Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

LAPORAN PENDAHULUAN PERSONAL HYGIENE

OLEH :
LUH DILA AYU PARAMITA
NIM. 2002621001

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Cara
perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka disebut
higiene perorangan. Personal hygiene atau kebersihan diri adalah upaya
seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan untuk
memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis (Kasiati & Rosmalawati,
2016).

B. Anatomi dan Fisiologi Personal Hygiene


Sistem intergumen terdiri atas kulit, lapisan subkutan dibawah kulit dan
perlengkapannya seperti kelenjar dan kuku, kulit, lapisan yaitu lapisan
epidermis yang terdapat pada bagian atas yang banyak mengandung sel-
sel epitel. Sel – sel epitel ini mudah sekali mengalami regenerasi,
lapisan ini tidak mengandung pembuluh darah. Lapisan dermis yang
terdiri atas jaringan otot, saraf folikel rambut dan kelenjar. Pada kulit
terdapat 2 kelenjar yaitu :
a. Kelenjar sebasea yang menghasilkan minyak yang disebut sebum
yang berfungsi meminyaki kulit dan rambut.
b. Kelenjar serumen yang terdapat dalam telinga yang berfungsi
sebagai pelumas dan berwarna coklat.
Lapisan hypodermis atau subkutan terdiri dari pembuluh darah, syaraf,
limfa dan jaringan pengikat yang berisi sel lemak.jaringan lemak adalah
insulator panas bagi tubuh subkutan juga menjadi pendukung lapisan
kulit atas yang menahan stessor dan tekanan tanpa injury. Kaki, tangan
dan kuku selalu diperuntukkan untuk memberi perhatian yang khusus
untuk mencegah infeksi. Apakah ada luka pada kulit termasuk adakah
pertumbuhan atau luka pada kulit bagian atas, bisa nyeri dan pada
pasien normal kemampuan berjalan. Kuku adalah jaringan epitel yang
tumbuh dari akar nail bad, yang terletak dikulit pada nail groove yang
disembunyikan oleh fad kulit, disebut euticle. Kuku juga memiliki body
nail, itu berbentuk area putih disebut lunula di bawah kuku terdapat
lapisan epitel disebut nail bed kuku yang normal dan sehat transparan.
Lembut dan konveks dengan warna nail bed merah jambu penyakit
dapat mempengaruhi bentuk ketebalan dan curvature dari kulit
(Sujarwati, 2017).

C. Jenis Personal Hygiene


Menurut Pandow dan Kurniasari (2019) Kebersihan perorangan meliputi :
a. Kebersihan kulit
Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama
memberi kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-sebaiknya.
Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan
lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari – hari.
Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat
harus selalu memperhatikan seperti :
1. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri
2. Mandi minimal 2x sehari
3. Mandi memakai sabun
4. Menjaga kebersihan pakaian
5. Makan yang bergizi terutama sayur dan buah
6. Menjaga kebersihan lingkungan.
b. Kebersihan rambut
Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat membuat terpelihara
dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak
berbau apek. Dengan selalu memelihara kebersihan kebersihan rambut dan
kulit kepala, maka perlu diperhatikan sebagai berikut :
1. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut
sekurangkurangnya 2x seminggu.
2. Mencuci ranbut memakai shampoo atau bahan pencuci rambut lainnya.
3. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.
c. Kebersihan gigi
Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan
membersihkan gigi sehingga terlihat cemerlang.Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menjaga kesehatan gigi adalah :
1. Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis
makan
2. Memakai sikat gigi sendiri
3. Menghindari makan-makanan yang merusak gigi
4. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi
5. Memeriksa gigi secara teratur
d. Kebersihan mata
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan mata adalah :
1. Membaca di tempat yang terang
2. Memakan makanan yang bergizi
3. Istirahat yang cukup dan teratur
4. Memakai peralatan sendiri dan bersih ( seperti handuk dan sapu tangan)
5. Memlihara kebersihan lingkungan.
e. Kebersihan telinga
Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah :
1. Membersihkan telinga secara teratur
2. Jangan mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.
f. Kebersihan tangan, kaki dan kuku
Seperti halnya kulit, tangan,kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak
terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari.
Selain indah dipandang mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih juga
menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor
dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-
penyakit tertentu.
Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut :
1. Membersihkan tangan sebelum makan
2. Memotong kuku secara teratur
3. Membersihkan lingkungan
4. Mencuci kaki sebelum tidur
Faktor hygiene yang mempengaruhi gangguan kulit adalah :
1. Kebersihan kulit
2. Kebersihan tangan, kaki dan kuku
3. Kebersihan rambut.

