Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF CARE

PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA

MEDAN

TAHUN AJARAN 2019 / 2020

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ca mamae adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan pada payudara,
berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun komponen
selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara
(Rasjidi, 2010).
Menurut Kumar dkk (2009), kurva insident usia pada ca mamae bergerak naik terus sejak
usia 30 tahun. Kanker ini jarang di temukan pada wanita usia 20 tahun. Angka tertingi pada
usia 45-66 tahun.
Keperawatan paliatif adalah adalah setiap bentuk perawatan medis atau perawatan
yangberkonsentrasi pada pengurangan keparahan gejala penyakit, daripada berusaha untuk
menghentikan, menunda, atau sebaliknya perkembangan dari penyakit itu sendiri atau
memberikan menyembuhkan.Tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan
penyakit. Dan yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya (WHO, 2010).
Keperawatan keluarga adalah suatu tindakan keperawatan yang diberikan pada kumpulan
dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat
dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan
emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya. Johnson’s (1992)
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah
kanker paru-paru, ca mamae, kanker usus besar, kanker lambung dan kanker hati. Sementara
data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker
adalah kanker leher rahim, ca mamae, kanker getah bening, kulit dan kanker nasofaring. Ca
mamae merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita. Angka kematian akibat ca
mamae mencapai 5 juta pada wanita. Ca mamae merupakan penyebab kematian karena
kanker tertinggi pada wanita yaitu sekitar 19%. Lima data terakhir menunjukkan bahwa kema
tian akibat ca mamae pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi (WHO).
Penyebab masalah Tidak satupun penyebab spesifik dari ca mamae,sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt
menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa
perubahan genetik belum berkaitan dengan ca mamae, namun apa yang menyebabkan
perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau
mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan
perkembangan ca mamae.(Brunner dan Sudart, 2001).
Akibat dari ca mamae Kehilangan mammae dapat menjadi pukulan yang hebat terhadap
rasa percaya diri wanita karena wanitayang telah mengalami mastectomy merasa kurang
menarik, kurang seksual dan kurang puas dengan penampilan fisik mereka. Menangani ca
mammae bukan hanya sekedar menyelamatkan nyawa atau sebuah mammae, melainkan
usaha pencapaian kualitas hidup terbaik(Lincoln and Wilensky, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
a. Apa Definisi dari ca mamae ?
b. Apa klasifikasi dari ca mamae ?
c. Apa etiologi dari ca mamae ?
d. Bagaimana patofisiologi ca mamae ?
e. Apa manifestasi klinis dari ca mamae ?
f. Apa pemeriksaan penunjang ca mamae ?
g. Bagaimana penatalaksanaan ca mamae ?
h. Bagaimana menyusun pengkajian dari ca mamae?
i. Bagaimana menyusun analisis data dari ca mamae?
j. Apa saja diagnosa yang muncul dari ca mamae ?
k. Bagaiamana cara menyusun rencana asuhan keperawatan dari ca mamae?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
paliatif dan keperawatan keluarga dengan masalah kesehatan ca mamae
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan Definisi dari ca mamae .
b. Mampu menjelaskan klasifikasi dari ca mamae
c. Mampu menjelaskan etiologi dari ca mamae
d. Mampu menjelaskan Patofisiologi dari ca mamae
e. Mampu menjelaskan manifestasi dari ca mamae
f. Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang dari ca mamae
g. Mampu menjelaskan Penatalaksanaan dari ca mamae
h. Mampu menyusun pengkajian dari ca mamae?
i. Mampu menyusun analisis data dari ca mamae?
j. Mampu menyusun diagnosa yang muncul dari ca mamae ?
k. Mampu menyusun cara menyusun rencana asuhan keperawatan dari ca mamae?

1.4 Manfaat
Manfaatnya yaitu :
 Kami sebagai mahasiswa dapat mampu menjelaskan mulai dari definisi, klasifikasi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan
Penatalaksanaan dari ca mamae.
 Selain itu,  kami juga dapat mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan dari Contoh
Kasus ca mamae.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ca mamae merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-


sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan akan
tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).

Ca mamae adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara
dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan
maturasi sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).

Ca mamae adalaah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan pertumbuhan


seluler dan merupakan kelompok penyakit,bukan penyakit tunggal (Tucker dkk,1998).

Ca mamae adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam jaringan
mammae (Tapan, 2005).

Ca mamae adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang
berubah menjadi ganas (http//www.pikiran-rakyat. com. jam 10.00, Minggu tanggal 29-8-
2005,sumber : Harianto,dkk).

