Anda di halaman 1dari 32

Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 1

DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN, INDUSTRI DAN


PENGUSAHAAN HUTAN TERHADAP KOMPONEN BIOLOGI
SERTA UPAYA PENANGGULANGANNYA 1)

Oleh : Sudrajat 2)

I. P E N D A H U L U A N

Suatu ekosistem (Sistem Ekologis) adalah keseluruhan komunitas hayati dan


nir-hayati di daerah tertentu dan diantara unsur-unsur tersebut terjadi hubungan timbal
balik.
Menurut Undang-Undang pengelolaan Lingkungan Hidup RI No. 23 Tahun
1997, dinyatakan bahwa ekosistem merupakan suatu tatanan kesatuan secara utuh dan
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,dan
makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Bagian yang hidup dari lingkungan yakni organisme flora,fauna, dan
mikroorganisme disebut komponen hayati. Bagian lingkungan yang tidak hidup
yang terdiri dari semua benda : tanah; air; udara; serta karya manusia seperti bangunan
tempat tinggal, rumah ibadah, candi monumen, jembatan, kendaraan ; keadaan iklim;
suara, dan lainnya disebut komponen abiotik ( nir-hayati).
Seperti diketahui bahwa antara kehidupan organisme dengan faktor
lingkungan abiotiknya (nir-hayati) melakukan interaksi dan interdependensi.Bentuk
interaksi dan interdependensi tersebut dimanifestasikan secara jelas dalam bentuk
struktur tropik /rantai (jaring-jaring) makanan; keanekaragaman hayati, dan siklus
materi.
1) Materi disampaikan pada In House Training Kursus Singkat Pengenalan AMDAL, Kerjasama
Bapedalda Dati II Kutai dengan PPLH UNMUL, 23 s/d 25 Maret 2000
2) Staf Pengajar FKIP dan Peneliti PPLH Unmul
Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi, mengingat
bahwa didalamnya tercakup organisme dan lingkungan abiotik yang satu terhadap lain

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 2

saling mempengaruhi. Manusia sebagai suatu organisme, merupakan salah satu


anggota dalam organisasi sistem tersebut , dengan demikian merupakan satu mata rantai
dalam jaring-jaring kehidupan. Hubungan timbal balik yang dinamis terjadi pula antara
sesama komponen nir-hayati antara lain dalam bentuk daur biogeokimia yang
merupakan proses utama dalam ekosistem.
Hubungan antara komponen-komponen hayati dan komponen nir-hayati meng-
hasilkan biosistem. Terhadap unit organisasi kehidupan ini kita harus concern untuk
memulai pemecahan persoalan-persoalan masa kini pada tataran regional.

II. KOMPONEN DAN PROSES-PROSES DI DALAM SUATU EKOSISTEM

Komponen-komponen dan proses-proses yang membuat suatu ekosistem


berfungsi sebagai suatu kesatuan dapat dilihat dalam Gambar 1. Dari gambar tersebut
terdapat 3 komponen dasar yakni (1) Komunitas, (2) Aliran energi dan (3) siklus
materi.Ekologi ekosistem menekankan kajiannya terhadap adanya gerakan energi dan
unsur hara (kimia) di antara komponen-komponen biotik ( hayati) dan abiotik ( nir-
hayati) dari ekosistem itu.
Karena ekosistem merupakan tingkat tertinggi dari pengorganisasian
biologi, maka semua konsep ekologi dapat ditata dalam kerangka ekosistem itu.
Komponen-komponen biota dari setiap ekosistem terangkat sebagai rantai energi
(food chain). Misalnya populasi di padang rumput dapat dicirikan oleh hubungan cara
makan menurut dua rantai hara sebagai berikut :

Rumput Hidup Herbivora Karnivora

Pengurai ( Jamur, Bakteri)


Tanda panah putus-putus memperlihatkan bagaimana kedua rantai itu
dipertautkan menjadi satu jaring-jaring hara (food web). Jaring-jaring hara sejati

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 3

biasanya memiliki ratusan jenis yang saling dipertautkan oleh kebiasaan makan.
Istilah-istilah produsen, herbivora, karnivora primer, karnivora sekunder dan
perombak menunjukkan tingkat-tingkat tropik (trophic levels).
Dengan demikian tampak bahwa di dalam suatu ekosistem terjadi aliran energi
dalam bentuk rantai makanan (food chains).Aliran energi itu berlangsung dari satu
organisme ke organisme lain, atau dari satu tingkat makanan ke tingkat makanan yang
lain (trophic level) membentuk rantai energi atau rantai makanan.
Bermula dari energi sinar Matahari yang jatuh ke bumi, oleh tumbuhan hijau
baik tumbuhan berupa pohon raksasa di hutan tropis ataupun oleh tumbuhan berukuran
sangat kecil (fitoplankton) di perairan, energi itu dirubah menjadi energi kimia dalam
bentuk makanan .Kemampuan tumbuhan hijau membuat energi makanan sendiri itu
disebut produktivitas primer. Tumbuhan tersebut disebut sebagai Produsen dimakan
oleh hewan (heterotroph = memakan makanan yang sudah jadi dari organisme lain)
herbivora atau disebut Konsumen I, konsumen I dimakan oleh hewan pemakan
hewan (karnivora) atau Konsumen II. Konsumen II dapat pula dimakan oleh
konsumen III, Konsumen IV dan seterusnya. Baik Produsen, Konsumen I,
Konsumen II, Konsumen III setelah mati akan dimakan oleh jenis Mikroorganisme
berupa Bakteri, Jamur dan Invertebrata tertentu (Dekomposer) dengan menguraikan
makanan tersebut.Dari bentuk substansi organik menjadi Detritus, unsur organik dan
mineral-mineral. Hasil penguraian tersebut dimanfaatkan lagi oleh produsen, sehingga
terjadi daur energi di dalam rantai makanan tersebut.
Urutan rantai makanan : P -----> K I -------> K II -----> K III -------> K
IV ----------> Dekomposer , dapat berubah, karena misalnya K IV tidak hanya
memangsa K III, tetapi juga memakan P atau K lainnya- demikian pula K III
memangsa juga P , sehingga terjadilah Jaring-jaring makanan. Jaring-jaring hara
adalah satuan dasar ekologis ekosistem, sebab di sekitar itulah alih energi dan alih
hara terjadi.Gambar 5. memperlihatkan pola dasar alih energi dan alih hara dalam
ekosistem yang digeneralisasikan. Herbiovora dan karnivora digabungkan menjadi
konsumen (consumers) atau biofag (biophage) yang makan organisme hidup, untuk

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 4

dibedakan dari pengurai (consumers) atau saprofag (saprophage) yang makan bahan
organik mati. Gerakan energi dan gerakan hara mempunyai pola hubungan dengan
lingkungan abiotik dan dengan batas ekosistem yang sangat berbeda. Energi mengalir
di dalam ekosistem, karena diperoleh dari luar seperti energi cahaya dari matahari dan
akhirnya hilang dari ekosistem sebagai panas yang dilepaskan melalui pernapasan
pada semua anggota komunitas.Sebagian hara berputar dalam ekosistem. Tumbuhan
memperoleh hara dari lungkang (pool) lingkungan anorganik dalam atmosfer, air,
tanah, atau endapan di dalam ekosistem. Hara-hara ini lewat di sekitar jaring-jaring
hara dalam bentuk molekul organik, tetapi sebagian besar akhirnya kembali ke
lungkang anorganik dengan hancurnya bahan organik yang mati.Sementara itu bahan
organik dan anorganik dipindahkan dari satu ekosistem ke ekosistem lain dan ekspor
dan impor yang demikian biasanya disejajarkan dengan perpindahan dalam ekosistem.
Rantai makanan dan jaring-jaring makanan itu terdapat di darat maupun di
perairan. Di darat dapat berupa Tanaman ---------> Serangga -------> Burung --------->
Musang ------> Serigala ----->Harimau ; di perairan biasanya berupa fitoplankton ------>
Zooplankton ---------> Ikan kecil ---------> Ikan besar --------> Burung / Linsang/
Mammalia Air (Pesut). Gangguan terhadap salah satu rantai makanan tersebut, akan
merusak ekosistem dan menimbulkan dampak beruntun. Di dalam tubuh organisme
(termasuk manusia), dalam kegiatan kehidupannya (metabolisme tubuhnya), selain
mengumpulkan makanan, juga dengan tidak disengaja mengumpulkan substansi
beracun berupa unsur kimia yang terbawa bersama makanan.Proses pengumpulan
bahan beracun ini di dalam tubuh diberi istilah bioaccumulation (Akumulasi secara
biologis). Dengan demikian pada tingkat rantai atau jaring makanan, terjadi
peningkatan jumlah substansi beracun pada tingkat makanan di ujung rantai, keadaan
ini disebut dengan penggandaan secara biologis (Biological Magnification).Pada
Ikan diduga jumlah unsur kimia yang tergandakan secara biologis mempunyai
konsentrasi sebanyak 10 (100.000) kali sebanyak konsentrasi unsur-unsur kimia
beracun tersebut di perairannya. Dapat dibayangkan jumlah unsur tersebut di dalam