D. Jenis Gangguan Personal Hygiene


Gangguan pada kuku:
a) Ingrown nail: kuku tangan yang tidak tumbuh dan dirasakan sakit pada
daerah tersebut.
b) Paronychia: radang di sekitar jaringan kuku.
c) Ram’s horn nail: gangguan kuku yang ditandai dengan pertumbuhan
kuku yang lambat disertai dengan kerusakan dasar kuku yang
berlebihan.
d) Tinea pedis: terdapat garutan kekuningan pada lempengan kuku yang
pada akhirnya menyebabkan seluruh kuku menjadi tebal, berubah warna
dan rapuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi jamur epidermophyon,
trichopyton, microporium dan C. Albicans dikaki.
e) Bau tidak sedap: reaksi mikro organisme yang menyebabkan bau tidak
sedap
Gangguan pada rambut:
(1) Ketombe yaitu pelepasan kulit kepala yang disertai rasa gatal
(2) Kutu (Pediculotis Cepitis) yaitu kutu ini menghisap darah dan
menyebabkan rasa gatal.
(3) Sebor heic dermatitis yaitu merupakan radang pada kulit kepala yang
ditumbuhi rambut.
(4) Alopeia (kehilangan rambut) dapat disebabkan oleh penggunaan alat
pelurus atau pengeriting rambut, pengikat rambut yang terlalu kuat dan
pemakaian produk perawatan rambut yang tidak cocok.
Gangguan pada gigi dan mulut:
a) Halitosis Yaitu bau nafas yang tidak sedap, biasanya dikarenakan oleh
kuman atau hal lain.
b) Periodonatala Disease Yaitu gigi yang mengalami pendarahan dan
membengkak.
c) Glositis Adalah radang yang terjadi pada lidah.
d) Kilosis adalah bibir yang pecah-pecah, hal ini dapat terjadi karena
Hipersalivasi, nafsu mulut dan defisiensi riboflavin (Zakiudin &
Shaluhiyah, 2016).

E. Intervensi Pemenuhan Personal Hygiene


PHBS merupakan kependekan dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Sedangkan pengertian PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh
anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta
memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat. Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk menularkan
pengalaman mengenai perilaku hidup sehat melalui individu, kelompok
ataupun masyarakat luas dengan jalur – jalur komunikasi sebagai media
berbagi informasi. Ada berbagai informasi yang dapat dibagikan seperti
materi edukasi guna menambah pengetahuan serta meningkatkan sikap dan
perilaku terkait cara hidup yang bersih dan sehat. Terdapat langkah –
langkah berupa edukasi melalui pendekatan pemuka atau pimpinan
masyarakat, pembinaan suasana dan juga pemberdayaan masyarakat
dengan tujuan kemampuan mengenal dan tahu masalah kesehatan yang ada
di sekitar; terutama pada tingkatan rumah tangga sebagai awal untuk
memperbaiki pola dan gaya hidup agar lebih sehat. Tujuan utama dari
PHBS adalah meningkatkan kualitas kesehatan melalui proses
penyadartahuan yang menjadi awal dari kontribusi individu – individu
dalam menjalani perilaku kehidupan sehari – hari yang bersih dan
sehat. Manfaat PHBS yang paling utama adalah terciptanya masyarakat
yang sadar kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan dan kesadaran untuk
menjalani perilaku hidup yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar
kesehatan. Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu rumah tangga, sekolah, tempat
kerja, sarana kesehatan, dan tempat umum. Berikut ini 10 indikator
PHBS pada tingkatan rumah tangga :

1. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan yaitu Persalinan yang


mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan baik itu dokter, bidan
ataupun paramedis memiliki standar dalam penggunaan peralatan yang
bersih, steril dan juga aman. Langkah tersebut dapat mencegah infeksi dan
bahaya lain yang beresiko bagi keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan.
2. Pemberian ASI eksklusif yaitu Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi
anak di usia 0 hingga 6 bulan menjadi bagian penting dari indikator
keberhasilan praktek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tingkat rumah
tangga.
3. Menimbang bayi dan balita secara berkala yaitu Praktek tersebut dapat
memudahkan pemantauan pertumbuhan bayi. Penimbangan dapat
dilakukan di Posyandu sejak bayi berusia 1 bulan hingga 5 tahun.
Posyandu dapat menjadi tempat memantau pertumbuhan anak dan
menyediakan kelengkapan imunisasi. Penimbangan secara teratur juga
dapat memudahkan deteksi dini kasus gizi buruk.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yaitu Praktek ini merupakan
langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri sekaligus langkah
pencegahan penularan berbagai jenis penyakit berkat tangan yang bersih
dan bebas dari kuman.
5. Menggunakan air bersih yaitu Air bersih merupakan kebutuhan dasar
untuk menjalani hidup sehat.
6. Menggunakan jamban sehat yaitu Jamban merupakan infrastruktur
sanitasi penting yang berkaitan dengan unit pembuangan kotoran dan air
untuk keperluan pembersihan.
7. Memberantas jentik nyamuk yaitu Nyamuk merupakan vektor berbagai
jenis penyakit dan memutus siklus hidup makhluk tersebut menjadi bagian
penting dalam pencegahan berbagai penyakit.
8. Konsumsi buah dan sayur yaitu Buah dan sayur dapat memenuhi
kebutuhan vitamin dan mineral serta serat yang dibutuhkan tubuh untuk
tumbuh optimal dan sehat.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari yaitu Aktivitas fisik dapat berupa
kegiatan olahraga ataupun aktivitas bekerja yang melibatkan gerakan dan
keluarnya tenaga.
10. Tidak merokok di dalam rumah yaitu Perokok aktif dapat menjadi
sumber berbagai penyakit dan masalah kesehatan bagi perokok pasif.
Berhenti merokok atau setidaknya tidak merokok di dalam rumah dapat
menghindarkan keluarga dari berbagai masalah kesehatan (Kemenkes, RI,
2016).