2.2 Klasifikasi

Pembagian stadium menurut Portman yang disesuaikan aplikasi klinik yaitu:

1. Stadium I

Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya, tidak
ada fixasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar tumor 1-
2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening regional belum
teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya agar sel kanker tidak
dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini,
kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.
2. Stadium II

Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa
kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm.
Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi
dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang
tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30-40%.

3. Staium III A
Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas
di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu sama
lain. Menurut data Depkes, 87% ca mamae ditemukan pada stadium ini.
4. Stadium III B
Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema (lebih
dari sepertiga permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening
axila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5
cm. Kanker sudah menyebar pada seluruh bagian payudara, bahkan
mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.
5.       Stadium IV
Tumor seperti pada stadium I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar getah
bening axila supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah
merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati,
otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di batang leher. Tindakan yang harus
dilakukan adalah mengangkat payudara. Tujuan pengobatan pada palliative
bukan lagi kuratif(menyembuhkan).
2.3 Etiologi

Tidak satupun penyebab spesifik dari ca mamae,sebaliknya serangkaian faktor


genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya
kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum
berkaitan dengan ca mamae, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih
belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal,
dan pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan ca mamae. Hormon
steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam ca mamae. Dua
hormone ovarium utama-estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam
lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi factor pertumbuhan bagi camamae(Brunner
dan Sudart, 2001).

Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable)

1. Umur

Semakin bertambahnya umur meningkat resiko ca mamae. Wanita paling sering


terserang ca mamae adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah wanita
40 tahun juga dapat terserang ca mamae, namun resikonya lebih rendah
dibandingkan wanita berusia diatas 40 tahun.

2. Menarche Usia Dini


Resiko terjadinya ca mamae meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi
pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan
dengan lamanya paparan hormone estrogen dan progesterone pada wanita yang
berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
3. Menoupause usia lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami ca
mamae. Sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum terjadinya
perubahan klinis. Kurang dari 25% ca mamae terjadi pada masa sebelum
menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadinya perubahan
klinis.
4. Riwayat keluarga
Terdapat peningkatan resiko menderita ca mamae pada wanita yang keluarganya
menderita ca mamae tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast Cancer 2),yaitu suatu
kerentanan terhadap ca mamae, untuk terjadi ca mamae sebesar 60% pada umur
50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% ca mamae bersifat familial.
Pada studi genetik ditemukan bahwa ca mamae berhubungan dengan gen
probabilitas.
5. Riwayat penyakit payudara jinak
Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan
resiko untuk mengalami ca mamae. Menurut penelitian Brinton (2008) di Amerika
Serikat dengan desain cohort, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis,
fibroadenoma, dan fibrosis) mempunyai resiko 2,0 kali lebih tinggi untuk
mengalami ca mamae 4,0 kali lebih besar untuk terkena ca mamae (RR=4,0).
Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable) :
1. Riwayat kehamilan
Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko mengalami ca
mamae. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain
cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai resiko 3,6
kali lebih besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun
untuk terkena ca mamae (RR=3,6). Wanita yang multipara atau belum pernah
melahirkan mempunyai faktor resiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita
multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan untuk terkena ca mamae
(RR=4,0)
2. Obesitas dan konsumsi lemak tinngi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan ca mamae pada wanita
pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor resiko
terjadinya ca mamae.
3. Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi Oral
Hormone berhubungan dengan terjadinya ca mamae. Wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami ca mamae. Kandungan estrogen
dan progestron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih
pada kelenjer payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu
yang lama mempunyai resiko untuk mengalami ca mamae sebelum menopause.
4. Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami ca mamae daripada
waita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi
Semarang dengan desain case control menunjukkan bahawa diperkirakaan resiko
bagi wanita yang merokok untuk terkena ca mamae 2,36 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (OR=2,36).
5. Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian ca mamae. Pemajanan terhadap
radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun meningkatkan
resiko ca mamae.
2.4 Patofisiologi

Ca mamae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal,
mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan
berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Karsinoma membutuhkan
waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar
untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari
karsinoma mammae telah bermetastasis. Karsinoma mammae bermetastasis dengan
penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah
(Prince, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995).

Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri:proliferasi


yang berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti pengaruh jaringan
sekitarnya.Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal
dengan meninfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar keorgan-
organ yang jauh.Didalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi terutama
dalam maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal (Prince,A
Sylvia.2006).

Transformasi sel-sel kanker dibentik dari sel-sel normal dalam suatu proses rumut
yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi, promosi dan progresi. Pada
tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam genetiksel yang memancing selmenjadi
maligna.perubahan dalam denetic sel ini disebabakan oleh suatu gen yang disebut dengan
karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi atau penyinaran dan sinar
matahari. Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen
harus merupakan mutagen yang dapat menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja,2000).

Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat akan dipotong
dan diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh enzim-enzim
pengoreksi. Pada keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih protein regulator yang akan
mengenali kesalahan resebut dan menghentikan sel dititik tersebut dari proses
pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat diperbaiki,atau sel tersebut deprogram
untuk melakukan bunuh diri yang secara efektif menghambat pewarisan kesalahan sel-sel
keturunan jika sel tersebut kembali lobs, maka sel tersebut akan menjadi mutasi permanen
dan bertahan di semua keturunan dan masuk ketahap irreversible (Cerwin ,2000).

Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik
menahun pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen dan tidak
menimbulkan amplifikasi gen produksi copi multiple gen (Sukarha, 2000).

Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel yang belum
melewati tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh karena itu, diperlukan
beberapa faktor untuk terj adinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang akan peka dan
suatu karsinogen).

Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif ini
timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Ca mamae menginvasi secara
lokal dan menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening regional, aliran darah, atau
keduanya. Ca mamae yang bermetastasis dapat mengenai seluruh organ tubuh, terutama
paru-paru, hepar, tulang, otak dan kulit (Weiss.M 2010).

Metastasis ca mamae biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa dekade setelah


diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN Harris JE, 2011).

Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia Dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah sejauh mana tingkat
penyebaran kanker tersebut baik ke organ maupun penyebaran ketempat jauh.Stadium
hanya di kenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada tumor jinak.Untuk menentukan
suatu stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan
penunjang lainnya,yaitu histopologi,PA,rontgen,usg,danbila memungkinkan CT
Scan,Scintigrafi (Sukarja,2000)

2.5 Manifestasi Klinis

Gejala- gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan pada stadium
dini menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi stadium lanjut. Hal tersebut
akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk di sembuhkan. Bila
kanker payudara dapat di ketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan
(Ramli M, 2013)

Gejala yang timbul data penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak , seperti:

 Timbul benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama
benjolan makin keras dan bentuknya tidak beraturan.
 Saat benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan, karena
terbentuk penebalan pada kulit payudara.

 Bentuk, ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi
pembengkakan.

 Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di


bawah ketiak.

 Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam yang
tadinya berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan.

 Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang
tidak sedang hamil.

 Luka pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.

 Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau d’orange) akibat dari
neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.

2.6 Pemeriksaan penunjang

Ada beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi 2 yaitu non


invasive dan invasive :

a. Non Invasive

1. Mammografi

Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar X yang


diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi adalah kemampuan
mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm) sekalipun masih dalam
stadium dini.Waktu yang tepat untuk melakukan mammografi pada wanita
usia produktif adalah hari ke 1-14 dari siklus haid. Pada perempuan usia
nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini
berbeda-beda berkisar antara 83%-95%.
2. Ultrasound

Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat berguna
dan akurat dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan akurat dalam
membedakan antara kista dengan massa padat. Namun untuk masa yang lebih
kecil antara 5-10 mm tidak dapat divisualisasi dan massa pada jaringan lemak
payudara sulit dievaluasi. Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak
ada nyeri.

3. Computed Tomografi dan Magnetic Resonance Imaging Scans

Penggunaan CT dan MRI untuk scanning untuk mengevaluasi kelainan

payudara sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini mengambil peran dalam

mengevaluasi axila, mediastinum dan area supralivikula untuk adenopati dan

membantu dalam melakukan stging pada proses keganasan.

b. Invasiv

1. Sitologi Aspirasi

Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran 20 atau yang

lebih kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang dicuriga, lalu

dismear di atas slide dan difiksasi segera dan diwarnai untuk evaluasi sitologi.

Jika specimen diambil secara tepat, prosedur ini sangat akurat. Namun

pemeriksaan ini tidak dapat untuk memeriksa gambaran histopatologi jaringan

sebab pemeriksaan ini tidak mampu mengambil struktur jaringan sekitar.

Teknik stereotaktik untuk sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum

diamerika serikat. Kelemahan teknik ini adalah ketidak mampuan untuk

menentukan secara akurat resptor estrogen dan progesterone pada specimen

yang sangat kecil. Untuk menegtahui resptor menggunakan teknik ini sudah

dikembangkan namun masih belum merata keberadaanya dilaboratorium

patologi anatomi.
2. Core Needle Biopsy (CNB)

Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering dilakukan.

Hal tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspires jarum. CNB lebih

akurat dan bisa digunakan untuk menentukan reseptor estrogen dan

progesterone serta bisa dilakukan untuk memeriksa gambaran histopatologi.

