Anda di halaman 1dari 31

Pengobatan konvensional/medis, terapi komplementer

dan pengobatan tradisional pada kanker serviks


D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Mariaty golddina napitupulu NIM: 1902011

Dewi maya pasaribu NIM: 1902005

Susi kartika ayu kudadiri NIM: 1902012

Reni sianturi NIM: 1902007

Destira lestari NIM: 1902044

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA
TAHUN AJARAN
2020-2021

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena dengan rahmat dan hidayahnya

penyusun dapat menyelesaikan makalah Pengobatan Konvensional/Medis, Terapi

Komplementer, dan Pengobatan Tradisional Kanker Serviks.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini.

Kami sadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu

kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang telah membaca makalah ini, demi

perbaikan dimasa yang akan datang.

Medan, 26 Juli 2020

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu penyebab kematian utama di dunia adalah penyakit kanker. Pada tahun 2012,
kanker menjadi penyebab kematian 8,2 juta orang. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan
kanker payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya
(Kemenkes, 2015) .
Kanker serviks merupakan kanker yang yang paling sering terjadi pada wanita, sebesar
7,5% dari semua kematian disebabkan oleh kanker serviks. Diperkirakan lebih dari 270.000
kematian diakibatkan oleh kanker serviks setiap tahunnya, dan lebih dari 85% terjadi di
negara berkembang (WHO, 2014). Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk
semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1.4% atau diperkirakan sekitar 347.792
orang. Penyakit kanker serviks merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di Indonesia
yakni 0,8%, sementara untuk kanker payudara memiliki prevalensi sebesar 0,5% (Kemenkes,
2018).
Agar kanker serviks dapat ditemukan pada stadium dini serta mendapatkan pengobatan
yang cepat dan tepat untuk memberikan kesembuhan dan harapan hidup yang lebih lama,
maka perlu adanya tindakan pencegahan dan deteksi dini kanker serviks yang meliputi
pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan Pap smear. Karena pada umumnya
kanker serviks baru menunjukkan gejala setelah tahap kronis dan sulit untuk disembuhkan.
Beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks antara lain
infeksi virus human papilloma virus (HPV), merokok, hubungan seksual pertama dilakukan
pada usia dibawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan seksual, pemakaian DES
(Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran, gangguan sistem
kekebalan, pemakaian pil KB, infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun, dan
golongan ekonomi lemah (Nurarif, 2016). Menurut Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia
tahun 2017, diagnosa keperawatan aktual yang mungkin muncul pada pasien kanker serviks
adalah nyeri kronis, defisit nutrisi, disfungsi seksual dan hipertermia (PPNI, 2017).
Usaha yang dilakukan pasien untuk menyembuhkan penyakitnya misalnya dengan
melaksanakan pengobatan. Jenis pengobatan kanker payudara terdiri atas kemoterapi yang
berupa pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk cairan melalui infus, radioterapi yang
berupa proses penyinaran sel kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma,
mastektomi yakni berupa pembedahan atau pengangkatan sel-sel kanker payudara dengan cara
operasi.5 Pelaksanaan pengobatan dapat menimbulkan dampak yang telah ditemukan menjadi
respon psikologis yang dapat menekan kondisi pengidap kanker payudara seperti adanya