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 5

tubuh orang yang memakan ikan tadi. Demikianlah, terjadinya Kasus Penyakit
Minamata yang terkenal di Negara Jepang itu.
Sebagian besar ekosistem berubah-ubah dari waktu ke waktu, kadang- kadang
sangat cepat. Satu aliran lava gunung berapi yang baru akan segera dihuni oleh
tumbuhan dan binatang dan dapat berkembang menjadi sebuah hutan hujan jika
iklimnya cocok. Perubahan demikian disebut dengan suksesi (succession). Selama
terjadinya suksesi, biota berubah dalam komposisi jenis-jenisnya, dan lingkungan
abiotik termodifikasi oleh interaksi antara faktor fisik serta faktor kimia dan orga-
nisme. Misalnya, batuan menjadi tanah. Selama perubahan ini, tidak dapat dihindarkan
lagi terjadi pula perubahan pola dan besarnya energi serta perubahan alih hara.
Unsur-unsur kimia yang penting bagi kelangsungan kehidupan mengalami daur
di dalam biosfer melalui jalur-jalur tertentu, dari lingkungan ke organisme dan dari
organisme kembali ke lingkungan. Dengan demikian unsur kimia itu dari lingkungan
(udara, air, tanah) memasuki organisme hidup melalui rantai dan jaring makanan dan
kembali ke lingkungan.Ditinjau dari unsur kimia , organisme hidup disusun oleh 6
unsur kimia yang merupakan 95 % dari massa organisme, yaitu C,O,H,N,P,S. Ada 40
unsur kimia lain penyusun organisme hidup antara lain Ca, Mg, K. Aliran dalam
bentuk daur ini disebut dengan Daur Biogeokimia. Karena rantai makanan
merupakan saluran dari aliran energi, maka daur Biogeokimia dan Aliran Energi
merupakan dua proses utama yang terjadi di dalam suatu ekosistem.
Daur Biogeokimia dapat dibadakan atas 3 macam daur, yakni :
a) Daur Gas : C, O, N ;
b) Daur Sedimenter : P dan S ;
c) Daur Hidrologi : Perputaran Air.

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 6

III. TIPE-TIPE EKOSISTEM DI INDONESIA

Bioma Hutan hujan tropis yang merupakan suatu ekosistem yang merupakan
unit komunitas terbesar dan mudah dikenali terdiri atas formasi vegetasi dan hewan
serta organisme lain.Di Indonesia dapat dikenal beberapa bioma, yaitu (a) Hutan
hujan ; (b) hutan musim ; (c) savana dan (d) padang rumput.
Berdasarkan atas sifat-sifat ; bentuk bentangan geografis, habitat dan ciri khas
komunitas penyusunnya , Wirakusumah ( 1976) membedakan tipe-tipe ekosistem
yang ada di Kalimantan Timur dapat dibedakan atas 14 tipe yakni :
1.Ekosistem Danau ;
2.Ekosistem Rawa Kumpai;
3.Ekosistem Hutan Air Tawar;
4.Ekosistem Hutan Kerangas ( heath forest);
5.Ekosistem Batu Kapur;
6.Ekosistem Hutan Dipterocarpacea dataran rendah (dibawah 500m;)
7.Ekosistem Hutan Dipterocarpacea bukit ( 500 - 1000 m);
8.Ekosistem Hutan Dipterocarpacea pegunungan ( di atas 1000 m);
9.Ekosistem Hutan Agathis;
10.Ekosistem Belukar;
11.Ekosistem Alang-alang;
12.Ekosistem Hutan Gambut;
13.Ekosistem Hutan Mangrove dan
14.Ekosistem Litoral dan Pulau-pulau

3.1. Tipe Ekosistem Hutan Tropika Basah Dataran Rendah


Hutan hujan tropis adalah suatu tipe dengan karakteristik tertentu serta
mempunyai ekosistem tersendiri, terdapat pada daerah yang beriklim selalu basah
dengan curah hujan rata-rata bulanan tidak kurang dari 100 mm, merupakan komunitas
kompleks yang umumnya terdiri dari tumbuhan berkayu dengan berbagai ukuran,

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 7

tumbuhan pemanjat dan epifit. Pohon-pohon dalam masyarakat hutan tropis basah
banyak sekali jenisnya dan bervariasi ukurannya .Pohon-pohon besar mempunyai
tinggi antara 46 - 55 m, walapun ada diantaranya yang melebihi 60 m ( Richards, 1964).
Hutan alam di Kalimantan (Timur) termasuk ke dalam formasi hutan tropis
Indo-Malaya yang merupakan salah satu formasi hutan tropis yang terdapat di dunia
(Whitmore, 1975). Hujan yang terjadi terus menerus di sepanjang tahun dan suhu tinggi
di lantai hutan. Kondisi ini menyebabkan pelapukan bahan organik terjadi dengan
cepat yang kemudian diikuti oleh pencucian hara. Produksi serasah sangat tinggi
disertai proses dekomposisi dan penyerapan hara kembali oleh tumbuhan yang cepat.
Karena iklim yang mantap, putaran hara yang tertutup disertai waktu yang cukup
lama, maka dimensi pohon di hutan hujan tropis biasanya tinggi dan besar. Kondisi
pohon di hutan tropis tersebut memberi kesan seolah-olah tingkat kesuburan tanah
yang mendukung hutan ini sangat tinggi (Brotokusumo,1985).
Hutan hujan tropis dataran rendah sangat kaya akan jenis tumbuhan.Dari
20.000 jenis pohon yang ada di kawasan hutan Malayasia yang meliputi kawasan
semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, Philipina sampai Papua Nugini
diantaranya 4.000 jenis terdapat di Pulau Kalimantan.Kawasan hutan Malayasia ini
umumnya didominir oleh jenis-jenis dari suku Dipterocarpaceae, yang menurut
Ashton (1982) terdapat sekitar 380 spesies tersebar di seluruh kawasan dan di-
antaranya 300 spesies terdapat dalam hutan primer di Kalimantan.

3.2.Ekosistem Perairan Tawar


Menurut taksiran Dinas Perikanan lebih kurang 10 % dari wilayah
Kalimantan Timur berupa perairan umum, yaitu sungai-sungai dan rawa seluas lebih
kurang 2.500.323 ha dan Danau 92.937 ha. Yang dimaksud dengan rawa di sini
adalah dataran-dataran rendah sepanjang sungai atau sekitar danau yang kadang-
kadang terkena pelimpahan air dalam musim hujan, waktu pasang dan bahkan pada
waktu-waktu lainnya juga.Luas danau yang tertera merupakan luas maksimum pada
waktu pasang penuh dan berkurang apabila air surut. Sebagian besar perairan umum

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 8

berada di Kabupaten Kutai yang luas sungai dan rawa-rawanya ditaksir 1.582.576
ha dan danaunya 91.120 ha. Data pada tahun 1992, luas perairan umum di Kabupaten
Kutai mencapai 199.407,32 ha dan 48 % diantaranya merupakan perairan danau yang
jumlahnya 76 buah dan tersebar di wilayah DAS Mahakam bagian tengah.Untuk
keperluan perikanan diperkirakan hanya 40 % dari areal perairan umum itu yang
bersifat produktif.
Perairan danau yang luas di Kabupaten Kutai yakni Danau Semayang, Danau
Melintang, Danau Jempang merupakan cekungan aluvial yang cukup luas (Singgih,
dkk, 1992).Keadaan debit airnya berfluktuasi ditentukan oleh musim dan pasang surut
sungai Mahakam, begitu juga dengan kualitas airnya dengan pH 5-6,air berwarna
coklat kekuning-kuningan/cerah.Keadaan pH ini diduga mempengaruhi pergerakan
masuk keluarnya ikan-ikan tertentu dan pesut Mahakam dari Sungai Mahakam ke
Danau Semayang, Danau Melintang dan sebaliknya.
Curah hujan rata-rata di DAS Mahakam ini dari tahun 1987-1991 sebesar 1.879
mm, rata-rata hari hujan 92 hari dengan kondisi iklim termasuk tipe iklim basah dari
Schmidt dan Ferguson.Pada saat musim kemarau sebagian rawa menjadi kering dan
danau-danau menjadi dangkal, bahkan pada puncak musim kemarau kedalaman
danau hanya mencapai 0.5-1.0 m, sebagian besar Danau mengalami kekeringan,
hanya tersisa alur-alur air di tengahnya.
Jenis fauna yang menggunakan ekosistem danau sebagai habitatnya adalah
terutama pesut Mahakam, burung dan beberapa jenis ikan (4 jenis dari familia
Anabantidae; 2 Ophiocephaloidei; 3 Ariidae; 1 Bagridae, 2 Pangasidae; 2 Clariidae;
Mastacembelidae; 10 Cyprinidae; 1 siluridae;1 Bagridae dan 1 jenis dari Scorpaenidae)
(Anonim, 1993).
Stratifikasi Danau di daerah ini dibedakan atas epilimnion; lapisan metali-
mnion dan hipolimnion.Di daerah ini dapat jelas adanya mintakat litoral, mintakat
limnetik dan mintakat profundal. Mintakat litoral adalah wilayah berair dangkal
dimana penetrasi cahaya dapat mencapai dasar perairan. Cirikhasnya adalah ter-
dapatnya vegetasi berakar di danau-danau alam. Mintakat limnetik adalah wilayah

