Anda di halaman 1dari 10

PT.

AEROVISI UTAMA – Proposal Teknis

1 TANGGAPAN TERHADAP KAK

Dari hasil pemahaman konsultan terhadap kerangka acuan kerja, didapatkan


beberapa tanggapan terhadap kerangka acuan kerja. Tanggapan tersebut
dituangkan ke dalam beberapa aspek yang mencakup tanggapan terhadap
lingkup kegiatan serta tanggapan terhadap metode pendekatan, dan lainnya.
Tanggapan ini sifatnya klarifikasi dan merupakan masukan bagi penyempurnaan
pelaksanaan kegiatan ini selanjutnya.

1.1 Tanggapan terhadap Lingkup Substansi Kegiatan Pada Pekerjaan


Pembuatan Peta Dasar Pertanahan Skala 1:10.000 Dari Citra
Satelit

Secara umum isi dari spesifikasi teknis Pekerjaan yang telah dibagikan pada tiap
konsultan penawar sudah cukup jelas dan rinci. Sehingga dapat memberikan
arahan dan gambaran yang cukup jelas mengenai masalah-masalah pokok yang
harus dilakukan, baik di lingkungan intern perusahaan, di lingkungan pihak
pemberi kerja (BPN) maupun di lingkungan objek pekerjaan (lokasi proyek)

Namun demikian ada beberapa hal yang masih belum jelas sehubungan dengan
Pekerjaan Pembuatan Peta Dasar Pertanahan dari Citra Satelit diantaranya yaitu
pada kerangka acuan kerja (KAK) dijelaskannya dalam Pembuatan peta dasar
pertanahan dari peta dasar citra satelit Resolusi Tinggi dilaksanakan untuk
menghasilkan gambaran bentuk dan sebaran bidang tanah, unsur geografis dan
tutupan lahan pada area pemetaan melalui proses on screen digitising dengan
stereo image device dan melakukan interpretasi visual terhadap obyek-obyek
pemetaan. Salah satu kesulitan dalam proses pemetaan dengan citra satelit
adalah masih diperlukan proses interpretasi data obyek yang ada pada citra
satelit, sehingga diperlukan pengecekan lapangan (field checking) dan data/peta

PEKERJAAN PEMBUATAN PETA PERTANAHAN DI PROVINSI BALI 1


PT. AEROVISI UTAMA – Proposal Teknis

lain untuk ketepatan, hal ini tidak dijelaskan sepesifikasi apakah semua wilayah
perlu dilakukan pengecekan lapangan atau hanya mengambil sample secara acak.

Citra resolusi tinggi memiliki beberapa kelebihan dalam analisis spasial secara
detail karena resolusi spasialnya yang tergolong tinggi yaitu seperti Quickbird dan
Ikonos yang masing-masing memiliki resolusi spasial 0.6 meter dan 1 meter,
sehingga mampu menampilkan tampilan penutup lahan yang sangat baik dan
detail. Disamping itu satelit resolusi tinggi memberikan keseimbangan yang ideal
antara resolusi tinggi dan luas area cakupan. Daerah cakupan tersebut
merupakan asset kunci untuk aplikasi seperti dalam pemetaan skala menengah
(pada 1 : 25.000 dan 1 : 10.000), perencanaan wilayah kota dan pedesaan,
eksplorasi minyak dan gas serta manajemen atau mitigasi bencana. Fitur kunci
dari satelit resulosi tinggi adalah tidak ditetapkannya acuan kemampuan akuisisi
dari instrument HRS (High Resolution Stereo), yang mana mampu mengcover
area yang luas dalam sekali orbit. Penggunaan sensor stereo adalah vital untuk
permodelan tiga dimensi suatu daerah dan lingkungan komputerisasi sekitarnya,
contohnya basis data simulasi penerbangan, koridor jalur pipa dan perencanaan
jaringan telepon genggam.

Pada spesifikasi klasifikasi tutupan lahan tidak diberikan klasifikasi yang lebih
rinci hanya diberikan tema tutpan lahan secara garis besarnya. Menurut kami
pemetaan penggunaan lahan dan penutup lahan sangat berhubungan dengan
studi vegetasi, tanaman pertanian dan tanah dari biosfer. Karena data
penggunaan lahan dan penutup lahan sangatlah penting untuk sebuah
perencanaan. Sampai saat ini istilah lahan masih sering dirancukan dengan
tanah, padahal keduanya memiliki arti yang amat berbeda.