perubahan citra tubuh akibat perubahan fisik.
Pengobatan alternatif menjadi sebuah topik yang sedang marak-maraknya beberapa tahun
ini. Pengobatan ini menjadi salah satu usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk
menyelesaikan permasalah kesehatan yang sedang mereka alami. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Eisenberg dkk (1996) diperkirakan bahwa sebanyak 425 juta orang di Amerika
melakukan kunjungan ke pengobatan alternatif, jumlah tersebut melebihi angka dari kunjungan
masyarakat Amerika ke dokter (Weiss dan Lynne, 1996 dalam Novitasari , 2010). Sementara di
Indonesia dari data yang diperoleh BPS tahun 2003 menunjukkan bahwa sebanyak 30,67% dari
penduduk Indonesia menggunakan pengobatan alternatif untuk mengatasi permasalahan terkait
kesehatan mereka. Persentase tersebut meningkat dua kali lipat dari tahun 1999 (Jauhari, Utami,
& Padmawati, 2008).
Penelitian Jauhari dkk tahun 2008 menunjukkan bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi masyarakat dalam pemanfaatan pengobatan alternatif. Beberapa faktor-faktor itu
antara lain faktor pengalaman, ekonomi, kebudayaan. Fenomena pengobatan alternatif tersebut
disebut etnomedisin. Etnomedisin adalah sebuah kepercayaan dan praktek-praktek yang
berkenaan dengan penyakit yang merupakan hasil dari perkembangan kebudayaan asli, eksplisit
dan tidak berasal dari kerangka kedokteran modern (Anderson dan Foster, 1986).
Pemilihan sumber pengobatan yang dilakukan oleh penduduk Indonesia yang
mengeluhkan sakit, persentase terbesar 66,82% penduduk yang mengobati sendiri dan berobat
jalan 45,80%. Serta persentase penduduk Indonesia yang menggunakan obat tradisional adalah
23,63% (BPS, 2011). Hal tersebut cukup menarik, dikarenakan masih banyak masyarakat yang
kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan banyaknya masyarakat yang lebih memilih
untuk mengobati penyakitnya sendiri (Depkes).
Di Indonesia, pengobatan alternatif masih dijadikan salah satu pilihan oleh penduduknya.
Fakta yang diperoleh dari survey ekonomi nasional pada tahun 2001 menghadirkan fakta,
bahwa 9,8% penduduk Indonesia masih menggunakan pengobatan tradisional (Depkes, 2012).
Sebagian masyarakat masih menggunakan pelayanan kesehatan dari pengobatan tradisional.
Pada tahun 2003, sebanyak 30,67% penduduk Indonesia menggunakan pengobatan alternatif.
Selain itu, pada tahun 2014 pemanfaatan obat tradisional yang merupakan bagian dari
pengobatan alternatif mempunyai angka yang lebih dari 2 kali lipat dari tahun 1999 yaitu
32,87% dibandingkan dengan 15,04% (Badan Pusat Statistik, 2014). Data tersebut
menunjukkan adanya kecenderungan semakin meningkatnya penggunaan pengobatan alternatif
di masyarakat. Peningkatan penggunaan pengobatan alternatif ini didukung oleh maraknya
iklan-iklan pengobatan alternatif di media cetak dan acara-acara konsultasi pengobatan
alternatif di media elektronik seperti radio dan televisi.
Pemilihan sumber pengobatan yang dilakukan oleh penduduk Indonesia yang
mengeluhkan sakit, persentase terbesar 66,82% penduduk yang mengobati sendiri dan berobat
jalan 45,80%. Serta persentase penduduk Indonesia yang menggunakan obat
tradisionaltermasukpengobatanalternatif adalah 23,63% (BPS, 2011). Hal tersebut cukup
menarik, dikarenakan masih banyak masyarakat yang kurang memanfaatkan pelayanan
kesehatan dengan banyaknya masyarakat yang lebih memilih untuk mengobati penyakitnya
sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan, maka rumusan masalah dalam penulisan ini
adalah “Pengobatan konvensional/medis, terapi komplementer, dan pengobatan tradisoonal
kanker serviks?”.

