Anda di halaman 1dari 9

STUDI PUSTAKA

Karakteristik kawat TMA (titanium molybdenum alloy) dan penggunaannya dalam perawatan
ortodonti

Putri Arifiani* dan Erwin Siregar**

*Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia
**Departemen Ortodonti, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia
*Jl Salemba Raya No 4, Jakarta Pusat, Indonesia; e-mail: putri_drg@yahoo.co.id

ABSTRAK
Kawat merupakan salah satu piranti yang penting dalam perawatan ortodonsia. Perkembangan terkini dari kawat ortodonsia
menghasilkan beberapa jenis kawat dengan karakteristik yang berbeda-beda. Studi pustaka membahas karakteristik kawat
ortodonsi beta titanium atau Titanium Molybdenum Alloy (TMA) dan penggunaannya dalam perawatan ortodonsi. Perbedaan
karakteristik tiap kawat menjadi hal yang perlu dipertimbangkan secara klinis. Kawat beta titanium atau sering disebut juga
dengan kawat TMA (Titanium Molybdenum Alloy), diperkenalkan pertama kali oleh Goldberg dan Charles Burstone pada tahun
1979. Kawat ini mempunyai komposisi 77,8% titanium, 11,3% molybdenum, 6,6% zirconium, dan 4,3% tin. Ion molybdenum
berperan menstabilkan fasa β titanium pada suhu ruang, sedangkan zirconium dan tin berperan dalam meningkatkan kekuatan
dan kekerasan. Keunggulan kawat TMA antara lain memiliki derajat kekakuan atau modulus elastisitas yang rendah,
springback besar, energi potensial yang besar, formabilitas dan jointability yang baik, serta biokompatibel. Kawat TMA
direkomendasikan sebagai kawat intermediate setelah aligning & leveling dengan kawat nikel titanium, dan pada tahap akhir
perawatan (detailing & finishing), namun tidak direkomendasikan untuk pergerakan sliding. Hal ini disebabkan karena kawat
TMA mempunyai koefisien friksi yang besar. Seiring perkembangannya, berbagai kawat TMA diproduksi dengan implantasi ion
maupun coating, yang bertujuan untuk memperbaiki karakteristik fisik kawat TMA sehingga meningkatkan performa kawat TMA
dalam aplikasi klinisnya.

Kata Kunci: Kawat TMA, beta titanium, karakteristik

ABSTRACT: The characteristics of Titanium Molybdenum Alloy wire and its apllication in orthodontic treatment. Wire
is one of the most important devices in orthodontic treatment. Recent developments in orthodontic wires result a high variety of
wires with different characteristics. The differences in characteristic of each wire should be considered in clinical application.
The beta titanium wire, also known as TMA (Titanium Molybdenum Alloy), was firstly introduced by Goldberg and Charles
Burstone in 1979. This wire is composed of 77.8% titanium, 11.3% molybdenum, 6.6% zirconium, and 4.3% tin. Molybednum
contributes to stabilize the beta phase of titanium at room temperature, while additions of zirconium and tin contribute to
increase the strength and hardness of the alloy. The excellences of TMA wire are low stiffness, high springback, high potential
energy, good formability, biocompatible and the ability of direct welding. TMA is recommended to be used as intermediate wires
after aligning and leveling stage with nickel titanium wires, and also to be used in detailing and final finishing stage, but not
recommended in space closure with sliding mechanism. It is because of the major drawback of TMA that is high coefficient of
friction. As its development, a number variety of TMA wires are produced with ion implantation or coating, which aims to
improve physical properties of TMA wire thus increasing its performance in clinical application.

Keywords: TMA wire, beta titanium, characteristics

PENDAHULUAN awal tahun 1930-an, satu-satunya logam yang


Dalam bidang ortodonsi, kawat merupakan tahan korosi dan biokompatibel dengan
salah satu piranti yang penting, yang didesain jaringan di dalam mulut adalah emas. Lalu
untuk mengaplikasikan gaya pada gigi yang diperkenalkan kawat stainless steel yang
malposisi agar bergerak ke dalam lengkung populer sejak tahun 1940-an dan
yang ideal dan beroklusi dengan baik. Ketika menggantikan tempat alloy emas. Alloy nikel
kawat dimasukkan ke dalam slot braket atau titanium diperkenalkan pada tahun 1971 oleh
tube pada gigi, maka kawat akan memberikan Andreasen sebagai kawat Nitinol. Kawat alloy
gaya. Gaya yang ditransmisikan ke gigi oleh beta titanium atau dikenal juga dengan
kawat tergantung pada beberapa parameter Titanium-Molybdenum Alloy diperkenalkan
dari kawat yang digunakan dan hubungan tahun 1979 oleh Burstone dan Goldberg.3
antara braket dan kawat.1,2 Kawat alloy beta titanium atau Titanium
Dalam perkembangan sejarahnya, Molybdenum Alloys (TMA) merupakan salah
terdapat berbagai variasi alloy yang digunakan satu alloy yang penggunaannya di dalam
dalam pembuatan kawat ortodonsi. Sebelum perawatan ortodonsi cukup luas namun sedikit

