Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ORGANISASI INTERNASIONAL

“DAMPAK KTT G20 OSAKA PADA DUNIA


INTERNASIONAL"

Dosen Pengampu :
Ajeng Rizqi Rahmanillah, S.IP., S.Hum., M.Si

Anggota Penyusun :
Dewi Vatimatun Noviah 183112350750134
Abigail Imanuela P. 183112350750130
Viola Angela Putri Ajawaila 183112350750120

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Dampak KTT G20 pada dunia Internasional”

Beragam upaya telah dilakukan dalam penyusunan makalah dalam rangka


memenuhi tugas Ujian Akhir Semester ini, yaitu dengan mendapatkan semua
materi yang terdapat didalamnya dari berbagai sumber, seperti media elektronik
dan beberapa jurnal yang mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Kami
bermaksud agar penulisan ini bermanfaat bagi semua pihak. Kami juga
meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila banyaknya kekurangan yang
terdapat dalam karya ini, baik dari segi penulisan maupun yang lainnya. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan.

Harapan kami yaitu makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


wawasan pembaca mengenai pembahasan yang kami tulis. Akhir kata, kami
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini.

Jakarta, 12 Juli 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang

Organisasi antar pemerintah atau IGO adalah suatu organisasi yang terdiri dari
negara berdaulat yang kadang disebut sebagai negara keanggotaan atau
organisasi internasional lainnya. Organisasi antarpemerintah adalah aspek
penting dari hukum internasional umum. IGO didirikan atas traktat yang
berperan sebagai piagam yang membentuk kelompok. Traktat tersebut dibentuk
ketika perwakilan (pemerintah) dari beberapa negara melalui proses ratifikasi,
menyediakan IGO dengan status hukum internasional. Organisasi
antarpemerintah juga harus dibedakan dari perjanjian, banyak perjanjian yang
dibedakan antara lain, seperti North American Free Trade Agreement, atau
General Agreement on Tariffs and Trade sebelum pendirian World Trade
Organization. Organisasi Internasional diperlukan sebagai salah satu arena
bagi negara-negara anggota berinteraksi dan menyelesaikan masalah yang
berlangsung. Negara hadir sebagai lembaga konstitusional (constitutional state)
yang memberi jaminan terhadap keteraturan hidup dan saling respek dalam
berinteraksi antar-warga masyarakat. Dengan prinsip serupa (rule of law)
negara akan menghormati sesama negara lain dan di dalam pola interaksinya
akan mendasarkan diri pada norma-norma saling percaya (Jackson & Sorensen,
1999: 99). Dengan kata lain, respek dan kepercayaan menjadi landasan
berinteraksi negara, sehingga perbedaan dan potensi konflik menjadi sebuah
kondisi yang dapat dihindari.
Salah satu organisasi internasional antar pemerintah adalah, Group of Twenty
(G20) yang dibentuk pada tahun 1999. Grup ini dibentuk pada awalnya karena
pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral sebagai upaya
untuk memperluas diskusi tentang kebijakan yang bermanfaat bagi
penyelesaian krisis ekonomi dan finansial global. Terbentuknya G20 di latar
belakangi oleh krisis ekonomi atau keuangan yang terjadi pada tahun 1998.
Pada waktu itu, muncul pendapat pada forum G7 yang beranggotakan Kanada,
Perancis, Jerman, Britania Raya, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat mengenai
kurang efektifnya pertemuan yang melibatkan kepentingan ekonomi agar
keputusan bisa didengar dalam kelompok tersebut. Setelah G7 mengemukakan
keberatannya, maka terbentuklah forum G20. Forum ini lebih dijadikan sebagai
sarana konsultasi dan kerjasama hal-hal yang berkaitan dengan moneter dalam
taraf internasional. Pertemuan terjadi untuk mengarah kepada stabilitas
internasional dan mencari upaya pemecahan masalah yang tidak dapat ditangani
oleh negara-negara tertentu saja.
Sedangkan, korelasi yang terjadi antara IGO dan G20 terdapat pada
Pembentukan G20 tidak terlepas dari kekecewaan komunitas internasional
terhadap kegagalan negara dalam mencari solusi terhadap permasalahan
perekonomian global yang dihadapi saat itu. Pandangan yang mengemuka saat
itu adalah pentingnya bagi negara-negara berpendapatan menengah serta yang
memiliki pengaruh ekonomi secara sistemik untuk diikutsertakan dalam
perundingan demi mencari solusi permasalahan ekonomi global. Yang dapat
menciptakan hubungan yang baik antara anggota – anggota negara agar saling
membuat kesepakatan yang adil dan saling menguntungkan.
1.2 Rumusan masalah:

1. Bagaimana peranan G20 dalam mengahadapi masalah global?


2. Bagaimana hasil pertemuan KTT G20 yang berlangsung pada tahun
2019?

1.3 Tujuan makalah:

1. Untuk mengetahui peranan G20 dalam menghadapi masalah global.


2. Untuk mengetahui hasil pertemuan KTT G20 yang berlangsung pada
tahun 2019.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah G20
Pada awal pembentukannya, G20 difokuskan pada upaya mereformasi
sistem keuangan global sebagai salah satu kunci untuk menjawab krisis
perekonomian global. Setelah G20 terbentuk, negara – negara tersebut pun
melaksanakan Konferensi Tingkat Tinggi yang dihadiri oleh kepala
pemerintah yang telah terjadi 14 kali sejak tahun 2008. Pertemuan terakhir
berlangsung di Osaka, Jepang pada tanggal 29-30 Juni 2019 kemarin.
Seperti namanya, anggota G20 terdiri dari 19 negara, yakni Amerika
Serikat, Argentina, Brazil, Australia, Kanada, Meksiko, Turki, Indonesia,
Korea Selatan, Jepang, Tiongkok, Jerman, Inggris, India, Arab Saudi,
Afrika Selatan, Italia, Perancis, Rusia, dan satu organisasi regional yaitu
Uni Eropa.
Tujuan G20 adalah:
a) Untuk mengkoordinasi kebijakan antar anggotanya untuk mencapai
ekonomi global, stabilitas, dan pertumbuhan berkelanjutan.
b) Untuk mempromosikan peraturan keuangan yang mengurangi risiko dan
mencegah krisis keuangan di masa depan.
c) dan Untuk membuat arsitektur keuangan internasional baru.

2.2 Keanggotaan G20


Pada dasarnya tidak ada kriteria tertentu yang dipakai saat menentukan
anggota dari G-20. Namun, ada satu pemahaman yang sifatnya kualitatif.
Negara anggota harus memiliki dampak sistemik pada perekonomian global.
Selain itu harus pula mampu berkontribusi pada ekonomi dan stabilitas
keuangan dunia. Syarat utama untuk dapat bergabung di G20 adalah melalui
undangan para negara G7 (Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan
Amerika Serikat) sebagai pencetus terbentuknya G20.