3. Biopsy

Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound. Biopsi

TerbukaTerdapat berbagai macam teknik biopsy terbuka yaitu:

a. Biopsy Eksisi

Istilah biopsy Eksisi merujuk pada istilah yang berarti dengan

mengangkat seluruh massa yang terlihat dan biasanya dengan sedikit

batas jaringan yang sehat. Hal tersebut perlu direncanakan secara hati-

hati dan curiga lesinya bersifat gana. Kebanyakan boipsi bisa

dilakukan dengan lokal anestesi. Namun dengan kenyamanan pasien

biasa dilakukan dengan sedasi intravena. Poting beku biasa dilakukan

dan bisa disimpan untuk tes resptor estrogen dan progesterone.

b. Biopsi Insisi

Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy eksisi biasanya

dilakukan biopsy insisi dengan hanya mengambil sedikit jaringan. Hal

ini bisa dilakukan dalam anestesi lokal dan cukup nyaman pada pasien

poli.

c. Needle-Guided Biopsy (GNB)

Skrinning mammografi bisa digunakan untuk melihat lesi

mencurigakan sebelum muncul secara klinis. Dan hal tersebut bisa

dijadikan petokan dalam melakukan biopsy jarum dengan bantuan

mammografi. Teknik ini dilakukan atas dasar prinsip menghilangkan


lesi secara presisi tanpa mengorbankan jaringan sehat sekitar. Pasien

dilakukan mamografi yang disesuaikan dengan film aslinya dan

dilakukan introduks berdasarkan gambaran film tersebut. Jadi bisa

disimpulkan NGB merupakan biopsy dengan bantuan mamograf.

d. Ultrasound-Guided Biopsy (UGB)

Untuk lesi yang tidak teraba anamun terlihat gambarannya melalui

ultrasound. Bisa dilakukan dengan pasien pada posisi supine, dan

payudara discan menggunakan tranducer. Lalu kulitnya ditandai

dengan pensil; lalu dilakukan biopsy secara standard. Aspirasi kista

juga bisa dilakukan dengan bantuan ultrasound.

e. Nipple Discharge Smear (NDS)

Setelah menekan daerah puting maka akan keluar cairan .cairan yang

bisa keluar bisa diusap pada gelas kaca difikasi dan dapat dilihat untuk

dievaluasi secara sitologi. Dilaporkan, sitologi dari NDS memiliki hasil

negative palsu sebesar 18% dan positif sebesar 2,5% jadi dibutuhkan

ketelitian dan kehatihatian dalam menginterprestasi hasil tersebut.

f. Nipple Biopsy

Perubahan epithelium dari puting sering terkait dengan gatal atau

nipple discharge biasa diperbolehkan untuk dilakukan biopsy puting.

Sebuah potongan nipple /areola complex bisa dieksisi dalam lokal

anatesi dengan tepi minimal.

2.7 Pencegahan

Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan

menurunkan insidens kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurun

angka kematian akibat kanker payudara.


a.      Pencegahan Primodial

Pencegahan primodial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang sehat

yang memiliki faktor resiko. Upaya yang dimaksudkan dengan menciptakan kondisi pada

masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak mendapat dukungan dasar dari

kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Pencegahan primodial dilakukan melalui

promosi kesehatan yang ditunjukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.

b.      Pencegahan Primer

Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang sudah

memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan melalui

upaya menghindari diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko dan melaksanakan pola

hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan insiden kanker

payudara yang dapat dilakukan dengan:

1. Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.

2.   Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolahraga.

3.   Menghindari terlalu banyak terkena sinar X atau jenis radiasi lainnya.

4. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat.Serat akan menyerap zat-zat

yang bersifat karsinigen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui

feces.

5. Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahan seperti tahu atau tempe. Kedelai

mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein yang

berfungsi sebagai ektrogen nabati (fitoestrogen). Ektrogen nabati ini akan menempel

pada reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjer susu, sehingga akan menghalangi

estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya

sel kanker.
6. Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang

mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia, seperti jeruk, wortel, tomat,

labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian.

Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri dari pada

oleh dokter. Karena itu, wankita hares mewaspadai setiap [perubahan yang terjadi pada

payudara. Untuk mampu menjelaskan perubahan-perubahantersebut dilakukan pemeriksaan

sederhana yang disebut pemeriksaan payudar sendiri (SADARI).

SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur. Cara ini sangat efektif di

Indonesia karena tidak semua rumah sakit menyediakan fasilitas pemeriksaan memadai.

Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada payudara dan bulan ke

bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi

karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak

membengkak sehingga jika ada pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Jikan suadah

menopause maka pilihlah satu hari tertentu, misalnya hari pertama untuk mengingatkan

melakukan SADARI setiap bulan. 17,23 SADARI dapat dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Langkah 1 : Berdiri didepan cermin, pandanglah kedua payudara. Letakkan kedua

tangan dipinggang dan dorong siku ke depan agar otot-otot dada menegang.

