Perilaku Konsumen Dan Produsen PDF
Perilaku Konsumen Dan Produsen PDF
K T SP & K-13
s
Kela
ekonomi
TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan.
1. Memahami pola dan teori perilaku konsumen.
2. Memahami pola dan teori perilaku produsen.
3. Memahami konsep dasar dari kurva isocost dan isoquant.
Pengertian konsumsi adalah kegiatan menghabiskan nilai guna barang dan jasa.
Dalam ilmu ekonomi, semua benda yang digunakan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhannya disebut dengan benda konsumsi, sementara pelaku kegiatan konsumsi
disebut dengan konsumen. Namun, tidak selamanya kegiatan menggunakan suatu benda
disebut konsumsi.
1
Besar kecilnya tingkat konsumsi seseorang akan sangat bergantung pada pendapatan
yang dimiliki oleh konsumen. Apabila pendapatan (Y) berubah, akan mengakibatkan
konsumsi (C) dan tabungan (S) pun berubah. Tujuan yang ingin dicapai oleh konsumen
dalam mengonsumsi barang dan jasa adalah kepuasan maksimum.
Perilaku konsumen timbul akibat adanya kendala keterbatasan pendapatan di satu sisi
dan adanya keinginan untuk mengonsumsi barang dan jasa sebanyak-banyaknya agar
diperoleh kepuasan maksimal di sisi lainnya. Barang adalah benda dan jasa yang dikonsumsi
untuk memperoleh manfaat atau kegunaan. Barang yang dikonsumsi mempunyai sifat
apabila makin banyak dikonsumsi, makin besar manfaat yang diperoleh.
2
1. Pendekatan Kardinal
Pendekatan kardinal juga dikenal dengan pendekatan marginal utility. Pendekatan
kardinal dalam analisis perilaku konsumen didasarkan pada asumsi bahwa tingkat
kepuasan yang diperoleh konsumen dari konsumsi suatu barang atau jasa dapat
diukur dengan satuan tertentu, seperti uang, jumlah, atau buah. Makin besar jumlah
barang yang dikonsumsi, makin besar pula tingkat kepuasan konsumen. Konsumen
yang rasional akan berusaha memaksimumkan kepuasaannya dengan pendapatan
yang dimiliki.
Beberapa pakar ekonomi mengembangkan gagasan mengenai konsep nilai guna,
seperti dari hasil penelitian Herman Heinrich Gossen yang mengenalkan konsep
nilai guna total (total utility) dan nilai guna marjinal (marjinal utility) yang terkandung
dalam Hukum Gossen I dan Hukum Gossen II.
• Hukum Gossen I
Menurut penelitian Herman Heinrich Gossen, pemenuhan kebutuhan
akan suatu barang yang dilakukan secara terus-menerus, kenikmatan dari
mengonsumsi barang tersebut mula-mula tinggi, namun setiap tambahan satu
unit barang akan membuat tambahan kenikmatan menurun sampai akhirnya
mencapai titik jenuh (titik nol).
• Hukum Gossen II
Hukum Gossen II menyatakan seseorang akan memenuhi berbagai
kebutuhannya hingga mencapai intensitas (kepuasan) yang sama. Mengingat
sumber daya yang terbatas, pemenuhan kebutuhan primer akan lebih
tinggi tingkat kepuasannya dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan
sekunder. Demikian pula pemenuhan kebutuhan sekunder lebih tinggi tingkat
kepuasannya daripada kebutuhan tersier.
2. Pendekatan Ordinal
Pendekatan ordinal mengasumsikan konsumen mampu membuat urutan-
urutan kombinasi barang yang akan dikonsumsi berdasarkan kepuasan yang
akan diperolehnya tanpa harus menyebutkan secara absolut. Pendekatan ordinal
menggunakan analisis kurva indiferensi, yaitu kurva yang menunjukkan berbagai
titik-titik kombinasi dua barang yang memberikan kepuasan yang sama. Untuk
mengukur kepuasan konsumen dengan pendekatan kurva indiferensi, didasarkan
pada empat asumsi sebagai berikut.
• Konsumen memiliki pola preferensi akan barang-barang konsumsi yang
dinyatakan dalam bentuk peta indiferensi.
3
• Konsumen memiliki pendapatan dalam jumlah tertentu.
• Konsumen selalu berusaha untuk mencapai kepuasan maksimum.
• Makin jauh dari titik origin, kepuasan konsumen pun makin tinggi.
Sementara itu, pada teori ordinal menyatakan kegunaan tidak dapat dihitung dan
hanya dapat dibandingkan. Asumsi pendekatan ordinal adalah sebagai berikut.
• Konsumen rasional.
• Konsumen memiliki pola preferensi terhadap barang yang disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya daya guna suatu barang.
• Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu.
• Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum.
