Anda di halaman 1dari 11

1.

Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Definisi malnutrisi energi protein


- Suatu penyakit / kondisi klini yang disebabkan oleh karena defisiensi/kekurangan
energi dan protein, dan pada umumnya disertai disertai kekurangan zat gizi
lainnya
- ketidakseimbangan antara asupan dengan keluaran nutrisi baik zat gizi makro
maupun mikro, mulai dari yang secara klinis mudah dideteksi yaitu kelebihan
(overnutrition) dan kekurangan (undernutrition) - FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS INDONESIA DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

2. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Klasifikasi malnutrisi energi


protein
a. PPT
- Menurut Penyebab,
1 . Primer → tidak tersedianya bahan makanan, kualitas dan kuantitas kurang
2. Sekunder → kebutuhan nutrisi / output meningkat
- Menurut Jenis,
1. Marasmus 2. Kwasiorkor 3. Marasmus Kwasiorkor
- Menurut Derajat, 1. Malnutrisi akut berat (Severe acute malnutrition) 2. Sangat
kurus (severe wasting) 3. Sangat pendek (severe stunting )
Menurut Durasi, Akut dan Kronisjurkan.
- Menurut Kemenkes RI, klasifikasi KEP didasarkan pada indeks berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB), dan indeks masa tubuh berdasarkan umur (IMT/U).

3. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Epidemiologi malnutrisi energi


protein
Menurut WHO, 2020
Malnutrisi, dalam segala bentuknya, termasuk kekurangan gizi (wasting, stunting,
underweight), kekurangan vitamin atau mineral, kelebihan berat badan, obesitas, dan
penyakit tidak menular yang berhubungan dengan pola makan. Sekitar 462 juta
kekurangan berat badan. 47 juta anak di bawah usia 5 tahun menderita wasting dan 14,3
juta sangat kurus dan 144 juta mengalami stuntingSekitar 45% kematian di antara anak-
anak di bawah usia 5 tahun terkait dengan kekurangan gizi. Ini sebagian besar terjadi di
negara berpenghasilan rendah dan menengah. 

Menurut Medscape 2016,


Ada berbagai bentuk malnutrisi dan sekitar 1/3 dari populasi dunia saat ini mengalaminya
satu atau lebih. Ada sekitar 50 juta anak di bawah usia 5 tahun yang
mengalami malnutrisi energi protein . Dari populasi anak-anak yang kekurangan gizi di
dunia, 80% tinggal di Asia, 15% di Afrika, dan 5% di Amerika Latin. 

4. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Etiologi malnutrisi energi protein


Etiologi ;
1. Inadequate intake
2. Peningkatan kebutuhan protein dan energi
3. Immature immune system' (penyebab infeksi)
4. Non hygienic condition baik dari makanan, minuman, atau lingkungan (bisa
menyebabkan infeksi)
5. Faktor ekonomi
omesh khardori. (2019). Malnitrition energy protein. Journal medscape.

5. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Faktor Risiko malnutrisi energi


protein
Berat badan lahir rendah, HIV, Infeksi TB, pola asuh yang salah
Panduan Praktik Klinis
6. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Patofisiologi malnutrisi energi
protein
7. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Manifestasi klinis malnutrisi
energi protein
- Berat badan, Panjang/Tinggi badan
- ● Temperatur : hipotermi/demam
- ● Sangat pucat – anemia gravis
- ● Respirasi : tanda pneumonia atau gagal jantung
- ● Tanda kolaps sirkulasi : akral dingin, nadi lemah, kesadaran menurun
- ● Mata : lesi pada kornea (defisiensi vitamin A), cowong (dehidrasi)
- ● Old man face, edema, baggy pant, hair, dermatosis, atrofi otot, hepatomegaly
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

8. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Kriteria Diagnosis malnutrisi


energi protein
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran
antropometri. Anak didiagnosis dengan gizi buruk, apabila:
1. BB/TB < -3SD atau 70% dari median (marasmus).
2. Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor: BB/ TB >-
3SD atau marasmik-kwashiorkor BB/TB
<-3SD).
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

9. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Pemeriksaan fisik malnutrisi energi


protein
1. BB/TB < 70% atau < -3SD
2. Marasmus: tampak sangat kurus, tidak ada jaringan lemak bawah kulit, anak
tampak tua, baggy pants appearance.
3. Kwashiorkor: edema, rambut kuning mudah rontok, crazy pavement dermatosa
4. Tanda dehidrasi
5. Demam
6. Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung
7. Sangat pucat
8. Pembesaran hati, ikterus
9. Tanda defisiensi vitamin A pada mata: konjungtiva kering, ulkus kornea,
keratomalasia
10. Ulkus pada mulut
11. LILA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

10. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang malnutrisi


energi protein
• Gula darah >54 mg/dl • Hapusan darah • Hb, HCT • Urine lengkap, kultur • Feses
lengkap, kultur • Rontgen Thorax • Tes tuberculin
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

11. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Tata Laksana malnutrisi energi
protein

Penanganan pasien dengan MEP, yaitu:


• Vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak gizi buruk dengan dosis sesuai umur
pada saat pertama kali ditemukan
• Makanan untuk pemulihan gizi dapat berupa
makanan lokal atau pabrikan.
o Jenis pemberian ada 3 pilihan: makanan therapeutic atau gizi siap saji, F100 atau
makanan lokal dengan densitas energi

yg sama terutama dari lemak (minyak/ santan/margarin).


o Pemberian jenis makanan untuk pemulihan gizi disesuaikan masa pemulihan
(rehabilitasi):
1 minggu pertama pemberian F100.
Minggu berikutnya jumlah dan frekuensi F100 dikurangi seiring dengan penambahan
makanan keluarga.
Kunjungan Rumah
• Tenaga kesehatan atau kader melakukan kunjungan rumah pada anak gizi buruk
rawat jalan, bila:
- Berat badan anak sampai pada minggu ketiga tidaknaik atau turundibandingkan
dengan berat badanpada saat masuk (kecuali anak dengan edema).
- Anak yang 2 kali berturut-turut tidak datang tanpa pemberitahuan
• Kunjungan rumah bertujuan untuk menggali permasalahan yang dihadapi
keluarga termasuk kepatuhan mengonsumsi makanan untuk pemulihan gizi dan
memberikan nasihat sesuai dengan masalah yang dihadapi.
• Dalam melakukan kunjungan, tenaga kesehatan membawa kartu status, cheklist
kunjungan rumah, formulir rujukan, makanan untuk pemulihan gizi dan bahan
penyuluhan.
• Hasil kunjungan dicatat pada checklist kunjungan dan kartu status. Bagi anak
yang harus dirujuk, tenaga kesehatan mengisi formulir rujukan.
Konseling dan Edukasi
• Menyampaikan informasi kepada ibu/ pengasuhtentang hasil penilaian
pertumbuhan anak.
• Mewawancarai ibu untuk mencari penyebab
kurang gizi.
• Memberi nasihat sesuai penyebab kurang
gizi.
A. IRA
 Fase Tata Laksana malnutrisi
1. Fase Stabilisasi : 1-7 hari
2. Fase Transisi : 8-14 hari
3. Fase Rehabilitasi : minggu ke 3-6
4. Fase Pemantauan Lanjut : minggu ke 7-26

Zat gizi Stabilisasi Transisi Rehabilitasi


Energi 80-100 100-150 kkal 150-220 kkal
kkal/kgbb/hr
Protein 1-1,5 g/kgbb/hr 2-3 g 3-4g
Cairan 130 ml/kgbb/hari 150 ml
atau 100
ml/kgbb/hr bila ada
edema berat

 Tata laksana Gizi Buruk menurut kemenkes RI, 2011


1. Atasi atau cegah hipoglikemia
Kadar glukosa darah yang sangat rendah (< 3 mmol/liter atau < 54 mg/dl)
Biasanya terjadi bersamaan dengan hipotermia Tanda lain : letargis, nadi lemah,
kehilangan kesadaran Gejala hipoglikemia berupa berkeringat dan pucat sangat jarang
dijumpai pada balita gizi buruk.
Tanda Cara Mengatasi
SADAR (TIDAK LETARGIS) Berikan larutan Glukosa 10% atau
larutan gula pasir 10%) secara oral/
NGT (bolus) sebanyak 50 ml
TIDAK SADAR (LETARGIS) Berikan Larutan dekstrosa/ Glukosa
10% iv, 5 ml x kgBB
Selanjutnya berikan larutan Glukosa
10% atau larutan gula pasir 10% secara
oral atau NGT (bolus) sebanyak 50 ml
RENJATAN (SHOCK) beri cairan iv berupa infus Ringer Laktat
dan Glukosa 10% prebandingan 1:1 (=
RLG 5%) sebanyak 15 ml x kgBB untuk
1 jam
Berikan Larutan Dekstrosa/ Glukosa
10% secara intravena (iv) sebanyak 5 ml
x kgBB
Note : 5 gram gula pasir (= 1 sendok teh munjung) + air matang s/d 50 ml

2. Atasi atau cegah hipertermia


 Cara mempertahankan dan memulijkan suhu tubuh balita agar tidak hipotermia

Suhu tubuh 36 – 37,0 ºC


Mudah terjadi hipotermia maka pertahankan suhu :
1. Tutuplah tubuh balita termasuk kepalanya
2. Hindari adanya hembusan angina
3. Pertahankan suhu ruangan 25–30C
4. Tetap diselimuti pada malam hari
5. Jangan biarkan tanpa baju terlalu lama saat pemeriksaan &
penimbangan
6. Tangan yg merawat harus hangat
7. Segeralah ganti baju atau peralatan tidur yang basah
8. Segera keringkan badan setelah mandi
9. Jangan gunakan botol air panas utk menghangati balita  kulit terbakar
 Suhu tubuh < 36ºC (hipotermia)
Tindakan dengan hangatkan tubuh :
1. Cara “kanguru” : kontak langsung kulit ibu dan kulit balita
2. Lampu : diletakkan 50 cm dari tubuh balita
3. Monitor suhu setiap 30 menit - suhu sdh normal
4. Hentikan pemanasan bila suhu tubuh sudah mencapai 37C