163
MKGK. Desember 2016; 2(3): 163-171
ISSN: 2460-0059 (online)

kurang populer. Kawat ini mempunyai komposisi yang hampir sama, dan terdapat
karakteristik kombinasi kekuatan dan perbedaan pada saat fabrikasi atau proses
fleksibilitas yang baik. Pemahaman yang pembuatannya dan penambahan ion-ion
mendalam mengenai kawat TMA perlu dimiliki logam yang tujuannya memperbaiki atau
oleh ortodontis sehingga dapat menunjang melengkapi karakteristik dasar kawat beta
keberhasilan rencana perawatan yang akan titanium.
dilakukan di tiap kasusnya serta membantu
ortodontis di dalam memanipulasi kawat TMA Karakteristik Dasar Kawat TMA
pada perawatan ortodonsi. Sifat Fisik Kawat TMA
Makalah ini akan membahas Kawat beta titanium pertama kali
mengenai karakteristik dari kawat ortodonsi diperkenalkan oleh Ormco/Sybron sebagai
beta titanium atau dikenal juga dengan kawat TMA™ (Titanium Molibdenum Alloy).
Titanium Molybdenum Alloy (TMA) serta TMA mempunyai komposisi 77,8% titanium,
penggunaannya dalam perawatan ortodonsi. 11,3% molibdenum, 6,6% zirkonia, dan 4,3%
tin. Seperti alloy lainnya atom-atom, ion-ion,
Kawat Titanium Molybdenun Alloy dan molekul-molekul yang terdapat di dalam
Paduan logam dengan bahan dasar Titanium alloy beta titanium tersusun pada suatu pola 3
menjadi populer beberapa dekade terakhir ini dimensi, yang disebut dengan fasa. Suatu
terutama sejak diperkenalkan alloy nikel alloy dapat tersusun setidaknya dari satu fasa
titanium dan beta titanium. Alloy beta titanium dan dapat mengalami transformasi fasa.
lebih dahulu menjadi perhatian Titanium murni memiliki kristalografik yang
penggunaannya dalam bidang penerbangan berbeda pada temperatur tinggi dan rendah.
dan industri kimia. Di bidang ortodonsi, kawat Pada temperatur di bawah 885 °C, bentuk
beta titanium diperkenalkan oleh Goldberg dan yang stabil adalah α titanium, yang memiliki
Charles Burstone pada tahun 1979, dan struktur hexagonal closed-packed
sekitar tahun 1980 Burstone mempatenkan (hcp)(Gambar 1). Sedangkan pada temperatur
kawat beta titanium, dan dengan persetujuan yang tinggi, bentuk yang stabil adalah β
royaltinya, Ormco memproduksi dan titanium, yang memiliki struktur body centered
memasarkan kawat tersebut dengan merek cubic (bcc) (Gambar 2). Karakteristik yang
dagang TMA™ yang merupakan kepanjangan menonjol dari titanium murni yaitu
dari Titanium Molybdenum Alloy.1,4 Setelah biokompatibel terhadap jaringan mulut,
hak paten atas pembuatan kawat ortodonsi resisten terhadap korosi, dan memiliki stiffness
beta titanium sudah habis masa berlakunya, yang rendah. Keberadaan molybdenum
maka perusahaan lain mulai memproduksi adalah untuk menstabilkan fasa beta (β) pada
kawat beta titanium, antara lain kawat Resolve alloy titanium, dan pada jumlah tertentu dapat
yang diproduksi oleh GAC International.2,3 menstabilkan fasa beta pada suhu kamar. Ion
Komposisi Resolve hampir sama dengan lain yang ditambahkan adalah zirconium, tin,
TMA™, tetapi melalui observasi dengan atau zinc, yang gunanya untuk meningkatkan
menggunakan mikroskop transmisi elektron, kekuatan dan kekerasan.6 Adapun kegunaaan
terlihat perbedaan pada saat fabrikasi. lain dari zirconium adalah untuk mencegah
Perbedaan ini dapat mempengaruhi sifat terbentuknya fasa omega (ω) selama proses
mekanik dalam penggunaan klinis dari kedua pembuatan alloy beta titanium pada
produk tersebut. Saat ini terdapat sekitar 12 temperatur tinggi, yang dapat menyebabkan
jenis produk kawat beta titanium yang beredar alloy menjadi rapuh.7
di pasaran.5 Kawat-kawat ini memiliki

