Bayu Lapkasjjnn
Bayu Lapkasjjnn
PENDAHULUAN
Kolestasis adalah suatu keadaan di mana terjadi hambatan sekresi dan atau aliran
gejala klinis utama berupa ikterus, urin berwarna tua, tinja berwarna dempul.1
Pada dasarnya ikterus fisiologis paling sering didapatkan pada bayi dan
gejalanya ringan. Ikterus yang terjadi dapat dibagi dua yaitu, ikterus berdasarkan
hepatoselular atau akibat lesi obstruktif traktus intrahepatik bilier bagian distal
oleh atresia bilier, hipoplasia atau stenosis duktus bilier dan massa.1
terjadi sebanyak 10-20 populasi.4 Pada bayi terjadi 1 banding 2.500 kelahiran
hidup, dan penyebab paling umum kolestasis pada bulan-bulan pertama kehidupan
1
adalah atresia bilier. Angka kejadian kolestasis meningkat pada bayi kurang bulan
2
STATUS PEMERIKSAAN PENDERITA
Oleh : Leonardus Bayu Agung Prakoso
I. IDENTITAS
I.1 IDENTITAS PENDERITA
Nomor register : 52.XX.XX
Nama penderita : BT
Kebangsaan : Indonesia
Pendidikan : S1 S2
Pernikahan :1 1
3
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Kuning pada wajah dan tubuh sejak 2 minggu SMRS.
dengan keluhan kuning pada wajah dan tubuh sejak 2 minggu SMRS. Ibu pasien
mengatakan bahwa awalnya pasien mengalami kuning pada matanya sejak lahir,
namun tidak ada kuning pada wajah ataupun tubuh pasien. Demam disangkal oleh
ibu pasien. BAB berwarna dempul juga disangkal oleh ibu pasien, BAB dikatakan
berwarna kuning. Ibu pasien mengatakan selama ini BAB pasien selalu teratur
dengan frekuensi 3 – 4 kali per hari dan selalu berwarna kuning. Selain itu, BAK
pasien juga dikatakan tidak ada keluhan, BAK selalu lancar. Sekitar 5 hari SMRS,
ibu pasien mengatakan bahwa pasien dibawa oleh keluarga ke dokter spesialis
anak untuk diperiksa. Kemudian oleh dokter spesialis anak pasien dianjurkan
untuk dibawa ke Rumah Sakit untuk perawatan lanjutan. Saat lahir, ibu pasien
4
SILSILAH KELUARGA
B. RIWAYAT PERSALINAN
Penderita lahir cukup bulan dengan berat badan lahir 2500 gram dan
lahir di RS Advent, langsung menangis, ditolong oleh dokter.
5
D. RIWAYAT MAKANAN
ASI : 0 - sekarang
PASI : 0 - sekarang
Bubur susu :-
Bubur saring :-
Bubur halus :-
Nasi lembek :-
F. RIWAYAT IMUNISASI
6
Asuh (Fisis Biomedis):
ASI diberikan orang tua sejak lahir hingga sekarang dan segaligus
diberikan PASI sejak lahir hingga sekarang. Pasien saat ini
mendapatkan pakaian yang layak. Pasien mendapatkan imunisasi
pertama untuk BCG, Polio, dan Hepatitis B.
didalam rumah. Sumber air minum air sumur yang dimasak. Sumber
dibuang.
Keluhan utama : Kuning pada wajah dan tubuh sejak 2 minggu SMRS.
7
Keadaan umum : Tampak sakit Kesadaran : Compos mentis
Antropometri
BB = 4000 gram TB = 52 cm Lingkar Kepala = 36,5 cm
Tanda vital : nadi 118x/m (reguler, isi cukup, kuat angkat), pernapasan 48x/m
suhu badan 36,50 C (aksila), oksigen dalam darah 97%
Kulit : warna sawo matang, ikterik (+), efloresensi (-), pigmentasi (-),
jaringan parut (-), lapisan lemak cukup, turgor kulit kembali cepat,
tonus eutoni, edema (-), sianosis (-).
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba pada bagian dada sebelah kiri
Perkusi : batas kanan linea parasternalis dextra, batas kiri linea
mid clavicularis sinistra, batas atas ICS II - III
Auskultasi : frekuensi detak jantung 118x/menit, regular, bising (-).