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 9

perairan yang terbuka (tidak dibatasi tepian danau) dari permukaan air sampai
kedalaman konpensasi, yaitu kedalaman dimana intensitas cahaya mencapai nilai
dimana fotosintesis seimbang dengan respirasi.Pada umumnya nilai ini sama dengan
1 % intensitas cahaya matahari yang mencapai permukaan air. Komunitas jasad di sini
terdiri plankton, nekton dan kadang-kadang nueston.Sedangkan mintakat profundal
merupakan dasar perairan yang lapisan air di atasnya tidak lagi mengalami penetrasi
cahaya matahari yang efektif, sehingga pada daerah ini sangat terbatas kehidupan.Hasil
produksi perikanan dari perairan Danau, Sungai dan rawa yang luasnya 104.707 ha,
pada waktu musim hujan dan ditambah pula dengan + 500.000 ha daerah banjir
diperkirakan mampu menghasilkan ikan sebanyak 20.000 - 35.000 ton per tahun dengan
taksiran pendapatan dari daerah ini mencapai lebih dari 4 milyar rupiah per tahun
(TAD, 1987). Fauna yang terdapat di perairan umum yang terpenting ialah jenis-jenis
ikan, kura-kura air tawar, ular air/besisi, ikan hias dan pesut (Orcaella brevirostris).
Jenis-jenis ikan Kalimantan Timur telah lama menjadi sumber ekonomi yang
penting bagi rakyat. Selain dikonsumsi di Kalimantan Timur sendiri dipasarkan juga
diekspor ke luar negeri. Jenis-jenis ikan ekonomis penting tersebut berupa udang
(antara lain udang galah atau Macrobrachium sp.), patin ( Helicophagus typus), gabus
(Ophiocephalus striatus), repang (Puntius javanicus), baung (Macrones nemurus),
kendia (Thynichthys vailanti), jelawat (Leptobarbus hoeveni), sepat siam
(Trichogaster pectoralis), biawan (Helostoma teminci), dll Jenis-jenis ikan hias belum
banyak diteliti di Kalimantan Timur. Akan tetapi dari pengamatan-pengamatan serta
referensi yang ada diketahui bahwa Kalimantan Timur mengandung potensi jenis-
jenis ikan hias air tawar. Jenis-jenis ikan hias ini terdapat di perairan sungai Muara
Kaman sampai Muara Ancalong serta di daerah Hulu Mahakam yang terdapat banyak
riamnya Jenis-jenis buaya terdapat pada perairan sungai banyak ditemukan di rawa-
rawa, akan tetapi juga sering ditemukan di muara-muara sungai. Juga penelitian
tentang buaya di Kalimantan Timur belum banyak dilakukan.Jenis-jenis buaya
yang ada ialah buaya hitam dan buaya kuning.

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 10

Beberapa puluh tahun yang lalu banyak sekali ditemukan, namun saat ini sudah
jarang bahkan sangat sukar sekali ditemukan.Hal ini akibat perburuan terhadap buaya
ini meningkat untuk diekspor kulitnya. Jenis kura-kura air tawar yang dikenal
masyarakat terdapat di sungai-sungai Kecamatan Pasir Belengkong, Kabupaten
Pasir dan Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai untuk diambil telurnya.

3.3. Ekosistem Laut


Ekosistem laut merupakan lingkungan hidup manusia yang terluas.Kepulauan
Indonesia memiliki ribuan pulau besar dan kecil dengan garis pantai yang sangat
panjang, salah satu yang terpanjang di dunia (81.000 km) setelah garis pantai
Kanada. Laut merupakan cadangan terbesar untuk bahan-bahan mineral, energi dan
bahan makanan.Persediaan Mn di laut dikatakan lebih kurang 1000 kali dibandingkan
dengan persediaan di darat, selain itu masih banyak bahan-bahan mineral yang
terdapat dalam air laut, termasuk minyak bumi.
Pada dasarnya perairan laut Indonesia terdiri atas dua paparan benua yang
dangkal (Sunda dan Sahul) yang dipisahkan oleh laut dan selat-selat yang
dalam.Suhu lapisan permukaan berkisar antara 26 - 30 C , dengan kadar garam 27- 33
ppt. Secara horizontal laut biasanya dibagi menjadi dua bagian utama, yakni neritik
(perairan pantai) dan Oseanik ( laut terbuka), dengan batas biasanya sampai ke
dalaman 200 m. Secara vertikal, dibedakan atas Supra littoral ; littoral;
Sublittoral; Bathial; Abissal dan Hadal.
Daerah laut yang produktif adalah daerah yang dalamnya maksimal 200 m
dpl. Di sini endapan mineral oleh gerakan air laut dapat naik lagi ke permukaan
dan kemudian dipergunakan oleh fitoplankton untuk membentuk jaring-jaring
kehidupan.Meskipun perairan pantai (neritik) hanya meliputi kira-kira 10 % dari
perairan laut, tetapi produksi perikannya lebih dari 90 % dari total produksi.Laut
merupakan satu-satunya sumber protein yang sempurna susunannya, karena
ikan/hewan laut memiliki hampir 20 jenis asam amino. Bandingkan protein dari
tumbuhan / hewan darat hanya mengandung maksimal 10 jenis asam amino.

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 11

Selain sebagai cadangan sumber bahan-bahan mineral,energi dan makanan laut


merupakan pula daerah sumber kehidupan banyak burung yang sangat berguna untuk
pertanian (pembentukan pupuk guano oleh burung laut), daerah-daerah rekreasi.
Di perairan Indonesia juga terdapat berbagai keunikan komunitas hayati tropis
yang khas dan berada di ekosistem laut, yakni Terumbu karang (coral reeffs), Hutan
bakau (Mangrove), Rumput laut (Sea-grass).Komunitas-komunitas tersebut biasanya
berkembang di perairan pantai dan mempunyai fungsi penting yang bermacam-
macam, antara lain ; sebagai pelindung pantai untuk tempat berpijah,tumbuh, mencari
makan dan perlindungan bagi banyak jenis-jenis ikan yang berpotensi ekonomi. Oleh
karena itu mutlak perlu agar sebagian komunitas-komunitas itu dilindungi.

3.4.Ekosistem-ekosistem Pesisir/Pantai
Wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan ( interface) antara darat dan laut;
ke arah darat, ditentukan sebagai wilayah daratan yang tergenang ataupun tidak
tergenang yang dipengaruhi oleh proses-proses kelautan seperti pasang, angin laut, dan
intrusi garam ; ke arah laut, ditentukan sebagai wilayah laut yang dipengaruhi oleh
proses-proses alami daratan (land base) seperti sedimentasi, masuknya air tawar,
dan kegiatan-kegiatan manusia seperti pencemaran dan penebangan hutan
(Kosoebiono,dkk,1982 dalam Dahuri dan Lestari, 1993).
Secara khas wilayah pesisir merupakan sebuah tempat dari beberapa
ekosistem, yang keberadaanya tidak terisolasi antar satu dengan yang lainnya
melainkan merupakan satu matarantai. Hal ini disebabkan oleh adanya aliran energi
dan aliran makanan diantara ekosistem-ekosistem tersebut, ketergantungan fisik,
persamaan dalam toleransi fisik antara satu sistem dengan yang lainnya serta ter-
dapatnya organisme-organisme yang mendiami satu ekosistem akan tetapi
menghabiskan sebagian daur hidupnya pada ekosistem yang lain (Burbridge dan
Maragos, 1985). Contoh seperangkat ekosistem yang saling berhubungan di wilayah
pesisir negara-negara tropis adalah mata rantai antara hutan mangrove, padang lamun,
serta terumbu karang. Terdapat lima jenis interaksi utama antar ketiga ekosistem

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 12

yang kompleks ini, yaitu : faktor fisika, aliran makanan dan bahan organik terlarut
(dissolve organic matter), aliran partikel bahan organik (particulate organic matter),
migrasi hewan serta adanya akibat dari kegiatan manusia (Ogden dan Gladfelter,
1983).
Perpindahan materi dan energi di antara ekosistem-ekosistem di dalam
wilayah pesisir ini baik antara wilayah pesisir dengan sistem lahan atas ataupun
dengan sistem lepas pantai hampir keseluruhannya melalui perairan. Selain itu juga
dipergunakan di dalam setiap kegiatan ekonomi, budidaya pertanian, budidaya
perikanan, pengangkutan, rekreasi dan turisme, serta sebagai tempat pembuangan
limbah.Jadi perairan dapat dipertimbangkan sebagai suatu sistem kekuatan terpadu
yang besar bagi wilayah pesisir (Clarck, 1985).

