
4) Tertutup, minder dan tidak percaya diri Remaja pecandu
pornografi yang mendapat dukungan teman-temannya sesama
penggemar pornografi, akan terdorong menjadi pribadi yang
permisif (memandang maklum) terhadap seks bebas dan
mereka melakukan praktek seks bebas di luar pantauan orang
tua. Sedangkan remaja pecandu pornografi yang dikelilingi
oleh teman-teman yang terbimbing dan bebas dari pornografi,
akan cenderung merasa minder dan tidak percaya diri. Karena
kebiasaannya ini, remaja merasa sebagai pribadi yang aneh
dan berbeda perilakunya, dan seiring bertambahnya
pengetahuan keagamaannya ia akan merasa paling berdosa.

Menurut (Soebagijo, 2009), dampak dari pornografi bukan


hanya itu, namun pornografi juga berdampak secara medis dan
sosial.

1. Dampak Medis

Dari sudut pandang medis, pornografi menyebabkan empat


hal, yaitu kerusakan otak, penyimpangan seksual,
penyebaran penyakit menular seksual dan penyebaran
HIV/AIDS.

2. Dampak Sosial

Pada saat seseorang mengonsumsi (menyaksikan, membaca,


mendengar) pornografi, ia akan merasakan rangsangan
seksual. Ketika mengonsumsinya secara berulang-ulang,
maka akan tergerak untuk melakukan hubungan seksual
sebagai pelampiasan.

3. Efek Tayang Pornografi

11
1. Tahap Addiction (kecanduan). Sekali seseorang menyukai
materi cabul, ia akan mengalami ketagihan. Kalau yang
bersangkutan tidak mengkonsumsi pornografi maka ia akan
mengalami ‘kegelisahan’. Ini bahkan dapat terjadi pada pria
berpendidikan atau pemeluk agama yang taat.

2. Tahap Escalation (eskalasi). Setelah sekian lama


mengkonsumsi media porno, selanjutnya ia akan mengalami
efek eskalasi. Akibatnya seseorang akan membutuhkan
materi seksual yang lebih eksplisit, lebih sensasional, lebih
‘meyimpang’ dari yang sebelumnya sudah biasa ia
konsumsi. Bila semula, ia sudah merasa puas menyaksikan
gambar wanita telanjang, selanjutnya ia ingin dan ingin
melihat adegan yang lebih eksplisit atau lebih liar, misalnya
adegan seks berkelompok (sex group). Perlahan-lahan
itupun akan menjadi nampak biasa, dan ia mulai
menginginkan yang lebih ‘berani’dan seterusnya. Efek
kecanduan dan eskalasi menyebabkan tumbuhnya
peningkatan permintaan terhadap pornografi. Akibatnya
kadar ‘kepornoan’ dan ‘keeksplisitan’ produk meningkat.
Kedua efek ini berpengaruh terhadap perilaku seks
seseorang.

3. Tahap Desensitization (Desensitisasi). Pada tahap ini,


materi yang tabu, imoral, mengejutkan, pelan-pelan akan
menjadi sesuatu yang biasa. Pengkonsumsi pornografi
bahkan menjadi cenderung tidak sensitif terhadap kekerasan
seksual. Sebuah studi menunjukkan bahwa para pelaku
masuk dalam kategori ‘hard core’ menganggap bahwa para
pelaku pemerkosaan hanya perlu diberi hukuman ringan.

4. Tahap Act-out. Pada tahap ini, seorang pecandu pornografi


akan meniru atau menerapkan perilaku seks yang selama ini

12
ditontonnya di media. Ini menyebabkan mereka yang
kecanduan pornografi akan cenderung sulit menjalin
hubungan seks penuh kasih sayang dengan pasangannya. Ini
terjadi karena film-film porno biasa menyajikan adegan-
adegan seks yang sebenarnya tidak lazim atau sebenarnya
dianggap menjijikan atau menyakitkan oleh wanita dalam
keadaan normal. Ketika si pria berharap pasangannya
melakukan meniru aktivitas semacam itu, keharmonisan
hubungan itupun menjadi retak.

3. REMAJA
a. Pengertian Remaja
Menurut World Health Organization Remaja adalah masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Usia remaja
berawal dari usia 10 hingga 19 tahun. Walau bagaimanapun
juga, pencapaian masa ini tidak sama antar manusia. Ada yang
masa remajanya lebih awal, misalnya pada usia 8 sampai 9
tahun atau bahkan penyelesaian masa remaja pun ada yang lebih
akhir, yaitu hingga 21 tahun (Chomaria, 2012). (WHO), remaja
adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,

remaja adalah penduduk dalam rentang usia remaja adalah


10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19
tahun di Indonesia menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak
43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk. Di dunia
diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18%
dari jumlah penduduk dunia (Kemenkes RI, 2014)

b. Perkembangan Masa Remaja


Masa remaja merupakan masa yang khusus dan penting, karena
merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia.

