Askep Paliatif Ca Mamae
Askep Paliatif Ca Mamae
MEDAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Manfaatnya yaitu :
Kami sebagai mahasiswa dapat mampu menjelaskan mulai dari definisi, klasifikasi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan
Penatalaksanaan dari ca mamae.
Selain itu, kami juga dapat mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan dari Contoh
Kasus ca mamae.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ca mamae adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara
dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan
maturasi sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Ca mamae adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam jaringan
mammae (Tapan, 2005).
Ca mamae adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang
berubah menjadi ganas (http//www.pikiran-rakyat. com. jam 10.00, Minggu tanggal 29-8-
2005,sumber : Harianto,dkk).
2.2 Klasifikasi
1. Stadium I
Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya, tidak
ada fixasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar tumor 1-
2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening regional belum
teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya agar sel kanker tidak
dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini,
kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.
2. Stadium II
Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa
kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm.
Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi
dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang
tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30-40%.
3. Staium III A
Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas
di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu sama
lain. Menurut data Depkes, 87% ca mamae ditemukan pada stadium ini.
4. Stadium III B
Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema (lebih
dari sepertiga permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening
axila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5
cm. Kanker sudah menyebar pada seluruh bagian payudara, bahkan
mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.
5. Stadium IV
Tumor seperti pada stadium I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar getah
bening axila supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah
merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati,
otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di batang leher. Tindakan yang harus
dilakukan adalah mengangkat payudara. Tujuan pengobatan pada palliative
bukan lagi kuratif(menyembuhkan).
2.3 Etiologi
1. Umur
Ca mamae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal,
mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan
berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Karsinoma membutuhkan
waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar
untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari
karsinoma mammae telah bermetastasis. Karsinoma mammae bermetastasis dengan
penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah
(Prince, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995).
Transformasi sel-sel kanker dibentik dari sel-sel normal dalam suatu proses rumut
yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi, promosi dan progresi. Pada
tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam genetiksel yang memancing selmenjadi
maligna.perubahan dalam denetic sel ini disebabakan oleh suatu gen yang disebut dengan
karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi atau penyinaran dan sinar
matahari. Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen
harus merupakan mutagen yang dapat menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja,2000).
Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat akan dipotong
dan diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh enzim-enzim
pengoreksi. Pada keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih protein regulator yang akan
mengenali kesalahan resebut dan menghentikan sel dititik tersebut dari proses
pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat diperbaiki,atau sel tersebut deprogram
untuk melakukan bunuh diri yang secara efektif menghambat pewarisan kesalahan sel-sel
keturunan jika sel tersebut kembali lobs, maka sel tersebut akan menjadi mutasi permanen
dan bertahan di semua keturunan dan masuk ketahap irreversible (Cerwin ,2000).
Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik
menahun pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen dan tidak
menimbulkan amplifikasi gen produksi copi multiple gen (Sukarha, 2000).
Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel yang belum
melewati tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh karena itu, diperlukan
beberapa faktor untuk terj adinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang akan peka dan
suatu karsinogen).
Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif ini
timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Ca mamae menginvasi secara
lokal dan menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening regional, aliran darah, atau
keduanya. Ca mamae yang bermetastasis dapat mengenai seluruh organ tubuh, terutama
paru-paru, hepar, tulang, otak dan kulit (Weiss.M 2010).
Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia Dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah sejauh mana tingkat
penyebaran kanker tersebut baik ke organ maupun penyebaran ketempat jauh.Stadium
hanya di kenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada tumor jinak.Untuk menentukan
suatu stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan
penunjang lainnya,yaitu histopologi,PA,rontgen,usg,danbila memungkinkan CT
Scan,Scintigrafi (Sukarja,2000)
Gejala- gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan pada stadium
dini menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi stadium lanjut. Hal tersebut
akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk di sembuhkan. Bila
kanker payudara dapat di ketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan
(Ramli M, 2013)
Gejala yang timbul data penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak , seperti:
Timbul benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama
benjolan makin keras dan bentuknya tidak beraturan.
Saat benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan, karena
terbentuk penebalan pada kulit payudara.
Bentuk, ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi
pembengkakan.
Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam yang
tadinya berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan.
Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang
tidak sedang hamil.
Luka pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.
Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau d’orange) akibat dari
neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.
a. Non Invasive
1. Mammografi
Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat berguna
dan akurat dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan akurat dalam
membedakan antara kista dengan massa padat. Namun untuk masa yang lebih
kecil antara 5-10 mm tidak dapat divisualisasi dan massa pada jaringan lemak
payudara sulit dievaluasi. Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak
ada nyeri.
payudara sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini mengambil peran dalam
b. Invasiv
1. Sitologi Aspirasi
lebih kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang dicuriga, lalu
dismear di atas slide dan difiksasi segera dan diwarnai untuk evaluasi sitologi.
Jika specimen diambil secara tepat, prosedur ini sangat akurat. Namun
Teknik stereotaktik untuk sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum
yang sangat kecil. Untuk menegtahui resptor menggunakan teknik ini sudah
patologi anatomi.
2. Core Needle Biopsy (CNB)
Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering dilakukan.
Hal tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspires jarum. CNB lebih
3. Biopsy
Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound. Biopsi
a. Biopsy Eksisi
batas jaringan yang sehat. Hal tersebut perlu direncanakan secara hati-
b. Biopsi Insisi
Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy eksisi biasanya
ini bisa dilakukan dalam anestesi lokal dan cukup nyaman pada pasien
poli.
Setelah menekan daerah puting maka akan keluar cairan .cairan yang
bisa keluar bisa diusap pada gelas kaca difikasi dan dapat dilihat untuk
negative palsu sebesar 18% dan positif sebesar 2,5% jadi dibutuhkan
f. Nipple Biopsy
2.7 Pencegahan
menurunkan insidens kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurun
Pencegahan primodial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang sehat
yang memiliki faktor resiko. Upaya yang dimaksudkan dengan menciptakan kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak mendapat dukungan dasar dari
kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Pencegahan primodial dilakukan melalui
promosi kesehatan yang ditunjukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang sudah
memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan melalui
upaya menghindari diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko dan melaksanakan pola
hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan insiden kanker
yang bersifat karsinigen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui
feces.
5. Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahan seperti tahu atau tempe. Kedelai
mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein yang
berfungsi sebagai ektrogen nabati (fitoestrogen). Ektrogen nabati ini akan menempel
pada reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjer susu, sehingga akan menghalangi
estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya
sel kanker.
6. Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang
mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia, seperti jeruk, wortel, tomat,
Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri dari pada
oleh dokter. Karena itu, wankita hares mewaspadai setiap [perubahan yang terjadi pada
SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur. Cara ini sangat efektif di
Indonesia karena tidak semua rumah sakit menyediakan fasilitas pemeriksaan memadai.
Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada payudara dan bulan ke
bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi
karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak
membengkak sehingga jika ada pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Jikan suadah
menopause maka pilihlah satu hari tertentu, misalnya hari pertama untuk mengingatkan
melakukan SADARI setiap bulan. 17,23 SADARI dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
tangan dipinggang dan dorong siku ke depan agar otot-otot dada menegang.
Perhatikan kemungkinan adanya perubahan yang tidak biasa seperti cairan dari
untuk memeriksa payudara kanan secara lembut, hati- hati dan secara menyeluruh.
Dimulai dari bagian tepi sisi luar, tekankan ujung jari tangan membentuk
lingkaran itu secara lambat seputar payudara. Secara bertahap lakukan kearah
antara payudara dengan ketiak, termasuk bagian ketiak kiri. akan untuk setiap
4. Langkah 4 : Dengan lembut, pijit puting susu dan lihat jika ada cairan yang keluar.
Tidak normal apabila keluar darah atau adanya cairan yang spontan.