a. Ekosistem Hutan Mangrove


Ekosistem ini merupakan ekosistem hutan yang toleran terhadap salinitas air
dan terdapat di wilayah pasang surut di daerah tropis dan sub tropis.Di Asia Tenggara
tercatat 30 jenis dengan variasi florestik yang erat kaitannya dengan variasi habitat
satu ke habitat lainnya.Di Kalimantan Timur, luas hutan Mangrove diperkirakan
562.000 ha (Wirakusumah, 1978) dan menyebar dari pantai Timur bagian utara samai
selatan.9 (Estuaria S.Adang, S.Mahakam, S.Berau, S.Bulongan dan S. Sesayap dan
estuari sungai-sungai kecil). Dari arah laut, vegetasi di daerah ini dapat dibagi
menjadi tiga zona yakni zona pertumbuhan (yang ditumbuhi oleh aneka ragam jenis
bakau-bakauan), zona mantap (yang didominasi oleh pohon-pohon nipah ), dan zona
yang lebih banyak dipengaruhi oleh air tawar.
Di bagian terdepan yang terbuka, spesies Sonneratia caseolaris membentuk
tegakan yang rendah kerapatannya.Avicenia officenalis yang berbentuk pohon
sampai setinggi 20 meter membentuk tegakan yang makin ke belakang makin rapat
sampai jarak tertentu.Makin ke belakang, kemudian berasosiasi dengan Bruguera dan
Rhizopora dan Alqiceras yang berbentuk semak.Pada tanah yang telah stabil di tempat
terbuka ini dijumpai Acrostichum aureum Ldan Acanthus ilicofolius L.Makin ke arah

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 13

hulu kemudian dihuni Rhizopora mucronata yang memiliki volume kayu komersil
tertinggi di bandingkan dengan Bruguera parvifolia dan Bruguera sexagulata. Pada
dataran lumpur yang kosong di pelopori oleh Sonneratia, kemudian diikuti tegakan
Avicenia yang makin jauh ke dalam makin padat sampai pada jarak tertentu menipis
lagi dan mulai bercampur dengan Acrostichum. Di belakangnya baru terdapat nipah
atau spesies lain.

IV. DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP


KOMPONEN LINGKUNGAN HAYATI

4.1.Dimensi Ekologis
Setiap ekosistem alamiah memiliki empat fungsi pokok bagi kehidupan manusia
adalah :
(1) jasa-jasa pendukung kehidupan,
(2) jasa-jasa kenyamanan,
(3) penyedia sumberdaya alam, dan
(4) penerima limbah ( Ortoland, 1984).

Jasa-jasa pendukung (life support services) mencakup berbagai hal yang


diperlukan bagi eksistensi kehidupan manusia, seperti udara dan air bersih serta ruang
untuk mendukung segenap kegiatan manusia. Jasa-jasa kenyamanan (amenity services)
yang disediakan oleh ekosistem alamiah adalah berupa suatu lokasi beserta atributnya
yang indah dan menyejukkan yang dapat dijadikan tempat berekreasi serta
pemulihan kedamaian jiwa. Ekosistem alamiah juga menyediakan sumberdaya alam
yang dapat dikonsumsi langsung atau secara sebagai masukan dalam proses
produksi.Sedangkan fungsi penerima limbah dari suatu ekosistem adalah kemam-
puannya dalam menyerap limbah dari kegiatan manusia, sehingga menjadi suatu
kondisi yang aman.

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 14

Dari keempat fungsi ekosistem alamiah tersebut, dapatlah dimengerti bahwa


kemampuan dua fungsi yang pertama sangat bergantung pada dua fungsi yang
terakhir. Ini berarti bahwa jika kemampuan dua fungsi terakhir dari suatu ekosistem
alamiah tidak dirusak oleh kegiatan manusia, maka fungsi sebagai pendukung
kehidupan dan penyedia jasa-jasa kenyamanan dapat diharapkan tetap utuh.

4.2. DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP FLORA DAN FAUNA


Disamping dampak positif atau yang disebut dengan manfaat pembangunan,
disisi lain timbul dampak negatif (atau yang disebut dengan efek samping pem-
bangunan) yakni timbulnya pencemaran lingkungan, atau timbulnya kerusakan
lingkungan yang dapat menyebabkan turunnya kualitas lingkungan, resistensi hama dan
vektor, punahnya beberapa flora dan fauna, gangguan terhadap kesehatan manusia dan
lain sebagainya.
Gangguan lingkungan sebagai akibat adanya aktivitas manusia akhir-akhir ini
telah mendapat perhatian yang serius bukan saja terhadap kesehatan manusia, tetapi
juga terhadap komponen-komponen biologi lainnya. Hal ini nampak juga di Indonesia
dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang kemudian diperbaiki pada Undang-Undang
Pengelolaan Lingkungan Hidup No.23 Tahun 1997. Demikian juga telah ditetapkan
jenis-jenis flora dan fauna yang dilindungi oleh Undang-Undang. Lingkungan hayati
sangat penting bagi kehidupan kita, karena sulit dipisahkan dengan kegiatan manusia.
Adanya gangguan terhadap komponen lain di dalam sistem ekologi akhirnya akan
merugikan manusia sebagai bagian dari sistem ekologi tersebut.
Berikut beberapa contoh Dampak Kegiatan Pembangunan Terhadap beberapa
Komponen Hayati.

4.2.1. DAMPAK PEMBANGUNAN DI BIDANG PERTANIAN


Dengan berkembangnya kemajuan teknologi menyebabkan kemajuan yang
sangat pesat dalam bidang pertanian. Dalam menyelenggarakan Panca Usaha Tani

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 15

dilaksanakan usaha pemberantasan hama secara intensif dengan menggunakan pestisida.


Penggunaan pestisida tersebut tidak terbatas pada padi-padian tetapi juga sayur-sayuran
serta tanaman buah-buahan. Keadaan ini cukup menggembirakan karena petani telah
maju selangkah dalam penggunaan teknologi baru. Pemakaian pestisida setiap tahun
terus meningkat, terbukti makin banyaknya jenis-jenis pestisida yang digunakan petani.
Diperkirakan lebih dari 286 jenis pestisida telah beredar di Indonesia. Pertambahan
penggunaan pestisida masih dimungkinkan meningkat terus selaras dengan
perkembangan usaha pertanian dan permintaan masyarakat. Ada kecenderungan petani
untuk memperbanyak dosis pemakaian pestisida, terutama saat menjelang panen.
Akibatnya adalah tingginya nilai residu pestisida yang terdapat pada tanaman, air,
hewan, tanah serta komponen lingkungan lainnya yang terkontaminasi oleh pestisida
secara langsung ataupun tidak langsung.
Penyebaran pestisida di lingkungan dapat secara fisik misalnya melalui arus air
dan angin serta secara biologis misalnya oleh serangga penyerbuk dan melalui
organisme yang masuk kedalam rantai makanan dalam ssuatu ekosistem. Sumber
pencemaran pesti-sida disebabkan selain adanya deposit pestisida yang dipergunakan
dalam sektor pertanian dan pemberantasan vektor penyakit dari bidang kesehatan
masyarakat, juga oleh sumber lain yaitu peng- gunaan pestisida oleh perorangan, limbah
industri, tumpukan-tumpukan yang terjadi pada waktu pengangkutan, penyimpanan dan
penjualan.
Nilai ekologi pestisida sangat mempengaruhi oleh panjang waktu yang
diperlukan untuk menjadi senyawa kimia yang tidak aktif.
Setiap jenis pestisida mempunyai waktu paruh (half life) tertentu. Pestisida yang
tergolong dalam organoklorin merupakan pestisida yang resisten ada yang masih aktif
walaupun telah berusia 20 tahun. Yang termasuk dalam organoklorin adalah dieldrin,
aldrin, toxaphene, endrin, DDT dan lain-lain. Pestisida ini juga dapat terakumulasi, dan
bersifat kumulatif.
Pestisida organophospor memerlukan waktu yang pendek jika dibandingkan
pestisida organoklorin (atrzine bertahan sampai 18 minggu). Dari hasil penelitian

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 16

menunjukan bahwa sapi yang makan rumput yang terkontaminasi pestisida diel drin
setelah 100 hari susu sapi tersebut tercemar oleh pestisida tersebut. Pestisida dapat
menimbulkan pengaruh sampingan terhadap lingkungan antara lain :
- Tumbuhnya resistensi hama.
- Musnahnya predator hama.
- Hilangnya organisme yang bermanfaat.
- Kepunahan sumber daya nutfah.
- Peledakan kembali hama.
- Peledakan hama sekunder, dan yang lain-lain.

Telah diketahui bahwa pestisida disamping menguntungkan tetapi juga


menimbulkan kerugian bagi manusia sendiri. Untuk menekan serendah-rendahnya
akibat yang merugikan dan penggunaan pestisida maka harus terus menerus dilakukan
usaha antara lain dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara
yang tepat dan benar dalam menggunakan pestisida dan pengawasan peredaran dan
penyimpanan jenis pestisida terutama jenis organoklorin.

