Anda di halaman 1dari 7

LTM Akidah atau Iman Islam

Alishia – 2006479822 – Iklan B

1. Pengertian Akidah atau Iman Islam


Kata “‘aqidah” diambil dari kata dasar “al-‘aqdu” yaitu ar-rabth(ikatan), al-
Ibraam (pengesahan), al-ihkam(penguatan), at-tawatstsuq(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu
biquwwah(pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu(penetapan). Di
antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-jazmu(penetapan).
“Al-‘Aqdu” (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata
tersebut diambil dari kata kerja: ” ‘Aqadahu” “Ya’qiduhu” (mengikatnya), ” ‘Aqdan” (ikatan
sumpah), dan ” ‘Uqdatun Nikah” (ikatan menikah). Allah Ta’ala berfirman, “Allah tidak
menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah),
tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja …” (Al-Maa-
idah : 89).

2. Ruang Lingkup Materi Akidah atau Iman Islam


Kajian aqidah menyangkut keyakinan umat Islam atau iman. Karena itulah, secara
formal, ajaran dasar tersebut terangkum dalam rukun iman yang enam. Oleh sebab itu,
sebagian para ulama dalam pembahasan atau kajian aqidah, mereka mengikuti sistematika
rukun iman yaitu: iman kepada Allah, iman kepada malaikat (termasuk pembahasan tentang
makhluk ruhani seperti jin, iblis, dan setan), iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada
Nabi dan rasul Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qadha dan qadar Allah swt.
Sementara Ulama dalam kajiannya tentang aqidah islam menggunakan sistematika
sebagai berikut:
Ilahiyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ilah
(Tuhan, Allah), seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah,perbuatan-perbuatan
(af’al) Allah dan sebagainya.
Nubuwat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan
Rasul, termasuk pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah, mukjizat, karamat dan sebagainya.
Ruhaniyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik seperyi Malaikat, Jin, Iblis, Setan, Roh dan lain sebaginya.
Sam’iyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sama’,
yaitu dalil naqli berupa al-qur’an dan as-sunnah, seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur,
tanda-tanda kiamat, surga, neraka dan sebaginya.
Berbeda dengan dua sistematika di atas, Prof. Dr. H. Syahrin Harahap, MA, dalam
Ensiklopedi Aqidah Islam menjabarkan obyek kajian aqidah mengacu pada tiga kajian pokok,
yaitu:
Pengenalan terhadap sumber ajaran agama (ma’rifatul mabda’), yaitu kajian mengenai
Allah.Termasuk dalam bidang ini sifat-sifat yang semestinya ada (wajib), yang semestinya
tidak ada (mustahil), dan yang boleh ada dan tiada (jaiz) bagi Allah. Menyangkut dengan
bidang ini pula, apakah Tuhan bisa dilihat pada hari kiamat (ru’yat Allah).
Pengenalan terhadap pembawa kabar (berita) keagamaan (ma’rifat al-
wasithah).Bagian ini mengkaji tentang utusan-utusan Allah (nabi dan rasul), yaitu kemestian
keberadaan mereka, sifat-sifat yang semestinya ada (wajib), yang semestinya tidak ada
(mustahil), serta yang boleh ada dan tiada (jaiz) bagi mereka. Dibicarakan juga tentang
jumlah kitab suci yang wajib dipercayai, termasuk juga cirri-ciri kitab suci. Kajian lainya
ialah mengenai malaikat, menyangkut hakekat, tugas dan fungsi mereka.
Pengenalan terhadap masalah-masalah yang terjadi kelak di seberang kematian
(ma’rifat al-ma’ad). Dalam bagian ini dikaji masalah alam barzakh, surga, neraka, mizan, hari
kiamat dan sebagainya.
3. Kedudukan Aqidah dalam Islam
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu
bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan
akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah
suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk
sekedar menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan
hancur berantakan.

Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya
suatu amal. Allah swt berfirman,

‫ك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه أَ َحدًا‬ َ ً‫فَ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا لِقَآ َء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َملْ َع َمال‬.
ُ ‫صالِحًا َوالَيُ ْش ِر‬

Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat), maka


hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada
Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi: 110)

Allah swt juga berfirman,

ِ ‫ك َولَتَ ُكون ََّن ِّمنَ ْالخ‬


َ‫َاس ِرين‬ َ ِ‫ َولَقَ ْد أُو ِح َى إِلَ ْيكَ َوإِلَى الَّ ِذينَ ِمن قَ ْبل‬.
َ ُ‫ك لَئِ ْن أَ ْش َر ْكتَ لَيَحْ بَطَ َّن َع َمل‬

Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu,


bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur,
dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65).

Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul
mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya.
Rasulullah saw berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan
menanamkan nilai-nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang,
yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin
yang merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian
berat itu kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi
basis atau landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan
pengajaran dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu
yang lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi
kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam ajaran
Islam.
4. Pengertian dan Kedudukan Tauhid Allah dalam Ajaran Islam
Pengertian Tauhid
Pengertian Tauhid Dari segi bahasa “mentauhidkan” sesuatu “berarti” menjadikan
sesuatu itu esa. Dari segi Syari‟ tauhid ialah “mengesakan Allah didalam perkaraperkara
yang Allah sendiri tetapkan melalui Nanbi-nabiNya yaitu dari segi Rububiyyah, Uluhiyyah
dan Asma Was Sifat‟.13 Allah berfirman dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56

Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah
kepada-Ku.”14 Maksud dari kata menyembah di ayat ini adalah mentauhidkan Allah dalam
segala macam bentuk ibadah sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas rodhiyallohu
„anhu, seorang sahabat dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan
penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Allah saja. Tidaklah
mereka diciptakan untuk menghabiskan waktu kalian bermain-main dan bersenang-senang
belaka .Sebagaimana firman Allah swt surat Al-Anbiya ayat 16-17
Kedudukan Tauhid

Tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam agama ini. Pada
kesempatan kali ini kami akan membawakan tentang kedudukan Tauhid Uluhiyah (ibadah),
karena hal inilah yang banyak sekali dilanggar oleh mereka-mereka yang mengaku diri
mereka sebagai seorang muslim namun pada kenyataannya mereka menujukan sebagian
bentuk ibadah mereka kepada selain Alloh, baik itu kepada wali, orang shaleh, nabi,
malaikat, jin dan sebagainya.

Tauhid Adalah Tujuan Penciptaan Manusia


Alloh berfirman, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56) maksud dari kata menyembah di ayat
ini adalah mentauhidkan Alloh dalam segala macam bentuk ibadah sebagaimana telah
dijelaskan oleh Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhu, seorang sahabat dan ahli tafsir. Ayat ini
dengan tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya
untuk beribadah kepada Alloh saja. Tidaklah mereka diciptakan untuk menghabiskan waktu
kalian untuk bermain-main dan bersenang-senang belaka. Sebagaimana firman Alloh  “Dan
tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan
bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, tentulah Kami
membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian.”  (Al Anbiya: 16-
17). “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara
main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Al-Mu’minun: 115)
Tauhid Adalah Tujuan Diutusnya Para Rosul

Alloh berfirman, “Dan sungguh Kami telah mengutus rosul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): ‘Sembahlah Alloh, dan jauhilah Thaghut itu’.” (An-Nahl: 36). Makna
dari ayat ini adalah bahwa para Rosul mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi terakhir Nabi kita
Muhammad shollallohu alaihi wa sallam diutus oleh Alloh untuk mengajak kaumnya untuk
beribadah hanya kepada Alloh semata dan tidak memepersekutukanNya dengan sesuatu
apapun. Maka pertanyaan bagi kita sekarang adalah “Sudahkah kita memenuhi seruan
Rosul kita Muhammad shollallohu alaihi wa sallam untuk beribadah hanya kepada Alloh
semata? ataukah kita bersikap acuh tak acuh terhadap seruan Rosululloh ini?” Tanyakanlah
hal ini pada masing-masing kita dan jujurlah…

Tauhid Merupakan Perintah Alloh yang Paling Utama dan Pertama

Alloh berfirman, “Sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya


dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan
teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa: 36). Dalam ayat
ini Alloh menyebutkan hal-hal yang Dia perintahkan. Dan hal pertama yang Dia
perintahkan adalah untuk menyembahNya dan tidak menyekutukanNya. Perintah ini
didahulukan daripada berbuat baik kepada orang tua serta manusia-manusia pada
umumnya. Maka sangatlah aneh jika seseorang bersikap sangat baik terhadap sesama
manusia, namun dia banyak menyepelekan hak-hak Tuhannya terutama hak beribadah
hanya kepada Alloh semata.