1.3 Tujuan Penelitian


Penulis mampu memberikan dan menerapkan Pengobatan Konvensional/Medis, Terapi
Komplementer, dan Pengobatan Tradisional pada Pasien Kanker Serviks khususnya pasien
secara komprehensif.
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mahasiswa mampu memberikan Tujuan Khusus
Pengobatan Konvensional/Medis, Terapi Komplementer, dan Pengobatan Tradisional pada
Pasien Kanker Serviks khususnya pasien secara komprehensif. Tujuan pada penelitian ini
adalah untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam hal:
1. Mengetahui pengobatan konvensional/medis kanker serviks.
2. Mengetahui pengobatan terapi komplementer kanker serviks.
3. Mengetahui pengobatan pengobatan tradisional kanker serviks.
4. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks.
5. Mendokumentasikan tindakan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim. Umumnya, kanker
serviks tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Gejala baru muncul saat kanker sudah mulai
menyebar. Dalam banyak kasus, kanker serviks terkait dengan infeksi menular seksual.
Serviks adalah bagian bawah rahim yang terhubung ke vagina. Salah satu fungsi serviks
adalah memproduksi lendir atau mukus. Lendir membantu menyalurkan sperma dari vagina ke
rahim saat berhubungan seksual. Selain itu, serviks juga akan menutup saat kehamilan untuk
menjaga janin tetap di rahim, dan akan melebar atau membuka saat proses persalinan
berlangsung.
Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling mematikan pada wanita, selain
kanker payudara. Berdasarkan penelitian yang dirilis WHO pada tahun 2014, lebih dari 92 ribu
kasus kematian pada wanita di Indonesia disebabkan oleh penyakit kanker. Dari jumlah tersebut,
10% terjadi karena kanker serviks. Sedangkan menurut data Kementerian Kesehatan RI,
setidaknya terjadi 15000 kasus kanker serviks setiap tahunnya di Indonesia.

2.2 Jenis Kanker Serviks


Deteksi jenis kanker serviks yang diderita pasien akan membantu dokter dalam memberikan
penanganan yang tepat. Jenis kanker serviks terbagi dua, yaitu:
 Karsinoma sel skuamosa (KSS). KSS adalah jenis kanker serviks yang paling sering terjadi.
KSS bermula pada sel skuamosa, yaitu sel yang melapisi bagian luar leher rahim.

 Adenokarsinoma. Jenis kanker serviks ini bermula pada sel kelenjar pada saluran leher
rahim.

2.3 Penyebab dan Gejala Kanker Serviks


A. Penyebab Kanker Serviks
Meski menjadi momok yang menakutkan, nyatanya hingga saat ini belum diketahui dengan
pasti apa penyebab dari penyakit kanker serviks yang merupakan penyakit kanker yang
menyerang sistem reproduksi wanita ini. Hanya saja,ada beberapa faktor risiko yang bisa
menyebabkan seorang wanita terserang penyakit satu ini, Berikut diantaranya:
o Infeksi HPV
Faktor utama dari penyakit kanker satu ini adalah virus HPV atau human papilloma virus.
Virus satu ini bisa  menginfeksi leher rahim wanita dan tak jarang menyebakan penyakit kanker
serviks. Dari seratus lebih jenis virus HPV yang ada, terdapat 13 jenis virus HPV yang bisa
menyebabkan seorang wanita terserang penyakit kanker serviks. Virus HPV 16 dan HPV 18
menjadi 2 virus HPV yang sering dikatikan dengan penyakit kanker serviks. Virus HPV dapat
ditularkan melalui hubungan seksual. Wanita yang sering bergonta-ganti pasangan dan tidak
mendapatkan vaksin HPV lebih rentan untuk terinfeksi virus ini dan lebih berisiko pula untuk
terserang penyakit kanker serviks.
o Merokok
Kandungan tembakau yang terdapat pada rokok mengandung zat kimia yang berbahaya bagi
kesehatan. Apabila  zat kimia yang terdapat pada rokok  masuk ke aliran darah, risiko untuk
terserang penyakit kanker, tak terkecuali kanker serviks akan semakin besar. Wanita yang
merokok dikabarkan memiliki risiko 2 kali lebih besar untuk terserang penyakit ini.
o Infeksi Klamidia
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa wanita yang terinfeksi penyakit menular seksual
klamidia lebih berisiko untuk teserang penyakit kanker serviks.
o Kurang Konsumsi Buah dan Sayur
Wanita yang jarang mengonsumsi buah dan sayur serta menerapkan pola makan yang kurang
sehat berisiko lebih tinggi untuk terserang penyakit kanker serviks.
o Mengonsumsi Obat Pencegah Keguguran Semasa Kehamilan
o Mengonsumsi Pil KB Lebih Dari 5 Tahun
Ada sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa konsumsi pil KB dalam waktu yang lama,
yaitu lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko terserang penyakit kanker serviks. Karena itu,
disarankan untuk berkonsultasi kepada dokter jika ingin menggunakan pil KB dalam jangka
waktu yang lama.
o Melahirkan Dibawah Usia 17 Tahun
Wanita yang melahirkan dengan usia sangat muda, yaitu dibawah usia 17 tahun berisiko dua
kali lipat untuk terserang penyakit kanker serviks.
 