4.2.2. DAMPAK PEMBANGUNAN DI BIDANG KEHUTANAN/HPHTI DAN


PERTAMBANGAN TERHADAP KOMPONEN HAYATI

Hutan adalah merupakan suatu bentuk ekosistem yang komplek karena


didalamnya terdapat komponen ekosistem tersebut, seperti flora, fauna, mikro-
organisme, iklim dan tanah. Jika suatu ekosistem hutan diubah atau ditebang,
seyogyanya kita terlebih dahulu harus mengetahui secara seksama mengenai sudut-
sudut kerawanan atau kesensitifan dari ekosistem yang bersangkutan. Dengan demikian
kegiatan pembangunan dapat diharapkan dapat memperhatikan elastisitas daya dukung
dari suatu sistem ekologi.

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 17

4.2.2.1.Tekanan Terhadap Ekosistem Hutan Dataran Rendah


World Resources 1992-1993 menyebutkan, degradasi tanah di Bumi
diperkirakan telah mencapai 1,2 milyar ha, terbesar di Asia ( 435 juta ha) dan Afrika
(321 juta ha). Sebagian besar disebabkan erosi akibat air dan angin yang dihasilkan
aktivitas pertanian, penebangan hutan (deforestasi) dan pengumpulan kayu
bakar.Proses kehancuran hutan masih terus berjalan seirama dengan perkembangan
IPTEK dan waktu.Hingga hari ini hanya mungkin hutan-hutan di Irian Jaya yang belum
menderita kerusakan seperti di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi,karena adanya
kendala geografi yang cukup sulit.
Di Indonesia, sejak diundangkannya peraturan yang meberi peluang masuknya
modal asing dan modal dalam negeri dalam kegiatan bidang kehutanan, maka
pengusahaan hutan semakin meningkat.Hal ini disamping memberi devisa yang
cukup besar bagi negara, di lain pihak eksploitasi yang tanpa mengindahkan prinsif-
prinsif kelestarian akan menyebabkan kerawanan ekosistem hutan
tersebut.Penebangan terhadap jenis-jenis dari suku Dipterocarpacea seperti meranti
(Shorea sp) dan kapur ( Dryobalanops) yang saat ini telah sangat menipis potensinya,
telah pula meluas hampir kesemua jenis yang berdiameter 50 Cm.Hal ini merupakan
salah satu ancaman yang serius terhadap kelestarian jenis-jenis asli Kalimantan, bila
kegiatan konservasi jenis melalui reboisasi, pemeliharaan tegakan tinggal dan
pencegahan tidak lebih ditinggalkan ( Brotokusumo,1990).
Pertambangan terhadap sumber daya alam nir-hayati antara lain minyak
bumi, batu bara, emas, perak, besi,dan sebagainya juga merupakan sumber
kerawanan terhadap kelangsungan hidup Hutan tropis dataran rendah.Tidak
diingkari eksploitasi terhadap SDA nir-hayati tersebut akan meningkatkan devisa
negara. Teknik penambangan dengan open mining yang relatif luas, sudah pasti
memusnahkan hutan yang berada di atasnya serta merubah pula bentang alam yang
asli.Pada areal bekas penambangan, dimana hanya tinggal lapisan batuan induk,
pemulihan alami vegetasi tentu saja sangat sulit dan lama .Disamping itu merusak
areal berbagai spesies pohon sebagai sumber plasma nuftah mengakibatkan pula

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 18

kawasan tersebut tidak dapat kembali ke aslinya. Aktivitas pertanian di hutan


Dipterocarpacea dataran rendah, hutan mangrove, hutan rawa dan rawa gambut yang
ada di kawasan wilayah pantai merupakan wilayah yang mendapat tekanan
penduduk yang sangat kuat, dibandingkan dengan wilayah tengah dan hulu.Hal
ini disebabkan adanya konsentrasi penduduk di daerah tersebut, dengan demikian
wilayah hutan yang dekat dengan pusat penyebaran penduduk akan cepat terkikis oleh
petani urban maupun oleh penduduk kota non petani yang membuka hutan dengan
motivasi pengusahaan hutan.
Perladangan berpindah, suatu sistem perladangan tradisional dan telah banyak
ditiru oleh pendatang justru memberi dampak terhadap hutan. Menurut Kartawinata,.
et al (1981), perladangan berpindah telah mengakibatkan 400.000 ha tanah menjadi
formasi alang-alang dan + 2.4 Juta ha hutan sekunder. Data pada tahun 1993, belum
dapat dihimpun dan diduga setelah 12 tahun kemudian akan bertambah menjadi lebih
luas.Perladangan berpindah menurut Agung (1988), telah menyebabkan hilangnya
20 m kayu komersial dan 66.57 m kayu non komersial per ha.
Jenis-jenis kehidupan tumbuhan dan hewan, serangga, cendawan, serta
bakteri yang begitu kaya di hutan hujan belantara ini amat banyak macamnya, dan
merupakan hasil perkembangan hutan tersebut paling tidak minimal seratus juta tahun
yang lalu. Interpretasi yang menganggap bahwa tanah di hutan hujan tropis dataran
rendah sangat subur adalah tidak benar. Lapisan tanah subur di top soil adalah tipis.
Jika hutan ditebangi dan dibuka, maka lapisan tanah yang subur dan tipis ini segera
dihanyutkan oleh hujan.Dengan demikian yang tumbuh adalah semak belukar.
Pada tahun 1986 dilaporkan di seluruh Indonesia terdapat 43 juta ha lahan yang
rusak dan tidak produktif, 23 juta ha adalah semak belukar dan 20 juta yang ditum-
buhi alang-alang.Jumlah lahan yang rusak tiap tahun bertambah besar akibat
penebangan-penebangan di lokasi yang seharusnya dipelihara untuk terus berfungsi dan
akhirnya menjadi lahan tadah hujan.

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 19

Beberapa tipe ekosistem hutan dan bentuk kerawanannya


a. Hutan Hujan Tropika
Pada susunan tegakan hutan dapat dilihat adanya sifat struktur hutan berupa
keanekara-gaman, kerapatan, sebaran jenis dan komposisi serta sifat fungsional hutan
yakni untuk siklus hara, fiksasi energi, siklus air dan stabilitas. Lahan hutan umumnya
memiliki kesuburan tanah yang relatif rendah, pH rendah, kadar silika, aluminium dan
besi yang tinggi sehingga posphor tersedia dalam tanah menjadi sangat rendah. Kondisi
ini diperburuk oleh adanya curah hujan yang tinggi dan merata sepanjang tahun,
sehingga meningkatkan kerawanan pencucian dan erosi.
Jika hutan itu dibalak atau terbakar , maka hutan menjadi terbuka dan kondisi
ini akan mengakibatkan rendahnya kesuburan tanah dan biasanya ketersediaan hara
hanya ada di bagian atas saja. Hal ini akan memacuk erosi akibat hutan terbuka dan
menyebabkan struktur vegetasinya mudah berubah menjadi jenis-jenis pioneer yang
tidak menuntut persyaratan tumbuh tinggi.

b. Hutan Rawa Gambut


Gambut yang kondisinya asam hingga sangat asam (pH < 4,0) merupakan faktor
pembatas bagi pertumbuhan jenis-jenis. Hanya beberapa jenis saja yang mampu
tumbuh antara lain : Diospuros, Plaquium dan Parastemon. Karena tanah gambut
banyak mengandung serasah, maka daerah ini sangat rawan terhadap kebakaran.
Apabila terjadi kebakaran di suatu tempat akan cepat meluas ketempat lainnya.

c. Hutan Kerangas
Hutan kerangas terdapat di daerah bertanah podsol dari bahan induk silika bertekstur
kasar yang sangat asam dan mempunyai drainase kurang bagus. Jenis-jenis
penyusun antara lain Tristania obovata, Agathis dammara dan borneensis.Karena
kondisi habitat tempat tumbuhnya yang spesifik dengan keanekaragaman jenis yang
relatif rendah, maka hutan kerangas sangat rawan terhadap penebangan dan
kebakaran. Penebangan hutan kerangas lebih banyak memberikan kerugian

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 20

dibanding keuntungan. Untuk membuat hutan baru sangat sulit, biasanya cenderung
menjadi padang alang-alang.

c. Hutan Pantai Pasir dan Karang


Pantai berpasir dan berkarang merupakan habitat berbagai jenis tanaman perdu antara
lain komunitas rerumputan, terna dan tumbuhan menjalar, seperti Ichenum muticum,
Widelia biflora, Ipomoea pescaprae dan Cyperus pedunculatus. Pada tempat-tempat
tertentu terdapat jenis Pandan. Komunitas terna ini berkembang menjadi komunitas
jenis perdu dan pohon pioneer seperti Casuarina equisetifolia. Pada pantai yang
tidak berpasir karena abrasi, tidak terdapat komunitas Pascaprae, hanya komunitas
Barringtonia sangat rawan terhadap terjadinya proses abrasi pantai yang dapat
menghambat proses terjadinya hutan secara lengkap.