Menurut Kasiati dan Rosmalawati (2016) perawatan personal hygiene


terbagi dalam berbagai jenis yaitu :
a. Perawatan kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai, sekresi, ekskresi,
pengatur temperatur, sensasi, dan kulit berfungsi juga sebagai pertukaran
oksigen, nutrisi dan cairan-cairan dengan pembuluh di bawahnya, sintesa
sel baru dan eliminasi sel mati. Epidermis (lapisan luar) merupakan
pelindung jaringan di bawahnya terhadap kehilangan cairan, cedera
mekanis maupun kimia serta masuknya mikroorganisme penyakit.
Seseorang harus menjaga kebersihan kulit karena sangatlah penting, kulit
sebagai pintu masuk utama kuman pathogen ke dalam tubuh. Bakteri,
umumnya tinggal pada permukaan luar kulit. Tempat tinggal bakteri
misalnya korine bakterium merupakan flora normal yang tidak
menyebabkan penyakit tapi menghalangi multiplikasi penyakit akibat
mikroorganisme. Dermis lapisan kulit yang lebih tebal terdiri dari jaringan
ikat kolagen dan serabut saraf, pembuluh darah, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea, dan folikel rambut. Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum,
minyak, cairan odor ke dalam folikel rambut untuk minyaki kulit dan
rambut agar lemas dan liat. Ada dua tipe kelenjar keringat yaitu ekrin lebih
banyak pada dahi, telapak tangan dan kaki, hal ini untuk membantu
pengendalian temperatur melalui evaporasi, sedangkan kelenjar apokrin
pada area aksila dan genital. Dekomposisi bakteri dari keringat dari kelenjar
ini bertanggung jawab pada bau tubuh. Sedangkan cara merawat kulit
dengan melakukan mandi minimal 2 kali sehari setelah melakukan
aktivitas, keadaan kulit kotor, menjalani operasi dan sebaiknya
menggunakan sabun yang tidak iritatif atau sesuai kebiasaan. Kulit
seringkali merefleksikan perubahan pada kondisi fisik dengan perubahan
pada warna, ketebalan, tekstur, turgor, temperatur, dan hidrasi, sedangkan
selama kulit masih utuh dan sehat, fungsi fisiologis masih optimal.
Kaji perawatan hygiene:
1) Identifikasi klien terhadap toleransi prosedur hygiene, tipe perawatan
yang diperlukan dan masalah kesehatan klien.
2) Selama membantu klien melalukan hygiene kaji seluruh permukaan
kulit secara inspeksi dan palpasi, meliputi perubahan integumen, respon
terapi,
3) Kaji fisik kulit
(a) Okservasi kondisi kulit meliputi warna, tekstur, turgor,
temperatur, dan hidrasi kulit.
(b) Masalah kulit seperti:
-Kulit kering karena kebanyakan mandi, penggunaan sabun
berlebihan atau sabun kasar dan alkalin, kulit maserasi, daerah
kalus kaki , tangan.
-Ruam kulit atau erupsi kulit dari reaksi alergi bisa datar, naik
berupa lokal atau sistemik, pruritik atau nonpruritik.
-Dermatitis kontak yaitu inflasi ditandai dengan letusan eritema,
pruritis, nyeri, bersisik.
-Abrasi dan lesi kulit rusak, perdarahan, cairan
-Dekubitus dampak dari imobilisasi lama, bagian badan
tergantung, terpapar tekanan seperti gips, linen, matras.
4) Kaji kemampuan perawatan diri klien seperti klien tidak mampu
merawat kulit maka perawat memberi bantuan atau mengajarkan pada
keluarga, Kaji keseimbangan, toleransi, kekuatan otot, keadaan
berbaring, kemampuan duduk, alat yang dibutuhkan, dan jarak rentang
gerak pada ekstremitas klien.
5) Kaji masalah kesehatan klien seperti gangguan fungsi kognitif dan
kondisi fisik.
6) Kaji penurunan sensasi.
Klien tidak mampu merasakan cedera permukaan kulit biasanya pada
klien dengan paralisis, insufisiensi sirkulasi, kerusakan saraf.
b. Perawatan Kaki dan Kuku
Kaki dan kuku sering kali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah
infeksi, bau dan cedera pada jaringan. Kuku merupakan pelengkap kulit,
tetapi bila tidak mendapatkan perawatan yang baik maka kuku bisa
sebagai sarang penyakit. Masalah yang dihasilkan karena perawatan yang
salah atau kurang kurang seperti menggigit kuku, memotong tidak tepat,
pemaparan zat kimia yang tajam, dan pemakaian sepatu tidak pas.
Ketidaknyamanan dan nyeri pada kaki dapat mengarah pada stres fisik dan
emosional. Sedangkan cara merawat kuku dengan menjaga kebersihan
kotoran dibalik kuku dan memotongnya sesuai kebutuhan.
Pengkajian :
1) Lakukan inspeksi pada permukaan kulit : bentuk, ukuran, jumlah jari,
bentuk kaki, dan kondisi kaki meliputi adanya luka, inflamasi, iritasi dan
pecah-pecah
2) Amati jari kaki, secara normal adalah lurus, datar dan kaki harus dalam
garis lurus dengan mata kaki dan tibia
3) Kaji cara berjalan, apa pincang atau tidak alami, rasa nyeri saat berjalan.
4) Kaji keadekuatan serkulasi perifer pada kaki terutama klien dengan
diabetes: dengan cara palpasi dari pedisdorsalis dan denyut tibial posterior.
5) Kaji adanya neuropati yaitu degerasi saraf perifer yang ditandai
kehilangan sensasi dengan cara sentukan ringan, suhu atau tusukan.
6) Kaji kemampuan klein tentang perawatan kaki dan kuku.
7) Amati kuku: kuku sehat yaitu transparan, lembut dan alas jari pink dan
ujung putih tembus cahaya, sedangkan pada lansia tebal dan kuning. Kulit
sekitar kuku dan kutikula lembut dan tanpa inflamasi.
8) Kaji masalah umum pada kaki dan kuku seperti kalus (pengerasan),