3. Atasi atau cegah dehidrasi

n Tanda Cara Melihat dan Menetukan


o
1 Letargis lemas, tidak waspada, tidak tertarik
terhadap kejadian sekitar
2 Anak gelisah dan rewel terutama bila disentuh/ ditangani untuk
tindakan
3 Tidak ada air mata Tidak ada air mata saat balita menangis
4 Mata cekung Mata cekung tersebut memang seperti
biasanya ataukah baru beberapa saat
timbulnya
5 Mulut dan lidah kering Raba dengan jari yang kering dan bersih
untuk menentukan apakah lidah dan
mulutnya kering
6 Haus Apakah balita ingin meraih cangkir saat
diberi ReSoMal. Saat cangkir itu
disingkirkan, apakah balita masih ingin
minum lagi?
7 Kembalinya cubitan/turgor kulit Tarik lapisan kulit dan jaringan bawah
lambat kulit pelan-pelan. Cubit selama 1 detik
dan lepaskan. Jika kulit masih terlipat
(belum balik rata)
kulit/turgor kulit lambat. (catatan :
cubitan kulit biasanya lambat pada anak
“wasting”)

4. Perbaiki gangguan elektrolit


Perlu diberikan larutan elektrolit/ mineral dalam bentuk ReSoMal (bila diare) dan
Formula WHO sesuai dengan fasenya
 Cara membuat ReSoMal
Bubuk WHO-ORS utk 1 liter (*): 1 pak
Gula pasir : 50 g
Lar. Elektrolit/mineral (**) : 40 ml
Ditambah air sampai : 2 liter
Setiap 1 liter cairan Resomal:
Na = 37,5 mEq,
K = 40 mEq dan
Mg = 1,5 mEq
(*) Bubuk WHO-ORS/1 liter:Nacl= 2,6 g
Trisodium citrat dihidrat = 2,9 g
KCl = 1,5 g dan glukosa = 13,5 g
 Cara membuat lar. Elektrolit/mineral

(**)komposisi : KCl sebanyak 224 g, tripotasium citrate sebanyak 81 g, MgCl2.6H2)


sebanyak 76 g, Zn acetat 2 H2O sebanyak 8,2 g, CuSO4.5H2O sebanyak 1,4 g, dan
ditambah air sampai 2,5 liter

5. Obati infeksi
 Tidak ada komplikasi/ infeksi yang jelas
kotrimoksasol/ oral/ 12 jam selama 5 hari
 Ada komplikasi
gentamisin iv atau im selama 7 hari, ditambah ampisilin iv atau im/ 6 jam selama 2 hari,
diikuti amoksisilin/ 8 jam selama 5 hari
 Dalam 48 jam tidak membaik
kloramfenikol iv atau im/ 8 jam selama 5 hari
 Bila ada infeksi khusus
antibiotika khusus sesuai dengan penyakitnya
Catatan: 1. Jika balita tidak kencing, Gentamisin akan menumpuk di dalam tubuh dan
menyebabkan tuli, jangan diberi dosis kedua sampai balita bisa kencing. 2. Jika
Amoksisilin tidak tersedia, beri Ampisilin 50 mg/kg peroral setiap 6 jam selama 5 hari.

6. Perbaiki defisiensi nutrient mikro


 Pemberian preparat besi saat nafsu makan dan berat badan anak meningkat
 Pemberian vitamin A peroral (0-5 bulan : 50.000 IU, 6-12 bulan : 100.000 IU, >12
bulan : 200.000 IU)
 Pemberian asam folat 5 mg peroral
 Pemberian harian selama 2 minggu :
1. Pemberian suplemen multivitamin
2. Asam folat 1 mg/hari
3. Zinc 2 mg/kg/hari
4. Copper 0,3 mg/kg/hari
5. Fe 3 mg mg/kg/hari (fase rehabilitasi)
 Pemberian larutan elektrolit/ mineral

7. Makanan stab dan trans


8. Makanan Tumb. Kejar
9. Stimulasi
10. Siapkan tindak lanjut

12. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Komplikasi malnutrisi energi


protein
Anoreksia, Pneumonia berat, Anemia berat, Infeksi, Dehidrasi berat, Gangguan
elektrolit, Hipoglikemi, Hipotermi, Hiperpireksia, Penurunan kesadaran
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

13. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Diagnosis Banding malnutrisi


energi protein

14. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Prognosis malnutrisi energi


protein
Prognosis umumnya dubia ad bonam untuk ad vitam, sedangkan untuk quo ad
fungsionam dan sanationam umumnya dubia ad malam.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

15. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Pencegahan malnutrisi energi


protein
Mendapatkan nutrisi yang adekuat,kebutuhan nutrisi berdasarkan recommended
dietary allowance (RDA) sesuai height age ditargetkan mencapai berat badan ideal,
menentukan cara pemberian makanan (oral, enteral, atau parenteral), menentukan
jenis makanan yang diberikan, serta memantau akseptabilitas, reaksi simpang dan
efisiensi asuhan nutrisi yang diberikan FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
INDONESIA DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
16. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Integrasi islam

Anda mungkin juga menyukai