Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MANAJEMEN KEUANGAN 1

TOPIK : ANALISA BREAK EVENT POINT TITIK


IMPLASI
KELAS 3 M MANAJEMEN
KELOMPOK 1
ANGGOTA: RADEN FAJRIANI 0211 15 516
REFINNA SEPTIYANTI S 0211 15 522
ANASTHASIA NADYA P S 0211 15 525
FAHREZA SALLAHUDIN 0211 15 530
ADE SOFYAN 0211 15 537
GANI YUSUF 0211 15 544
Perubahan Titik Break Even

Seperti yang diuraikan dimuka bahwa dalam analisi break even point ada asimsi
yang harus dipenuhi yaitu, harga jual per unit tidak berubah selama periode
yang dianalisis, demikian pula halnya dengan biaya variabel per unit dan biaya
tetap. Apabila asumsi tersebut tidak terpenuhi, maka titik break even akan
mengalami perubahan.

1. Perubahan harga jual per unit


Perubahan harga jual per unit akan mempengaruhi besarnya titik break
even. Apabila harga jual per unit naik sementara biaya tidak berubah, maka
akan menurunkan titik break even, demikian pula sebaliknya bila harga jual
turun, akan menaikkan titik break even. Kenaikan harga jual perunit akan
menurunkan titik break.
Contoh 1.1:
Perusahaan Agung mempunyai struktur biaya dan harga jual sebagai berikut :
Harga jual per unit (P) = Rp. 20.000
Biaya variabel per unit (V) = Rp. 12.000
Biaya tetap setahun (BT) = Rp. 200.000.000
BEP 200.000.000
Rp= =Rp .500 .000 .000
12.000
1−
20.000

2. Perubahan biaya variabel per unit


Perubahan pada biaya variabel juga akana merubah posisi titik break
even, yakni apabila biaya variabel naik akan menaikkan titik break even
dan bila turun akan menurunkan BEP

Dari contoh 1.1 di atas misalkan biaya variabel perunit meningkat menjadi Rp.
13.000 per unit, sementara harga dan biaya tetap tidak berubah maka
BEP 200.000.000
Rp= =Rp .571 .430 .000
13.000
1−
20.000

3. Perubahan biaya tetap


Perubahan biaya tetap akan juga bmerubah posisi BEP menjadi lebih
besar bila biaya tetap naik dan akan turun BEPnya bila biaya tetap turun.
Misalnya dalam contoh 1.1 biaya tetap naik menjadi Rp.240.00.000 per tahun
sementara yang lain tidak berubah, maka
BEP 240.000.000
Rp= =Rp .600 .000 .000
12.000
1−
20.000

4. Perubahan komposisi sales mix


Dalam asusmi juga disebutkan bahwa perusahaan hanya menghasilkan
satu macam produk, dan bila menghasilkan lebih dari dua macam produk, maka
pertimbangan penjualan antara beberapa macam produk yang dihasilkan.
Apabila ada perubahan sales mix-nya akan menyebabkan perubahan pada BEP
secara total.
Contoh 1.2
PT. ALFA menghasilkan dua jenis produk, X dan Y. Data – data yang ada pada
kedua produk tersebut adalah sebagai berikut :

Keterangan Produk X Produk Y Total


(20.000 unit) (8.000 unit)
Penjualan 500.000.000 500.000.000 1.000.000.000
Biaya Variabel 300.000.000 200.000.000 500.000.000
Kontribusi Marjin 200.000.000 300.000.000 500.000.000
Biaya Tetap 100.000.000 200.000.000 300.000.000
Laba 100.000.000 100.000.000 200.000.000
Harga X = Rp. 25.000 dan harga Y = Rp. 62.500
Dari data tersebut :
Sales Mix = 500.000.000 : 500.000.000 atau 1 : 1
Produk Mix = 20.000 unit : 8.000 unit atau 2,5 : 1
BEP 300.000 .000
Total= =Rp .600 .000 .000
500.000.000
1−
1.000.000 .000

Alokasi BEP pada masing – masing produk tersebut adalah sesuai dengan
komposisinya, yakni perbandingan 1 : 1 untuk penjulannya.

Penjualan produk X = ½ x Rp. 600.000.000 = Rp. 300.000.000

Penjualan produk Y = ½ x Rp. 600.000.000 = Rp. 300.000.000

Sedangkan BEP dalam unitnya adalah :

Produk X = 300.000.000 : 25.000 = 12.000 unit

Produk Y = 300.000.000 : 62.500 = 4800 unit

Atau dalam perbandingan = 12.000 : 4800 = 2,5 : 1

Sama dengan komposisi product mix.


BEP pada sales mix sebesar Rp. 600.000.000 tersebut berarti produk X
mengalami kondisi BEP demikian pila dengan produk Y juga mengalami BEP.
Akan tetapi BEP yang dicapai tersebut merupakan BEP gabungan, sehingga
mungkin saja untuk produk yang satu untung tapi yang lainnya rugi dan setelah
dikompensasi menjadi BEP. Dari contoh 1.2 dapat dilihat komposisi laba –
ruginya.