8
Paru-paru
Inspeksi : pergerakan napas simetris kanan dan kiri
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor kanan = kiri
Auskultasi : suara pernapasan bronkovesikuler, kanan = kiri, ronki -/-,
wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : datar, lemas, kramer III
Auskultasi : bising usus dalam batas normal
Palpasi : datar, hepar tidak teraba membesar, lien tidak teraba
membesar
Perkusi : bunyi timpani
RESUME
Seorang bayi lak-laki, usia 1 bulan 26 hari dengan BB : 4000 gram dan
Panjang Badan : 52 centi meter masuk rumah sakit tanggal 3 April 2018 pukul
17.30 WITA datang ke rumah sakit dengan keluhan kekukningan pada wajah dan
tubuh sejak 2 minggu SMRS. Sejak lahir mata pasien kekuningan. BAB normal,
BAK normal.
9
Keadaan umum : tampak sakit
Kesadaran : compos mentis
Nadi : 118 kali/menit
Respirasi : 48 kali/menit
Suhu : 36,5ºC
SpO2 : 97%
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (+),
pernapasan cuping hidung (-) pupil bulat,
isokor Ø 3mm – 3mm, refleks cahaya +/+
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : bising (-)
Pulmo
o Inspeksi : Simetris kanan = kiri, retraksi (-)
o Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
o Perkusi : Sonor Kanan = kiri
o Auskultasi : Sp. bronkovesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik
Status Lokalis : Kramer III
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 3/4/2018
HEMATOLOGI
Leukosit 4000-10000 /uL 11400/uL
Eritrosit 4,70-6,10 10^6/uL 3.64 10^6/uL
Hemoglobin 13.5-19.5 g/dL 10.2 g/dL
Hematokrit 37.0-47.0 % 31.5 %
10
Trombosit 150-450 10^3/uL 349 10^3/uL
MCH 27.0-35.0 pg 27.9 pg
MCHC 30.0-40.0 g/dL 32.2 g/dL
MCV 80.0-100.0 fL 86.6 fL
KIMIA KLINIK
SGOT <33 U/L 149 U/L
SGPT <43 U/L 101 U/L
Bilirubin Total 0.10-1.20 mg/dL 11.96 mg/dL
Bilirubin Direct <0.30 mg/dL 9.73 mg/dL
Ureum Darah 10-40 mg/dL 14 mg/dL
Creatinin Darah 0.5-1.5 mg/dL 0.2 mg/dL
Chlorida Darah 98.0-109.0 mEq/L 107.0 mEq/L
Kalium Darah 3.50-5.30 mEq/L 5.30 mEq/L
Natrium Darah 135-153 mEq/L 136 mEq/L
IMUNOLOGI
Anti HCV Kualitatif Non Reaktif
HbsAg Elisa Non Reaktif
4 April 2018
S Kuning (+)
BAB normal
O KU: Tampak sakit, Kesadaran: Compos Mentis
HR: 130x/m R: 38x/m S: 37,0 oC SpO2 : 98%
Kepala : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (+), pupil bulat isokor 3mm/3mm,
refleks cahaya +/+, pernapasan cuping hidung (-)
11
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Pulmo : Sp. Bronkovesikular, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : bising (-)
Abdomen : datar,lemas, asites (-), BU (+) normal,
hepar tidak teraba membesar
lien tidak teraba membesar
Extremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 04/04/2018
Parameter Nilai Normal Satuan Hasil
URINALISIS
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Muda Kuning
Kekeruhan Jernih Jernih
MIKROSKOPIS
Eritrosit 0-1 /LPB 1-2 /LPB
Leukosit 1-5 /LPB 0-1 /LPB
Epitel 0-1 /lpk 0-1 /lpk
Bakteri /LPB - /LPB
Jamur /LPB - /LPB
Amoeba -
KIMIA
Berat Jenis 1005-1030 1005
pH 5-8 6,5
Leukosit neg
Nitrit Negatif neg
Protein Negatif neg
Glukosa Negatif neg
Keton Negatif neg
Urobilinogen Negatif neg
Bilirubin Negatif 1+
Darah/Eritrosit Negatif neg
KIMIA KLINIK
Gamma GT < 57 U/L 158 U/L
Protein total 6.30-8.30 g/dL 4.60 g/dL
12
Albumin 3.50-5.70 g/dL 3.49 g/dL
Globulin 2.50-3.50 g/dL 1.11 mEq/L
Alkaline Fosfatase 34-114 U/L 433 U/L
HEMOSTASIS
PT 12.0-16.0 detik 14.6 detik
