Seperti yang diuraikan dimuka bahwa dalam analisi break even point ada asimsi
yang harus dipenuhi yaitu, harga jual per unit tidak berubah selama periode
yang dianalisis, demikian pula halnya dengan biaya variabel per unit dan biaya
tetap. Apabila asumsi tersebut tidak terpenuhi, maka titik break even akan
mengalami perubahan.
Dari contoh 1.1 di atas misalkan biaya variabel perunit meningkat menjadi Rp.
13.000 per unit, sementara harga dan biaya tetap tidak berubah maka
BEP 200.000.000
Rp= =Rp .571 .430 .000
13.000
1−
20.000
Alokasi BEP pada masing – masing produk tersebut adalah sesuai dengan
komposisinya, yakni perbandingan 1 : 1 untuk penjulannya.
analisis break even ini selain digunakan untuk menganalisis pada unit atau pada
omzet penjualan berapa perusahaan tidak menderita rugi.
PT. MARINDA sedang merencanakan penjualan untuk tahun 2000 yang akan
datang. Perusahaan kapasitas normal sebanyak 50.000 unit dalam setahun. Pada
tahun 2000 nanti perusahaan akan bekerja dengan kapasitas 30.000 unit dengan
biaya per unit sebagai berikut :
Diminta:
1. Menghitung BEP
2. Menghitung besarnya penjualan minimal bila ditetapkan target laba :
a. Rp. 180.000.000
b. 15% dari penjualan
c. 25% dari biaya variabel
3. Menghitung besarnya margin of safety bila anggaran penjualan seperti
pada point 2b di atas.
1. Besarnya BEP
BEP 240.000.000
unit = =20.000Unit
30.000−18.000
BEP 240.000.000
Rp= =Rp .600 .000 .000
18.000
1−
30.000
2C. Penjualan minimal bila diinginkan laba 25% dari biaya variabel. Bila
penjualan minimal Q unit → laba = 0,25 (18.000 Q )
Q 240.000 .000+0,25 (18.000 Q)
¿ =32.000unit
30.000−18.000
Dengan demikian harga per unit yang harus ditetapkan sebesar Rp. 45.000 agar
mendapatkan keuntungan yang diinginkan.
3. Total biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel
sebesar Rp.250.000.000,-
1. Fixed Cost
2. Variable Cost
Penyelesaian :
Kapasitas produksi 100.000 unit
Cara lain dapat dilakukan untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan :
BEP = Unit BEP x harga jual unit