katimumul atau keratosis pada jari di atas tonjolan tulang bentuknya
kerucut, bulat dan naik. Kutil (plantar wart) yaitu luka yang menjamur
pada tumit kaki disebabkan virus papiloma. Infeksi jamur kaki ( tinea
pedes ) biasanya antara jari dan tumit, keadaan melempuh, berair, hal ini
biasanya disebabkan alas kaki yang ketat. Kuku yang tumbuh kedalam.
Bau kaki, hal ini disebabkan keringat berlebih yang meningkatkan
perkembangan mikroorganisme.
c. Perawatan rambut.
Rambut merupakan struktur kulit, rambut sehat terlihat mengkilat, tidak
berminyak dan tidak kering atau tidak mudah patah, kondisi panas dan
malnutrisi akan mengganggu pertumbuhan rambut. Bila rambut kotor dan
tidak dibersihkan bisa menyebabkan ketombe dan sarang kutu.
Rambut klien imobilisasi akan terlihat menjadi kusut, Balutan yang bisa
meninggal darah atau antiseptik bisa membuat rambuy lengket. Klien juga
harus diizinkan bercukur bila kondisi mengizinkan. Pertumbuhan,
distribusi, dan pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan
umum. Perubahan hormonal, stres emosional atau fisik, penuaan, infeksi,
penyakit, dan obat-obatan dapat mempengaruhi perubahan rambut.
Sedangkan cara merawat rambut antara lain, cuci rambut 1-2 kali
seminggu(sesuai keadaan klien), dengan memakai shampo yang cocok,
gunakan sisir besar untuk rambut keriting dan tidak bergigi tajam.
Pengkajian
1) Kaji kondisi rambut dan kulit kepala : rambut normal bersih, bercahaya,
tidak kusut, kulit kepala bebas dari lesi.
2) Mengkaji masalah rambut: ketombe, kutu (pediculosis), kehilangan
rambut, pembotakan (alopesia).
3) Mengkaji kemampuan perawatan diri klien untuk merawat rambut
(kondisi penyakit klien merusak kemampuan klien dalam perawatan
rambut).
4) Praktik perawatan rambut : dengan mengkaji gaya rambut perawat
dapat mengatur pola rambut, produk perawatan, waktu perawatan.
d. Perawatan gigi dan mulut
Mulut merupakan rongga, merupakan sistem pencernaan dan bagian
tambahan sistem pernafasan sehingga tidak bersih dan penuh dengan
bakteri, maka harus dibersihkan. Mulut terdiri dari bibir, gigi, lidah dan
langit-langit. Mukosa mulut normal berwarna merah muda terang dan
basah. Gigi normal terdiri dari tiga bagian, kepala, leher dan akar,
sedangkan sehat tampak putih, halus, bercahaya, dan berjajar rapi.
Higiene mulut : membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi,
gusi dan bibir yang sehat menstimulasi nafsu makan. Sedangkan cara
membersihkannya dengan menyikat gigi sesudah makan dan sebelum
tidur, atau sesuai kebutuhan, dengan menggunakan sikat yang halus dan
bulu banyak. Tanggung jawab perawat pada higiene mulut adalah
pemeliharaan dan pencegahan dengan cara mengajarkan teknik yang
benar, memotivasi, perawat membuat rujukan, memberikan pendidikan
dan membantu membersihan gigi dan mulut.
e. Perawatan mata
Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata
karena secara terus-menerus dibersihkan air mata, dan kelopak mata dan
bulu mata mencegah masuknya partikel asing. Seseorang hanya
membersihkan kotoran mata dapat menempel pada sudut mata dan bulu
mata, sehingga perlu menjaga kebersihan untuk mempertahankan
kesehatan mata dan mencegah infeksi. Klien yang tidak sadar berisiko
cedera mata karena refleks kedipan tidak ada. Klien yang telah mengalami
operasi mata atau infeksi menyebabkan peningkatan pengeluaran atau
drainase. Perawat sering membantu dalam perawatan kacamata, lensa
kontak, atau mata buatan.
f. Perawatan hidung
Hidung memberikan indera penciuman, pemantau temperatur, kelembaban
udara serta mencegah masuknya partikel asing ke dalam sistem
pernafasan. Akumulasi sekresi yang mengeras di dalam nares dapat
merusak sensasi olfaktori dan pernafasan. Iritasi mukosa nasal
menyebabkan pembengkakan, mengarah pada obstruksi nares. Secara
tipikal, perawatan higienis hidung adalah sederhana, tatapi untuk klien
mengunakan nasogastrik, pemberian makan enteral, atau pipa endotrakhea
yang masuk ke dalam membutuhkan perhatian khusus. Hidung terdiri dari
mukosa hidung, maka harus dijaga agar tidak terjadi iritasi.
g. Perawatan telinga
Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran, bila
substansi lilin atau benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, yang
mengganggu konduksi suara. Khususnya pada lansia rentan terkena
masalah ini. Perawat harus sensitif pada isyarat perilaku apapun yang
mengindikasikan kerusakan pendengaran. Telinga harus dibersihkan bila
ada kotoran yang menyumbat telinga, dengan mengeluarkan secara pelan.
Ketika merawat klien yang menggunakan alat bantu pendengaran, perawat
menginstruksikan klien pada pembersihan dan pemeliharaan yang tepat
seperti teknik komunikasi yang meningkatkan pendengaran kata yang
diucapkan.
h. Perawatan Genitalia
Perawatan genetalia untuk mencegah dan mengontrol infeksi, mencegah
kerusakan kulit dan meningkatkan kenyamanan, serta mepertahankan
kebersihan diri. Perawatan dilakukan minimal dua kali sehari, lebih sering
klien dengan infeksi genetalia atau wanita menstruasi (Kasiati &
Rosmalawati, 2016).