Satu faktor penting dalam menentukan kesuksesan pemetaan penggunaan lahan


terletak pada pemilihan skema klasifikasi lahannya, yang tepat dirancang untuk
suatu tujuan pemetaan. Sebuah klasifikasi memiliki tingkat kedetailan yang sesuai
dengan kebutuhan. Hal ini memungkinkan untuk citra yang memiliki resolusi

PEKERJAAN PEMBUATAN PETA PERTANAHAN DI PROVINSI BALI 2


PT. AEROVISI UTAMA – Proposal Teknis

spasial yang tinggi memiliki tingkat kedetailan yang teramat untuk sebuah
pemetaan. Lain hal dengan citra beresolusi rendah yang hanya memiliki tingkat
kedetailan rendah.
Mengingat pekerjaan ini tidaklah sederhana dan dengan waktu yang sangat
terbatas, maka dalam penyusunan metodologi kerja, konsultan membuat
simplikasi dalam tahapan pekerjaan, yang pada intinya tetap sesuai dengan
maksud dan tujuan serta produk yang akan dihasilkan sesuai dengan yang
diharapkan dalam Kerangka Acuan Teknis.

1.2 Tanggapan terhadap Lingkup Substansi Kegiatan Pada Pekerjaan


Pembuatan Peta Tematik Pertanahan

Secara umum isi dari spesifikasi teknis Pekerjaan Pemetaan Tematik Pertanahan
yang telah dibagikan pada tiap konsultan penawar sudah cukup jelas dan rinci.
Sehingga dapat memberikan arahan dan gambaran yang cukup jelas mengenai
masalah-masalah pokok yang harus dilakukan, baik di lingkungan intern
perusahaan, di lingkungan pihak pemberi kerja (BPN) maupun di lingkungan
objek pekerjaan (lokasi proyek)

Namun demikian ada beberapa hal yang masih belum jelas sehubungan dengan
Pekerjaan Interpretasi Peta Dasar sebagai persiapan untuk mendapatkan peta
kerja sebelum pelaksanaan survey ke lapangan yaitu pada kerangka acuan kerja
(KAK) dijelaskannya dalam pengadaan data dapat dilakukan dengan
menggunakan data citra digital yang belum jelas resolusinya dan apabila ada
wilayah yang belum ada citranya maupun kondisi awan melebihi toleransi. Untuk
hal tersebut kami dipilih alternatif pemilihan data citra arsip berusia 3 tahun
setelah didapatkan ijin dengan menggunakan Surat Keterangan Penggunaan
arsip.

Masalah skala pemetaan sangat penting untuk menentukan sasaran pemanfaatan


peta sehingga perlu dibuat suatu hierarki pembuatan peta tematik pertanahan.
Pada intinya pembuatan peta tematik pertanahan tergantung dari jenis skala peta

PEKERJAAN PEMBUATAN PETA PERTANAHAN DI PROVINSI BALI 3


PT. AEROVISI UTAMA – Proposal Teknis

dasar yang tersedia baik dalam bentuk peta garis maupun peta citra foto udara
atau peta citra satelit.
Pemetaan tematik pertanahan yang menggunakan citra satelit pada umumnya
berkaitan dengan kondisi fisik tanah seperti tema penggunaan tanah, ekosistem,
tanah kritis dan rawan bencana alam. Hal yang harus diperhatikan dalam
pemanfaatan citra satelit dalam pemetaan tematik pertanahan adalah resolusi
spasial dan resolusi spektral. Resolusi spasial berbicara mengenai seberapa detail
obyek di atas tanah yang dapat diamati. Sedangkan resolusi spektral berbicara
mengenai seberapa banyak kanal gelombang cahaya yang disediakan sebagai
bagian dari kelengkapan informasi. Oleh karena itu maka resolusi satelit akan
menentukan detail informasi yang tersedia atau yang dapat digunakan dalam
interpretasi, sehingga resolusi satelit berhubungan dengan skala peta yang
mungkin dapat dibuat dan juga akurasi yang dapat diterima.

Hal yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan citra satelit dalam pemetaan
tematik pertanahan adalah resolusi spasial dan resolusi spektral. Resolusi spasial
berbicara mengenai seberapa detail obyek di atas tanah yang dapat diamati.
Sedangkan resolusi spektral berbicara mengenai seberapa banyak kanal
gelombang cahaya yang disediakan sebagai bagian dari kelengkapan informasi.
Oleh karena itu maka resolusi satelit akan menentukan detail informasi yang
tersedia atau yang dapat digunakan dalam interpretasi, sehingga resolusi satelit
berhubungan dengan skala peta yang mungkin dapat dibuat dan juga akurasi
yang dapat diterima. Tabel 3.1 memberi gambaran perkiraan hubungan resolusi
satelit dengan skala peta dan akurasinya.