Keterangan Produk X Produk Y Total


(12.000 unit) (8.000 unit)
Penjualan 300.000.000 300.000.000 600.000.000
Biaya Variabel 180.000.000 120.000.000 300.000.000
Kontribusi Marjin 120.000.000 180.000.000 300.000.000
Biaya Tetap 100.000.000 200.000.000 300.000.000
Laba 20.000.000 20.000.000 0

Manfaat Analisis BEP

analisis break even ini selain digunakan untuk menganalisis pada unit atau pada
omzet penjualan berapa perusahaan tidak menderita rugi.

1. Perencanaan Penjualan atau Produksi


Setiap awal periode perusahaan sudah mempunyai perencanaan produksi
dan penjualan. Rencana produksi dan penjualan bisa direncankan dengan
menggunakan konsep BEP. Penjualan yang direncanakan perusahaan tentunya
disertai dengan target laba yang diinginkan. Dengan demikian rencana
penjualan (penjualan minimal) adalah :
PM = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba
Atau untuk penju alan minimal dalam unit
PM BT + Laba
unit =
P −V

Dan untuk penjualan minimal dalam rupiah


PM BT + Laba
unit =
V
1−
P
Contoh 1.3

PT. MARINDA sedang merencanakan penjualan untuk tahun 2000 yang akan
datang. Perusahaan kapasitas normal sebanyak 50.000 unit dalam setahun. Pada
tahun 2000 nanti perusahaan akan bekerja dengan kapasitas 30.000 unit dengan
biaya per unit sebagai berikut :

Biaya bahan baku Rp. 7.000

Biaya tenaga kerja langsung Rp. 5.000

Biaya overhead pabrik variabel Rp. 4.000

Biaya overhead pabrik tetap Rp. 5.500

Biaya komersial variabel Rp. 2.000

Biaya komersial tetap Rp. 2.500

Harga jual ditentukan sebesar Rp.30.000 per unit

Diminta:

1. Menghitung BEP
2. Menghitung besarnya penjualan minimal bila ditetapkan target laba :
a. Rp. 180.000.000
b. 15% dari penjualan
c. 25% dari biaya variabel
3. Menghitung besarnya margin of safety bila anggaran penjualan seperti
pada point 2b di atas.

Untuk menjawab persoalan di atas, maka pertama menghitung besarnya biaya


variabel perunit dan biaya tetap secara total. Biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung merupakan biaya variabel dengan demikian :

Biaya variabel perunit = 7.000 + 5.000 + 4.000 + 2.000 = Rp.18.000

Biaya tetap total = ( 5.500 + 2.500 ) x 30.000 = Rp. 240.000.000

Harga perunit = Rp. 30.000


Jawab :

1. Besarnya BEP
BEP 240.000.000
unit = =20.000Unit
30.000−18.000
BEP 240.000.000
Rp= =Rp .600 .000 .000
18.000
1−
30.000

2A. Besarnya penjualan minimal bila laba Rp. 180.000.000


PM 240.000.000+180.000 .000
Rp= =Rp .1.050 .000 .000.000
18.000
1−
30.000

2B. Sarnya penjualan minimal bila laba 15% dari penjualan.

Bila penjualan minimal = X → laba diinginkan = 0,15 X


X 240.000.000+0,15 X
¿ =Rp .960 .000 .000
18.000
1−
30.000

2C. Penjualan minimal bila diinginkan laba 25% dari biaya variabel. Bila
penjualan minimal Q unit → laba = 0,25 (18.000 Q )
Q 240.000 .000+0,25 (18.000 Q)
¿ =32.000unit
30.000−18.000

3 . Margin of safety dengan anggaran penjualan Rp. 960.000.000


960.000 .000−600.000 .000
Margin of safety= X 100 %=37,5 %
30.000−18.000

2. Perencanaan harga jual normal


Salah satu keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan adalah
penentuan harga jual. Harga jual merupakan sejumlah uang yang dibayarkan
oleh pembeli untuk mendapatkan barang/jasa yang diinginkan. Bagi
perusahaan harga jual harus bisa menutupi semua biaya dan target
keuntungan. Apabila tidak bisa menutup target laba, apalagi biaya yang
dikeluarkan berarti perusahaan dalam kondisi rugi penjualan yang telah
direncanakan, serta target laba pada periode yang bersangkutan.
Perusahaan DONGGALA sedang merencanakan harga jual bagi produknya
untuk tahun 2000. Proyeksi penjualan tahun 2000 sebesar 50.000 unit, biaya
variabel per unit Rp.25.000 dan biaya tetap setahun Rp.600.000.000. bila
pada tahun 2000 ditargetkan laba sebesar Rp.400.000.000 berapa perusahaan
harus menjual produk per unit?
Dik:
V = Rp.25.000
BT = Rp.600.000.000
Laba = Rp.400.000.000
Q = 50.000 unit
Harga =?
BT + Laba
Q=
P−V

600.000 .000+400.000 .000


50.000=
P−25.000

2.250 .000 .000


P= =Rp.45 .00 0
50.000

Dengan demikian harga per unit yang harus ditetapkan sebesar Rp. 45.000 agar
mendapatkan keuntungan yang diinginkan.