164
Arifiani dan Siregar:
Karakteristik kawat TMA……..

Gambar 1. Struktur HCP (Hexagonal Close Packed) Gambar 2. Struktur BCC (Body Centered Cubic)pada
pada fasa alfa Titanium.8 fasa beta titanium. (Anusavice,2003)9

Efek lain dari transformasi dari fasa α diketahui bahwa permukaan kawat TMA lebih
(hexagonal closed-packed) menjadi fasa β kasar dibandingkan dengan kawat stainless
(body centered cubic), menurunkan modulus steel.5,10,11 Kekasaran permukaan kawat TMA
elastik dari 114 GPa (16.5 × 106 psi) menjadi menyebabkan besarnya nilai friksi sliding
72.4 GPa antara kawat dan braket. Selain itu kekasaran
(10.5 × 106 psi). Dengan kekakuan seperti itu, pemukaan kawat TMA ini menyebabkan dapat
titanium alloy mempunyai kekakuan dua kali terjadinya cold welding lokal atau adherence
lebih besar dari kawat NiTi, dan hampir antara kawat dan slot braket.5,7,10 Kasarnya
sepertiga dari kekakuan kawat SS.6 permukaan kawat TMA diketahui juga dapat
menyebabkan perubahan kondisi permukaan
Karakteristik Permukaan selama aplikasi klinismya, seperti peningkatan
Keadaan permukaan suatu kawat ortodonsi pembentukan biofilm, yang mungkin dapat
merupakan suatu hal yang penting karena mengubah resistensi friksional ataupun
berpengaruh terhadap karateristik mekanis resistensi korosi.5
dan potensi korosi kawat tersebut. Keadaan Dengan menggunakan scanning
permukaan seperti kekasaran permukaan, electron micrograph pembesaran 500×
topografi permukaan, dan kekerasan (Gambar 3), diketahui bahwa kawat TMA
permukaan juga mempengaruhi koefisien friksi memperlihatkan suatu permukaan yang kasar,
kawat ortodonsi.10 Pada penelitian mengenai dengan banyak pori-pori dan merupakan
topografi permukaan kawat TMA kawat dengan permukaan yang paling kasar
memperlihatkan adanya kavitas-kavitas dibandingkan dengan kawat stainless steel
ireguler pada permukaan kawat TMA. Dan dan TiMolium.11

Gambar 3. Hasil scanning electron micrograph, pembesaran 500×;


(a) Stainless steel, (b) TMA, (c) TiMolium.11

165
MKGK. Desember 2016; 2(3): 163-171
ISSN: 2460-0059 (online)

Tabel 1. Kekasaran dan kekerasan permukaan empat tipe kawat ortodonti. (Jian-Hong Yu, 2009)10