F. Pemeriksaan Penunjang Kebutuhan Cairan


Pemeriksaan penunjang bisa berupa pemeriksaan fisik, darah lengkap,
radiologi, terapi.

G. Jurnal Pendukung
Judul : Pengaruh pendidikan kesehatan personal hygiene terhadap
tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat.
Penulis : Liviana, Yulianto dan Hermanto, 2018
Ringkasan : Personal hygiene (kebersihan diri) adalah upaya seseorang
dalam memelihara kebersihan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan
fisik dan psikologis. Peningkatan pemberian informasi kepada
masyarakat mengenai personal hygiene sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya berbagai macam penyakit. Salah satu cara untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit yang disebabkan personal
hygiene, yaitu dengan pemberian pendidikan kesehatan. Personal
hygiene dapat menyebabkan terjadinya penyakit, maka perlu diberikan
upaya-upaya kesehatan masyarakat dalam menjaga hygiene. Salah satu
penyebab dari penularan penyakit adalah kurangnya pengetahuan dan
sikap dalam menjaga personal hygiene. Hasil penelitian disimpulkan
adanya peningkatan sikap masyarakat sebelum dan sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan, yang artinya bahwa ada pengaruh yang bermakna
terhadap pengetahuan masyarakat tentang personal hygiene sebelum
dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Kasiati & Rosmalawati. (2016). Modul: Bahan ajar cetak keperawatan. Kebutuhan
dasar manusia I. PUSDIK SDM Kesehatan. Kemenkers, RI.
Liviana, PH., Yulianto, E., & Hermanto. (2018). Pengaruh pendidikan kesehatan
personal hygiene terhadap tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat.
Jurnal Keperawatan Komprehensif. Vol. 4 No. 1.
Sujarwati, YN. (2017). Asuhan keperawatan gangguan personal hygiene pada
lansia dengan peningkatan kadar asam urat di panti werdha mojopahit
mojekerto tahun 2016. Hospital Majapahit. Vol 9(1).
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian
Kesehatan RI. (2016). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Diakses pada
http://promkes.kemkes.go.id/phbs
Pandowo, H. & Kurniasari, C. (2019). Konsep dasar dan asuhan keperawatan
personal hygiene. Journal of community empowerment. Vol 1(1).
Zakiudin, A. & Shaluhiyah, Z. (2016). Perilaku Kebersihan Diri (Personal
Hygiene) Santri di Pondok Pesantren Wilayah Kabupaten Brebes akan
Terwujud Jika Didukung dengan Ketersediaan Sarana Prasarana. Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia. Vol 11(2).
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 4 No. 1, Januari 2018:1-6

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PERSONAL HYGIENE


TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT
Livana PH 1, Eko Yulianto21, Hermanto3
1,2,3
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Email : Livana.ph@gmail.com

Abstrak

Latar belakang: Personal hygiene (kebersihan diri) adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan
dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis. Peningkatan pemberian informasi kepada
masyarakat mengenai personal hygiene sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya berbagai macam penyakit.
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya penularan penyakit yang disebabkan personal hygiene, yaitu dengan
pemberian pendidikan kesehatan. Metode:Penelitian bertujuan untuk mengetahui “Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Personal Hygiene terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat”, penelitian ini menggunakan
one group pretest-postest design. Sampel berjumlah 34 responden. Hasil uji statistik menggunakan uji paired
sample test. Hasil: hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan Personal Hygiene
terhadap tingkat pengetahuan, didapatkan nilai p sebesar 0,001 (p value< 0,05) dan sikap didapatkan hasil nilai p
0,038 (p value< 0,05) menunjukkan ada pengaruh pendidikan kesehatan Personal Hygiene terhadap tingkat
pengetahuan dan sikap masyarakat sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Diskusi: Hasil penelitian ini
direkomendasikan kepada masyarakat untuk lebih memperhatikan personal hygiene (kebersihan diri) agar
terhindar dari berbagai macam penyakit.

Kata Kunci: pendidikan Kesehatan, Personal hygiene, Pengetahuan dan Sikap.

Abstract

Introduction: Personal hygiene (personal hygiene) is the effort of a person in maintaining his hygiene to obtain
physical and psychological well-being. Increased provision of information to the public about personal hygiene
is needed to prevent the occurrence of various diseases. One way to prevent the occurrence of disease
transmission caused by personal hygiene is by providing health education. The aim of this research is to know
the Influence of Personal Hygiene Health Education to Knowledge and Attitude of Mangunharjo. Method:
research using one group pretest-postest design. The sample was 34 respondents. Statistical test results using
paired sample test test. Result: result of research about knowledge got p value equal to 0,001 (p value <0,05)
and attitude got result p value 0,038 (p value <0,05) show there is influence of health education of Personal
Hygiene to Knowledge Level and Community Attitudes before And after intervention. Discussion: The results of
this study recommended to the public to pay more attention to personal hygiene (hygiene) aagar protected from
various diseases.

Keywords: Health education, Knowledge, Attitude.