Selain faktor-faktor tersebut, penyakit kanker serviks juga bisa disebabkan karena faktor
keturunan. Jika ada anggota keluarga yang terserang penyakit ini, risiko untuk menderita
penyakit kanker serviks akan semakin besar. Selain faktor keturunan, obesitas dan usia juga
mempengaruhi peluang untuk terserang penyakit kanker. Wanita dengan usia diatas 40 tahun
lebih berisiko untuk terkena kanker serviks.

B. Gejala Kanker Serviks


Pada stadium awal, kanker serviks kerap kali tidak menunjukkan gejala yang khas. Gejala
biasanya baru muncul setelah kanker serviks berkembang, dan memengaruhi jaringan di
sekitarnya.Namun, Anda patut curiga jika mengalami gejala berikut. Sebab, beberapa gejala
berikut ini menjadi gejala awal dari kanker serviks:
o Keputihan Berbau
Anda perlu untuk wasapada jika mengalami keputihan berwarna pucat atau kecoklatan, encer
dan berbau secara terus menerus. Sebab itu bisa menjadi salah satu pertanda dari kanker serviks.
o Perdarahan Vagina
Pernadarahan vagina yang tidak biasa bisa menjadi pertanda dari kanker serviks. Jika Anda
mengalami perdarahan yang luar biasa pasca berhubungan intim, di luar waktu mensturasi, atau
saat menstruasi terjadi segera konsultasikan kepada dokter kanker terbaik.
o Sakit Pada Area Panggul
Selain perdarahan luar biasa, sakit pada area sekitar panggul juga bisa menjadi gejala dari
kanker serviks. Rasa sakit biasanya akan muncul saat berhubungan seksual atau saat buang air
kecil.
o Sulit Buang Air Besar
Jika Anda mengalami sulit buang air besar dalam waktu yang lama atau berminggu-minggu,
ada baiknya segera periksakan diri ke dokter. Karena meski bisa menjadi pertanda adanya
gangguan kesehatan lain, sulit buang air besar juga bisa menjadi gejala awal dari kanker serviks.
Sebab, apabila kanker sudah tumbuh cukup besar, bejolan kanker dapat menekan usus sehingga
bisa menyebabkan susah buang air besar terjadi.
o Lelah Berlebih
Meski tak selamanya lelah berlebih menjadi tanda dari penyakit kaner berlebih, tak ada
salahnya untuk memeriksakan diri ke dokter jika Anda mengalami lelah berlebih yang
berkepanjangan. Karena ini bisa menjadi pertanda dari penyakit kanker serviks.

o Pemeriksaan Kanker Serviks


Jika mengalami gejala kanker serviks, segera periksakan diri ke dokter untuk memastikan kondisi
kesehatan yang ada. Apabila dicurigai adanya sel kanker pada serviks Anda, dokter akan
merekomendasikan beberapa pemeriksaan kesehatan seperti:
o Pap Smear
Pap smear dilakukan guna mengetahui keberadaan sel abnormal pada serviks Anda. Prosedur ini
bisa mendeteksi keberadaan sel-sel abnormal yang mungkin berkembang menjadi sel kanker.
o Kolposkopi
Jika Anda diduga terserang kanker serviks, dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk
melakukan kolposkopi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari kelainan sel
pada leher rahim Anda. Apabila adanya kelainanan, sampel sel dari leher rahim akan diambil
untuk diperiksa di laboratorium.
o Biposi
Biopsi merupakan prosedur pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengambil jaringan sel
pada permukaan leher rahim.
Selain tes tersebut, dokter juga akan melakukan tes darah untuk memeriksa kondisi kesehatan
secara menyeluruh. Tes pencitraan seperti CT Scan, MRI, Sinar X, dan juga PET Scan juga akan
direkomendasikan. Tes pencitraan ini dilakukan guna mengidentifikasi, melihat, dan mengetahui
tingkat penyebaran kanker dengan lebih jelas.