APTT 27.0-39.0 detik 32.6 detik
5 April 2018
S Kuning (+)
BAB normal
O KU: Tampak sakit, Kesadaran: Compos Mentis
HR: 140x/m R: 36x/m S: 37,0 oC SpO2 : 98%
Kepala : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (+), pupil bulat isokor 3mm/3mm,
refleks cahaya +/+, pernapasan cuping hidung (-)
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Pulmo : Sp. Bronkovesikular, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : bising (-)
13
Abdomen : datar,lemas, asites (-), BU (+) normal,
hepar tidak teraba membesar
lien tidak teraba membesar
Extremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik
MIKROSKOPIS
Eritrosit/Benzidin Test 0-1 /LPB 1-2 /LPB
Leukosit 0-1 /LPB 0-1 /LPB
Epitel 0-1
Telur/larva cacing Negatif -
Bakteri -
Jamur -
Protozoa -
6 April 2018
14
S Kuning (+)
BAB normal
O KU: Tampak sakit, Kesadaran: Compos Mentis
HR: 128x/m R: 40x/m S: 36,6oC SpO2 : 98%
Kepala : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (+), pupil bulat isokor 3mm/3mm,
refleks cahaya +/+, pernapasan cuping hidung (-)
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Pulmo : Sp. Bronkovesikular, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : bising (-)
Abdomen : datar, lemas, asites (-), BU (+) normal,
hepar tidak teraba membesar
lien tidak teraba membesar
Extremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik
A Kolestasis intrahepatik dd ekstrahepatik
15
7 April 2018
S Kuning (+)
BAB normal
O KU: Tampak sakit, Kesadaran: Compos Mentis
HR: 138x/m R: 40x/m S: 36,7oC SpO2 : 98%
Kepala : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (+), pupil bulat isokor 3mm/3mm,
refleks cahaya +/+, pernapasan cuping hidung (-)
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Pulmo : Sp. Bronkovesikular, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : bising (-)
Abdomen : datar, lemas, asites (-), BU (+) normal,
hepar tidak teraba membesar
lien tidak teraba membesar
Extremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik
A Kolestasis intrahepatik dd ekstrahepatik
PROGNOSIS
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : dubia
16
PEMBAHASAN
Kolestasis adalah suatu keadaan di mana terjadi hambatan sekresi dan atau aliran
gejala klinis utama berupa ikterus, urin berwarna tua, tinja berwarna dempul.1
Pada dasarnya ikterus fisiologis paling sering didapatkan pada bayi dan
gejalanya ringan. Ikterus yang terjadi dapat dibagi dua yaitu, ikterus berdasarkan
hepatoselular atau akibat lesi obstruktif traktus intrahepatik bilier bagian distal
oleh atresia bilier, hipoplasia atau stenosis duktus bilier dan massa.1
penghentian empedu dan pada gejala klinisnya timbul sebagai suatu keadaan
jaundice atau kuning.4 Dari segi klinis didefinisikan sebagai akumulasi zat-zat
yang diekskresi kedalam empedu seperti bilirubin, asam empedu, dan kolesterol
didalam darah dan jaringan tubuh. Gangguan ini dapat terjadi mulai dari
dalam duodenum.5,6
17
Secara patologi-anatomi kolestasis adalah terdapatnya timbunan trombus
empedu pada sel hati dan sistem bilier. Berdasarkan rekomendasi North American
kolestasis apabila kadar bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl bila bilirubin total
kurang dari 5 mg/dl, sedangkan bila kadar dari bilirubin total lebih dari 5 mg/dl,
paling sering kolestasis pada bulan-bulan pertama kehidupan adalah atresia bilier
(25-40%) dan kelainan genetik (25%) dan seringkali etiologinya tidak diketahui.