1
Pengaruh pendidikan kesehatan personal hygiene (Livana PH)

Pendahuluan penularan penyakit adalah kurangnya


pengetahuan dan sikap dalam menjaga
Personal hygiene (kebersihan diri) adalah personal hygiene.
upaya seseorang dalam memelihara
kebersihan dirinya untuk memperoleh
kesejahteraan fisik dan psikologis. Masalah Metode
personal hygiene memberikan dampak yang
sering timbul pada gangguan fisik seperti penelitian ini menggunakan desain Quasy
karies gigi yang menyebabkan sakit gigi, Eksperimen dengan rancangan One Group
berlubang, kutu rambut, ketombe, dan Pretest-Postest Design yang dilakukan di
gangguan fisik pada kuku. Selain itu, tidak Desa Mangunharjo pada tahun 2017. Sampel
mencuci tangan dengan baik dapat penelitian menggunakan teknik purposive
menyebabkan bisul, jerawat, tifus, jamur, sampling dengan jumlah keseluruhan
cacingan, diare, dan lain-lain. Dampak tidak responden, yaitu 34 responden.
menjaga kebersihan sanitasi lingkungan Pengumpulan data menggunakan kuesioner
tidak hanya berdampak pada fisik tetapi juga yang terdiri atas dua bagian, yaitu kuesioner
berdampak pada psikososial seperti pengetahuan terdiri atas sepuluh pertanyaan
gangguan kebutuhan rasa nyaman, dan dan kuesioner sikap terdiri atas tiga belas
berdampak pada kelestarian lingkungan pertanyaan. Kuesioner tersebut telah diuji
yang tidak baik serta menyebabkan berbagai validitas dan reliabilitasnya dengan teknik
sumber terjadinya penyakit (Edyati, 2014). korelasi pearson Product Moments dengan
Untuk mencegah dan mengatasi nilai masing-masing rhitung>rtabel (α 5%,
permasalahan hygiene maka perlu diberikan n=34) sehingga semua kuesioner dinyatakan
pendidikan kesehatan agar masyarakat valid dan reliabel. Adapun cara
memahami pentingnya hygiene dalam pengumpulan data, yaitu dilakukan
kehidupan sehari-hari. Pendidikan screening kepada responden yang tinggal di
kesehatan merupakan sebuah proses aktif Desa Mangunharjo, kemudian diberikan
dari belajar dan dilakukan oleh salah satu informasi singkat tentang peran serta
orang atau lebih yang mencakup berbagai responden, tujuan dan manfaat penelitian.
aspek seperti kebersihan diri, kebersihan Bagi masyarakat yang bersedia menjadi
rumah, dan sanitasi lingkungan atau responden diminta untuk menandatangani
kebersihan makanan (Aulia, 2014). lembar persetujuan menjadi responden.
Penelitian yang dilakukan Kemudian peneliti melakukan kontrak
Puspitaningrum (2012) menunjukkan hasil waktu dengan responden untuk mengikuti
personal hygiene yang kurang seperti pendidikan kesehatan. Pengambilan data
melakukan sikat gigi sebanyak 33,3%, dilakukan selama dua kali pertemuan pada
mandi menggunakan sabun secara tempat dan waktu yang sudah ditetapkan.
bergantian sebanyak 20,7%, dan mencuci Pada pertemuan pertama peneliti
tangan sebelum makan sebanyak 35,8%. Hal membagikan lembar kuesioner pengumpulan
ini akan menjadi masalah kesehatan dan data pretest. Setelah data pretest terkumpul
menyebabkan berbagai penyakit jika peneliti memberikan pendidikan kesehatan
pengetahuan masyarakat tentang hidup selama 60 menit dengan menggunakan
bersih dan sehat tidak dibenahi sejak awal metode ceramah dan tanya jawab dengan
seperti yang kita ketahui pengetahuan akan media power point dan leaflet. Untuk tahap
mempengaruhi seseorang dalam berperilaku post test, dilakukan pada pertemuan kedua,
hidup bersih dan sehat (Notoadmojo, 2007). yaitu lima hari setelah diberikan pendidikan
Personal hygiene dapat menyebabkan kesehatan tentang sanitasi dan hygiene.
terjadinya penyakit, maka perlu diberikan Kemudian dibagikan lembar kuesioner yang
upaya-upaya kesehatan masyarakat dalam sama kepada seluruh responden. Setelah
menjaga hygiene. Salah satu penyebab dari kuesioner diisi oleh responden, kemudian
dikumpulkan dan diperiksa kembali

2
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 4 No. 1, Januari 2018:1-6

kelengkapannya. Analisis data Jenis Frekuensi Persentase


menggunakan uji statistik paired sampel test Kelamin (%)
Laki- laki 20 58,8
guna mengetahui adanya pengaruh sebelum
Perempuan 14 41,2
dan sesudah diberikan intervensi pada Total 34 100,0
masyarakat dengan nilai (p value 0,05).
jenis kelamin responden mayoritas adalah
Hasil laki-laki sebanyak dua puluh responden
dan perempuan sebanyak empat belas
Karakteristik Responden responden.
Adapun Karakterisitik 34 responden yang
berpartisipasi dalam penelitian dapat dilihat Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penghasilan
pada tabel di bawah ini . Masyarakat ( n=34 )

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Penghasilan Frekuensi Persentase


Pendidikan Masyarakat (n=34) (%)
≤ UMR 21 61,8
Pendidikan Frekuensi Persentase >UMR 13 38,2
(%) Total 34 100,0
SD 17 50,0
SMP 12 35,3 penghasilan masyarakat mayoritas adalah
SMA 5 14,7
Total 34 100,0
≤UMR sebanyak 21 responden dan
>UMR sebanyak 13 responden
tingkat pendidikan responden mayoritas adalah
SD ( 50,0 %) Tabel 6. Pengaruh Sebelum dan Sesudah Pendidikan
Kesehatan terhadap Pengetahuan Masyarakat
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur
Masyarakat (n=34 ) Sesudah
Sebelum penkes P
penkes (% ) (% ) value
Umur Frekuensi Persentase Variabel
(%)
Frekuensi Frekuensi
26-40 tahun 18 52,9
Sikap
41-65 tahun 16 47,2 Baik 21 61,8 29 85,7 0,03
Total 34 100,0 8
Tidak 13 38,2 5 14,7
umur responden mayoritas berumur 26- Baik
40 tahun sebanyak delapan belas Total 34 100, 34 100,
0 0
responden
Tabel 7. Pengaruh Sebelum dan Sesudah Pendidikan
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Kesehatan terhadap Sikap Masyarakat
Masyarakat ( n=34 )