Kekerasan kawat mempengaruhi steel hampir sama yaitu 0.12-2.46 mm/ bulan
derajat keausan. 10 Kekerasan suatu alloy pada kawat TMA dan 0.76-1.75 mm/ bulan
berkaitan dengan kemampuan untuk dilakukan pada kawat stainless steel.14
pemolesan (polishing) permukaan pada saat Kawat TMA pada awalnya mempunyai
akhir proses manufaktur, sehingga nilai koefisien friksi lebih dari 0.6. Pada masa
mempengaruhi sifat fisik permukaan kawat.12 sekarang dengan perbaikan-perbaikan
Kekerasan dari kawat TMA lebih rendah karakteristik fisiknya nilai koefisien friksi kawat
dibandingkan kawat stainless steel, yang TMA kurang dari setengah nilainya terdahulu,
dapat dilihat dari hasil penelitian yang yaitu dalam kisaran 0.17 sampai 0.27. Hal ini
dilakukan Yu pada Tabel 1.10 memperbaiki performa kawat TMA dalam
Pada penelitian terbaru yang mekanisme sliding.6
dilakukan oleh Premanand (2014) mengenai
karakeristik permukaan 6 jenis kawat Biokompatibilitas
ortodonti, diketahui bahwa kawat TMA standar Kawat TMA memiliki sifat biokompabilitas yang
memiliki kekasaran permukaan yang paling baik, dapat diterima baik oleh jaringan mulut
tinggi. Salah satu kawat yang diteliti yaitu juga tidak menimbulkan reaksi alergi, tidak
kawat TMA low friction coloured honeydew bersifat mutagen dan karsinogen.16 Kawat
memiliki kekasaran permukaan yang paling TMA juga memiliki resistensi korosi yang baik
rendah. Dari pemeriksaan elemental pada karena tidak adanya komposisi nikel di dalam
kawat TMA low friction coloured, diungkapkan komposisi penyusunnya. Sifat resisten
bahwa keberadaan Oksigen pada kawat TMA terhadap korosi pada kawat TMA sebanding
low friction coloured sebagai hasil dari proses dengan sifat resisten yang terdapat pada
implantasi ion terhadap kawat tersebut yang kawat Stainless Steel dan Cobalt Chromium.
menyebabkan bertambahnya kekerasan Resistensi korosi kawat TMA didapatkan dari
permukaan kawat, sehingga mengurangi pembentukan lapisan titanium oksida (TiO2)
resistensi friksional kawat.13 pada permukaan kawat.12
Kecepatan penutupan ruang secara
sliding pada kawat TMA dengan implantasi Sifat Mekanis Kawat TMA
Nitrogen dan tanpa implantasi Nitrogen Modulus Elastisitas (E) atau Kekakuan
ternyata tidak berbeda bermakna. Peneliti Kekakuan kawat direpresentasikan dengan
menyatakan bahwa implantasi ion pada hanya modulus elastisitas. Semakin besar nilai
efektif mengurangi friksi apabila digunakan modulus elastisitas, semakin kaku kawat
bersama braket dengan materi dan implantasi tersebut.5,16,17 Tabel 2 menunjukkan besarnya
ion yang sama.14,15 Walaupun kawat TMA modulus elastisitas beberapa kawat ortodonti.4
umumnya tidak dipertimbangkan sebagai
pilihan pada saat menutup ruang dikarenakan
gaya friksionalnya, dari penelitian ini juga
didapatkan hasil bahwa kecepatan penutupan
ruang pada kawat TMA dan kawat stainless