Tabel 3.1 Penggunaan Resolusi Satelit


Skala Resolusi Satelit Akurasi
1 : 50.000 20 m 25 m
1 : 25.000 10 m 12,5 m
1 : 10.000 2,5 m 5m

PEKERJAAN PEMBUATAN PETA PERTANAHAN DI PROVINSI BALI 4


PT. AEROVISI UTAMA – Proposal Teknis

Ukuran resolusi spasial yang semakin kecil atau resolusi tinggi akan semakin
detail obyek yang bisa dilihat. Ukuran resolusi spasial mempengaruhi skala peta
yang akan dihasilkan. Apabila hendak menghasilkan peta dengan skala besar
(1:10.000 atau lebih besar) diperlukan resolusi spasial yang kecil (ukuran lebih
kecil dari 2,5 m x 2,5 m) dan sebaliknya untuk peta dengan skala kecil dapat
digunakan resolusi citra dengan resolusi spasial di atas 2,5 m. Kelemahan
penggunaan citra satelit beresolusi tinggi adalah cakupan area (scene) yang kecil
sehingga berpengaruh terhadap harga pembelian citra. Tabel 3.2 menyajikan
hubungan jenis citra satelit, resolusi dan ukuran scenenya.

Tabel 3.2.Ukuran Scene dari Berbagai Resolusi Satelit

Jenis Satelit Resolusi Ukuran Scene


Multispektral Pankromatik
Landsat 7 30 m 15 m 180 km x 180 km
SPOT 5 10 m 2,5 m 60 km x 60 km
Aster 15 m - 60 km x 60 km
Quickbird 2,5 m 0,61 m 16,5 km x 16,5 km
Ikonos 4m 1m 11 km x 11 km
ALOS 10 m 2,5 m 35-70 km x 35-70
km

Output hasil kegiatan Pemetaan Tematik Pertanahan sudah cukup jelas.


Adapun hasil kegitan adalah sebagai berikut :
1. Peta Penggunaan Tanah
2. Peta Kemampuan Tanah .
3. Peta Administrasi dan Tempat - Tempat Penting
4. Peta Gambaran Umum Penguasaan Tanah

Dalam spesifikasi teknis ruang lingkup kegiatan sudah cukup jelas. Pelaksanaan
Kegiatan tersebut meliputi :
a. Rektifikasi : registrasi koordinat pada citra satelit sehingga diperoleh citra
dengan koordinat UTM
b. Klasifikasi : membagi kelas tutupan tanah pada citra satelit berdasarkan
warna, rona (tone), bentuk, pola dan asosiasi

PEKERJAAN PEMBUATAN PETA PERTANAHAN DI PROVINSI BALI 5


PT. AEROVISI UTAMA – Proposal Teknis

c. Pemotongan citra : mengatur dan membagi gambar citra satelit menjadi


format blad (mengacu pada format lembar peta Bakosurtanal) citra
sebagai bahan pemetaan tematik
d. Penyiapan peta kerja : menyiapkan peta citra menjadi peta kerja. Peta kerja
dalam bentuk digital menggambarkan jalan, sungai utama dan gambar citra.
e. Integrasi peta : mengatur peta - peta dari sumber lainnya dalam bentuk
hardcopy atau softcopy agar menjadi terintegrasi dengan peta kerja.

Pada kegiatan survey lapang, Meliputi kegiatan survey pemetaan dan


pengambilan data. Jenis survey pemetaan yang dibiayai adalah survey
penggunaan tanah, kemampuan tanah, gambaran umum penguasaan tanah dan
Administrasi dan Tempat-tempat penting. Luas wilayah yang disurvey adalah
seluruh wilayah kabupaten. Setiap jenis peta disurvey oleh 2 orang petugas
seluas 1 blad/lembar peta selama 7 hari ( kecuali untuk pemetaan kemampuan
tanah selama 14 hari).