2.4 Stadium Kanker Serviks


Tahap atau stadium digunakan untuk menjelaskan tingkat penyebaran kanker. Semakin tinggi
stadium kanker, maka semakin luas penyebarannya. Pada tahap awal, kanker serviks bisa dimulai
dari adanya displasia serviks. Berikut ini adalah stadium kanker serviks berdasarkan
penyebarannya:
Stadium 1

 Sel kanker tumbuh di permukaan leher rahim, tetapi belum menyebar ke luar rahim.
 Terdapat kemungkinan kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya,
namun belum menyerang organ di sekitarnya.
 Ukuran kanker bervariasi, bahkan bisa lebih dari 4 cm.

 Stadium 2

 Kanker sudah menyebar ke rahim, namun belum menyebar hingga ke bagian bawah vagina
atau dinding panggul.
 Terdapat kemungkinan kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya,
namun belum menyerang organ di sekitarnya.
 Ukuran kanker bervariasi, bahkan bisa lebih dari 4 cm.

Stadium 3

 Kanker sudah menyebar ke bagian bawah vagina, serta menekan saluran kemih dan
menyebabkan hidronefrosis.
 Terdapat kemungkinan kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya,
namun belum menyerang organ di sekitarnya.
Stadium 4
 Kanker serviks stadium 4 telah menyebar ke organ lain, seperti kandung kemih, hati, paru-
paru, usus, atau tulang.
Penelitian mengungkapkan bahwa angka harapan hidup pada penderita kanker serviks
tergantung stadium yang dialami. Meskipun demikian, angka harapan hidup hanya hitungan
persentase penderita yang masih hidup, lima tahun setelah didiagnosis menderita kanker serviks.
Sebagai contoh, angka harapan hidup 80% berarti 80 dari 100 penderita bertahan hidup 5 tahun
setelah terdiagnosis kanker serviks. Perlu diketahui, banyak penderita yang hidup lebih dari 5
tahun setelah didiagnosis kanker serviks. Berikut adalah angka harapan hidup pada penderita
kanker serviks berdasarkan stadium yang dialami:
a.Stadium 1 – 80-93%
b.Stadium 2 – 58-63%
c.Stadium 3 – 32-35%
d.Stadium 4 – 15-16%