13
Masa remaja disebut juga masa transisi yang unik ditandai
dengan berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja
disebut juga masa pubertas. Pada masa pubertas terjadi
perubahan fisik merupakan hal yang seangat penting dalam
kesehatan reproduksi karena pada masa ini terjadi pertumbuhan
fisik yang sangat cepat untuk mencapai kematangan termasuk
organ-organ reproduksi. Perubahan yang terjadi yaitu:

1) Munculnya tanda-tanda seks primer, yaitu terjadinya haid


yang pertama (menarche) pada remaja perempuan, dan
mimpi basah pada remaja laki-laki.
2) Munculnya tanda-tanda seks sekunder, yaitu pada remaja
laki-laki tumbuhnya jakun, penis, dan buah zakar
bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, suara
bertambah besar, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuh
kumis diatas bibir, cabang rambut di sekitar kemaluan dan
ketiak. Pada remaja perempuan pinggul melebar,
pertumbuhan rahim dan vagina, tumbuh rambut disekitar
kemaluan dan ketiak, payudara membesar.

c. Ciri-Ciri Masa Remaja


Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri
masa remaja adalah sebagai berikut:

1) Masa remaja sebagai periode yang penting

Yaitu periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun


kadar kepentingannya berbeda-beda. Ada beberapa periode
yang lebih penting daripada beberapa periode lainnya, karena
akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku. Pada
periode remaja baik akibat langsung maupun akibat jangka
panjang tetap penting. Adapun periode yang penting karena

14
akibat fisik dan ada lagi akibat psikologi. Pada periode remaja
kedua-duanya sama-sama penting.

2) Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa


yang telah terjadi sebelumnya, melainkan sebuah peralihan dari
satu tahap perkembangan ketahap berikutnya. Artinya apa yang
telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa
yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Dalam setiap
periode peralihan status individu tidaklah jelas dan terdapat
keraguan pada peran yang dilakukan. Pada masa ini remaja
bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Di
lain pihak status memberi waktu kepadanya untuk mencoba
gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai,
dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.

3) Masa remaja sebagai periode masa perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa


remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal
masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat,
perubahan perilaku, dan sikap juga berlagsung pesat. Kalau
perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku
juga menurun. Ada 4 (empat) perubahan yang sama yang
hampir bersifat universal. Pertama, meningkatnya emosi yang
intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi. Karena perubahan emosi biasanya
terjadi lebih cepat selama masa awal remaja, maka
meningkatnya emosi lebih menonjol pada masa awal periode
akhir masa remaja. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran
yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan,
menimbulkan masalah baru. Bagi remaja muda masalah baru
yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit
diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya.

15
Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri
menyelesaikannya menurut kepuasannya. Ketiga, dengan
berubahnya minat dari pola perilaku, maka nilai-nilai juga
berubah. Nilai yang ada pada masa anak-anak dianggap
penting, pada masa remaja dianggap tidak penting lagi.
Keempat, sebagian remaja bersifat ambivalen terhadap setiap
perubahan. Remaja menginginkan dan menuntut kebebasan,
tapi remaja sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan
meragukan kemampuan untuk dapat mengatasi tanggung jawab
tersebut.

4) Masa remaja sebagai masa bermasalah

Setiap periode mempunyai masalahnya masing-masing.


Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit dan
harus diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan.
Ada 2 (dua) alasan bagi remaja pada masalah kesulitan,
pertama sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak
sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga
kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi
masalah. Kedua, karena para remaja merasa dirinya mandiri,
sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak
bantuan orang tua dan guru. Karena ketidak mampuan remaja
untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka
yakini, banyak remaja akhirnya menemukan penyelesaian
masalahnya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.