• Konsumen konsisten, artinya apabila barang A lebih dipilih daripada B karena A
lebih disukai daripada B, dan tidak berlaku sebaliknya.
• Berlaku hukum transitif, artinya apabila A lebih disukai daripada B, dan B lebih
disukai daripada C, maka A lebih disukai daripada C.
Dasar pemikiran dari pendekatan ini adalah makin banyak barang yang dikonsumsi
makin tinggi kepuasan yang diberikan atau yang didapatkan konsumen. Gambaran
mengenai kepuasan ini dapat dijelaskan melalui kurva indiferensi dan kurva garis
anggaran. Kurva indiferensi (indifference curve) adalah kurva yang menunjukkan
berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat
kepuasan yang sama bagi seorang konsumen. Sementara garis anggaran (budget
line) pada kurva menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang
membutuhkan biaya (anggaran) yang sama besar. Persinggungan di antara kedua
kurva tersebut akan melahirkan keseimbangan konsumen. Berikut adalah kurva
keseimbangan konsumen (persinggungan kurva indiferensi dan garis anggaran).
4
25 A
20
Kuantitas Pakaian
15
E
10
IC4
IC3
5 IC2
IC1
B
0 4 8 12 16 20
Kuantitas Buku
5
kualitasnya, tenaga kerja dibedakan menjadi tiga, yaitu tenaga kerja terdidik,
tenaga kerja terampil, dan tenaga kerja kasar. Sementara berdasarkan sifat
pekerjaannya, tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja jasmani dan tenaga
kerja rohani.
Dalam proses produksi terdapat dua pengelompokan, yakni produksi jangka pendek
dan jangka panjang. Dalam produksi jangka pendek terdapat satu faktor produksi yang
bersifat tetap, sedangkan faktor produksi lainnya bersifat variabel (berubah-ubah). Dalam
faktor produksi jangka pendek maupun jangka panjang tidak terkait dengan lamanya
waktu yang digunakan dalam proses produksi suatu barang, tetapi lebih pada sifat fungsi
produksi yang digunakan. Artinya, fungsi produksi terkait dengan hubungan teknis antara
faktor produksi dan barang yang dihasilkan dalam proses produksi. Produk sebagai output
dari proses produksi sangat bergantung pada faktor produksi sebagai input dalam proses
produksi tersebut.
Teori produksi juga melahirkan sebuah hukum The Law of Diminishing Return yang
dikemukakan oleh David Ricardo. The Law of Diminishing Return atau hukum pertambahan
hasil yang makin menurun adalah suatu hukum yang menyatakan apabila dalam
melakukan produksi ditambahkan input secara terus-menerus, maka pertama-tama
output yang dihasilkan akan meningkat, namun pada titik tertentu output tersebut akan
menurun seiring dengan tetap bertambahnya input. Berikut adalah gambaran keterkaitan
antara total produksi, rata-rata produksi, dan produksi marjinal dalam bentuk kurva.
6
Kurva TP, AP, dan MP
37
36
33
30 TP
28 (Produksi Total)
21
Produksi
12
5 AP
(Rata-rata Produksi)
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tenaga Kerja MP
(Produksi Marjinal)
Hukum ini menggambarkan, apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya
seperti tenaga kerja yang secara terus-menerus ditambah, maka jumlah produksi totalnya
pun makin mengalami pertambahan. Akan tetapi sesudah mencapai tingkat tertentu,
produksi tambahan tersebut akan makin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif.
Hal ini kemudian menyebabkan pertambahan produksi total makin lambat dan akhirnya
mencapai tingkat yang maksimum kemudian menurun.
Dalam produksi jangka pendek, salah satu faktor produksi bersifat tetap, sedangkan faktor
produksi lainnya variabel. Dalam hal ini akan dijumpai apabila kenaikan produksi total
akan berkurang seiring dengan pertambahan faktor produksi variabel yang ditambahkan
secara terus-menerus. Produksi dalam jangka panjang bukan berarti proses produksi yang
dilakukan membutuhkan waktu yang panjang. Namun, semua variabel yang digunakan
dalam produksi berubah-ubah.
7
Modal
Isoquant
= 100 ton
60 unit
D = Rp500.000,-
30 unit
Isocost
Tenaga Kerja
10 orang 15 orang
Kurva isoquant adalah kurva yang menggambarkan kombinasi dua input faktor produksi
(modal dan tenaga kerja) untuk menghasilkan barang dengan kuantitas yang sama.
Sementara itu, kurva isocost adalah kurva yang menggambarkan kombinasi dua input
faktor produksi untuk menghasilkan barang dengan biaya yang sama. Persinggungan
antara keduanya menghasilkan keseimbangan produsen. Jadi, berdasarkan kurva di atas
terlihat keseimbangan produsen pada saat kuantitas barang sejumlah 100 ton dengan
biaya Rp500.000,00.