BAB 1
PENDAHULUAN
1
Farah Ch. Noya1 , Yuniasih MJ Taihuttu2 , Wahyu Syafiah3 pada tahun
April 2018 tentang “Paparan Pornografi Melalui Media Berpengaruh Pada
Perilaku Seksual Remaja Pada 2 SMP Di Kota Ambon Maluku “ yang
bertujuan untuk menentukan pengaruh paparan pornografi melalu media
terhadap perilaku seksual remaja SMPN 4 dan SMPN 10 Kota Ambon.
Berdasarkan penelitian Rotua Lenawati Tindaon(2016) didapatkan hasil
yaitu adanya media leaflet dan video.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Farah Ch. Noya 1 , Yuniasih
MJ Taihuttu2 , Wahyu Syafiah3 pada tahun April 2018 tentang “Paparan
Pornografi Melalui Media Berpengaruh Pada Perilaku Seksual Remaja Pada
2 SMP Di Kota Ambon Maluku “ Didapatkan hasil bahwa terdapat
pengaruh signifikan paparan pornografi melalui media baik cetak maupun
elektronik terhadap perilaku seksual remaja pada SMPN 4 dan SMPN 10
Kota Ambon. Paparan pornografi melalui media elektronik memiliki
pengaruh 1,9 kali lebih besar meningkatkan perilaku seksual. Sangat
diperlukan peran aktif orangtua dan pihak sekolah untuk memberikan
pembinaan karakter dan sikap remaja terhadap seksualitas, sehingga
meskipun setelah itu mereka terpapar dengan konten pornografi, diharapkan
perilaku seksual mereka tidak berisiko. Selain itu, diperlukan intervensi bagi
remaja SMPN 4 dan SMPN 10 yang melakukan perilaku seksual berisiko,
demikian juga yang telah terpapar konten pornografi melalui media agar
mendapatkan bimbingan dan konseling serta pendampingan. Selanjutnya
diperlukan advokasi serta penguatan peran dari stakeholders seperti Pusat
Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja. Penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan cross-sectional, sehingga diperlukan
penelitian lanjutan yang bertujuan menilai kembali perilaku seksual remaja
setelah beberapa waktu.
Studi pendahuluan yang dilaksanakan di Desa Pakis pada tanggal 17
September 2020 kepada remaja dengan menggunakan kuisioner dan
wawancara langsung yang terdiri dari beberapa pertanyaan-pertanyaan secara
umum, dengan hasil bahwa terhadap 14 remaja usia 10-24tahun di Desa Pakis
dengan hasil rata-rata remaja masih kurangnya pengetahuan dan sikap tentang
pornografi dalam tingkat sedang dan 5 dari 14 orang remaja sudah mengerti
tentang edukasi yang telah di berikan oleh bidan desa.
2
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai “Pengaruh Komunikasi,Informasi Dan Edukasi Melalui
Media Leaflet Dan Video Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang
Pornografi”
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh komunikasi,informasi,dan edukasi (KIE)
melalui media leaflet dan video terhadap pengetahuan dan sikap remaja
tentang pornografi.
2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan pada remaja terhadap pornografi
2. Untuk mengetahui sikap pada remaja terhadap pornografi
3. Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja tentang
pornografi melalui media video.
4. Komunikasi,infromasi dan edukasi pada remaja tentang
pengetahuan remaja dengan menggunakan media video.
5. Komunikasi,informasi dan edukasi pada remaja tentang sikap
remaja dengan media leaflet.
3
D. Manfaat Penelitian
1 Manfaat Teoritis
Untuk menambah sumbangan ilmu pengetahuan bagi pendidikan
mengenai komunikasi,informasi,dan edukasi (KIE) melalui media leaflet
dan video terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang pornografi
2. Manfaat Praktik
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sebagai salah satu cara
meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja pada pornografi
E. Keaslian Penelitian
4
terpapar konten pornografi melalui media agar mendapatkan
bimbingan dan konseling serta pendampingan. Selanjutnya
diperlukan advokasi serta penguatan peran dari stakeholders seperti
Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross-sectional, sehingga
diperlukan penelitian lanjutan yang bertujuan menilai kembali
perilaku seksual remaja setelah beberapa waktu.
a.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
6
b. Media KIE
Media pornografi merupakan konsep komunikasi antar
pribadi, medium penyimpanan dan medium informasi yang
mengandung unsur pornografi. media ini dibagi menjadi tiga,
yakni :
a. Media cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain : booklet,
leaflet, flyer (selebaran), flip chart lembar balik), rubrik,
poster, dan foto.
b. Media elektronik
Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan
pesan-pesan atau informasiinformasi kesehatan dan
jenisnya berbeda-beda, antara lain : televisi, radio,
video, slide, dan film strip.
c. Media papan (bill board)
Papan (bill board) yang dipasang di tempat-tempat
umum dapat dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau
informasi-informasi Kesehatan.