Perhatikan kemungkinan adanya perubahan yang tidak biasa seperti cairan dari

puting, pengerutan, penarikan atau pengelupasan kulit

2. Langkah 2 : Lebih diarahkan perhatian kecermin, tangkaplah kedua tangan di

belakang kepal dan tekan ke depan.

3. Langkah 3 : Angkat lengan kanan. Pergunakan 3-4 jari tangan kiri

untuk memeriksa payudara kanan secara lembut, hati- hati dan secara menyeluruh.

Dimulai dari bagian tepi sisi luar, tekankan ujung jari tangan membentuk
lingkaran itu secara lambat seputar payudara. Secara bertahap lakukan kearah

puting. Pastikan mencakup seluruh payudara. Berikan perhatian khusus di daerah

antara payudara dengan ketiak, termasuk bagian ketiak kiri. akan untuk setiap

ganjalan yang tidak biasa atau di bawah kulit.

4. Langkah 4 : Dengan lembut, pijit puting susu dan lihat jika ada cairan yang keluar.

Tidak normal apabila keluar darah atau adanya cairan yang spontan.

5. Langkah 5 : Ulangi langkah (3) dan (4) dengan posisi berbaring. Berbaringlah di

tempat dengan permukaan rata. Berbaringlah dengan lengan kanan dibelakang

kepala dan bantal kecil atau lipatan handuk diletakan di bawah pundak. Posisi

menyebabkan payudara menjadi rata dan membuat pemeriksaan lebih mudah.

Lakukan gerakan melingkar yang sama seperti pada tahap (3) dan (4). Lakukan

pula untuk payudara kiri.

c. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-

akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnosa dan deteksi dini dan

pemberian pengobatan.

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis

Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya tergantung pada

stadium klinik payudara. Pengobatan kanker payudara biasanya meliputi pembedahan/

operasi, radioterapi/ penyinaran, kemoterapi, dan terapi hormonal. Penatalaksanaan medis

biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi dalam beberapa kombinasi yaitu :

1. Pembedahan/operasi

Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara

yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan


pada kanker payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif

(menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit).

Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan

dengan 3 cars yaitu:

 Masektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan

sebagian dari payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan

pemberian pemberian terapi. Biasanya lumpektomi

direkomendasikan pada penderita yang besar tumornya kurang dari

2 cm dan letaknya di pinggir payudara.

 Masektomi total (masetomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh

payudara saja, tetapi bukan kelenjer di ketiak.

 Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan

seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang

selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.

2. Radioterapi

Radiologi yaitu proses penyinaraan pada daerah yang terkena kanker

dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh

sel kanker yang masih terisisa di payudara setelah payudara. Tindakan ini

mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan

berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan

leukosit cendrung menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini

biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.

3. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam

bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh
sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker

yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari

kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut

rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.

4. Terapi hormonal

Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone estrogen,

oleh karena itu tindakan mengurangi pembentukan hormone dapat

menghambat laju perkembangan sel kanker, terapi hormonal disebut juga

dengan therapi anti estrogen karena system kerjanya menghambat atau

menghentikan kemampuan hormone estrogen yang ada dalam

menstimulus perkembangan kanker pada payudara.

2.9 Komplikasi

1. Limpedema

limfedema terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe bersirkulasi

umum tidak berfungsi dengan kuat. Jika nodus axilaris dan sistem limfe di angkat maka

sistem kolater dan axilaris harus mengambil ahli fungsi mereka. Limfedema dapat dicegah

dengan meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi yang prokximal. Jika terjadi

limfedema keluasan biasanya berhubungan dengan jumlah saluran limfatik kolateral yang

diangkat selama pembedahan (Brunner & Suddharta,2011).

2. Sidroma hiperkalsemik

Sidroma hiperkalsemik terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang meningkatkan

kadar kalsium darah/ hormon yang secara langsung mempengaruhi tulang.


WOC

Faktor Reproduksi : Penggunaan hormon Makanan dan berat badan :


Penyakit Fibrokistik : Radiasi : Riwayat
menarche pada umur muda, esterogen : penggunaan berat badan >>, hormon
papiloma, hiperplasia merangsang keluarga dan
menopause pada umur lebih obat antikoseptiva oral
atipik estrogen >>, gangguan pertumbuhan sel faktor genetik
tua, kehamilan pertama jangka panjang poliferasi sel (Hiperplasia) abnormal/ tumor
pada umur tua

Gangguan
Terpapar lebih
poliferasi sel
lama dengan
hormon estrogen

Hiperplasia pada sel mamae

Suplai nutrisi ke Mendesak Pembedahan MRM Mendesak sel Mendesak


jaringan ca jaringan sekitar (modified radical saraf Pembuluh darah
mastectomy

Suplai nutrisi ke Konsistensi Penekanan pada Aliran darah ke


jaringan lain mamae Ukuran mamae MK : sel saraf jaringan
mengecil ANSIETAS terhambat
BB menurun Odem pada MK: Gangguan MK: Nyeri Hipoksia
mamae Body Image jaringan