2.5 Pengobatan Kanker Serviks


Secara garis besar, jenis pengobatan terbagi menjadi 2, ada yang disebut pengobatan
konvensional, adapula yang disebut pengobatan alternative. Pengobatan konvensional adalah
pengobatan standar untuk kanker yang terdiri dari Operasi , kemoterapi , radioterapi , terapi
immunisasi biologi , terapi photodynamic . kelima metode ini merupakan 5 cara pengobatan
kanker yang telah diakui di dunia internasional. Sedangkan pengobatan yang berada di luar
dari standar itu disebut pengobatan alternative. Pengkategorian jenis pengobatan ini nantinya
akan dibutuhkan untuk mengetahui jumlah fasilitas yang dibutuhkan dalam Rumah Sakit
Kanker ini. Berikut jenis-jenis pengobatan tersebut:
A. Pengobatan Konvensional/Medis
Dari hasil pemeriksaan, dokter akan menentukan pengobatan kanker serviks yang cocok
untuk Anda. Pengobatan yang diberikan bergantung pada kondisi kesehatan, jenis kanker, dan
juga stadium kanker yang diderita. Pengobatan yang biasanya direkomendasikan diantaranya:
o Operasi Pembedahan
Operasi pembedahan dilakukan untuk mengangkat bagian yang terinfeksi kanker. Ada
berbagai macam tindak pembedahan yang bisa dilakukan muali dari bedah laser, bipsi kerucut,
pelvic exeteration, bilateral salpingo oophorectomy, hingga histerektomi, yaitu pembedahan yang
dilakuka untuk mengangkat rahim dan leher rahim. Berbagai tindak pembedahan ini akan
disesuaikan dengan jenis kanker dan stadium kanker yang diderita.
o Radioterapi
Metode pengobatan alternatif kanker satu ini menggunakan sinar radiasi tinggi untuk
membunuh sel kanker, termasuk pada kanker serviks. Radioterapi bisa menjadi pengobatan
tunggal namun bisa pula dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti kemolokal ataupun
operasi pembedahan. Untuk kanker serviks stadium awal, radioterapi bisa dijalankan sebagai
pengobatan tunggal atau dikombinasikan dengan bedah. Sedangkan pada kanker serviks stadium
lanjut, radioterapi dapat dikombinasikan bersama kemoterapi untuk mengendalikan nyeri dan
perdarahan. Radioterapi bisa diberikan dengan dua cara, yaitu:
- Radioterapi eksternal
Radioterapi eksternal atau disebut juga external beam radiation therapy (EBRT),
dilakukan dengan menggunakan mesin radioterapi. Mesin ini akan menembakkan gelombang
energi tinggi ke area panggul pasien untuk menghancurkan sel kanker. Pada umumnya, pasien
menjalani EBRT 5 hari dalam seminggu, selama 6-7 pekan. EBRT akan dikombinasikan dengan
pemberian obat kemoterapi dalam dosis rendah, seperti cisplatin. Walaupun demikian, EBRT
juga dapat diberikan sebagai pengobatan tunggal, terutama pada pasien yang tidak bisa menjalani
kemoterapi.
- Radioterapi internal
Radioterapi internal atau brakiterapi dilakukan dengan memasukkan implan radioaktif
melalui vagina, dan ditempatkan langsung di sel kanker atau di dekatnya. Brakiterapi sering
dikombinasikan dengan EBRT sebagai terapi utama kanker serviks. Brakiterapi dapat diberikan
dengan dosis rendah selama beberapa hari. Bisa juga diberikan dalam dosis tinggi selama
seminggu. Pada brakiterapi dosis tinggi, implan radioaktif akan dimasukkan dan didiamkan
selama beberapa menit, lalu dikeluarkan.
Dalam jangka pendek, EBRT dapat menyebabkan efek samping seperti diare, mual
muntah, kram perut, tubuh lemas, iritasi kulit, perdarahan pada vagina atau rektum, dan
inkontinensia urine. Efek samping lainnya meliputi nyeri pada vagina (terutama saat berkemih),
perubahan siklus menstruasi, menopause dini, cystitis, serta kekurangan sel darah seperti sel
darah putih (leukopenia). Sedangkan pada brakiterapi, efek samping jangka pendek yang
umumnya muncul adalah iritasi pada vagina. Pada beberapa kasus, efek samping di atas dapat
bersifat permanen. Tetapi, kebanyakan efek samping akan hilang dalam 2 bulan setelah
menyelesaikan pengobatan.
o Kemoterapi
Sama halnya dengan radioterapi, kemoterapi bisa menjadi pengobatan tunggal namun
bisa pula dikombinasikan dengan pengobatan lain guna membunuh sel kanker yang bersarang di
serviks. Kemoterapi merupakan metode pengobatan dengan memberikan pasien obat antikanker
dalam bentuk obat minum ataupun suntik. Umumnya, kemoterapi dikombinasikan dengan
radioterapi secara bersamaan untuk meningkatkan efektivitas radioterapi. Metode ini disebut juga
dengan kemoradiasi. Contoh obat yang digunakan dalam kemoradiasi adalah cisplatin (diberikan
4 jam sebelum pasien menjalani radioterapi) atau cisplatin dengan 5-fluorouracil (diberikan tiap 4
minggu selama pasien menjalani radioterapi).