d. Hutan Pegunungan
Hutan yang berada dipegunungan terdiri dari jenis yang secara genetis dan
lingkungan, mampu tumbuh dengan suhu rendah, intensitas cahaya rendah dan
sebaliknya kelembaban tinggi. Jenis-jenis yang spesifik antara lain Agathis
loranthifolia, dan Pinus merkusii yang dapat mengakibatkan lapangan tumbuh
menjadi sangat masam. Hutan ini sangat rawan terhadap pengaruh angin, erosi dan
tanah longsor. Hutan pegunungan yang terdiri atas jenis campuran biasanya akan
lebih baik jika dibandingkan dengan satu jenis. Hutan dengan banyak jenis,
mempunyai fungsi konservasi terhadap tanah, air yang lebih baik, disamping tingkat
kerawanannya rendah.

f. Hutang Mangrove
Hutan mangrove terbentuk oleh karena keadaan tempat tumbuh, berupa pantai
berkadar garam tertentu dan berlumpur. Perairan di pantai yang sifat airnya payau
ini diketemukan jenis yang jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan jenis
hutan daratan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaannya adalah :

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 21

a. Perubahan kadar garam tertentu, sebagai akibat curah hujan yang membawa
lumpur dan merubah muara (estuari).
b. Adanya gangguan dari berbagai jenis benthos, dengan demi- kian dapatlah
dikatakan bahwa faktor yang dapat mendorong terjadinya kerawanan perubahan
pH air, kandungan NaCl sedimen dan pencemaran air.

4.2.2.Tekanan Terhadap Ekosistem Sungau dan Danau


Ekosistem perairan umum merupakan sumber kehidupan masyarakat sekitarnya
dengan memanfaatkannya untuk menangkap ikan, untuk air rumah tangga, industri,
pertanian dan sarana perhubungan.Seperti halnya dengan ekosistem pesisir,
ekosistem perairan umum juga mengalami nasib yang sama.Saat ini ekosistem ini telah
mendapat tekanan penduduk yang sangat besar sehingga baik kualitas maupun
kualitas ekosistem tersebut cenderung menurun. Hal ini terutama disebabkan oleh
masuknya berbagai bahan pencemar yang berasal dari berbagai aktivitas manusia
seperti HPH,Pertambangan, Perladangan di sekitar DAS dan Transportasi. Indikasi
ini terutama ditandai dengan semakin dangkalnya perairan, berkembang pesatnya
gulma air di danau, menurunnya produktivitas tangkapan ikan dari tahun ke tahun
dan semakin ekslusifnya mobilitas beberapa hewan endemik ( misalnya kehidupan
pesut).

Dampaknya Terhadap Flora :


Secara umum kegiatan pembalakan hutan meliputi kegiatn /tahapan antara
laian pembukaan wilayah hutan, seperti penataan batas, pembuatan jalan angkutan,
jalan sarad, tempat pengumpulan sementara, penebangan, penyeradan dan lain
sebagainya yang merupakan sumber dampak. Dalam proses penebangan kerusakan
tanaman terjadi karena kerobohan pohon, akibat dari penebangan dan atau
penyeradan oleh kendaraan berat. Banyak pohon yang bukan sararan roboh dan
melebihi banyaknya pohon yang ditebang, dari berbagai tingkat pertumbuhan.
Dampak lanjutan dapat menimbulkan erosi gen. Pohon induk tidak mampu

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 22

bertahan hidup dengan baik untuk menghasilkan keturunan (buah), dengan


demikian proses regerasi akan terputus. Perkembangan hutan tidak dapat
mengembalikan sifat hutan semula. Keanekaragaman hayati menurun, terutama
pada tempat dimana kegiatan berlangsung, yang mungkin merupakan konsekuensi
jangka panjang sangat merugikan. Kerusakan DAS akan menimbulkan banjir dan
pencemaran. Di hilir ikan-ikan yang baru menetas hilang dan menurunnya
kemampuan penyangga dari hutan mangrove, serta hilangnya daya serap organisme
rawa gambut. Habitat fauna gilirannya akan hilang begitu saja, sehingga yang
tadinya hewan-hewan liar familiar berkeliaran. Pada habitatnya tidak terlihat lagi,
yang tahan terhadap lingkungan baru akan tetap tinggal, sedangkan yang lain akan
lenyap secara pelan-pelan. Berkurangnya hutan akan meningkatkan kandungan
CO2 di udara, yang timbul terutama dari pembakaran bahan bakar fossil, ditambah
lagi dengan pembakaran hutan, yang akhirnya dapat meningkatkan suhu di atmosfir
sebagaimana halnya dengan efek rumah kaca.
Berkurangnya permukaan transpirasi dan payung tajuk hutan, dapat
menyebabkan kenaikan suhu, yang selanjutnya dapat mengganggu ekosistem, bahkan
dapat meningkatkan frekuensi kebakaran hutan. Jenis-jenis yang terdapat di lahan
basah akan menghadapi ancaman yang sama dengan lahan/hutan kering, dengan
kehilangan habitat alami. Hal ini terjadi karena perubahan penggunaan lahan dan
penurunan keanekaragaman karena kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
pemungutan sumber daya yang berlebihan.

Dampak Terhadap Fauna :


Punahnya jenis-jenis penting dengan significansi tertentu pada suatu ekosistem,
dapat membahayakan dan mengakibatkan punahnya jenis-jenis lain. Hilangnya
predator akibat mengecilnya habitat yang diakibatkan oleh pengrusakan kawasan
bervegetasi. Kepunahan herbivora juga turut membahayakan kehidupan predator.
Apabila suatu sistem kekurangan jenis penting tertentu, seperti burung, lebah atau

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 23

kalong, yang berperan dalam proses penyerbukan dan penyebaran biji, maka reproduksi
tumbuhan yang ada hubungannya juga terlambat.
Hanya 15% saja biji pepohonan tropis yang disebarkan oleh angin, sebagian
besar tergantung kepada hewan, sehingga apabila hewan-hewan ini punah, juga akan
mengakibatkan punahnya jenis-jenis pohon yang berhubungan.
Demikian juga sebaliknya, apabila rusaknya habitat dalam skala besar, riskan
akan kepunahan hewan-hewan tersebut. Kepunahan jenis yang demikian tidak dapat
dilihat secara langsung, tetapi hanya nampak pada saat masing-masing pohon/jenis
tanaman yang mengalami proses penyebaran biji dimasa lalu menjadi mati dengan
sendirinya. Hal yang sama juga terjadi pada jenis hewan yang berperan sebagai
polinator. Apabila habitat alamiah, seperti sarang terancam, akan membahayakan
kehidupan jenis tanaman yang tergantung kepadanya.
Hutan tropis dominansi tanaman angiospermae, sangat tergantung pada hewan
penyerbukannya, selain mamalia dan burung-burung yang berperan ekologis penting.

4.2.3. DAMPAK PEMBANGUNAN DI SEKTOR INDUSTRI


Seperti telah diketahui bahwa pembangunan industri disamping menimbulkan
dampak positif bagi kesejahteraan manusia, juga dapat menimbulkan dampak negatif
dengan dikeluarkan limbah industri menurut jenisnya dapat berupa bahan organik yang
terdiri dari bahan padat, cair dan gas. Menurut sifatnya dapat berbentuk bahan yang
dapat dihancurkan oleh organisme hidup (degredable compound) dan bahan yang tidak
dapat dihancurkan oleh organisme hidup (non degradable compound).Terutama bahan-
bahan yang tidak bisa dihancurkan oleh organisme hidup, biasanya terakumulasi lebih
banyak dalam komponen lingkungan dan akan menimbulkan gangguan yang lebih
berat. Beberapa limbah industri yang mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan
antara lain logam, gas, debu, panas, minyak dan lain-lain.
- Limbah akan memasuki lingkungan sehingga akan menyebabkan perubahan kondisi
lingkungan, baik lingkungan terestrial maupun lingkungan akuatik. Perubahan kondisi
lingkungan baik fisik, kimia maupun biologis akan menyebabkan menurunnya

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 24

kualitas lingkungan, yang akhirnya akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem


serta menurunnya daya dukung lingkungan.
- Flora dan fauna merupakan komponen lingkungan yang penting juga tidak akan luput
dari pengaruh-pengaruh buruk dari lingkungannya, baik langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh tidak langsung dapat melalui siklus makanan. Misalnya logam Hg
yang termasuk ke perairan akan diterima oleh bakteri, kemudian bakteri akan dimakan
oleh plankton, plankton dimakan ikan, dan akhirnya melalui ikan dapat sampai ke
tubuh manusia. Kasus di Jepang tahun 1953 akibat pencemaran Hg ini dapat
menimbulkan penyakit Minamata.
- Pencemaran udara, misalnya oleh SO2 telah diketahui menurunkan kadar klorofil pada
lumut kerak (Linchenes) dan juga menurunkan populasinya. Juga SO2 dapat berakibat
menurunkan hasil produksi pertanian. Selain itu SO2 dapat menimbulkan beberapa
penyakit misalnya bronchitis, pnemonia dan penyakit hati.
- Penurunan kualitas lingkungan perairan juga dapat menyebabkan penurunan produksi
perikanan, atau dapat menyebabkan punahnya flora dan fauna akuatik.
- Telah kita ketahui bahwa flora dan fauna mempunyai peranan penting bagi kehidupan
manusia, terutama sebagai sumber daya hayati yang dapat diperbaharui, yang dapat
mendukung lajunya pembangunan, maka seyogyanya harus dipertahankan dan
ditingkatkan kelestariannya, sehingga pembangunan yang berwawasan lingkungan
dapat terwujud.