2. PORNOGRAFI
a. Pengertian Pornografi
7
a. Persenggamaan, termasuk persenggamaan yang
menyimpang
b. Kekerasan seksual
c. Masturbasi atau onani
d. Ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan
ketelanjangan
e. Alat kelamin atau
f. Pornografi anak (Susanto, 2010).
8
7. Adegan pertunjukan musik dimana penyanyi, musisi atau
penari latar hadir dengan tampilan dan gerak yang
membangkitkan syahwat penonton.
8. Media visual (pandang) seperti koran, majalah, tabloid,
buku (karya sastra, novel populer, buku non-fiksi) komik,
iklan billboard, lukisan, foto, atau bahkan media permainan
seperti
1. Dampak Pornografi
9
dari Rakyat Merdeka (18 Maret 2009) dalam Hawari (2009) bahwa
pada orang kecanduan kesenangan tertentu seperti kecanduan
pornografi, hormon ini akan terpakai terus-menerus dan pada
akhirnya jumlahnya menjadi sangat kecil. Sel otak memproduksi
dopamin menjadi mengecil, sehingga sel itu mengerut dan tidak
bisa berfungsi secara normal.
Menurut Donald (2009), pornografi dapat mengakibatkan perilaku
negatif seperti berikut ini:
1) Mendorong remaja untuk meniru melakukan tindakan
seksual. Kemampuan remaja menyaring informasi masih
rendah. Para ahli di bidang kejahatan seksual terhadap
remaja juga menyatakan bahwa aktifitas seksual pada
remaja yang belum dewasa selalu dipicu oleh 2 (dua)
kemungkinan yaitu pengalaman atau melihat. pornografi
atau aktivitas porno baik dari internet, HP ataupun media
lainnya. Maka mereka akan terdorong untuk meniru
melakukan tindakan seksual.
2) Membentuk sikap, nilai dan perilaku yang negatif. Remaja
yang terbiasa mengkonsumsi materi pornografi yang
menggambarkan beragam adegan seksual, dapat terganggu
proses pendidikan seksnya. Hal itu dapat diketahui dari cara
mereka memandang wanita, kejahatan seksual, hubungan
seksual, dan seks pada umumnya.
3) Menyebabkan sulit konsentrasi belajar hingga terganggu
jati dirinya. Pada remaja yang memiliki IQ tinggi, pornografi
bisa mengakibatkan mereka kesulitan membangkitkan
konsentrasinya untuk belajar dan beraktivitas, hari-harinya
didominasi oleh kegelisahan dan sedikit sekali
produktivitasnya. Sedangkan remaja yang ber-IQ rendah,
pengaruhnya bisa lebih ekstrim lagi, mereka tidak berdaya
lagi untuk berkonsentrasi, hari-harinya total dikuasai
kegelisahan. Sehingga membuat otak bawah sadar mereka
10
mengalami sulit konsentrasi, tidak fokus, malas belajar, tidak
bergairah melakukan aktivitas yang semestinya.
4) Tertutup, minder dan tidak percaya diri Remaja pecandu
pornografi yang mendapat dukungan teman-temannya sesama
penggemar pornografi, akan terdorong menjadi pribadi yang
permisif (memandang maklum) terhadap seks bebas dan
mereka melakukan praktek seks bebas di luar pantauan orang
tua. Sedangkan remaja pecandu pornografi yang dikelilingi
oleh teman-teman yang terbimbing dan bebas dari pornografi,
akan cenderung merasa minder dan tidak percaya diri. Karena
kebiasaannya ini, remaja merasa sebagai pribadi yang aneh
dan berbeda perilakunya, dan seiring bertambahnya
pengetahuan keagamaannya ia akan merasa paling berdosa.
1. Dampak Medis
2. Dampak Sosial
11
1. Tahap Addiction (kecanduan). Sekali seseorang menyukai
materi cabul, ia akan mengalami ketagihan. Kalau yang
bersangkutan tidak mengkonsumsi pornografi maka ia akan
mengalami ‘kegelisahan’. Ini bahkan dapat terjadi pada pria
berpendidikan atau pemeluk agama yang taat.
12
ditontonnya di media. Ini menyebabkan mereka yang
kecanduan pornografi akan cenderung sulit menjalin
hubungan seks penuh kasih sayang dengan pasangannya. Ini
terjadi karena film-film porno biasa menyajikan adegan-
adegan seks yang sebenarnya tidak lazim atau sebenarnya
dianggap menjijikan atau menyakitkan oleh wanita dalam
keadaan normal. Ketika si pria berharap pasangannya
melakukan meniru aktivitas semacam itu, keharmonisan
hubungan itupun menjadi retak.