Pada atresia bilier terjadi jaundice obstruktif pada 3 bulan awal kehidupan bayi.
intrahepatik terjadi karena kelainan pada hepatosit atau elemen duktus biliaris
bahan yang merupakan komponen empedu seperti bilirubin, asam empedu serta
ditemukan penumpukan empedu di dalam sel dan sistem biliaris di dalam hati.8
18
Tabel 1. Diagnosis. diferensial kolestasis intrahepatik pada bayi dan upaya diagnostiknya.8
19
suplemen vitamin K. Anamnesis juga bertujuan untuk mengumpulkan informasi
tentang kapan pertama kali bayi kuning, perubahan warna feses dan warna urin. 7
urin berwarna tua dan feses berwarna pucat. 8 Berdasarkan anamnesis yang
dilakukan, keluhan utama yang ditemukan adalah adanya urin yang berwarna tua
dan feses dempul (pucat). Warna feses menjadi dempul sejak usia 4 hari dan urin
perbedaan insiden antara jenis kelamin laki-laki atau perempuan, namun pada
usia, bayi baru lahir dan neonati lebih mungkin terjadi suatu kolestasis sebagai
akibat dari liver yang imatur.9 Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien
penderita ikterus dengan tinja yang berwarna dempul dan urin yang berwarna
gelap seperti air teh.10,11 Ikterus didefinisikan dengan menguningnya sklera, kulit
atau jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh. Ikterus pada bayi
yang lebih dari dua minggu dapat normal atau bersifat patologi.12, 13,14,15
20
diekskresikan ke urin dan menyebabkan bilirubinemia yang bisa timbul sebelum
adanya ikterus.14
derajat kerusakan fungsi hati dan nekrosis hepatoselular yang bervariasi. Sekitar
70-80 % bayi dengan kolestasis pada evaluasi lebih lanjut mengarah ke diagnosis
hepatitis neonatal idiopatik atau atresia bilier ekstra hepatik.16 Pada kasus ini dari
tinja warna dempul serta urin berwarna kuning pekat. Pada pemeriksaan fisik
21
Pada kolestasis terdapat akumulasi zat-zat yang tidak bisa diekskresikan
karena oklusi atau obstruksi dari sistem bilier, yang ditandai dengan
yang lebih dari dua minggu ialah bilirubin direk. Jika bilirubin direk meningkat,
maka harus dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut. Bilirubin direk yang
melebihi 17 μmol/L (1 mg/dL) atau lebih 15% dari nilai bilirubin total, maka
seharusnya dipikirkan suatu keadaan yang tidak normal.17 Selain itu keadaan ini
peningkatan alkalin fosfatse dan pemanjangan nilai PT dan APTT. 14 Pada kasus
ini ditemukan kadar bilirubin total 11,96 mg/dl, bilirubin direk 9,73 mg/dL, SGPT
149 U/L, SGOT 101 U/L. Pada pemeriksaan urin juga ditemukan ada bilirubin
Quebec Score
1. Sulit menelan :0
2. Konstipasi :0
3. Tidak Aktif :0
4. Hipotonia :0
5. Hernia Umbilikalis :0
6. Makroglosia :0
7. Cutis marmotik :0
8. Kulit kering :0
9. Ubun-ubun kecil membuka >30 cm: 0
10. Wajah dismorfik :0
Total 0
22
Untuk anjuran pemeriksaan khusus lainnya seperti pemeriksaan hormon
tiroid juga dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding lain, seperti
menyingkirkan dilatasi duktus intra dan ekstrahepatik dan adanya masa karena
pemeriksaan USG lebih sensitif dan spesifik, non-invasif serta relatif murah. 2
Pada kasus ini hasil Quebec Score adalah 0 dan hasil pemeriksaan USG abdomen
suportif. Tujuan tatalaksana adalah: (1) memperbaiki aliran empedu, (2) nutrisi,
(3) terapi komplikasi yang sudah terjadi (4) dukungan psikologis dan edukasi
keluarga.18
mempunyai sensitifitas yang baik terhadap kuman gram positif ataupun gram
mempunyai sifat lebih hidrofilik serta lebih tidak hepatoksik sehingga merupakan
competitive binding terhadap asam empedu toksik. Selain itu asam ursodeosiklat