5. Langkah 5 : Ulangi langkah (3) dan (4) dengan posisi berbaring. Berbaringlah di
kepala dan bantal kecil atau lipatan handuk diletakan di bawah pundak. Posisi
Lakukan gerakan melingkar yang sama seperti pada tahap (3) dan (4). Lakukan
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-
akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnosa dan deteksi dini dan
pemberian pengobatan.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya tergantung pada
biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi dalam beberapa kombinasi yaitu :
1. Pembedahan/operasi
2. Radioterapi
sel kanker yang masih terisisa di payudara setelah payudara. Tindakan ini
mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan
3. Kemoterapi
bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh
sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker
4. Terapi hormonal
2.9 Komplikasi
1. Limpedema
limfedema terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe bersirkulasi
umum tidak berfungsi dengan kuat. Jika nodus axilaris dan sistem limfe di angkat maka
sistem kolater dan axilaris harus mengambil ahli fungsi mereka. Limfedema dapat dicegah
dengan meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi yang prokximal. Jika terjadi
limfedema keluasan biasanya berhubungan dengan jumlah saluran limfatik kolateral yang
2. Sidroma hiperkalsemik
Gangguan
Terpapar lebih
poliferasi sel
lama dengan
hormon estrogen
Bakteri patogen
Perfusi jaringan
MK:
Kerusakan
Integritas kulit
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan tanggal 19 April 2020, Jam 14.30 WIB di Ruang Bethesda RS.
Mardi Rahayu
1. BIODATA
a. Identitas pasien
Nama : Ny. D
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Kuanyar Rt: 01 Rw: 02.Mayong. Jepara
Status perkawinan : Menikah
Tanggal masuk : 19 April 2020 Jam : 09.30 WIB
Ruang perawatan : Bethesda
No Register : 194372
Diagnosa Medis : Ca mamae Dextra dan sinistra
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. K
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kuanyar Rt: 01 Rw: 02.Mayong. Jepara
Hubungan dengan pasien : suami
2. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
a. Keluhan utama
Benjolan di payudara kanan dan kiri
b. Riwayat kesehatan kesehatan sekarang
4 bulan yang lalu klien baru menyadari adanya benjolan di payudara kanan dan
payudara kiri dengan ukuran ± 2-3 cm, letaknya diatas sebelah kanan puting susu.
Klien tidak memeriksakan ke dokter ataupun klinik kesehatan setempat karena
klien tidak merasakan keluhan apapun. Karena merasa benjolan yang ada di
payudara kanan dan kiri semakin membesar (ukuran ± 5 cm), terutama benjolan
yang ada di sebelah kanan.dan klien juga merasakan nyeri yang hilang timbul
maka Pada tanggal 19 April 2020 sekitar jam 07.30 klien berobat ke klinik didekat
rumah klien di mayong, dokter di klinik tersebut langsung memberikan surat
pengantar ke Dokter Johan SpB. Setelah dokter Johan menerima surat pegantar
tersebut, klien disarankan masuk RS. Mardi Rahayu Kudus untuk di opname dan
diperiksa lebih lanjut oleh dokter Johan SpB dan disarankan untuk Operasi tgl 20
April 2020 jam 10.15 wib.
c. Riwayat kesehatan dulu
Pasien belum pernah opname sebelumnya dan pasien sebelumnya tidak pernah
sakit seperti sekarang ini.
d. Riwayatan kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien, tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti DM,
hipertensi, dsb. Dan juga tidak ada yang menderita penyakit seperti yang
dirasakan pasien.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik tanggal 19 April 2020
a. Keadaan umum
Kesadaran : compomentis
GCS : 15 E 4 = spontan
M6 = menurut perintah
V5 = orientasi baik
Tanda-tanda : TD : 120 / 80 mmHg
N : 78x / menit
S : 36.5 0C
RR : 20 x/menit
b. Kepala
Mesochepal, rambut ikal, panjang, kulit kepala bersih tidak ada ketombe, rambut
tidak mudah rontok.
c. Mata
Sklera tidak ikhterik, conjungtiva tampak merah (tidak anemis), pupil isokor,
penglihatan baik.
d. Telinga
Simetris, terdapat sedikit serumen, pendengaran baik.
e. Hidung
Simetris, tidak ada polip, penciuman baik.
f. Mulut
Tidak cyanosis, tidak ada aphtae (sariawan), tidak ada stomatitis, radang mukcosa.
g. Gigi
Tidak gigi yang tanggal, tidak ada gigi berlubang
h. Lidah
Bersih, warna merah muda
i. Tenggorokkan
Pasien mampu menelan dengan baik, tidak ada gangguan menelan, tidak ada
pembesaran tonsil.
j. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid pad pemeriksaan palpasi.
k. Kulit
Turgor baik, warna sawo matang, kulit bersih .
l. Dada
1) Paru-paru : Inspeksi : Rr 20 x /menit, gerakan naik turun dada teratur.