3. REMAJA
a. Pengertian Remaja
Menurut World Health Organization Remaja adalah masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Usia remaja
berawal dari usia 10 hingga 19 tahun. Walau bagaimanapun
juga, pencapaian masa ini tidak sama antar manusia. Ada yang
masa remajanya lebih awal, misalnya pada usia 8 sampai 9
tahun atau bahkan penyelesaian masa remaja pun ada yang lebih
akhir, yaitu hingga 21 tahun (Chomaria, 2012). (WHO), remaja
adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,
13
Masa remaja disebut juga masa transisi yang unik ditandai
dengan berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja
disebut juga masa pubertas. Pada masa pubertas terjadi
perubahan fisik merupakan hal yang seangat penting dalam
kesehatan reproduksi karena pada masa ini terjadi pertumbuhan
fisik yang sangat cepat untuk mencapai kematangan termasuk
organ-organ reproduksi. Perubahan yang terjadi yaitu:
14
akibat fisik dan ada lagi akibat psikologi. Pada periode remaja
kedua-duanya sama-sama penting.
15
Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri
menyelesaikannya menurut kepuasannya. Ketiga, dengan
berubahnya minat dari pola perilaku, maka nilai-nilai juga
berubah. Nilai yang ada pada masa anak-anak dianggap
penting, pada masa remaja dianggap tidak penting lagi.
Keempat, sebagian remaja bersifat ambivalen terhadap setiap
perubahan. Remaja menginginkan dan menuntut kebebasan,
tapi remaja sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan
meragukan kemampuan untuk dapat mengatasi tanggung jawab
tersebut.
16
bila dirinya bersama dengan teman-teman dalam segala hal
seperti sebelumnya. Remaja ingin memperlihatkan dirinya
sebagai individu sementara pada saat yang sama remaja ingin
mempertahankan dirinya terhadap kelompoknya.
17
b. Penelitian ini sebelumnya dilakukan oleh Siregar, Eka
Sylviana tentang Hubungan Paparan Pornografi Dengan
Perilaku Seksual Remaja Di SMA Prayatna Medan Tahun
2017. Yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan
paparan pornografi dengan perilaku seksual remaja di
SMA Prayatna Medan Tahun 2017. dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
jenis media pornografi dengan perilaku seksual remaja di
SMA Prayatna Medan Tahun 2017.
Pengetahuan bahaya
pornografi dan sikap
Remaja Rendah
B. Kerangka Teori
Layanan informasi
media leaflet dan
video
1. Definisi Pornografi
2. Jenis-jenis Media Pornografi
3. Dampak Pornografi
4. Efek Tayang Pornografi
18
C. Kerangka Konsep
D. Hipotesis Penelitian
Pengetahuan dan sikap dan edukasi(KIE)Komunikasi,informasi dan
ada pengaruh komunikasi,informasi melalui media leaflet
remaja edukasi (KIE)
dan video terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang paparan
pornografi.
19
BAB III
METODA PENELITIAN
O I OI
Keterangan :
O : Test awal (pre-test) sebelum perlakuan diberikan
I : Intervensi (Konseling pranikah)
OI : Test akhir (post-test) setelah perlakuan diberikan
2. Waktu
20
Dari bulan September-Selesai
1. Sampel
Kriteria Inklusi :
Kriteria Eksklusi :
a. Variabel Penelitian
21
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai vriasi tertentu yang ditetapkan
oleh peeliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2007, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung).
b. Definisi Operasional
22
Memilih responden sesuai dengan kriteria inklusi Pada
penelitian ini responden berjumlah 30 orang dibuat dalam satu
kelompok yaitu dengan di berikan komunikasi,informasi dan edukasi
(KIE) untuk mengetahui seberapa bear pengetahuan remaja tentang
pengetahuan dan sikap remaja terhadap paparan pornografi.
3. Instrumen Penelitian
1. Pengolahan Data
a. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan lembar ceklist
apakah lembar ceklist sudah diisikan dengan lengkap dan jelas
oleh responden.
b. Scoring
Merupakan kegiatan untuk menilai hasil dari pengisian lembar
kertas/kuisioner.
c. Processing
Setelah data dikoding maka langkah selanjutnya melakukan entry
dari data lembar ceklist kedalam program komputer.
23
2 Analisa Data
a. Analisa Univariat
b. Analisa Bivariat
G. Langkah-langkah Penelitian
1. Persiapan
a. Menentukan masalah dalam penelitian.
Dalam tahap ini peneliti mengadakan survei awal terhadap
remaja di Desa Pakis, Kab Semarang.
b. Penelusuran kepustakaan
Pada tahap ini peneliti melakukan penelusuran kepustakaan
yangdilakukan berdasarkan buku dan jurnal yang berkaitan
dengan permasalahan yang akan diteliti untuk memperoleh
informasi yang relevan.
24
2. Pelaksanaan
3. Pelaporan
H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian mengajukan permohonan izin kepada
Kepala Bidan Desa untuk mendapatkan persetujuan, kemudian peneliti
melakukan penelitian dengan menekankan aspek etika penelitian yang
meliputi :
2. Kerahasiaan (convidentially)
Kerahasiaan menjelaskan masalah-masalah responden yang
harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.
25
I. Jadwal Penelitian
Disesuaikan jadwal
26
27