MK: Nutrisi Kurang


Dari Kebutuhan Massa tumor Nekrotik
Tubuh mendesak jaringan
jaringan luar

Bakteri patogen
Perfusi jaringan

ulkus MK: Resiko


Infeksi

MK:
Kerusakan
Integritas kulit
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan tanggal 19 April 2020, Jam 14.30 WIB di Ruang Bethesda RS.
Mardi Rahayu
1. BIODATA
a. Identitas pasien
Nama : Ny. D
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Kuanyar Rt: 01 Rw: 02.Mayong. Jepara
Status perkawinan : Menikah
Tanggal masuk : 19 April 2020 Jam : 09.30 WIB
Ruang perawatan : Bethesda
No Register : 194372
Diagnosa Medis : Ca mamae Dextra dan sinistra
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. K
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kuanyar Rt: 01 Rw: 02.Mayong. Jepara
Hubungan dengan pasien : suami
2. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
a. Keluhan utama
Benjolan di payudara kanan dan kiri
b. Riwayat kesehatan kesehatan sekarang
4 bulan yang lalu klien baru menyadari adanya benjolan di payudara kanan dan
payudara kiri dengan ukuran ± 2-3 cm, letaknya diatas sebelah kanan puting susu.
Klien tidak memeriksakan ke dokter ataupun klinik kesehatan setempat karena
klien tidak merasakan keluhan apapun. Karena merasa benjolan yang ada di
payudara kanan dan kiri semakin membesar (ukuran ± 5 cm), terutama benjolan
yang ada di sebelah kanan.dan klien juga merasakan nyeri yang hilang timbul
maka Pada tanggal 19 April 2020 sekitar jam 07.30 klien berobat ke klinik didekat
rumah klien di mayong, dokter di klinik tersebut langsung memberikan surat
pengantar ke Dokter Johan SpB. Setelah dokter Johan menerima surat pegantar
tersebut, klien disarankan masuk RS. Mardi Rahayu Kudus untuk di opname dan
diperiksa lebih lanjut oleh dokter Johan SpB dan disarankan untuk Operasi tgl 20
April 2020 jam 10.15 wib.
c. Riwayat kesehatan dulu
Pasien belum pernah opname sebelumnya dan pasien sebelumnya tidak pernah
sakit seperti sekarang ini.
d. Riwayatan kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien, tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti DM,
hipertensi, dsb. Dan juga tidak ada yang menderita penyakit seperti yang
dirasakan pasien.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik tanggal 19 April 2020
a. Keadaan umum
Kesadaran : compomentis
GCS : 15 E 4 = spontan
M6 = menurut perintah
V5 = orientasi baik
Tanda-tanda : TD : 120 / 80 mmHg
N : 78x / menit
S : 36.5 0C
RR : 20 x/menit
b. Kepala
Mesochepal, rambut ikal, panjang, kulit kepala bersih tidak ada ketombe, rambut
tidak mudah rontok.
c. Mata
Sklera tidak ikhterik, conjungtiva tampak merah (tidak anemis), pupil isokor,
penglihatan baik.
d. Telinga
Simetris, terdapat sedikit serumen, pendengaran baik.
e. Hidung
Simetris, tidak ada polip, penciuman baik.
f. Mulut
Tidak cyanosis, tidak ada aphtae (sariawan), tidak ada stomatitis, radang mukcosa.
g. Gigi
Tidak gigi yang tanggal, tidak ada gigi berlubang
h. Lidah
Bersih, warna merah muda
i. Tenggorokkan
Pasien mampu menelan dengan baik, tidak ada gangguan menelan, tidak ada
pembesaran tonsil.
j. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid pad pemeriksaan palpasi.
k. Kulit
Turgor baik, warna sawo matang, kulit bersih .
l. Dada
1) Paru-paru : Inspeksi : Rr 20 x /menit, gerakan naik turun dada teratur.
Perkusi  : bunyi sonor
Auskultasi : tidak terdapat bunyi ronkhi / wheezing bunyi nafas
vesikuler
2) Payudara : Bentuk asimetris, payudara sebelah kanan ada benjolan dengan
diameter 6 cm dan payudara sebelah kiri ada benjolan dengan diameter 5 cm,
nyeri tekan tidak ada.
m. Jantung
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Denyut jantung teratur (terletak di dada sebelah kiri)
Perkusi : Terdengar bunyi pekak
Auskultasi : Irama jantung teratur, tidak terdapat bunyi gallop, murmur
n. Abdomen
Inspeksi : Tidak terlihat adanya pembesaran (Asites)
Auskultasi : Peristaltik 15 x / menit
Palpasi : Tidak ada massa / benjolan
Perkusi : Terdengar bunyi timpani
o. Genetalia
Tidak terpasang DC, tidak ada kelainan
p. Anus
Tidak terdapat haemoroid
q. Reproduksi
Pasien mengatakan tidak ada masalah
4. Data biologis
a. Nutrisi
Klien mengatakan di rumah biasa makan 3 x sehari dengan menu nasi, lauk,
sayuran, dan minum air putih 5 – 6 gelas sehari.
Saat dikaji, klien makan diit yang disajikan dari RS dan habis 1 porsi, minum air
putih 5 – 6 gelas sehari.
b. Eliminasi
Klien mengatakan di rumah biasa BAB 1x/hari. Konsistensi lunak warna kuning.
BAK ± 6 x / hari, warna kuning jernih, tidak ada nyeri, tidak ada pendarahan.
c. Istirahat tidur
Klien mengatakan di rumah biasa tidur ± 7 jam, mulai dari jam 22.00 – 05.00
WIB. Tidur siang ± 1 jam.
Saat dikaji klien mengatakan lebih banyak tidur ± 8 – 9 jam
d. Aktivitas
Klien mengatakan dirumah biasa melakukan perkerjaan ibu rumah tangga sendiri.
Saat dikaji klien mampu melakukan aktivitas sendiri seperti makan, minum
maupun mandi di kamar mandi.
5. Data psikologis
Klien mengatakan cemas akan pengobatan yang akan dijalani karena klien belum
mengerti tentang penyakitnya dan belum tahu tentang tindakan operasi yang akan
dijalani.
6. Data sosiologis
Klien mengatakan orang terdekatnya adalah suami dan anak.
7. Data spiritual
Klien mengatakan beragama islam dan taat menjalankan ibadah sholat.
8. Data komunikasi
Klien mampu berkomunikasi dengan jelas kepada pasien yang lain, keluarga serta
perawat.
Saat dikaji tentang persepsi diri dan sakit yang dialaminya, klien mengatakan yakin
akan kesembuhannya.
9. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 19 April 2020 jam 10.49 Pemeriksaan laboratorium
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hemoglobin 13.6 g/dL 12.0– 16.0
Erythrocyte 5.04 juta/uL 4.00 – 5.00
Haematrocit 41.6 % 37.0 – 43.0
Leucocyte 9.34 ribus/uL 5.00 – 10.00
N.segmen 60.8 % 50.0 – 70.0
Lymphocyte 28.7 % 20 – 40
Monocyte 8.4 % 2–8
Eosinophil 1.9 % 1–4
Basophil 0.2 % 0–1
MCV 83 fL 8.2 – 9.2
MCH 27 pg 27.0 – 31.0
MCHC 33 g/dL 32.0 -37.0
Thrombocite 36.7 ribu/uL 150 – 500
RDW 40.5 fL 30.0 – 45.0
PDW 10.8 fL 10.0 – 18.0
MPV 9.3 fL 6.5 – 11.0
LED 30/46 menit 1.00– 3.00
Golongan Darah/Rh A/+ menit 2.00 – 6.00
Waktu pembekuan 6.00
Waktu perdarahan 2.00