2.2 Struktur Organisasi G20


G-20 beroperasi tanpa sekretariat atau staf permanen. Kursi berputar setiap
tahun. di antara anggota dan dipilih dari pengelompokan regional negara yang
berbeda. Ketua adalah bagian dari grup manajemen tiga anggota yang
berevolusi dari masa lalu, sekarang dan masa depan, untuk sekarang posisi
ketua dipegang oleh Jepang. Dalam angka, luas negara-negara yang tergabung
dalam anggota G20 merupakan 60,8% dari luas total daratan dunia. Mereka
juga merupakan penyumbang 85,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia
dan rumah dari 64,3% penduduk dunia di tahun 2013. Selain itu 75% dari
perdagangan internasional berputar di antara negara-negara G20 saja 1
Sebagai sebuah forum yang bergerak di bidang ekonomi, Tujuan G20 adalah
untuk Mеwаdаhі negara-negara іnduѕtrі dan berkembang secara bеrѕаmа-ѕаmа
mеndіѕkuѕіkаn bеrbаgаі masalah kunсі dі bіdаng ekonomi dunіа.G20 lebih
berperan sebagai ajang konsultasi dari kerjasama yang berkaitan dengan sistem
moneter nasional. Terdapat pertemuan yang dirancang khusus untuk membahas,
meninjau kembali, mengkaji, serta mendorong terjadinya diskusi antara negara
yang memiliki industri maju dan berkembang.
Dengan G8 sebagai fondasi, 12 kekuatan ekonomi kelas dunia ditambahkan
untuk membentuk G20. Tujuan awal dari grup ini adalah untuk
mempromosikan diskusi terbuka dan konstruktif untuk membahas masalah
antara pasar industri dan negara berkembang dalam rangka mencari kerja sama
internasional dan untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi internasional
yang berkelanjutan.
Dalam operasinya, G20 membentuk sekretariat interimnya dengan
merotasi posisi ketua, tidak seperti organisasi internasional tradisional. Ketua
1
CNBC Indonesia “Berikut Sejumlah Fakta Menarik Tentang Organisasi G20.” Diakses
https://www.cnbcindonesia.com/news/20190628125947-4-81355/berikut-sejumlah-fakta-
menarik-tentang-organisasi-g20. pada 10 Juli 2019 pada pukul 12.05.
tersebut menetapkan topik diskusi puncak, seperti keuangan, perdagangan,
lingkungan, energi, dan sebagainya. Rotasi membuat diskusi terbuka dan
fleksibel.. Seiring dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian dunia,
pada KTT G20 tahun 2009 di Pittsburgh, AS, tujuan G20 dirumuskan dengan
lebih jelas, yakni untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang kuat,
berkelanjutan, dan berimbang. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, KTT G20 di
Cannes, Perancis tahun 2011 sepakat bahwa G20 memiliki tanggung-jawab
untuk “mengoordinasikan kebijakan-kebijakan mereka dan menghasilkan
kesepakatan-kesepakatan politik yang sangat penting dalam upaya menangani
tantangan-tantangan akibat kondisi saling ketergantungan ekonomi global.
Sebagai forum ekonomi utama dunia yang memiliki posisi strategis karena
secara kolektif mewakili sekitar 65% penduduk dunia, 79% perdagangan
global, dan setidaknya 85% perekonomian dunia, berbagai pertemuan G20
mengedepankan dialog untuk membangun komitmen politik para pemimpin
perekonomian utama di dunia dalam menyelesaikan berbagai tantangan yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian global, antara lain isu
keuangan, perdagangan, infrastruktur dan investasi, energi, ketenaga-kerjaan,
pemberantasan korupsi, pembangunan, pertanian, dan teknologi, inovasi, serta
ekonomi digital.
Jika membahas langkah – langkah apa saja yang sudah diambil dalam
berbagai kebijakan, contohnya pada. KTT G20 yang dilaksanakan di Hamburg,
Jerman 2017 yang lalu. Negara anggota G20 pada saat itu mensepakati untuk
melawan segala bentuk proteksionisme, memberlakukan perdagangan yang
adil, serta melanjutkan perjanjian Paris 2015. Dan akhirnya ketiga poin yang
disepekati tersebut menghasilkan total 19 poin kesepakatan yang dihasilkan dari
pertemuan negara – negara yang membentuk 75% perekonomian dunia pada
waktu itu.

2.4 G20 dan Deklarasi Osaka


Baru – baru ini pertemuan KTT G20 diadakan di Osaka, Jepang.
Sontak, dunia pun menyoroti Jepang sebagai tuan rumah pada KTT tahun
ini. KTT kali ini adalah pertemuan G20 keempat belas. Acara tersebut
diadakan pada 28–29 Juni 2019 di International Exhibition Center, Osaka.
Pertemuan yang di hadiri oleh ke 19 anggota dan Uni Eropa, juga terdapat
tamu undangan seperti Spanyol, dan Organisasi dunia seperti; PBB, WTO,
Organisasi Perburuhan Internasional, IMF dan Bank Dunia untuk
memfasilitasi implementasi perjanjian yang dicapai oleh KTT. KTT G20
difokuskan pada beberapa masalah inti, di mana para pemimpinnya
berharap untuk mencapai konsensus untuk tindakan kolektif. Tujuannya
adalah untuk menyimpulkan pertemuan dua hari dengan mengeluarkan
pernyataan bersama yang membuat anggotanya bertindak, meskipun
deklarasi tersebut tidak mengikat secara hukum. KTT tersebut melahirkan
dokumen deklarasi yang disetujui oleh para pemimpin dunia. Dokumen
tersebut berjudul Deklarasi Pemimpin G20 Osaka. Dokumen tersebut berisi
43 poin seperti perkembangan ekonomi, teknologi, infrastruktur, kesehatan
global, kesetaraan, turisme, illegal fishing, perubahan iklim, tenaga kerja,
dan anti-korupsi. Jepang juga berhasil memasukan program infrastuktur
mereka dalam deklarasi G20 ini. Program bernama Quality Infrastructure
Investment. Program tersebut berfokus pada pembangunan yang terintegrasi
secara lingkungan dan sosial, berkelanjutan, dan tahan bencana alam.