5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Sepanjang usia pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri


dengan standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak
yang lebih besar daripada individualitas. Pada tahun-tahun awal
masa remaja penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap
penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun
remaja mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi

16
bila dirinya bersama dengan teman-teman dalam segala hal
seperti sebelumnya. Remaja ingin memperlihatkan dirinya
sebagai individu sementara pada saat yang sama remaja ingin
mempertahankan dirinya terhadap kelompoknya.

d. Hasil penelitian yang terkait dengan Pornografi


a. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Farah Ch.
Noya1 , Yuniasih MJ Taihuttu2 , Wahyu Syafiah3 pada
tahun April 2018 tentang “Paparan Pornografi Melalui
Media Berpengaruh Pada Perilaku Seksual Remaja Pada 2
SMP Di Kota Ambon Maluku “ Didapatkan hasil bahwa
terdapat pengaruh signifikan paparan pornografi melalui
media baik cetak maupun elektronik terhadap perilaku
seksual remaja pada SMPN 4 dan SMPN 10 Kota Ambon.
Paparan pornografi melalui media elektronik memiliki
pengaruh 1,9 kali lebih besar meningkatkan perilaku
seksual. Sangat diperlukan peran aktif orangtua dan pihak
sekolah untuk memberikan pembinaan karakter dan sikap
remaja terhadap seksualitas, sehingga meskipun setelah itu
mereka terpapar dengan konten pornografi, diharapkan
perilaku seksual mereka tidak berisiko. Selain itu,
diperlukan intervensi bagi remaja SMPN 4 dan SMPN 10
yang melakukan perilaku seksual berisiko, demikian juga
yang telah terpapar konten pornografi melalui media agar
mendapatkan bimbingan dan konseling serta
pendampingan. Selanjutnya diperlukan advokasi serta
penguatan peran dari stakeholders seperti Pusat Informasi

dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja. Penelitian
ini dilakukan dengan pendekatan cross-sectional, sehingga
diperlukan penelitian lanjutan yang bertujuan menilai
kembali perilaku seksual remaja setelah beberapa waktu.

17
b. Penelitian ini sebelumnya dilakukan oleh Siregar, Eka
Sylviana tentang Hubungan Paparan Pornografi Dengan
Perilaku Seksual Remaja Di SMA Prayatna Medan Tahun
2017. Yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan
paparan pornografi dengan perilaku seksual remaja di
SMA Prayatna Medan Tahun 2017. dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
jenis media pornografi dengan perilaku seksual remaja di
SMA Prayatna Medan Tahun 2017.

Pengetahuan bahaya
pornografi dan sikap
Remaja Rendah

B. Kerangka Teori

Layanan informasi
media leaflet dan
video

Pemahaman Tentang Pornografi

1. Definisi Pornografi
2. Jenis-jenis Media Pornografi
3. Dampak Pornografi
4. Efek Tayang Pornografi

18
C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Bebas

D. Hipotesis Penelitian
Pengetahuan dan sikap dan edukasi(KIE)Komunikasi,informasi dan
ada pengaruh komunikasi,informasi melalui media leaflet
remaja edukasi (KIE)
dan video terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang paparan
pornografi.

19
BAB III

METODA PENELITIAN

A. Jenis/Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik komparatif. Menurut


Nursalam (2016), penelitian komparatif adalah penelitian yang bertujuan
untuk mendiskripsikan pengaruh antar variabel. Rancangan penelitian ini
menggunakan Quasi Eksperimen dengan pretest-postest without control one
group design yaitu peneliti hanya memberikan intervensi kepada satu
kelompok saja. Bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi,informasi
dan edukasi(KIE) melalui media leaflet dan video terhadap pengetahuan dan
sikap remaja tentang paparan pornografi di Desa Pakis Tahun 2020

Rancangan pretest-postest without control one group desing :

O I OI
Keterangan :
O : Test awal (pre-test) sebelum perlakuan diberikan
I : Intervensi (Konseling pranikah)
OI : Test akhir (post-test) setelah perlakuan diberikan

B. Tempat dan Waktu


1. Tempat

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Pakis Kec.Bringin

2. Waktu

20
Dari bulan September-Selesai

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling


1. Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau


objek yang diteliti (Notoatmojo, 2012). Populasi dalam penelitian ini
adalah 30 Remaja dengan usia 10-24 tahun dan belum menikah di
desa pakis tahun 2020.

1. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki


oleh populasi tersebut. Menurut Rosque penelitian bisa dilakukan
dengan 10 sampai 20 sampel teknik pengambilan sampel yaitu dengan
cara purposive sampling dimana didasarkan pada suatu pertimbangan
tertentu dan berdasarkan sifat dan ciri populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Jumlah sampel penelitian adalah 10 orang remaja.

Kriteria Inklusi :

1. Remaja usia 10-24 Tahun


2. Belum menikah
3. Mampu berkomunikasi secara proaktif

Kriteria Eksklusi :

1. usia kurang dari 10 tahun


2. usia lebih dari 25 tahun
3. tidak bersedia menjadi Responden
4. memiliki gangguan komunikasi

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

a. Variabel Penelitian

21
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai vriasi tertentu yang ditetapkan
oleh peeliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2007, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung).

Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel


bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (independent variable) atau
variabel X adalah variabel yang dipandang sebagai penyebab
munculnya variabel terikat yang diduga sebagai akibatnya. Sedangkan
variabel terikat (dependent variable) atau variabel Y adalah variabel
(akibat) yang dipradugakan, yang bervariasi mengikuti perubahan dari
variabel – variabel bebas. Umumnya merupakan kondisi yang ingin
kita ungkapkan dan jelaskan. (Kerlinger), 1992:58-59).

1. Variabel Bebas (Independent) : komunikasi,informasi dan


edukasi KIE (X)

2. Variabel Tergantung (Dependent) : Pengetahuan dan sikap remaja


(Y)

b. Definisi Operasional

E. Metode dan Prosedur Pengumpulan Data


1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer


dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari
responden. Peneliti menjelaskan sebelumnya
tentangkomunikasi,informasi dan edukasi(KIE) pada remaja tentang
paparan pornografi kemudian dilakukan evaluasi apakah remaja
bersedia menjadi responden dengan syarat remaja mengikuti aturan
peneliti dan setelah bersedia responden menandatangani surat
pernyataan. Sedangkan data sekunder di peroleh dari Bidan Desa
Pakis.

2. Cara Pengambilan Data

22
Memilih responden sesuai dengan kriteria inklusi Pada
penelitian ini responden berjumlah 30 orang dibuat dalam satu
kelompok yaitu dengan di berikan komunikasi,informasi dan edukasi
(KIE) untuk mengetahui seberapa bear pengetahuan remaja tentang
pengetahuan dan sikap remaja terhadap paparan pornografi.

3. Instrumen Penelitian

Instrument adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan


data. Instrument yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengukur
pengetahuan dan sikap remaja terhadap paparan pornografi melalui
pengisian kuisioner.Untuk melihat frekuensi pengaruh dari
komunikasi,informasi dan edukasi (KIE) digunakan kertas kuisioner.

F. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Dalam pengolahan data menurut (Notoatmojo, 2013) dilakukan


dengan 4 langkah yaitu sebagai berikut :

a. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan lembar ceklist
apakah lembar ceklist sudah diisikan dengan lengkap dan jelas
oleh responden.
b. Scoring
Merupakan kegiatan untuk menilai hasil dari pengisian lembar
kertas/kuisioner.
c. Processing
Setelah data dikoding maka langkah selanjutnya melakukan entry
dari data lembar ceklist kedalam program komputer.

d. Cleaning Merupakan kegiatan pengecekan kembali data sudah


dientri ada kesalahan atau tidak.

23
2 Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan dengan cara membuat distribusi


frekuensi dari setiap variabel dependent dan independent, variabel
dependent yaitu Pengetahuan dan sikap remaja terhadap paparan
pornografi dengan variabel independent adalah pengetahuan
komunikasi,informasi dan edukasi (KIE).

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara 2


variabel yaitu masing-masing variabel bebas dan variabel terikat.
Yaitu pengaruh komuunikasi,informasi dan edukasi (KIE) melalui
media leaflet dan video tentang pengetahuan dan sikap remaja
tentang paparan pornografi.

G. Langkah-langkah Penelitian
1. Persiapan
a. Menentukan masalah dalam penelitian.
Dalam tahap ini peneliti mengadakan survei awal terhadap
remaja di Desa Pakis, Kab Semarang.

b. Penelusuran kepustakaan
Pada tahap ini peneliti melakukan penelusuran kepustakaan
yangdilakukan berdasarkan buku dan jurnal yang berkaitan
dengan permasalahan yang akan diteliti untuk memperoleh
informasi yang relevan.

24
2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan pengumpulan data sesuai


dengan kriteria responden penelitian. Peneliti memberikan KIE
(komunikasi,informasi dan edukasi) kepada remaja tentang paparan
pornografi.

3. Pelaporan

Setelah data terkumpul peneliti melakukan analisa univariat dan


bivariat.

H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian mengajukan permohonan izin kepada
Kepala Bidan Desa untuk mendapatkan persetujuan, kemudian peneliti
melakukan penelitian dengan menekankan aspek etika penelitian yang
meliputi :

1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed consent)


Informed consent berupa lembar persetujuan untuk menjadi
responden, tujuan pemberiannya agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,
maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika
responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak
pasien.

2. Kerahasiaan (convidentially)
Kerahasiaan menjelaskan masalah-masalah responden yang
harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.

25
I. Jadwal Penelitian

Disesuaikan jadwal

26
27

Anda mungkin juga menyukai