Kegiatan digitasi data meliputi kegiatan pembuatan peta tematik digital dengan
bahan berasal dari peta konsep final hasil kegiatan survey lapang, proses editing
peta dan pembuatan layout peta siap cetak. Data yang didigitasi adalah peta
dasar dan peta tematik. Koreksi digitasi adalah koreksi terhadap kesalahan -
kesalahan dalam proses digitasi. Penggabungan peta adalah proses
penggabungan antar blad peta menjadi bagian wilayah pemetaan secara utuh.
Peta tematik dalam bentuk wilayah pemetaan secara utuh untuk kepentingan
buku laporan.

1.3 Tanggapan terhadap Lingkup Substansi Kegiatan Pada Pekerjaan


Pembuatan Peta Zona Nilai Tanah dan Kawasan

Latar belakang yang disampaikan sangat singkat namun cukup padat. Inti
permasalahan dan alasan dilakukannya pekerjaan ini telah disampaikan dalam
latar belakang, yaitu Masalah pertanahan mempunyai dimensi yang luas dan

PEKERJAAN PEMBUATAN PETA PERTANAHAN DI PROVINSI BALI 6


PT. AEROVISI UTAMA – Proposal Teknis

komplek, maka di dalam penanganan Pemetaan pertanahan nasional untuk


mendukung tertib penguasaan.pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan melalui
survei, penilaian, dan pemetaan nilai tanah dan kawasan atau nilai aset
masyarakat dan aset publik perlu dilaksanakan secara lintas sektoral dan
terkoordinasi. Dengan langkah-langkah tersebut dapat diharapkan melalui
dukungan teknologi dan suatu kebijaksanaan yang tepat dalam sistim
perencanaan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan maka daya dukung
tanah dalam pembangunan, baik sebagai komponen sumber daya strategis
maupun sebagai komponen ruang dapat ditingkatkan ke arah pencapaian sasaran
pembangunan yang secara sosial lebih dikehendaki.

Dapat dipahami dengan mempercepat terwujudnya hasil pembangunan sistem


informasi dan manajemen pertanahan nasional (SIMASTAN) diseluruh kantor
jajaran Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, melalui pembangunan
dan pengembangan sub Sistem Informasi Manajemen Aset Pertanahan
(SIMASTAN). Demikian juga untuk meningkatkan mutu pelayanan publik di
bidang pertanahan agar lebih berkualitas, cepat, akurat, tepat, transparan dan
akuntable, dengan tetap menjaga kepastian hukum, melalui peningkatan
pelayanan penilaian tanah dan tanah kawasan atau nilai set masyarakat dan aset
publik secara profesional untuk lainnya serta kepantingan umun dan
kesejahteraan masyarakat.

Persoalan riil di lapangan adalah kurangnya informasi mengenai Total Asset


Value di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Total Asset Value
dimaksud meliputi Total Nilai Tanah atau Properti dan Total Nilai Ekonomi
dari kawasan dimaksud. Total Nilai Tanah atau Nilai Properti adalah nilai yang
mencerminkan nilai atau harga pasar nyata, sehingga menciptakan pasar tanah
dan properti yang sehat dan transparan serta keadilan dalam penetapan pajak
dan penghasilan negara yang berasal dari nilai tanah, yang keseluruhannya dapat
merupakan penggerak pembangunan dan ekonomi negara untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Sedangkan manfaat dari Nilai Ekonomi kawasan dapat

PEKERJAAN PEMBUATAN PETA PERTANAHAN DI PROVINSI BALI 7


PT. AEROVISI UTAMA – Proposal Teknis

memberikan nilai ekonomi kawasan yang benar sehingga dapat memberikan


bahan pertimbangan obyektif terhadap setiap proses pengambilan keputusan.

Dalam penentuan nilai pasar tanah tidak dijelaskan apakah nilai yang akan
dihasilkan merupakan nilai antara (minimum dan maksimum) atau nilai tunggal.
Nilai antara sangat membantu P2T untuk melakukan negosiasi karena nilai yang
diberikan adalah nilai yang mempunyai angka kisaran, sehingga P2T akan
mempunyai keleluasaan bernegosiasi dikisaran angka ini. Jika nilai yang dihasilkan
dalam penilaian ini merupakan nilai tunggal maka diperkirakan P2T akan
mengalami kesulitan dalam menentukan batas negosiasi yaitu dalam hal
penetapan harga awal negosiasi. Untuk itu dalam penyusunan laporan hasil
penilaian ini disarankan nilai yang dihasilkan adalah nilai yang mempunyai batas
minimal – maksimal untuk suatu zona sesuai dengan hasil pengamatan di
lapangan. Batas minimal adalah batas nilai dimana diperkirakan masyarakat tidak
dirugikan dalam pembebasan tanah, sedangkan batas maksimal adalah batas
dimana tanah yang dibebaskan tidak merugikan pihak investor.

