LTM Akidah Atau Iman Islam
LTM Akidah Atau Iman Islam
Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya
suatu amal. Allah swt berfirman,
ك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه أَ َحدًا َ ًفَ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا لِقَآ َء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َملْ َع َمال.
ُ صالِحًا َوالَيُ ْش ِر
Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul
mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya.
Rasulullah saw berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan
menanamkan nilai-nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang,
yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin
yang merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian
berat itu kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi
basis atau landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan
pengajaran dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu
yang lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi
kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam ajaran
Islam.
4. Pengertian dan Kedudukan Tauhid Allah dalam Ajaran Islam
Pengertian Tauhid
Pengertian Tauhid Dari segi bahasa “mentauhidkan” sesuatu “berarti” menjadikan
sesuatu itu esa. Dari segi Syari‟ tauhid ialah “mengesakan Allah didalam perkaraperkara
yang Allah sendiri tetapkan melalui Nanbi-nabiNya yaitu dari segi Rububiyyah, Uluhiyyah
dan Asma Was Sifat‟.13 Allah berfirman dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah
kepada-Ku.”14 Maksud dari kata menyembah di ayat ini adalah mentauhidkan Allah dalam
segala macam bentuk ibadah sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas rodhiyallohu
„anhu, seorang sahabat dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan
penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Allah saja. Tidaklah
mereka diciptakan untuk menghabiskan waktu kalian bermain-main dan bersenang-senang
belaka .Sebagaimana firman Allah swt surat Al-Anbiya ayat 16-17
Kedudukan Tauhid
Tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam agama ini. Pada
kesempatan kali ini kami akan membawakan tentang kedudukan Tauhid Uluhiyah (ibadah),
karena hal inilah yang banyak sekali dilanggar oleh mereka-mereka yang mengaku diri
mereka sebagai seorang muslim namun pada kenyataannya mereka menujukan sebagian
bentuk ibadah mereka kepada selain Alloh, baik itu kepada wali, orang shaleh, nabi,
malaikat, jin dan sebagainya.
Alloh berfirman, “Dan sungguh Kami telah mengutus rosul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): ‘Sembahlah Alloh, dan jauhilah Thaghut itu’.” (An-Nahl: 36). Makna
dari ayat ini adalah bahwa para Rosul mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi terakhir Nabi kita
Muhammad shollallohu alaihi wa sallam diutus oleh Alloh untuk mengajak kaumnya untuk
beribadah hanya kepada Alloh semata dan tidak memepersekutukanNya dengan sesuatu
apapun. Maka pertanyaan bagi kita sekarang adalah “Sudahkah kita memenuhi seruan
Rosul kita Muhammad shollallohu alaihi wa sallam untuk beribadah hanya kepada Alloh
semata? ataukah kita bersikap acuh tak acuh terhadap seruan Rosululloh ini?” Tanyakanlah
hal ini pada masing-masing kita dan jujurlah…
5. Macam-macam Tauhid
1. Tauhid Rububiyah
Yaitu mengesakan Allah (Rabb) dalam segala perbuatan-perbuatannya. Artinya
mempercayai dan meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah Rabb yang menciptakan,
menghidupkan, mengatur dan lain-lain. Allah berfirman yang artinya: “Segala puji bagi
Allah, Rabb semesta alam“. (Q.S Al-Fatihah:2).
Tauhid Rububiyah ialah beriman bahwa Allah adalah pencipta, pengatur dan
penguasa atas segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Yang termasuk tauhid rububiyah
diantaranya meliputi: Beriman kepada Allah sebagai Yang Berhak Untuk Berbuat, seperti
menciptakan apapun, pemberi rezeki, yang menentukan qodo’ dan qodar, mematikan dan
menghidupkan setiap makhluk dan lainnya.
2. Tauhid Uluhiyah
Yaitu mengesakan Allah dengan cara ibadah, seperti sholat, dzikir, berdoa,
bersholawat dan lain-lainnya. Allah berfirman yang artinya: “Dan Tuhan kamu adalah Tuhan
Yang Maha Esa, Tidak ada Tuhan melainkan Dia“. (Q.S Al-Baqarah: 163). Selain itu, dapat
kita lihat juga dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 25, QS. An-Nahl ayat 36, QS. Al-
An’am ayat 102, QS. Al-Bayyinah ayat 5.
3. Tauhid Asma’ dan Shifat
Yakni mengesakan Allah dengan nama dan sifat-sifatnya yang Dia jelaskan dalam kitab suci
Nya maupun melalui lisan RasulNya. Yakni dengan menetapkan nama dan sifat yang Dia
tetapkan dan menafikan apa yang Dia nafikan, tanpa merubah atau mengingkari, menanyakan
bagaimana ataupun menyerupakan.
Akan tetapi kita beriman bahwa sesungguhnya Allah: “Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat“. (QS. Asyura:
11)
Allah memiliki sifat yang tidak terbatas. Seperti Allah bersifat Ar-rohman dan Ar-
rohim, Allah memiliki rasa cinta kasih kepada setiap makhluknya tanpa batasan. Allah
memberi dengan tidak adanya batasan.
Tidak seperti hambanya yang memiliki batasan dalam cinta dan kasih sayang. Allah
berfirman dalam QS. Al-A’raf ayat 180 yang artinya: “Dan Allah memiliki asma-ul husna
(nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna
itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-namaNya. Mereka kelak akan
mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan“.