5. Macam-macam Tauhid

1. Tauhid Rububiyah
Yaitu mengesakan Allah (Rabb) dalam segala perbuatan-perbuatannya. Artinya
mempercayai dan meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah Rabb yang menciptakan,
menghidupkan, mengatur dan lain-lain. Allah berfirman yang artinya: “Segala puji bagi
Allah, Rabb semesta alam“. (Q.S Al-Fatihah:2).
Tauhid Rububiyah ialah beriman bahwa Allah adalah pencipta, pengatur dan
penguasa atas segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Yang termasuk tauhid rububiyah
diantaranya meliputi: Beriman kepada Allah sebagai Yang Berhak Untuk Berbuat, seperti
menciptakan apapun, pemberi rezeki, yang menentukan qodo’ dan qodar, mematikan dan
menghidupkan setiap makhluk dan lainnya.
2. Tauhid Uluhiyah
Yaitu mengesakan Allah dengan cara ibadah, seperti sholat, dzikir, berdoa,
bersholawat dan lain-lainnya. Allah berfirman yang artinya: “Dan Tuhan kamu adalah Tuhan
Yang Maha Esa, Tidak ada Tuhan melainkan Dia“. (Q.S Al-Baqarah: 163). Selain itu, dapat
kita lihat juga dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 25, QS. An-Nahl ayat 36, QS. Al-
An’am ayat 102, QS. Al-Bayyinah ayat 5.
3. Tauhid Asma’ dan Shifat
Yakni mengesakan Allah dengan nama dan sifat-sifatnya yang Dia jelaskan dalam kitab suci
Nya maupun melalui lisan RasulNya. Yakni dengan menetapkan nama dan sifat yang Dia
tetapkan dan menafikan apa yang Dia nafikan, tanpa merubah atau mengingkari, menanyakan
bagaimana ataupun menyerupakan.
Akan tetapi kita beriman bahwa sesungguhnya Allah: “Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat“. (QS. Asyura:
11)
Allah memiliki sifat yang tidak terbatas. Seperti Allah bersifat Ar-rohman dan Ar-
rohim, Allah memiliki rasa cinta kasih kepada setiap makhluknya tanpa batasan. Allah
memberi dengan tidak adanya batasan.
Tidak seperti hambanya yang memiliki batasan dalam cinta dan kasih sayang. Allah
berfirman dalam QS. Al-A’raf ayat 180 yang artinya: “Dan Allah memiliki asma-ul husna
(nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna
itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-namaNya. Mereka kelak akan
mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan“.