Para pemimpin G20 bertekad kedepannya agar digitalisasi dapat


inklusif, berkelanjutan, aman, dapat dipercaya, dan menginovasi
masyarakat. Aliran data lintas batas juga dipandang sebagai cara untuk
meningkatkan pengetahuan dan produktivitas. Jepang juga mengedepankan
visi untuk masyarakat masa depan yang fokus pada masa depan yang
berfokus pada manusia. Digitalisasi yang tengah terjadi pun tak boleh
melupakan privasi, proteksi data, hak kekayaan intelektual, dan keamanan.
Itu dinilai penting demi mendapat kepercayaan konsumen dan bisnis.
Dalam memenuhi hal tersebut, diperlukan adanya kerangka hukum
internasional. Penggunaan data yang baik dipandang sebagai kunci untuk
menunjuang ekonomi, pertumbuhan, dan kesejahteraan sosial.
Dunia semakin berkembang, era digital sudah menyebar hampir ke seluruh
penjuru dunia. Masalah-masalah yang timbul pun bukan lagi masalah antar
manusia saja, tetapi juga masalah yang berkaitan dengan keamanan pemilik
data. G20 memang pada awalnya merupakan grup yang memfokuskan diri
mengenai perekonomian dunia, tapi seiring dengan berjalannya waktu G20
juga menaruh perhatian pada masalah-masalah lain selain masalah ekonomi
itu sendiri. Pada poin 34 tertulis bahwa:
“Memperhatikan pekerjaan penting Panel Internasional tentang Perubahan
Iklim (IPCC) dan Platform kebijakan-Ilmu Antarpemerintah tentang
Sumberdaya Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem (IPBES), dan
mengingat peristiwa cuaca dan bencana cuaca ekstrem baru-baru ini, kami
menyadari kebutuhan mendesak untuk mengatasi masalah dan tantangan
global yang kompleks dan mendesak, termasuk perubahan iklim, efisiensi
sumber daya, udara, tanah, air tawar dan polusi laut, termasuk sampah
plastik laut, hilangnya keanekaragaman hayati, konsumsi dan produksi
berkelanjutan, kualitas lingkungan perkotaan dan masalah lingkungan
lainnya, dan untuk mempromosikan dan transisi energi terkemuka, dengan
sains terbaik yang tersedia, sambil mempromosikan pertumbuhan
berkelanjutan. Pergeseran paradigma diperlukan di mana siklus lingkungan
dan pertumbuhan yang baik dipercepat melalui inovasi, dan dengan
komunitas bisnis memainkan peran penting, dalam sinergi dengan sektor
publik. Untuk tujuan ini kami menekankan pentingnya mempercepat siklus
berbudi luhur dan memimpin transformasi menuju masa depan yang
tangguh, inklusif, dan berkelanjutan. Kami menekankan pentingnya
mengambil tindakan nyata dan konkret dan mengumpulkan praktik dan
kebijaksanaan terbaik internasional dari seluruh dunia, memobilisasi
keuangan publik dan swasta, teknologi dan investasi dan meningkatkan
lingkungan bisnis.”

Poin di atas tertulis jelas bahwa grup ini menaruh perhatian serius pada
masalah lingkungan yang sedang terjadi terutama pada perubahan iklim
yang tengah dirasakan. Kegiatan produksi manusia yang bertujuan untuk
meningkatkan perekonomian memiliki dampak negatif bagi alam.
Rusaknya alam tentu akan mengancam kelangsungan hidup manusia. G20
bersama-sama dalam hal ini bekerjasama untuk mengatasi masalah ini.