166
Arifiani dan Siregar:
Karakteristik kawat TMA……..

Tabel 2. Modulus elastisitas beberapa kawat (Johnson, 2003)4

Karena alloy beta titanium mengalami aktivasi yang lama. Hal ini berarti semakin
transformasi dari fasa alpha dengan sedikit pergantian atau penyesuaian kawat
konfigurasi hexagonal closed-packed menjadi yang dibutuhkan di dalam perawatan
fasa beta dengan konfigurasi body centered ortodonsi. Nilai springback didapatkan dari
cubic, modulus elastik berkurang dari 114 GPa perbandingan nilai Yield Strength terhadap
(16.5 × 106 psi) menjadi 72.4 GPa (10.5 × 106 modulus elastisitas (YS/E).5,7
psi).6 Dengan kekakuan seperti itu, kawat beta Kawat TMA memiliki sifat springback
titanium mempunyai kekakuan dua kali lebih lebih besar dari kawat Stainless Steel dan
besar dari kawat NiTi, dan hampir sepertiga kawat Elgiloy, dan hampir sama dengan kawat
dari kekakuan kawat SS.6 Nikel Titanium, sehingga mempunyai waktu
Dari pengukuran modulus elastisitas aktivasi yang tinggi.5 Kawat TMA dapat
12 kawat TMA dari berbagai produsen yang didefleksikan hampir dua kali lipat dari kawat
berbeda, diketahui modulus elastisitas kawat Stainless Steel tanpa mengalami deformasi
TMA berkisar antara 65-100 GPa atau 8– permanen.
13x106 PSI, tergantung dari susunan alloy,
heat treatment, dan proses pengerasan saat Formabilitas
fabrikasi.4,5 Formabilitas adalah besarnya deformasi
permanen yang dapat diterima kawat sebelum
Modulus resilien (R) patah (failing).5 Kawat TMA memiliki
Resilien adalah kapasitas energi yang formabilitas yang baik. Kemampuan
tersimpan atau energi potensial pada suatu formabilitas ini disebabkan oleh fasa beta dari
kawat yang merupakan kombinasi kekuatan alloy.18 Dengan formabilitas yang tinggi
(strength) dan kelentingan (springiness) suatu memberikan kemampuan kawat untuk
kawat. Sedangkan yang dimaksud dengan dibentuk menjadi bentuk atau konfigurasi yang
modulus resilien adalah sejumlah energi yang diinginkan seperti loops, coils dan stop tanpa
tersimpan pada suatu material, dalam hal ini mematahkan kawat tersebut.5 Penekukan
kawat, saat satu unit volume kawat diberikan kawat beta titanium dengan sudut terlalu tajam
stress sampai batas proporsionalnya sebaiknya dihindari karena sifat modulus
(proportional limit). Modulus resilien kawat elastisitasnya yang rendah serta
TMA adalah sebesar 11.1 x 102 (lb-in/in3). Nilai springbacknya yang tinggi.
ini setengah di bawah kawat SS dan jauh di
atas kawat NiTi.17 Jointability (Welding)
Jointability adalah kemampuan suatu kawat
Springback untuk disambungkan suatu piranti tambahan
Springback adalah kecenderungan suatu dengan proses welding atau soldering. Kawat
kawat untuk kembali ke bentuk semula dengan jointability yang baik memberi
walaupun telah mengalami deformasi pada keuntungan untuk dapat dilakukan modifikasi
strukturnya.7 Springback juga dapat diartikan seperti penambahan hook, stop atau piranti
sejauh mana suatu kawat dapat didefleksikan tambahan lain. Kawat TMA mempunyai sifat
tanpa menyebabkan deformasi permanen. jointability yang lebih baik dibandingkan kawat
Nilai springback yang besar menunjukkan Stainless Steel. Kawat TMA merupakan kawat
kemampuan kawat untuk diaktivasi ortodonsi yang dapat dilakukan welding tanpa
sedemikian besar dan dengan rentang waktu tambahan bahan pengisi logam lain. Proses