4.2.3.1.Tekanan Terhadap Ekosistem-ekosistem Perairan pesisir dan Laut


Levi (1983) menyatakan bahwa 90 % dari keseluruhan produksi hasil
tangkapan ikan berasal dari paparan benua dari suatu wilayah pesisir. Daerah
tangkapan ini sering dihubungkan dengan perairan dangkal dimana ekosistem pesisir
merupakan wilayah yang tinggi produktivitasnya dengan adanya hutan
Mangrove,terumbu karang, estuaria, laguna, dan padang lamun yang memegang
peranan penentu di dalam penyediaan sistem pendukung kehidupan seperti daerah
tempat pemijahan ikan, pembesaran ( nursery) dan daerah tempat mencari makan.

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 25

Akibat kegiatan pembangunan yang berlangsung akhir-akhir ini seperti


penambangan minyak bumi, pertambangan, turisme kelautan, pelabuhan-pelabuhan
dan fasilitas energi, baik ekstraksi hasil hutan maupun pembangunan pertanian serta
perikanan (pembangunan tambak) telah menambah tekanan terhadap sumberdaya
pesisir.
Sebagian besar penduduk dunia tinggal di sepanjang garis pantai atau
sepanjang tepian sungai yang mengalir menuju pesisir. Hal itulah yang
menyebabkan wilayah pesisir selain tinggi produktivitasnya juga sekaligus rawan
terhadap tekanan-tekanan lingkungan ( Mann, 1982).
Pemanfaatan sumberdaya alam dan pembuangan limbah di wilayah
pesisir telah menyebabkan ekosistem pesisir mendapat tekanan dampak yang berlipat
ganda. Selain itu karena luas lokasi di hutan Mangrove itu bervariasi
ketebalannya, di beberapa pesisir ketebalan hutan ini bahkan tidak sampai 200 meter,
sehingga gangguan dengan intensitas sama akan menyebabkan kawasan ini menjadi
rawan. Contoh yang jelas, saat ini Hutan Mangrove antara Teluk Balikpapan
hingga Muara Sungai Mahakam boleh dikatakan telah rusak.
Pemanfaatan hutan bakau ( mangrove) untuk berbagai jenis keperluan
seperti kayu bakar, pembuatan arang, kayu untuk diekspor , bahan baku bagi pabrik
kertas, pembuatan chipboard, dan lainnya.
Bahkan hutan bakau telah banyak diubah menjadi tempat persawahan,
pertambakan, perindustrian, real estate, dan lainnya. Biasnya dengan hilangnya
hutan bakau di suatu wilayah pesisir akan segera diikuti oleh penurunan produksi
perikanan (khususnya udang) di perairan sekitarnya, menghilangnya jenis-jenis biota
tertentu dari ekosistem, terkikisnya pantai oleh gempuran ombak dan kadang-
kadang juga meningkatnya penyakit malaria di daerah tersebut.
Ekosistem laut (Teluk) sangat rawan terhadap pencemaran sebab adanya
pertumbuhan penduduk yang cepat dan perkembangan teknologi yang pesat,
sehingga di beberapa daerah Teluk telah mendapat tekanan yang sangat berat dan hal ini
menimbulkan kerusakan-kerusakan yang parah diberbagai tempat di dunia.Sumber

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 26

pencemaran laut di Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan asalnya, yakni


pencemaran yang berasal dari lautnya sendiri dan pencemaran yang berasal dari
kegiatan di darat yang berasal dari lautnya sendiri misalnya berasal dari pembuangan
sampah air balast dari kapal-kapal, tumpahan minyak di laut( baik dari kapal tangki,
maupun sumur minyak); lumpur buangan dari kegiatan pertambangan di laut
(pengeboran minyak dan lain-lain); kecelakaan-kecelakaan di tengah-tengah laut
seperti kecelakaan tanker, pipa dan lainnya.Yang berasal dari kegiatan-kegiatan di
darat antara lain air sungai yang membawa lumpur dan endapan lain yang dibawa
oleh sungai sebagai akibat erosi tanah atau sebagai buangan kegiatan pertambangan di
daerah hulu , air buangan dari kota-kota ( limbah domestik) , pasar dan industri (industri
petrokimia) lewat saluran-saluran pembuangan, kotoran lewat udara,biosida
khususnya Chlorinated hydrocarbon dan pupuk yang digunakan di dalam kegiatan
pertanian dan kehutanan yang dapat merembes ke berbagai perairan, termasuk
perairan pantai ( estuaria).
Penempatan zona-zona Industri di wilayah pesisir , secara ekonomis memang
menguntungkan.Terutama dilihat dari sudut akses transportasi dan pembuangan
limbahnya, namun perlu diinsyafi bahwa setiap ekosistem memiliki daya dukung
(carrying capasity) tertentu untuk menyerap apa yang masuk ke dalam sistemnya.
Setiap sistem alami, termasuk laut memiliki kemampuan untuk mengembalikan
kesehatannya kembali seperti sedia kala bila ada gangguan dari luar.Namun
masalahnya, response time tersebut berpa lama dapat berlangsung ?
Jika kita menginginkan keselamatan umat, maka diperlukan kajian tentang
warning system untuk mendeteksi jika ada bahan pencemar yang telah mencapai
kadar yang kritis, sehingga umat manusia segera mengetahuinya/merasakannya dan
segera mengambil langkah-langkah pengamanannya.Pengalaman Penyakit Minamata
yakni penyakit yang mengerikan bagi umat; sebab manusia yang terserang
penyakit ini menimbulkan gerakan yang tak terkendali atau mati. Ikan mengam-
bang di permukaan laut, burung jatuh dari udara, ayam, anjing, babi serta musang
jadi gila, karena serangan penyakit yang muncul di Teluk Minamata.Penyakit ini

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 27

disebabkan oleh Methyl mercurie chlorid .Perlu diketahui bahwa kasus ini baru
terungkap setelah 26 tahun sejak awal limbah kimia yang mengandung air raksa itu
dibuang (1930 dibuang dan baru dikenal pada tahun 1956/1960) Begitu juga dengan
penyakit Itai-itai yang disebabkan oleh Cd.
Limbah panas dapat menimbulkan thermal schock, meningkatkan kepekaan
organisme akuatik terhadap parasit, penyakit dan toksin kimia, perubahan pola migrasi,
menurunnya kadar DO, meningkatkan keperluan oksigen, menimbulkan eutrofikasi,
menurunkan produksi telur dan kemampuan bertahannya hidup larva ikan,
terganggunya rantai makanan akuatik, berubahnya komposisi spesies.
Kejadian munculnya penyakit yang disebabkan oleh dampak limbah panas
Industri telah diketahui dari kasus di Teluk Ciguatera, USA.Penyakit ini disebabkan
oleh racun Ciguatoksin yang dibawa oleh Bakteri Toksis/virus yang terdapat pada
selubung polisakarida Alga Cyanophyceae.Seperti diketahuan, peningkatan suhu air
laut akan memacu perkembangan populasi Cyanophyceae dan dengan demikian akan
menimbulkan penyakit Ciguatera.Penyakit ini ditandai dengan kelemahan otot,
bibir,tangan dan kaki kaku dan gemetar, panas-dingin, mual linu-linu pada persendian
dan gatal-gatal.

V.PENGELOLAAN LINGKUNGAN UNTUK MITIGASI DAMPAK KEGIATAN


TERHADAP KOMPONEN HAYATI

Untuk menangani dampak penting terhadap komponen flora-fauna terestrial


dari hasil evaluasi AMDAL, penanganan dampak penting dilakukan dengan
menggunakan salah satu atau beberapa pendekatan pengelolaan lingkungan yakni
secara teknologi, sosial ekonomi, maupun institusi.
Mitigasi dampak penting terhadap komponen flora-fauna terrestrial sangat
ditentukan oleh jenis dam derajat dampak negatif yang diprediksikan. Diperlukan
prediksi terhadap dampak langsung maupun tidak langsung, dengan harapan usaha-
usaha penanganannya akan menjamin kelestarian fungsi ekosistem di tapak proyek
tersebut atau setidak-tidaknya meminimasi dampak negatif yang akan terjadi.