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : tidak terdapat bunyi ronkhi / wheezing bunyi nafas
vesikuler
2) Payudara : Bentuk asimetris, payudara sebelah kanan ada benjolan dengan
diameter 6 cm dan payudara sebelah kiri ada benjolan dengan diameter 5 cm,
nyeri tekan tidak ada.
m. Jantung
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Denyut jantung teratur (terletak di dada sebelah kiri)
Perkusi : Terdengar bunyi pekak
Auskultasi : Irama jantung teratur, tidak terdapat bunyi gallop, murmur
n. Abdomen
Inspeksi : Tidak terlihat adanya pembesaran (Asites)
Auskultasi : Peristaltik 15 x / menit
Palpasi : Tidak ada massa / benjolan
Perkusi : Terdengar bunyi timpani
o. Genetalia
Tidak terpasang DC, tidak ada kelainan
p. Anus
Tidak terdapat haemoroid
q. Reproduksi
Pasien mengatakan tidak ada masalah
4. Data biologis
a. Nutrisi
Klien mengatakan di rumah biasa makan 3 x sehari dengan menu nasi, lauk,
sayuran, dan minum air putih 5 – 6 gelas sehari.
Saat dikaji, klien makan diit yang disajikan dari RS dan habis 1 porsi, minum air
putih 5 – 6 gelas sehari.
b. Eliminasi
Klien mengatakan di rumah biasa BAB 1x/hari. Konsistensi lunak warna kuning.
BAK ± 6 x / hari, warna kuning jernih, tidak ada nyeri, tidak ada pendarahan.
c. Istirahat tidur
Klien mengatakan di rumah biasa tidur ± 7 jam, mulai dari jam 22.00 – 05.00
WIB. Tidur siang ± 1 jam.
Saat dikaji klien mengatakan lebih banyak tidur ± 8 – 9 jam
d. Aktivitas
Klien mengatakan dirumah biasa melakukan perkerjaan ibu rumah tangga sendiri.
Saat dikaji klien mampu melakukan aktivitas sendiri seperti makan, minum
maupun mandi di kamar mandi.
5. Data psikologis
Klien mengatakan cemas akan pengobatan yang akan dijalani karena klien belum
mengerti tentang penyakitnya dan belum tahu tentang tindakan operasi yang akan
dijalani.
6. Data sosiologis
Klien mengatakan orang terdekatnya adalah suami dan anak.
7. Data spiritual
Klien mengatakan beragama islam dan taat menjalankan ibadah sholat.
8. Data komunikasi
Klien mampu berkomunikasi dengan jelas kepada pasien yang lain, keluarga serta
perawat.
Saat dikaji tentang persepsi diri dan sakit yang dialaminya, klien mengatakan yakin
akan kesembuhannya.
9. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 19 April 2020 jam 10.49 Pemeriksaan laboratorium
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hemoglobin 13.6 g/dL 12.0– 16.0
Erythrocyte 5.04 juta/uL 4.00 – 5.00
Haematrocit 41.6 % 37.0 – 43.0
Leucocyte 9.34 ribus/uL 5.00 – 10.00
N.segmen 60.8 % 50.0 – 70.0
Lymphocyte 28.7 % 20 – 40
Monocyte 8.4 % 2–8
Eosinophil 1.9 % 1–4
Basophil 0.2 % 0–1
MCV 83 fL 8.2 – 9.2
MCH 27 pg 27.0 – 31.0
MCHC 33 g/dL 32.0 -37.0
Thrombocite 36.7 ribu/uL 150 – 500
RDW 40.5 fL 30.0 – 45.0
PDW 10.8 fL 10.0 – 18.0
MPV 9.3 fL 6.5 – 11.0
LED 30/46 menit 1.00– 3.00
Golongan Darah/Rh A/+ menit 2.00 – 6.00
Waktu pembekuan 6.00
Waktu perdarahan 2.00
B. ANALISA DATA
Nama : Ny. D No Register : 1194372
Umur : 42 tahun Ruang : Bethesda
Tanggal
Data Fokus Etiologi Masalah
Jam
19/04/20 DS :- pasien merasa khawatir kurang Cemas sehubungan
Jam: 14.30 dengan benjolan pengetahuan dengan kurangnya
yang semakin membesar pengetahuan
- pasien mengatakan kurang
tahu dan mengerti tentang
penyakitnya
DO : - pasien sering bertanya pada
perawat tentang
penyakitnya.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuaan tentang penyakitnya
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. D No Register : 194372
Umur : 42 tahun Ruang : Bethesda
Tanggal Intervensi
Tujuan dan Kriteria Hasil
Jam Keperawatan
19/04/20 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan
Jam: 14.30 keperawatan selama 1 x 2. Beri penkes tentang pengertian, etilogi, tanda,
pertemuan selama 30 menit gejala, penatalaksana.