167
MKGK. Desember 2016; 2(3): 163-171
ISSN: 2460-0059 (online)

welding harus dilakukan dengan voltase yang sebagai pilihan pada saat menutup ruang
optimal sehingga tercapai kekuatan welding dikarenakan gaya friksionalnya, ternyata pada
yang baik tanpa adanya perubahan sifat pada penelitian ini kecepatan penutupan ruang pada
kawat itu sendiri. Suhu yang terlalu tinggi saat kawat TMA dan kawat stainless steel hampir
proses welding dapat mengakibatkan kawat sama yaitu 0.12-2.46 mm/ bulan pada kawat
menjadi rapuh di area sambungan.1,3 Kawat TMA dan 0.76-1.75 mm/ bulan pada kawat
TMA yang disatukan dengan spot welding Stainless steel.14
memberikan hasil welding yang sangat baik Beberapa hasil penelitian
dimana pada area sambungan tidak menunjukkan bahwa gaya friksi yang lebih
mengalami perubahan sifat mekanis dan kecil terdapat pada coloured TMA™ dan ion-
perubahan mikro struktur yang berarti.19,20 implanted TMA™.13 Namun untuk
menghasilkan pergerakan dengan friksi yang
PEMBAHASAN sangat minimal, maka kedua permukaan
Pemahaman mengenai tipe kawat atau tipe kawat maupun permukaan braket harus
braket atau kombinasinya, yang menghasilkan diperlakukan yang sama dalam proses
koefisien friksi yang lebih kecil atau lebih manufakturnya.14,22
besar, dapat membantu dalam pemilihan Kawat TMA mempunyai proportional
material yang optimal untuk mekanika sliding limit yang rendah, sehingga mudah untuk
dan non-sliding.21 Pada penelitian mengenai didefleksikan, dan mudah untuk dilakukan
friksi, kawat TMA mempunyai friksi yang lebih engangement ke dalam slot braket pada gigi
besar dari kawat SS. Implikasinya pada yang misaligned. Pengamatan pada
keadaan klinis yaitu diperlukan gaya bersih deaktivasi, kawat TMA mempunyai springback
yang besar untuk menghasilkan pergerakan yang tinggi sehingga menghasilkan gaya
translasi gigi, sehingga kawat TMA kurang ringan dan konsisten dibandingkan dengan
direkomendasikan apabila digunakan untuk kawat SS. Oleh karena itu, kawat TMA
pergerakan sliding dibandingkan dengan disebutkan sebagai kawat yang lebih ramah
kawat SS.6 Hal ini sebagai hasil dari terhadap jaringan.5
karakteristik fisik dan permukaan kawat Kawat TMA lebih lunak dari SS
TMA.6,22 Beberapa perusahaan manufaktur (sekitar 42% dari kekakuan kawat SS),
mempunyai beberapa cara untuk mengatasi sehingga first- dan second-order dan torquing
hal ini. Salah satunya dengan coating dapat dilakukan lebih besar, dengan demikian
pewarnaan. Perusahaan manufaktur dapat lebih banyak pergerakan gigi yang terjadi.
memberikan warna pada kawat dengan Kekakuan yang rendah dan range kerja yang
melewatkan suatu arus listrik langsung pada besar ini sangat berguna saat pengaplikasian
alloy titanium, dan ditanamkan sebagai anoda. torque. Slot braket dapat terisi penuh dengan
Kawat ini diproduksi dengan nama coloured kawat sehingga mengurangi play sambil tetap
TMA™, dan disebutkan dapat memperbaiki menghantarkan gaya torque yang ringan dan
karakteristik permukaan kawat. Namun lebih konstan.
pewarnaan ini mempunyai kerugian yaitu
menyebabkan kawat menjadi lebih tebal.22 Aplikasi Klinis Kawat TMA dalam
Cara lainnya adalah dengan Perawatan Ortodonsi
implantasi ion, yaitu dengan mengakselerasi Awalnya kawat TMA digunakan sebagai pegas
suatu fluks uap ion terhadap suatu target pada cantilever atau T-loop. Seiring perkembangan
kawat melalui penguapan elektron yang karakteristik material dan mekanikanya, kawat
dilakukan di ruang vakum. Teknik ini dapat TMA digunakan lebih luas di dalam perawatan
meningkatkan kekerasan, mengurangi ortodonsi. Penggunaan kawat TMA dapat
fleksibilitas dan memperbaiki karakteristik menjadi pilihan untuk pasien yang sensitif
permukaan kawat.14,22 Kecepatan penutupan terhadap nikel.6,23 Selain itu, kawat TMA
ruang secara sliding pada kawat TMA dengan dengan diameter kecil cocok digunakan untuk
implantasi dan tanpa implantasi Nitrogen pasien dewasa dengan kelainan periodontal
ternyata tidak berbeda bermakna. Walaupun atau dengan kerusakan tulang alveolar.1
kawat TMA umumnya tidak dipertimbangkan