Lokasi pekerjaan Pembuatan Zona Nilai Tanah dan Kawasan dengan lokasi di
wilayah Provinsi Bali pada KAK tidak disebutkan lokasinya hanya disebutkan
rencan luas wilayah yang akan dipetakan seluas 510.000 Hektar. Sedangkan luas
seluruh wilayah Kabupaten Di Provinsi Bali seluruhnya adalah 563.666 Hektar
menurut Kantor Statistik Propinsi Bali (Bali dalam angka 2009) seperti pada Tabel
2.14 dan Gambar 2.28. Untuk pelaksanaan pemetaan zona nilai tanah dan
kasawan dianjurkan oleh Tim teknis (Panitia Pengadaan Barang dan Jasa BPN)
untuk survey dan pemetaan dilaksanakan sampai mencapai target volume atau
luasan sebesar 510,000 Hektar seperti pada KAK.

Tabel 2.14 Luas Wilayah Kabupaten di Propinsi Bali


Jumlah Jumlah
Kabupaten/Kota Luas (Km)
Kecamatan Desa

Buleleng 136,588 9 148


Jembrana 84,180 4 51

PEKERJAAN PEMBUATAN PETA PERTANAHAN DI PROVINSI BALI 8


PT. AEROVISI UTAMA – Proposal Teknis

Tabanan 83,933 10 123

Badung 41,852 6 62

Kodya Dps 12,778 4 43

Gianyar 36,800 7 70

Bangli 52,081 4 70

Klungkung 31,500 7 59

Karangasem 83,954 8 77
Jumlah 563,666 59 703

Sumber : Kantor Statistik Propinsi Bali ( Bali Dalam Angka 2008)

1.4. Tanggapan Terhadap Kebutuhan Tenaga Ahli

Kebutuhan tenaga ahli yang disampaikan dalam TOR oleh pihak pemberi
pekerjaan yaitu 3 tenaga ahli yang didalamnnya akan saling memberikan input
mengenai substansi materi, analisis, dan konsep perencanaan sampai indikasi
program kegiatan yang akan dihasilkan.

Dalam Keterkaitan dengan kemampuan dari setiap tenaga ahli yang diajukan
dalam TOR maka diharapkan dapat memberikan input dan output terhadap
pekerjaan yang maksimal sesuai dengan kemampuan para tenaga ahli tersebut.
Dalam kegiatan ini yang menjadi pemegang kewenangan dalam merumuskan dan
memutuskan kebijaksanaan akhir mengenai input dan out put dalam menunjang
hasil kegiatan dari team pemberi jasa (consultan) adalah Menager Proyek yaitu
Tenaga Ahli Geodesi yang disesuaikan dengan pengalaman mengenai bidang
keahliannya dalam TOR.

PEKERJAAN PEMBUATAN PETA PERTANAHAN DI PROVINSI BALI 9


PT. AEROVISI UTAMA – Proposal Teknis

1.5. Tanggapan Terhadap Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

Penyedia jasa beranggapan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang diberikan


dalam KAK sangat ketat sekali yaitu 50 hari untuk pekerjaan Pembuatan Peta
Tematik, 77 hari untuk pekerjaan Pembuatan Peta Nilai Tanah dan Kawasan dan
105 hari untuk pekerjaan Pembuatan Peta Dasar Pertanahan. Mengingat dari
lingkup pekerjaan yang sangat komplek dan sebagian besar pengambilan data
tentang lahan sawah tidak hanya menggunakan data sekunder tetapi juga
dilakukan langsung dilapangan.
Hasil Akhir dari Pekerjaan yang merupakan kelengkapan dari Laporan Akhir
seperti tertuang dalam KAK cukup banyak itemnya, sehingga dalam pelaksanaan
pekerjaan nantinya sangat terkait dengan faktor waktu dan biaya yang tersedia.
Mengingat pekerjaan ini tidaklah sederhana dan dengan waktu yang sangat
terbatas, maka dalam penyusunan metodologi kerja, konsultan membuat
simplikasi dalam tahapan pekerjaan, yang pada intinya tetap sesuai dengan
maksud dan tujuan serta produk yang akan dihasilkan sesuai dengan yang
diharapkan dalam Kerangka Acuan Teknis.

PEKERJAAN PEMBUATAN PETA PERTANAHAN DI PROVINSI BALI 10

Anda mungkin juga menyukai