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 28

Komponen satwa liar yang terkena dampak kegiatan HPH meliputi habitat,
kelimpahan satwa yang dilindungi dan keanekaragaman jenisnya. Kegiatan-
kegiatan yang potensial sebagai sumber dampak adalah penebangan, penyaradan,
pengangkutan kayu, penanaman, pemeliharaan, perlindungan dan pengamanan
hutan.
Tujuan pokok dari perlindungan alam menurut UNCN - UNCP - WWF (1980)
pada hakekatnya adalah sebagai pengelolaan oleh manusia dalam memanfaatkan
biosfer, ekosistem dan jenis-jenis yang menyusunnya, untuk menghasilkan suatu
keuntungan yang berkesinambungan bagi generasi sekarang serta memelihara potensi
sumber daya alam itu untuk memenuhi kepentingan generasi yang akan datang. Aspek
utama penekanan dari perlindungan alam menurut IUNC - UNFP - WWF (1978)
adalah :
1. Penduduk dapat memperoleh keuntungan langsung perlindungan alam. Perlindungan
alam suatu usaha untuk mengatur dalam penggunaan lingkungan, agar generasi
sekarang mendapat keuntungan maksimal dari potensi sumber alam hayati dan hasil
sejumlah besar macam pelayanan yang baik dari alam (seperti ekologi, ekonomi,
etika dan budaya, ilmu pengetahuan dan intelektual). Oleh karena itu perlindungan
alam merupakan bagian integral untuk dapat menyokong pembangunan.
2. Perlindungan alam berorientasi kepada dua kerangka waktu :
a. Untuk generasi sekarang agar mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya dari
sumber alam yang ada.
b. Untuk generasi yang akan datang, menerima pemeliharaan potensi sumber alam
itu agar dapat meneruskan apa saja yang menjadi kebutuhan dan aspirasi yang
akan datang.
3. Menjaga kepunahan berbagai jenis atau spesies
4. Perlindungan suatu ekosistem atau fungsinya, seperti dapat meramalkan pemidahan
suatu energi, nutrisi dan material antara organisme dan lingkungannya.

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 29

5. Perlindungan ekosistem atau species merupakan suatu aspek pokok usaha yang lebih
luas dan keras dari rencana-rencana dan peraturan manusia dalam menggunakan
sumber alam.
6. Perlindungan alam selain terhadap sumber daya hayati juga memperhatikan pula
sumber daya non hayati seperti, air, tanah, unsur hara dan atmosfir.

Berdasarkan tujuan pokok perlindungan alam, pemerintah Indonesia (PHPA) telah


melakukan usaha-usaha antara lain :
- Melindungi jenis-jenis flora dan fauna dalam habitat alaminya seperti adanya cagar
alam, suaka marga satwa, dan lain-lain.
- Mempertahankan jenis-jenis flora dan fauna diluar habitat alaminya seperti di kebun
binatang, kebun raya, dan lain-lain.
- Usaha pemeliharaan dan penangkapan binatang dan tumbuhan liar.
- Usaha melakukan pengawasan lalulintas perdagangan binatang dan tumbuhan liar.
- Menetapkan jenis flora dan fauna langka yang ditetapkan Undang-undang.

Dari daftar yang dikeluarkan Direktorat PPA tahun 1978, terdapat kurang lebih
135 marga dari 62 familia yang termasuk langka. Jenis binatang yang dilindungi
berdasarkan Peraturan Pemerintah dan Surat Keputusan menteri Pertanian tahun 1970,
1972, 1973, 1977, 1978, 1978, 1979, 1980, seluruhnyya tercatat kurang lebih 600 jenis.

5.1. Pendekatan Teknologi


Pendekatan ini adalah penerapan cara-cara atau teknologi yang tepat dan sesuai
untuk digunakan menanggulangi dan mengendalikan (mengelola) dampak penting
dengan mempertimbangkan efektivitas, efisiensi dan ekonomis antara lain :
(a) Melakukan penanaman areal kosong, bekas tebangan,kawasan lindung dan
kawasan lainnya untuk meningkatkan kerapatan tegakan sebagai habitat satwa
berdasrakan SK Dirjen Kehutanan No. 35/Kpts/DJ/1972, Forestry Agreement, SK
HPH dan berdasarkan surat Dirjen PH No.375/IV-BPHH/1993. Jenis-jenis pohon

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 30

yang ditanam adalah jenis pakan dan cover, antara lain : meranti, keladus, kapur
dan keruing (pucuk dan tunas untuk pakan Owa-Owa), merkunyit,
mendarahan, kapol dan rotan (daun,pucuk untuk pakan, pohon untuk cover
beruk), beringin, dahu,ebony (buah, daun untuk pakan, pohon untuk Macaca
fascicularis ), bengkirai, trema, kujijang ( daun, pucuk untuk pakan kancil dan
kijang) dan jenis-jenis dipterocarpaceae yang menjadi cover dan pakan burung
rangkong, burungmadu serta kuau.
(b) Memelihata arean Virgin forest sebagai areal pengungsian satwa dengan
memperhatikan dinamika populasi dan komposisi herbivora -carnivora. kegiatan
pokok pemeliharaan berupa inventarisasi jenis flora dan fauna serta
pengamatan arah penyebaran satwa.
(c) Pemasangan papan larangan berburu satwa dilindungi di areal hutan baik
kawasan lindung maupun areal produktif.
(d) Pengelolaan kawasan lindung yang meliputi areal berlereng > 40 %, areal
pengugsian satwa, sempadan sungai dan hutan lindung secara khusus untuk
perlindungan keanekaragaman dan kelimpahan satwaliar.

5.2. Pendekatan Sosial Ekonomi


Pendekatan ini adalah langkah-langkah yang harus ditempuh pemrakarsa
proyek dalam upaya menanggulangi dampak penting melalui tindakan-tindakan yang
bermotifkan sosial ekonomi.
Pendekatan ini antara lain dapat dilakukan sebagai berikut :
- Menyelenggarakan program pelestarian sumberdaya hutan dan lingkungan yang
meliputi kegiatan penyuluhan kepada karyawan dan masyarakat sekitar HPH
tentang kekayaan jenis (biodiversity) satwa yang dilindungi undang-undang,
kawasan lindung dan peraturan perundang-undangannya (UULH No.4 Th 1982),UU
No 5 Th 1990 dan PP No 28 Th 1985.
- Melibatkan masyarakat di sekitar tapak proyek untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan pengelolaan lingkungan;

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 31

- Menjamin interaksi sosial yang harmonis dengan masyarakat sekitar guna


mencegah timbulnya kecemburuan sosial.
- Melaksanaan penelitian dan pengembangan tentang teknollogii pengelolaan kayu dan
teknologi pembinaan hutan, hutan campuran tak seumur dan hubungannya
dengan keragaman jenis yang akan dikembangkan.
- Mengalokasikan dana untuk penyelenggarakan program - program pendidikan dan
latihan.

5.3.Pendekatan Institusi
Pendekatan ini adalah mekanisme kelembagaan yang ditempuh pemrakarsa
dalam rangka menanggulangi dampak penting. Kegiatan ini dapat dicapai melalui
langkah-langkah berikut :
- Membentuk divisi pengelolaan dan pemantauan lingkungan dalam struktur
organisasi HPH dengan kedudukan sejajar divisi Pembinaan Hutan dan Divisi
Logging.
- Kerjasama dengan instansi terkait yang berkepentingan dan berkaitan dengan
pengelolaan lingkungan hidup, misalnya instansi vertikal maupun horizontal
( dengan Kanwil Dephut, BBLH Tk I , Pemda TK II, dan lainnya).
- Pengawasan terhadap hasil unjuk kerja pengelolaan lingkungan oleh instansi yang
berwenang;
- Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan secara berkala kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL


Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi 32

BAHAN ACUAN

Anonim, 1992. Report of the Indonesian Country Study on Biological Diversity.


MENKLH-Jakarta.

Deshmukh Ian, 1992. Ekologi dan Biologi Tropik. Yayasan Obor, Jakarta.

Johan Iskandar.1983.Penetapan Metode Pengukuran dan Cara Analisis Asfek


Fauna. Kursus Penyusunan AMDAL (AMDAL -B). KMKLLH- UNPAD,
Bandung.

Krebs,C.J.1978. Ecology. Harper & Row, Publisher, New York.

Miller,Tyler.G.1975.Living in the Environment, Concepts, Problems and


Alternatives. Wadsworth Publishing Company, Inc, Belmont, California.

Odum Eugene P. 1971.Fundamentals of Ecology. Toppan Company, Tokyo, Japan.

Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 261/Kpts-IV/1990 .

Tandjung,S.D.1992. Komponen Fauna Darat dan Air. Kursus AMDAL B, BAPEDAL


-PPLH UGM Yogyakarta.

Van Lavieren,L.P. 1983. Wildlife Census Techniques. Total Counts, Sample


Counts, Index Methods. School of Environmental Conservation
Management.Ciawi. Bogor.

Kursus Singkat Pengenalan AMDAL

Anda mungkin juga menyukai