168
Arifiani dan Siregar:
Karakteristik kawat TMA……..

Untuk tahap aligning dan leveling, dan gaya yang diberikan dari kawat relatif
kawat yang paling sesuai adalah kawat yang konstan.24,25
mempunyai kekakuan yang rendah dan energi Pada tahap finishing dan detailing,
potensial yang tinggi.7,17 Kawat TMA adalah koreksi angulasi gigi, torque, dan diskrepansi
kawat yang paling sesuai untuk tahap ini vertikal, sering kali diselesaikan dengan
dibandingkan dengan kawat SS dan kawat melakukan tekukan-tekukan pada kawat.
NiTi karena TMA mempunyai nilai kekakuan Setelah penempatan tekukan kompensasi
yang rendah dan nilai energi potensial yang pada kawat, hal yang perlu dipertimbangkan
tinggi. Pilihan kedua untuk tahap ini adalah adalah full engangement kawat di dalam slot
kawat NiTi dengan nilai kekakuan paling tanpa menghasilkan deformasi permanen.
rendah, yang menunjukkan bahwa kawat ini Untuk itu dibutuhkan kawat dengan energi
adalah kawat yang paling fleksibel. Namun potensial yang tinggi dan nilai kekakuan yang
dengan nilai kekakuan yang paling rendah, rendah. Kawat TMA adalah kawat yang paling
menunjukkan bahwa kawat NiTi memerlukan sesuai, disusul oleh kawat SS dan kawat
waktu interval aktivasi yang lebih pendek Cobalt Chromium.17 TMA merupakan kawat
dibandingkan kawat TMA.17 Penggunaan yang sangat baik digunakan pada tahap
kawat TMA sebagai kawat intermediate dapat finishing, karena formabilitasnya yang baik dan
mempersingkat waktu perawatan, waktu deaktivasi yang cukup lama.
memperpanjang interval kunjungan dan Perbedaan kekakuan antara kawat
meminimalisasi pergantian kawat karena TMA dan stainless steel dapat
memiliki sifat resilien dan springback yang dipertimbangkan dalam pemilihan kawat pada
tinggi.3,18,20 tahap akhir ini. Apabila first dan second order
Beberapa peneliti tidak menyarankan yang dibutuhkan sedikit, dapat digunakan
penggunaan kawat TMA sebagai pilihan kawat kawat SS, karena aktivasi yang minimal pada
untuk menutup ruang. Hal ini disebabkan kawat SS yang kaku tidak akan menghasilkan
karena gaya dan koefisien friksi kawat TMA gaya yang berlebih. Sedangkan apabila
yang tinggi sehingga tidak menghasilkan kebutuhan first dan second order masih besar,
pergerakan sliding yang efisien, dimana kawat penggunaan kawat SS akan mengakibatkan
dengan komposisi titanium memang tidak gaya yang berlebih. Oleh karena itu, kawat
disarankan pada tahap ini.14 17 TMA lebih cocok digunakan dalam kasus ini.4
Kawat TMA dapat dipakai sebagai
working wire. Kawat ini dapat dengan mudah KESIMPULAN
dibentuk, yaitu tekukan step in-out, step up- Dapat disimpulkan bahwa keunggulan kawat
down, dan torquing. Tekukan dapat dibentuk TMA dibandingkan dengan kawat ortodonsi
lebih besar, sehingga terjadi pergerakan gigi lain, antara lain memiliki derajat kekakuan atau
yang lebih banyak. Peningkatan derajat modulus elastisitas yang rendah, springback
bending dan struktur kawat yang lebih lentur besar, resilien atau energi potensial yang
dibandingkan SS menyebabkan kawat dapat tinggi, formabilitas dan jointability yang baik,
diligasi pada slot braket dengan mudah, dan serta biokompatibel. Dengan karakteristik
efek pergerakan torque pada gigi lebih baik tersebut, sebenarnya kawat TMA dapat
ringan dengan gaya ringan dan konstan.4 digunakan pada berbagai keperluan klinis dan
Dengan karakteristik yang mempunyai pada setiap tahap perawatan ortodonti.
springback yang tinggi dan stiffness yang lebih Namun kawat TMA lebih direkomendasikan
rendah dari kawat SS, kawat TMA merupakan untuk digunakan pada tahap akhir perawatan
pilihan yang baik sebagai kawat intrusion arch. ortodonsi atau pada tahap detailing dan
Untuk mengintrusi gigi besaran gaya optimal finishing. Hal ini disebabkan karena
harus seringan mungkin dan konstan untuk kekurangan yang mendasar dari kawat TMA
terjadinya pergerakan intrusi dengan yaitu mempunyai koefisien friksi yang besar,
seminimal mungkin terjadinya kerusakan sehingga kawat TMA tidak disarankan dalam
jaringan seperti resorpsi akar. Kawat intrusion menghasilkan pergerakan sliding. Seiring
arch dari beta titanium akan memberikan gaya perkembangannya, berbagai kawat TMA
intrusi yang lebih ringan daripada kawat SS, diproduksi dengan penambahan-penambahan