Pekerjaan Frekuensi Persentase Sesuda P


(%) Sebelum
h valu
Bekerja 20 58,8 Varia penkes (% ) (% )
penkes e
Tidak 14 41,2 bel
Frekuen Frekue
bekerja si nsi
Total 34 100,0 Sikap
Baik 21 61,8 29 85,7 0,0
pekerjaan responden mayoritas adalah 38
Tidak 13 38,2 5 14,7
dua puluh responden bekerja dan empat Baik
belas responden tidak bekerja. Total 34 100, 34 100,
0 0
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Masyarakat ( n=34 )

3
Pengaruh pendidikan kesehatan personal hygiene (Livana PH)

Pembahasan yaitu 20 responden (58,8%) dan responden


yang tidak bekerja mencapai 14 responden
Karakteristik Responden (41,2%). Penelitian ini sesuai dengan
Hasil penelitian tentang karakteristik umur pendapat Notoatmodjo (2007), yang
responden di Desa Mangunharjo menyatakan bahwa status pekerjaan
menunjukkan bahwa sebagian besar berpengaruh terhadap pengetahuan
responden berusia 26-40 tahun, yaitu masyarakat dalam pengendalian personal
delapan belas responden (52,9%). Penelitian hygiene karena adanya faktor pengaruh
ini sejalan dengan penelitian Poppy dan lingkungan, pekerjaan juga mendorong
Ranti (2013), tentang hubungan seseorang untuk menentukan pengetahuan
karakteristik, pengetahuan, dan sikap dengan dan sikap yang baik pada masyarakat,
personal hygiene pada anak jalanan di Kota sehingga secara tidak langsung akan
Padang menunjukkan hasil terbanyak umur mempengaruhi kesehatan masyarakat.
26-40 tahun (57,7%). Berdasarkan hasil
penelitian peneliti menyimpulkan bahwa Hasil penelitian tentang pengahsilan
mayoritas karakteristik usia responden responden sebagian besar memiliki
adalah usia 26-40 tahun yang merupakan penghasilan ≤UMR yaitu 21 responden
usia produktif dimana puncak dari kondisi (41,2%) dan responden yang memiliki
fisik yang prima yang tepat dalam penghasilan > UMR sebanyak 13 responden
menganalisa dan menerima informasi (38,2%). Penelitian ini sejalan dengan
terutama dalam personal hygiene. pendapat Anwar dan Dharmayanti (2014)
Hasil penelitian tentang karakteristik jenis menyatakan bahwa suatu keluarga atau
kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat dengan status ekonomi atas
responden berjenis kelamin laki-laki dapat memiliki kemampuan lebih baik
sebanyak 20 responden (58,8%) dan dalam pemenuhan kebutuhannya, termasuk
perempuan sebanyak 14 responden (41,2%). pemeliharan kesehatan, meningkatkan akses
Hal ini di dukung dengan penelitian yang pelayanan kesehatan dan masyarakat yang
dilakukan oleh Alfiasari (2010) tentang berpendidikan lebih tinggi diharapkan
hubungan karakteristik keluarga, peer group, mempunyai informasi dan wawasan yang
karakter (hormat santun dan empati), dan lebih baik temasuk dalam pemecahan
perilaku bullying pada remaja di kota bogor masalah kesehatan.
di dapatkan hasil sebagian besar responden
berjenis kelamin laki-laki. Pengaruh Sebelum dan Sesudah
Pendidikan Kesehatan Personal Hygiene
Hasil penelitian bahwa sebagian besar Terhadap Tingkat Pengetahuan
responden berpendidikan SD sebanyak 17 Masyarakat
responden (50,0%). Penelitian ini sesuai Hasil penelitian menunjukkan sebagian
dengan pendapat Notoatmodjo (2007), yang besar responden mempunyai pengetahuan
menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang lebih baik dari sebelum pendidikan
seseorang akan membantu orang tersebut kesehatan. Hasil uji statistik juga didapatkan
untuk lebih mudah menangkap dan nilai p value = 0,001 (<0,05). Maka dapat
memahami suatu informasi. Semakin rendah disimpulkan adanya peningkatan
pendidikan seseorang maka tingkat pengetahuan masyarakat sebelum dan
pemahaman juga berkurang. Pendidikan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan.
merupakan suatu proses merubah Peningkatan pengetahuan dapat berhasil
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat karena adanya proses belajar yang terjadi
yang baik mengenai personal hygiene. pada diri seseorang. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Widyaningrum dan Wahtini (2015) tentang
pekerjaan responden sebagian besar bekerja pengaruh penyuluhan tentang personal