23
hepatoprotektor karena dapat menstabilkan dan melindungi membran sel hati serta
sebagai bile flow inducer karena dapat meningkatkan regulasi sintesis dan
aktivitas transporter pada membran sel hati.18 Dosis yang dipakai adalah 10-20
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis. Efek samping yang dapat terjadi adalah
digunakan sebagai terapi lini pertama untuk pruritus karena kolestasis, kolestasis
akibat nutrisi parenteral, atresia bilier setelah perawatan bedah, dan defisiensi α1-
namun tampaknya memiliki dua komponen: (a) substitusi di kolam asam empedu
untuk asam empedu hidrofilik yang lebih hepatotoksik, dan (b) stimulasi aliran
efek samping yang umum adalah diare yang biasanya merespons pengurangan
ialah atresia bilier. Terjadinya atresia bilier diakibatkan oleh karena proses
bilier ekstrahepatik sehingga terjadi hambatan aliran empedu. Jadi, atresia bilier
adalah tertutupnya atau kecilnya lumen pada sebagian atau keseluruhan traktus
24
Akibatnya di dalam hati dan darah terjadi penumpukan garam empedu dan
mencegah terjadinya kerusakan hati yang lebih lanjut. Tumbuh kembang dapat
hati ke dalam usus dan melindungi hati dari zat toksis. Pada penderita ini selain
pemberian nutrisi yang baik, juga diberikan vitamin yang larut dalam lemak,
karena pada penderita kolestasis terjadi defisiensi vitamin tersebut. 10,23,24,25 vitamin
Menurut Dani dkk, Penyerapan usus dari vitamin yang larut dalam lemak
(A, D, E dan K) memerlukan adanya asam empedu. Dosis setidaknya dua sampai
harus terus berlanjut setidaknya tiga bulan setelah pemecahan penyakit kuning
evidence 5) Dosis oral vitamin A 5.000-25.000 IU, untuk dosis vitamin D 50-400
IU/hari. Dosis oral vitamin E untuk kolestasis yaitu 25-50 IU/kgBB/hari. Vitamin
K dapat diberikan secara intravena, subkutan atau per oral dengan dosis 2,5-5
Komplikasi dari kolestasis yaitu terjadinya proses fibrosis dan sirosis hati.
lanjut dapat terjadi sirosis bilier dan terjadi gagal tumbuh serta defisiensi zat gizi.
25
perda-rahan, hipersplenisme dan asites. Terjadi-nya asites pada kolestasis
banyaknya kerusakan sel-sel di hati. 1 Pada sebagian besar anak yang terinfeksi
terjadinya fibrosis, sirosis dan hipertensi portal nonsirotik. Yang menjadi masalah
atau sudah terjadi.18 Prognosis pada pasien quo ad vitam adalah dubia ad bonam
karena dengan pengobatan dan tatalaksana yang telah diberikan, tubuh pasien
memberi respon yang cukup baik karena sebelum rawat jalan, kuning di seluruh
tubuh pasien berkurang. Prognosis quo ad functionam adalah dubia karena BAB
sanationam dubia karena kolestasis dapat terjadi sejak lahir dan menetap apabila
umumnya baik dan penghentian nutrisi parenteral diikuti oleh hilangnya progresif
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Pudjiaji, et all. Pedoman Pelayan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Ikatan
267.
Network.
2017
27
Indonesia RS Dr. Ciptomangunkusumo, Jakarta. 2012.
Hal. 1-2.
Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, editors. Nelson Textbook of Pediatrics.
13. Davies Y, Wliam B. Liver transplantation in the neonate and young infant.
15. Bisgaard LDA. 10 week old infant who has jaundice. Pediatr Rev.
2001;22:408-12.
17. Robert M, Daniel A, Stephen P. Hernia and varicocel. Pediatr Surg Int.
2000;9:75-8.
28
19. Darmawati TA. Surjono SW. Evaluasi pemberian antibiotik untuk mencegah
Pediatrics. 2015;41:69
26. Teitelbaum DH, Tracy Jr TF, Aouthmany MM, Llanos A, Brown MB, Yu S,
29
LAMPIRAN
30