3. Perencanaan metode produksi


Analisa break even ini sering digunakan untuk menentukan alternatif
pemilihan metode produksi atau mesin produksi. Ada mesin produksi yang
mempunyai karakteristik biaya tetap rendah tetapi biaya variabel tinggi aau
biaya tetap tinggi tetapi biaya variabel per unit rendah.
Contoh 1.3
Perusahaan sedang merencanakan untuk mendirikan usaha dengan membeli
mesin produksi. Ada dua altrnatif mesin produksi yang bisa dipilih dengan
karakteristik masing – masing mesin sebagai berikut :
Mesin A Mesin B
Harga jual per unit Rp.20.000 Rp.20.000
Biaya variabel perunit Rp.12.000 Rp.10.000
Biaya tetap setahun Rp.400jt Rp.800jt

4. Titik Tutup Pabrik Apabila kondisi perusahaan sudah menunjukkan biaya


total melebihi penjualan totalnya, yang artinya bahwa perusahaan
beroperasi dibawah titik break even, apakah perusahaan sebaiknya
ditutup atau tetap dipertahankan. Untuk itu manajemen harus
menganalisis apakah kondisi yang demikian akan berlanjut dalam waktu
yang relatif lama, atau tidak. Ada kemungkinan manajemen harus
memutuskan untuk menghentikan sementara atau seterusnya apabila
kondisi sudah sedemikian parahnya. Alat yang dapat digunakan
manajemen dalam mengadakan analisis penutupan perusahaan tersebut
adalah analisis titik tutup pabrik atau sering disebutshut down point.
Apabila perusahan beroperasi dibawah break even point berarti
perusahaan secara akuntansi mengalami kerugian namun secara cash flow
atau aliran kas perusahaan masih mendapatkan sisa kas, selama
penerimaan pengahasilan masih bisa menutup biaya variabel dan biya
tetap tunai. Biaya tetap tunai adalah biaya tetap yang dikeluarkan secara
tunai seperti pembayaran gaji, biaya promosi, sewa gedung, dan biaya
tetap tunai lainnya. Artinya pada kondisi tersebut perusahan masih bisa
membayar gaji karyawannya, walaupun untuk membayar biaya tetap
tidak tunai (penyusutan) tidak mencukupi. Tetapi kalau penerimaan
penjualan tidak bisa menutup biaya variabel dan biaya tetap tunai, maka
perusahaan sudah harus ditutup.
Contoh soal
Diketahui PT. Dewantara memiliki usaha di bidang alat perkakas gergaji
dengan data sebagai berikut :

1. Kapasitas produksi yang mampu dipakai 100.000 unit mesin gergaji.

2. Harga jual persatuan diperkirakan Rp. 5000,- unit

3. Total biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel
sebesar Rp.250.000.000,-

Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut :

1. Fixed Cost

Overhead Pabrik Rp. 60.000.000,-

Biaya disribusi Rp. 65.000.000,-

Biaya administrasi dan umum Rp. 25.000.000,-

Total biaya tetap Rp.150.000.000,-

2. Variable Cost

Biaya bahan langsung Rp. 70.000.000,-

Biaya tenaga kerja langsung Rp. 85.000.000,-

Overhead pabrik Rp. 20.000.000,-

Biaya distribusi Rp. 45.000.000,-

Biaya administrasi dan umum Rp. 30.000.000,-

Total biaya variabel Rp.250.000.000,-

Pertanyaannya Cari BEP dalam unit maupun rupiah !

Penyelesaian :
Kapasitas produksi 100.000 unit

Harga jual per unit Rp. 5000,-

Total Penjualan 100.000 unit x Rp 5000,- = Rp. 500.000.000,-

150 . 000 . 000


Biaya tetap unit = =Rp. 1. 500,−/unit
100 . 000

250 .000 . 000


Biaya variabel unit = =Rp. 2 .500,−/unit
100 .000

Ringkasan Buget laba rugi adalah sebagai berikut :

Total penjualan 100.000 unit x Rp.5000,-....... Rp.500.000.000,- (100 %)

Total biaya variabel ………………………..… Rp.250.000.000,- ( 50 %)

Marginal Income …………………………….. Rp.250.000.000,- ( 50 %)

Total biaya tetap ……………………………... Rp.150.000.000,- ( 30 %)

Laba …....................................................... Rp.100.000.000,- ( 20 %)

Untuk mencari BEP dalam unit adalah sebagai berikut :

Rp. 150 . 000. 000,-


BEP unit= =60 . 000 unit
Rp. 5000,00 -Rp .2500,-

Kemudian, mencari BEP dalam rupiah adalah sebagai berikut :

Rp. 150 .000 . 000,-


BEP rupiah= =Rp. 300 .000 . 000,-
Rp. 250 .000 . 000,-
1−
Rp. 500 .000 . 000,-

Cara lain dapat dilakukan untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan :
BEP = Unit BEP x harga jual unit

BEP = 60.000 unit x Rp.5000 = Rp.300.000.000,-

Anda mungkin juga menyukai