4
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 4 No. 1, Januari 2018:1-6

hygiene terhadap perilaku personal hygiene sama sekali. Informasi baru yang diterima
saat menstruasi di MTS NEGERI Gubuk oleh masyarakat memberikan landasan
Rubuh Gunungkidul Yogyakarta pengetahuan personal hygiene. Dengan
menyatakan sebelum dan sesudah pengetahuan ini akan membawa masyarakat
penyuluhan ada pengaruhnya didapatkan untuk berpikir. Selama proses berpikir ini
hasil nilai p-value 0,001. Persoalan proses merupakan komponen emosi dan keyakinan
adalah mekanisme atau proses terjadinya ikut bekerja, sehingga masyarakat tersebut
perubahan kemampuan pada diri subjek, berniat untuk melakukan personal hygiene
yaitu perubahan kemampuan dalam secara benar (Yusyaf, 2013). Sesuai dengan
menerapkan konsep materi tentang personal tujuan pendidikan kesehatan menurut WHO,
hygiene yang telah disampaikan oleh yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat
pendidik sedangkan keluaran merupakan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kemampuan baru atau perubahan baru pada kesehatan baik fisik, mental dan sosialnya
diri subjek belajar, yakni merupakan hasil (Mubarak, dkk, 2007). Hasil penelitian
pendidikan kesehatan berupa pengetahuan menunjukkan dengan pengetahuan yang
atau adanya suatau sikap tentang personal baik maka akan menentukan sikap yang
hygiene (Syahrani,2012). mendukung. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi sikap masyarakat yakni
Pengaruh Sebelum dan Sesudah pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pendidikan Kesehatan Personal Hygiene dan pengaruh budaya yang melekat serta
terhadap Sikap Masyarakat persepsi keluarga yang salah tentang
Hasil penelitian menunjukkan responden personal hygiene. Orang lain di sekitar kita
mempunyai sikap yang lebih baik dari merupakan salah satu diantara komponen
sebelum pendidikan kesehatan. Hasil uji yang ikut mempengaruhi sikap. Orang
statistik juga didapatkan nilai p value = penting sebagai referensi (personal
0,038 (p<0,05) maka dapat disimpulkan reference), seperti tenaga kesehatan (dokter,
adanya peningkatan sikap masyarakat perawat, dan lain-lain).
sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan, yang artinya bahwa ada pengaruh Simpulan dan Saran
yang bermakna terhadap pengetahuan
masyarakat tentang personal hygiene Simpulan
sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kesehatan. Penelitian ini sejalan dengan terdapat karakteristik responden sebagian
penelitian yang dilakukan Hartini (2011), besar berumur 26-41 tahun (52,9%),
diperoleh hasil bahwa pada kelompok pendidikan terakhir sebagian besar SD
perlakuan pretest tentang pengetahuan orang (50,0%), bekerja (58,8%), jenis kelamin
tua menunjukkan ada pengaruh pendidikan sebagian besar laki-laki (58,8%), dan
kesehatan orang tua dalam perawatan ISPA penghasilan ≤ UMR (61,8%) dan ada
di rumah Desa Sawahjoho Warungasem pengaruh antara sebelum dan sesudah
Batang dengan nilai p=0,000. Hasil pendidikan kesehatan pada masyarakat Desa
penelitian juga menunjukkan terjadinya Mangunharjo.
peningkatan pengetahuan tentang personal
hygiene. Pengetahuan dijadikan sebagai
Saran
dasar awal pembentukan sikap. Pengetahuan
Penelitian ini telah membuktikan bahwa
merupakan domain yang sangat penting
adanya pengaruh pendidikan kesehatan
dalam pembentukan tindakan seseorang
sebelum dan sesudah terhadap pengetahuan
karena berdasarkan penelitian dan
dan sikap masyarakat untuk lebih
pengalaman ternyata sikap yang didasari
memperhatikan personal hygiene
pengetahuan akan lebih langgeng daripada
(kebersihan diri) agar terhindar dari berbagai
sikap yang tidak didasari oleh pengetahuan
macam penyakit, namun perlu dilakukan

5
Pengaruh pendidikan kesehatan personal hygiene (Livana PH)

kelompok kontrol pada penelitian


selanjutnya.

Daftar Pustaka
Edyati, L. (2014). Pengaruh penyuluhan
kesehatan dengan media video terhadap
pengetahuan dan sikap personal hygiene
siswa SD Negeri 1 Kepek Pengasih
Kulon Progo. Yogyakarta.

Aulia, F.I.(2014). Pengaruh pendidikan


kesehatan tentang personal
hygieneterhadap pengetahuan dan sikap
siswa di SDN Rembes 1 dusun
Watugimbal kecamatan Beringin
kabupaten Semarang. Semarang.

Mubarok, W.I, dkk. (2009). Ilmu keperawatan


komunitas: konsep dan aplikasi. Jakarta :
Salemba Medika.

Mulia, R.M. (2005). Kesehatan lingkungan.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

Nannyk Widyaningrum & Sri Wahtini. (2015).


pengaruh penyuluhan tentang personal
hygiene terhadap perilaku personal
hygiene saat menstruasi di Mts Negeri
Gubuk Rubuh Gunungkidul. Yogyakarta

Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan


perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nurjannah, A., Rakhmawati, W., Nurlita, L.


(2012). Personal hygiene siswa Sekolah
Dasar Negeri Jatinangor. Bandung.

Syahrani, Santoso, & Saryono. (2012).


Pengaruh pendidikan kesehatan tentang
penatalaksanaan ISPA terhadap
pengetahuan dan keterampilan ibu
merawat balita di rumah.

Yusyaf, S. R. (2013). Efektifitas pendidikan


kesehatan menggunakan metode
pendidikan individual terhadap
peningkatan pengetahuan keluarga
tentang demam berdarah dengue. Skripsi
program studi ilmu keperawatan
Universitas Riau.

Anda mungkin juga menyukai