B. ANALISA DATA
Nama : Ny. D No Register : 1194372
Umur : 42 tahun Ruang : Bethesda

Tanggal
Data Fokus Etiologi Masalah
Jam
19/04/20 DS :- pasien merasa khawatir kurang Cemas sehubungan
Jam: 14.30 dengan benjolan pengetahuan dengan kurangnya
yang semakin membesar pengetahuan
- pasien mengatakan kurang
tahu dan mengerti tentang
penyakitnya
DO : - pasien sering bertanya pada
perawat tentang
penyakitnya.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuaan tentang penyakitnya
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. D No Register : 194372
Umur : 42 tahun Ruang : Bethesda
Tanggal Intervensi
Tujuan dan Kriteria Hasil
Jam Keperawatan
19/04/20 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan
Jam: 14.30 keperawatan selama 1 x 2. Beri penkes tentang pengertian, etilogi, tanda,
pertemuan selama 30 menit gejala, penatalaksana.
pasien mengetahui tentang 3. Dorong pasien untuk mengungkapkan
penyakitnya dengan kriteria : masalah atau ketakutan yang dihadapi
- Klien / pasien sudah tidak 4. Anjurkan klien untuk menerangkan kembali
bertanya kepada perawat mengenai penkes yang telah diberikan.
tentang penyakitnya. 5. libatkan keluarga
- Pasien mengerti dan mengetahui 6. kaji kekhawatiran tentang penyakit kanker
tentang penyakitnya. payudara
- Pasien dapat menerangkan
kembali apa yang telah di
jelaskan oleh perawat.