pasien mengetahui tentang 3. Dorong pasien untuk mengungkapkan
penyakitnya dengan kriteria : masalah atau ketakutan yang dihadapi
- Klien / pasien sudah tidak 4. Anjurkan klien untuk menerangkan kembali
bertanya kepada perawat mengenai penkes yang telah diberikan.
tentang penyakitnya. 5. libatkan keluarga
- Pasien mengerti dan mengetahui 6. kaji kekhawatiran tentang penyakit kanker
tentang penyakitnya. payudara
- Pasien dapat menerangkan
kembali apa yang telah di
jelaskan oleh perawat.
E. IMPLEMENTASI
Nama : Ny. D No Register : 194372
Umur : 42 tahun Ruang : Bethesda
Tgl Jam Implementasi Respon pasien
19/04/20 1. Menjelaskan penkes tentang Pasien dan keluarga mendengarkan dengan
Jam: 14.30 pengertian, etiologi, tanda dan seksama.
gejala, penatalaksanaan. Pasien mau mengungkapkan rasa
2. Mendorong pasien untuk kekhawatirannya pada perawat
mengungkapkan masalah atau Keluarga mau mendengarkan dan
ketakutan yang di hadapi berpartisipasi aktif waktu diberi penkes.
3. Melibatkan anggota keluarga
untuk mendengarkan penkes
tentang pengertian, etiologi,
tanda dan gejala,
penatalaksanaan.
F. EVALUASI
Nama : Ny. D No Register : 194372
Umur : 42 tahun Ruang : Bethesda
Tgl Jam Evaluasi
19/04/20 S : Pasien mengatakan sudah tahu tentang pengertian, etiologi, tanda dan gejala,
Jam: 14.30 penatalaksanaan.
O : Pasien mampu menjelaskan kembali tentang pengertian, etiologi, tanda dan
gejala dengan bahasa yang sederhana.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
LAPORAN KASUS PADA PASIEN DENGAN CA MAMAE
American Cancer Society. 2005. How Many People Have Breast Cancer. http;//www.cancer.org.
Diakses tanggal 20 Juni 2011.
Baradero, M. Dkk. (2008). Seri Asuhan Keperawatan pada Klien Kanker. Jakarta: EGC.
Bulechek, GM., Butcher, HK., & Dochterman, JM. (2008). Nursing Intervention Classification
(NIC). 5th, ed. St Louis. Mosby Elsevier.
Daniele Gale. (1999). Rencana asuhan keperawatan onkologi (Onkologi Nursing Care Plans).
Jakarta: EGC.
Dongoes, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.
ICN (2005). International Classification for Nursing Practice. Geneva.
Moorhead, S., Johnson, M., & Maas, M. (2004). Iowa Outcomes Project. Nursing Outcomes
Classification (NOC).3rd. St Louis. Mosby.
NANDA (2007) Nursing diagnoses: Definitions and Classification 2007-2008. Philadelphia
Smeltzer. (2002). Buku Ajar Keperawatan medikal-bedah Brunner & suddarth. Edisi *. Volume 1.
Jakarta: EGC.
WHO (World Health Organization), 2004. Breast Cancer: Prevention and Control. Available
from : http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index1.html
Wilkinson. J.M (2007). Nursing Process and Critical Thinking. 4th ed. New Jersey. Pearson
Education.