169
MKGK. Desember 2016; 2(3): 163-171
ISSN: 2460-0059 (online)

ion maupun coating, yang bertujuan untuk 11. Krishnan V, Kumar KJ. Mechanical
memperbaiki karakteristik fisik dan Properties and Surface Characteristics of
karakteristik permukaan kawat TMA, sehingga Three Archwire Alloys. Angle Orthod.
kawat TMA dapat digunakan untuk pergerakan 2004; 74: 825-831.
sliding. 12. Mahler DB, Sakaguchi RL. Restorative
Materials - Metal. In: Sakaguchi RL,
Powers JM, editors. Craig's Restorative
DAFTAR PUSTAKA Dental Materials. Philadelphia: Mosby;
1. Szuhanek C, Fleser T, Glavan F. 2012. 199-240.
Mechanical Behavior of Orthodontic TMA 13. Premanand P, Kumar SS, Shankar AJ.
Wires. WSEAS Transaction on biology An Evaluation and Comparison of
and biomedicine. 2010; 7: 277-286. Composition and Surface Characteristics
2. Santis RD, Dolci F, Laino A, Martina R, of Different Orthodontic Wires - Energy
Ambrosio L, Nicolais L. The Eulerian Dispersing Spectrometry and SEM Study.
buckling test for orthodontic wires. International Journal of Recent Trends in
European Journal of Orthodontics. 2008; Science and Technology. 2014; 10:
30: 190-198. 233-238.
3. Burstone CJ, Goldberg AJ. Beta Titanium: 14. Kula K, Phillips C, Gibilaro A, Proffit WR.
A new orthodontic alloy. America Journal Effect of ion implantation of TMA archwire
of Orthodontics. 1980; 77: 121-132. on the rate of orthodontic sliding space
4. Johnson E. Relative Stiffness of Beta closure. Am J Orthod Dentofacial Orthop.
Titanium Archwires. Angle Orthod. 2003; 1998; 114: 577-581.
73: 259-269. 15. Ryan R, Walker G, Freeman K, Cisneros
5. Verstrynge A, Humbeeck JV. In-vitro GJ. The effects of ion implantation on rate
evaluation of the material characteristics of tooth movement: An in vitro model. Am
of stainless steel and beta-titanium J Orthod Dentofacial Orthop. 1997; 112:
orthodontic wires. Am J Orthod 64-68.
Dentofacial Orthop. 2006; 130: 460-470. 16. Proffit WR. Biomechanics, mechanics,
6. Kusy RP, Whitley JQ, Gurgel JdA. and contemporary orthodontic appliances.
Comparisons of surface roughnesses and In: Proffit WR, editor. Contemporary
sliding resistances of 6 titanium-based or Orthodontics. St. Louis: Elsevier; 2013.
TMA-type archwires. Am J Orthod 312-336.
Dentofacial Orthop. 2004; 126: 589-603. 17. Klump JP, Duncanson MG, Nanda RS,
7. Juvvadi SR, Kailasam V, Padmanabhan Currier GF. Elastic energy/ stiffness ratos
S, Chitharanjan AB. Physical, for selected orthodontic wires. Am J
mechanical, and flexural properties of 3 Orthod Dentofacial Orthop. 1994; 106:
orthodontic wires: An in-vitro study. Am J 588-596.
Orthod Dentofacial Orthop. 2010; 138: 18. Goldberg J, Burstone CJ. An Evaluation
623-630. of Beta Titanium Alloys for Use in
8. Brantley W, Eliades T. Orthodontic Orthodontic Appliances. J Dent Res.
Materials Scientific and Clinical Aspects. 1979; 58: 593-600.
New York: Thieme; 2001. 19. Nelson KR, Burstone CJ, Goldberg AJ.
9. Anusavice K. Phillips Science of Dental Optimal welding of beta titanium
Materials. St. Louis: Elsevier; 2003. orthodontic wires. Am J Orthod
10. Yu J-H, Wu L-C, Hsu J-T, Chang Y-Y, Dentofacial Orthop. 1987; 92: 213-219.
Huang H-H, Huang H-L. Surface 20. Burstone CJ. Application of
Roughness and Topography of Four Bioengineering to Clinical Orthodontics.
Commonly Used Types of Orthodontic In: Graber LW, Vanarsdall RL, Vig KWL,
Archwire. Journal of Medical and editors. Orthodontics: Current Principles
Biological Engineering. 2011; 31: 367- and Techniques. Philadelphia: Elsevier
370. Inc; 2011. H. 345-368.

170
Arifiani dan Siregar:
Karakteristik kawat TMA……..

21. Clocheret K, Willems G, Carels C, Celis


JP. Dynamic frictional behaviour of
orthodontic archwires and brackets.
European Journal of Orthodontics. 2004;
26: 163-170.
22. Cash A, Curtis R, Garrigia-Majo D,
McDonald F. A comparative study of the
static and kinetic frictional resistance o
titanium molybdenum alloy archwires in
stainless steel brackets. European
Journal of Orthodontics. 2004; 26: 105-
111.
23. Rahilly G, Price N. Nickel allergy and
orthodontics. Journal of Orthodontics.
2003; 30: 171-174.
24. Kuhlberg A, Nanda R. Principles of
Biomechanics. In: Nanda R, editor.
Biomechanics and Esthetic Strategies in
Clinical Orthodontics. St. Louis: Elsevier;
2005. H. 1-16.
25. Claro CAdA, Abrao J, Reis SAB. Forces
in stainless steel, Timolium and TMA
intrusion arches, with different bending
magnitudes. Braz Oral Res. 2007; 21:
140-145.

171

Anda mungkin juga menyukai