E. IMPLEMENTASI
Nama : Ny. D No Register : 194372
Umur : 42 tahun Ruang : Bethesda
Tgl Jam Implementasi Respon pasien
19/04/20 1. Menjelaskan penkes tentang Pasien dan keluarga mendengarkan dengan
Jam: 14.30 pengertian, etiologi, tanda dan seksama.
gejala, penatalaksanaan. Pasien mau mengungkapkan rasa
2. Mendorong pasien untuk kekhawatirannya pada perawat
mengungkapkan masalah atau Keluarga mau mendengarkan dan
ketakutan yang di hadapi berpartisipasi aktif waktu diberi penkes.
3. Melibatkan anggota keluarga
untuk mendengarkan penkes
tentang pengertian, etiologi,
tanda dan gejala,
penatalaksanaan.

F. EVALUASI
Nama : Ny. D No Register : 194372
Umur : 42 tahun Ruang : Bethesda
Tgl Jam Evaluasi
19/04/20 S : Pasien mengatakan sudah tahu tentang pengertian, etiologi, tanda dan gejala,
Jam: 14.30 penatalaksanaan.
O : Pasien mampu menjelaskan kembali tentang pengertian, etiologi, tanda dan
gejala dengan bahasa yang sederhana.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
LAPORAN KASUS PADA PASIEN DENGAN CA MAMAE

Ny.D keluarga Bapak Tn.K,berumur 42 tahun mempunyai 2 anak laki-laki. Suatu


ketika Ny.D tidak dapat menahan rasa nyeri sehingga Ny.D datang ke rumah sakit Betesdha,
ibu datang dengan keluhan nyeri pada payudara sebelah kanan dan kiri. Keadaan umum
pasien tampak khawatir, pasien merasa khawatir dengan benjolan yang semakin membesar
pasien mengatakan kurang tahu dan tidak mengerti tentang penyakitnya. Kira-kira 4 bulan
yang lalu klien baru menyadari adanya benjolan di payudara kanan dan payudara kiri dengan
ukuran ± 2-3 cm, letaknya diatas sebelah kanan puting susu. Ny.D tidak memeriksakan ke
dokter ataupun klinik kesehatan setempat karena klien tidak merasakan keluhan apapun.
Karena merasa benjolan yang ada di payudara kanan dan kiri semakin membesar (ukuran ± 5
cm), terutama benjolan yang ada di sebelah kanan.dan klien juga merasakan nyeri yang
hilang timbul maka Pada tanggal 19 April 2020 sekitar jam 07.30 Ny.D berobat ke klinik
didekat rumah klien di mayong, dokter di klinik tersebut langsung memberikan surat
pengantar ke Dokter Johan SpB. Setelah dokter Johan menerima surat pegantar tersebut, klien
disarankan masuk RS. Mardi Rahayu Kudus untuk di opname dan diperiksa lebih lanjut oleh
dokter Johan SpB dan disarankan untuk Operasi tgl 20 April 2020 jam 10.15 wib. Setelah di
lakukan pemeriksaan Ny. D terdiagnosa Ca Mammae Stadium 2, TTV klien RR : 20x /menit,
N:78 x/menit, TD:120/80 mmHg, S:36,5 C.
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2005. How Many People Have Breast Cancer.  http;//www.cancer.org.
Diakses tanggal 20 Juni 2011.
Baradero, M. Dkk. (2008). Seri Asuhan Keperawatan pada Klien Kanker. Jakarta: EGC.
Bulechek, GM., Butcher, HK., & Dochterman, JM. (2008). Nursing Intervention Classification
(NIC). 5th, ed. St Louis. Mosby Elsevier.
Daniele Gale. (1999). Rencana asuhan keperawatan onkologi (Onkologi Nursing Care Plans).
Jakarta: EGC.
Dongoes, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.
ICN (2005). International Classification for Nursing Practice. Geneva.
Moorhead, S., Johnson, M., & Maas, M. (2004). Iowa Outcomes Project. Nursing Outcomes
Classification (NOC).3rd. St Louis. Mosby.
NANDA (2007) Nursing diagnoses: Definitions and Classification 2007-2008. Philadelphia
Smeltzer. (2002). Buku Ajar Keperawatan medikal-bedah Brunner & suddarth. Edisi *. Volume 1.
Jakarta: EGC.
WHO (World Health Organization), 2004. Breast Cancer: Prevention and Control. Available
from : http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index1.html
Wilkinson. J.M (2007). Nursing Process and Critical Thinking. 4th ed. New Jersey. Pearson
Education.

Anda mungkin juga menyukai