Anda di halaman 1dari 2

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk ketoasidosis diabetik harus dilakukan secara berulang. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan terdiri dari pemeriksaan darah, urin, dan kultur.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang perlu diperiksa pada ketoasidosis diabetik adalah hitung jenis, kadar
glukosa darah, kadar serum bikarbonat, analisa gas darah, keton darah dan kadar elektrolit.

Kadar glukosa darah pada ketoasidosis diabetik umumnya di atas 250 mg/dL. Kadar serum bikarbonat
penting diperiksa untuk menentukan tingkat keparahan penyakit. Hasil analisa gas darah akan
menunjukkan pH <7.3 dan peningkatan anion gap. Kadar pH juga bermanfaat untuk menentukan tingkat
keparahan penyakit. Hitung jenis lekosit meningkat meski tidak ada infeksi, namun bila > 15 x 109/L atau
bergeser ke kiri mengarah kepada terjadinya infeksi.

Ketonemia pada pengambilan darah kapiler dapat diukur menggunakan uji strip untuk menilai kadar β-
hidroksibutirat atau dengan mengukur kadar keton darah secara langsung. Keduanya sama efektif untuk
mendiagnosis ketoasidosis diabetik.

Pada pemeriksaan elektrolit, didapatkan kadar sodium, klorida, dan fosfor yang rendah, serta
peningkatan kadar kalium. Fosfat menurun pada orang dengan gizi buruk, atau pada alkoholisme kronik.

Pemeriksaan Urin

Pada pemeriksaan urin, akan didapatkan glukosuria dan ketonuria.

Kultur
Pemeriksaan kultur darah dan urin dapat bermanfaat untuk menentukan organisme penyebab bila
terdapat kecurigaan infeksi.

Pemeriksaan Lainnya

Pemeriksaan X-ray toraks berguna untuk menyingkirkan diagnosa pneumonia. Pemeriksaan MRI
bermanfaat untuk deteksi dini edema serebral. Walau demikian, terdapat risiko ketika melakukan MRI
pada pasien dengan penyakit kritis seperti edema serebral, misalnya pasien tidak bisa berada ICU dalam
waktu yang cukup lama akibat pemeriksaan, dan keterbatasan alat monitoring dan ventilasi yang dapat
digunakan saat pemeriksaan.

Pemeriksaan EKG dilakukan untuk memonitor kemungkinan timbulnya akut infark miokard, yang bisa
terjadi tanpa ada rasa nyeri dada pada pasien diabetes, khususnya pada pasien dengan neuropati
otonom. EKG berulang juga bermanfaat untuk menilai dampak perubahan kadar elektrolit akibat terapi
ketoasidosis diabetik

Anda mungkin juga menyukai