2.5 Dampak KTT G20 Osaka Pada Masalah Global

Pada KTT yang sudah berlangsung kemarin, terjadi pertemuan yang


mendebarkan dunia. Pemimpin negara Amerika Serikat dan Cina,
melakukan diskusi mengenai perang dagang yang sedang berlangsung
diantar keduanya. Perang dagang tidak hanya melibatkan antara dua negara
ini saja, tetapi juga berimbas pada perekonomian dunia. Tiongkok dan
Amerika Serikat merupakan negara super power yang memiliki peranan
besar dalam perekonomian internasional. Banyaknya bahan-bahan produksi
maupun barang sudah jadi yang berasal dari kedua negara tersebut. Amerika
seperti yang sudah diketahui memberikan tarif bea yang sangat tinggi
terhadap barang-barang yang berasal dari negara Tiongkok. Sikap tegas
pemerintahan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat atas
Tiongkok dimulai Agustus 2017 ketika Utusan Perdagangan AS Robert
Lighthizer melancarkan penyelidikan atas dugaan pencurian hak cipta
intelektual AS di Tiongkok, meliputi paten-paten perangkat lunak, aplikasi
telepon seluler, dan teknologi lainnya. Ketegangan tinggi yang terjadi ketika
para pejabat dari dua negara dengan ekonomi terbesar itu bertemu untuk
negosiasi tarif di Washington, AS. AS mulai kenakan tarif tambahan 25
persen terhadap 279 kategori produk impor Tiongkok. Pemerintahan China
pun membalas dengan tarif senilai 16 miliar dollar As untuk impor
tambahan barang AS termasuk bahan bakar, produk baja, mobil dan
peralatan medis. Baru-baru ini juga AS diketahui telah melarang perusahan
teknologi Cina Huawei untuk bekerjasama dengan AS. Pernyataan AS ini
diasumsikan demi melindungi kepentingan nasional. Ketegangan perang
dagang AS dan Tiongkok sedikit mengendur setelah kedua pemimpin
negara bertemu di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di
Osaka, Jepang. Kedua negara sepakat akan merundingkan kembali isu
perang dagang yang telah membuat tatanan perekonomian global
mengalami guncangan. Perang dagang ini berdampak pada negara-negara
yang memiliki hubungan kerjasama ekonomi dengan AS dan Tiongkok.
Banyak investor yang enggan menanam saham di kedua negara tersebut dan
juga pembisnis-pembisnis dunia mulai gulung tikar akibat kerugian yang
diderita. Seusai pertemuan tersebut Presiden AS Donald Trump dan
Presiden Tiongkok Xi Jinping menegaskan akan mengurangi ketegangan
atas perang dagang dengan meningkatkan kerja sama lebih lanjut. Amerika
Serikat telah sepakat untuk tidak memberlakukan tarif dagang baru untuk
Cina. Selain itu, AS dan Tiongkok kini sedang melakukan pembahasan
terkait masalah ketegangan dagang yang sudah terjadi beberapa waktu lalu.
Hasil yang sangat positif berhasil diraih berkat pertemuan G20 pada bulan
Juni lalau yaitu akhirnya presiden Amerika Serikat mencabut larangan
Huawei yang berasal dari Tiongkok untuk bekerja sama dengan perusahaan
tersebut. Pernyataan ini dikatakan oleh Presiden as Donald Trump melalui
akun twitter resminya yaitu:

“I had a great meeting with President Xi of China yesterday, far better than
expected. I agreed not to increase the already existing Tariffs that we charge
China while we continue to negotiate. China has agreed that, during the
negotiation, they will begin purchasing large amounts of agricultural
product from our great Farmers. At the request of our High Tech
companies, and President Xi, I agreed to allow Chinese company Huawei to
buy product from them which will not impact our National Security.
Importantly, we have opened up negotiations”. Kedua negara memang
belum sepenuhnya mengakhiri perang dagang yang terjadi, tetapi melalui
pertemuan yang diadakan di KTT Osaka kemarin, setidaknya terjadi
perundingan dan pelunakan terhadap perang yang sedang berlangsung.
BAB III
KESIMPULAN

2.1 Kesimpulan

Organisasi antar pemerintah memiliki peran penting dalam percaturan


internasional dan juga dalam menghadapi masalah dunia yang berlangsung.
G20 yang beranggotakan negara-negara dengan ekonomi terbesar di dunia
berpengaruh besar dalam kestabilan ekonomi internasional. G20 dalam
pertemuan yang berlangsung di Osaka terbukti membenahi masalah global
yang terjadi, Deklarasi pemimpin G20 yang menghasilkan 43 poin sebagai
komitmen untuk membenahi masalah yang terjadi dan pertemuan
menegangkan antar AS dan China yang membahas tentang perang dagang
yang menggoyahkan kestabilan ekonomi internasional. Donald Trump
sebagai presiden Amerika Serikat mencabut larangan perusahaan teknologi
China Huawei untuk bekerja sama dengan perusahaan AS. Juga, keduanya
sepakat untuk berdiskusi lebih lanjut tentang perang dagang yang
berlangsung dan membatalkan kemungkinan menaikan pajak lebih lanjut.

2.2 Saran

Deklarasi pemimpin yang dihasilkan oleh KTT G20 pada bulan lalu
sebaiknya ditanggapi dengan serius dan dengan didampingi dengan langkah
nyata dan konsisten.

Anda mungkin juga menyukai