6. Implementasi Akidah atau Iman Islam Dalam Kehidupan


Implementasi Aqidah Islam Dalam Perilaku Manusia Aqidah memberikan peranan
yang besar dalam kehidupan seseorang, karena:
Tanpa aqidah yang benar, seseorang akan terbenam dalam keraguan dan berbagai
prasangka, yang lama kelamaan akan menutup pandangannya dan menjauhkan dirinya dari
jalan hidup kebahagiaan. 31 H. Endang Saifuddin Anshori, MA, Wawasan Pokok-pokok
Pikiran Tentang Islam dan Umatnya, Rajawali Pers, Jakarta, 1986, hlm 20. 32 H. Salim
Bahreisy, Inilah Islam, CV Toha Putra, Semarang, t.th hlm 230. 19
Tanpa aqidah yang lurus, seseorang akan mudah dipengaruhi dan dibuat ragu oleh
berbagai informasi yang menyesatkan keimanan. Oleh karena itu, akidah sangat dibutuhkan
dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Beberapa implementasi aqidah dalam kehidupan
sehari-hari dapat dilihat dari beberapa sisi, antara lain:
1. Aqidah dalam individu Implementasi aqidah dalam individu berupa perwujudan enam
rukun iman dalam kehidupan manusia. Contoh penerapannya adalah melaksanakan perintah
Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Contohnya, merenungkan kekuasaan Allah swt,
berbuat kebaikan karena tiap gerakan kita diawasi Allah dan malaikat, mengamalkan ayat-
ayat Al Quran, menjalani risalah nabi, dan bertindak penuh perhitungan agar tidak terjadi
kesalahan, serta berikhtiar sebelum bertawakal. Kemampuan beraqidah pada diri sendiri akan
membuat hubungan kita dengan Allah dan manusia lain menjadi lebih baik.
2. Aqidah dalam keluarga Aqidah dalam berkeluarga mengajarkan kita untuk saling
menghormati dan saling menyayangi sesuai dengan ajaran islam. Contoh implementasi
aqidah dalam keluarga adalah shalat berjamaah yang dipimpin oleh ayah, dan berdoa sebelum
melakukan sesuatu.
3. Aqidah dalam kehidupan bermasyarakat Aqidah sangat penting dalam hidup
bermasyarakat karena dapat menjaga hubungan dengan manusia lain. Hal ini bisa diwujudkan
dengan berbagai cara, antara lain dengan saling menghargai satu sama lain sehingga tercipta
suatu masyarakat yang tentram dan harmonis. . Contoh implementasi aqidah dalam
kehidupan bermasyarakat adalah tolong menolong, toleransi, musyawarah, bersikap adil,
menyadari bahwa derajat manusia itu sama di depan Allah swt dan pembedanya adalah nilai
ketakwaannya.
4. Aqidah dalam kehidupan bernegara Setelah tercipta aqidah suatu masyarakat, maka akan
muncul kehidupan bernegara yang lebih baik dengan masyarakatnya yang baik pada negara
itu sendiri. Tak perlu lagi menjual tenaga rakyat ke negara lain karena rakyatnya sudah
memiliki SDM yang tinggi berkat penerapan aqidah yang benar. Apabila hal ini terlaksana 20
dengan baik, maka negara tersebut akan memperoleh kehidupan yang baik pula dan semua
warganya akan hidup layak dan sejahtera.
5. Aqidah dalam pemerintahan Implementasi aqidah yang terakhir adalah implementasi
aqidah terhadap pemerintahan yang dapat membuahkan hasil yang bagus untuk rakyat dan
negaranya. Contohnya saat menyelesaikan sebuah masalah pemerintahan. Dalam
menyelesaikan masalah pemerintahan, semuanya disandarkan pada ketetapan Alqur'an dan
hadist. Apabila permasalahan tersebut tidak memiliki penyelesaian yang pasti dalam Al-
qur'an dan hadist, maka akan dibuat keputusan bersama yang berasaskan kedua sumber ajaran
tersebut. Segala keputusan yang didasarkan pada Al-Quran dan Hadist adalah benar dan
diridhoi Allah. Dengan begitu, nantinya akan dihasilkan suatu kehidupan berbangsa dan
bernegara yang insyaallah juga akan diridhoi Allah SWT.
Daftar Pustaka
Hidayat, M. (2012). AQIDAH ISLAM DAN PENGARUHNYA.
http://eprints.walisongo.ac.id/188/3/4105028_Bab2.pdf.
Kurniawan, r. (2020). Pengertian Aqidah dan Ruang lingkup.
https://www.gurupendidikan.co.id/aqidah/.
Nafi’ah, R. (2014). Konsep Tauhid Menurut Hassan Hanafi. http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/675/2/BAB%20I-V.pdf.
Tanesia, B. (2008). Hakekat dan Kedudukan Tauhid. https://muslim.or.id/420-hakekat-
tauhid.html.
Wind, T. (2012). Kedudukan Aqidah dalam Islam. http://ertikahuda.weebly.com/ruang-
religius/kedudukan-aqidah-dalam-islam.

Anda mungkin juga menyukai