Kemoterapi juga digunakan untuk menangani kanker yang telah menyebar ke organ dan
jaringan lain. Beberapa obat kemoterapi yang digunakan dalam kondisi ini, antara lain
adalah carboplatin, cisplatin, gemcitabine, atau paclitaxel. Selain dikombinasikan dengan
radioterapi, kemoterapi juga dapat diberikan sebagai pengobatan tunggal pada kanker serviks
stadium lanjut. Tujuannya adalah untuk memperlambat penyebaran sel kanker dan meredakan
gejala yang dialami. Metode ini disebut juga kemoterapi paliatif.
Meskipun ampuh dalam membunuh sel kanker, kemoterapi juga dapat merusak sel tubuh
yang sehat. Oleh karena itu, sejumlah efek samping muncul akibat penggunaan obat kemoterapi.
Efek samping yang muncul tergantung kepada jenis dan dosis obat yang digunakan, serta lama
pengobatan yang dijalani. Efek samping yang paling sering timbul pada pasien yang menjalani
kemoterapi adalah rambut rontok. Walaupun demikian, tidak semua obat kemoterapi
menyebabkan kerontokan rambut, contohnya cisplatin.
Obat kemoterapi dapat merusak sel penghasil darah di tulang sumsum. Kondisi ini akan
menyebabkan tubuh kekurangan sel darah, sehingga pasien rentan mengalami infeksi, memar dan
perdarahan, serta sesak napas. Beberapa efek samping lain yang dapat muncul akibat kemoterapi
adalah:
-Diare
-Kehilangan nafsu makan
-Mual muntah
-Sariawan
-Lemas
Perlu diketahui bahwa obat kemoterapi dapat merusak ginjal. Oleh karena itu, penting bagi
pasien yang menjalani kemoterapi untuk rutin melakukan tes darah, agar kondisi ginjal selalu
terpantau.
o Terapi Target
Terapi target adalah pemberian obat yang menghambat pertumbuhan tumor. Jenis obat yang
digunakan dalam terapi target memiliki fungsi yang berbeda dengan obat kemoterapi biasa. Salah
satu golongan obat terapi target adalah penghambat angiogenesis (misalnya, bevacizumab). Obat
ini bekerja dengan menghambat angiogenesis, yaitu proses di mana tumor membentuk pembuluh
darah baru, guna mendukung perkembangannya.
Efek samping yang mungkin muncul akibat terapi target dapat berupa tekanan darah tinggi,
lemas, dan kehilangan nafsu makan. Pada kasus yang jarang, efek samping yang lebih serius
meliputi perdarahan, terbentuknya gumpalan darah, dan terbentuknya fistula (saluran abnormal
antara vagina dan bagian usus besar). Setelah kanker berhasil diangkat, sangat penting bagi
pasien untuk menjalani pemeriksaan lanjutan, terutama pada vagina dan leher rahim (jika rahim
belum diangkat). Pemeriksaan bertujuan untuk melihat kemungkinan kanker tumbuh kembali.
Bila pemeriksaan menunjukkan hasil yang mencurigakan, dokter dapat menjalankan biopsi.
Pasien disarankan menjalani pemeriksaan lanjutan tiap 3-6 bulan sekali, selama 2 tahun
pertama setelah pengobatan selesai. Lalu dilanjutkan tiap 6-12 bulan untuk 3 tahun berikutnya.
Bagi pasien yang sedang hamil, pengobatan kanker serviks tergantung stadium dan umur
kehamilan. Pada penderita kanker serviks stadium 1, dokter bisa menjalankan konisasi atau
trakelektomi radikal. Sedangkan pada pasien kanker serviks stadium 2 sampai stadium 4, tidak
dibolehkan menjalani radioterapi atau bedah hingga pasien melahirkan. Sebagai gantinya, dokter
dapat memberikan kemoterapi pada trimester kedua atau ketiga kehamilan.
B. Pengobatan Tradisional
o Ramuan/Obat Herbal
Menurut direktorat bina pelayanan medik dasar kementrian kesehatan (dalam standar
pelayanan medik herbal, 2009 : hal 6), Pelayanan herbal dengan menggunakan bahan baku
obat terstandar (herbal medicine) merupakan salah satu bentuk pengobatan komplementer-
alternatif, yang merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan diluar dari jalur ilmu kedokteran
konvensional.
Obat herbal yang berasal dari tumbuhan sejak zaman dahulu kala digunakan sebagai intervensi untuk
menyembuhkan untuk menyembuhkan penyakit dan pengobatan. Ilmu kedokteran konvensional juga
sudah lama memanfaatkan bahan alami untuk penyembuhan. Bahkan departemen kesehatan melalui
pencanangan pengembangan dan promosi obat tradisional serta medik, mendorong dan menggalakkan
kembali pemakaian obat herbal baik untuk masyarakat maupun kalangan kedokteran konvensional untuk
aktif berpartisipasi dalam mempelajari dan mengembangkan tanaman obat sebagai modalitas pengobatan,
yang diharapkan bisa saling berdampingan dengan pengobatan kedokteran konvensional demi kesehatan
dan kesejahteraan pasien. Berikut ini adalah beberapa macam obat herbal yang dapat digunakan
sebagai cara mengobati kanker serviks secara alami berdasarkan penelitian:

Kunyit Putih
Kunyit memang identik dengan bumbu masak berwarna kuning. Namun, tanaman ini
memiliki jenis lain, yang disebut dengan kunyit putih. Sesuai namanya, tanaman ini lebih
cenderung berwarna putih dengan semburat kekuningan. Tanaman herbal yang satu ini diyakini
dapat membantu pengobatan kanker serviks secara alami. Hampir semua bagian tanaman kunyit
putih dapat digunakan sebagai bahan dasar obat. Rimpang, daun, hingga minyak dapat diolah
menjadi bahan dasar obat herbal yang biasanya digunakan untuk meringankan kondisi akibat
kanker serviks. Mengutip dari Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, kunyit putih termasuk salah
satu dari beberapa macam obat herbal yang kerap digunakan sebagai cara mengobati kanker
serviks secara alami.

Sarang Semut
Meski namanya sarang semut, tapi bahan ini tak ada hubungan sama sekali dengan semut.
Ini adalah nama sejenis tanaman liar yang bisa ditemukan di alam liar Papua. Sarang Semut
mampu melawan tumor maupun kanker, tanpa efek samping berbahaya bagi
tubuh. Penyebabnya, dalam sarang semut ini terdapat kandungan antioksidan tinggi untuk
menangkal radikal bebas. Sarang semut juga bisa membantu menghentikan pertumbuhan sel
kanker. Bahkan siklus pembelahan sel pun akan dihambat, dan sistem kekebalan tubuh
otomatis akan meningkat. Cara pakainya adalah dengan merebus sarang semut, dan meminum
air rebusannya setiap hari hingga minimal 6 bulan secara terus-menerus. Selama minum air
sarang semut, pemeriksaaan medis harus terus dilakukan. 

Jintan Hitam
Obat herbal berikutnya yang dapat dikonsumsi sebagai cara mengobati kanker serviks secara
alami adalah jintan hitam. Jintan hitam memiliki bentuk seperti biji-bijian dengan ukuran yang
cukup kecil. Cara menggunakannya bisa dengan mengambil sari minyak atau ekstrak jintan
hitam. Ekstrak jintan hitam diketahui memiliki aktivitas antikanker di dalamnya. Tak hanya itu,
jintan hitam juga mengandung senyawa yang disebut timoquinon. Senyawa tumoquinon diyakini
dapat membantu membunuh sel kanker serviks (Hela), dengan cara kerja seperti apoptosis.
Daun Sirsak
Daun sirsak tak hanya ampuh mengobati kanker serviks, tapi juga jenis kanker lainnya.
Daun sirsak juga bisa menyembuhkan asam urat, rematik, nyeri sendi, hipertensi, bisul serta
penyakit eksim. Cara memakai daun sirsak untuk obat ada dua macam.
Cara 1: Ambil daun sirsak 3 lembar dan rebus 20 menit. Saring air rebusan lalu tunggu sampai
hangat atau dingin, lalu diminum.
Cara 2: Ambil 10 lembar daun sirsak tua, cuci hingga bersih dengan air hangat, dari kotoran
yang menempel. Lanjutkan dengan merebus semua daun dalam panci berisi 3 gelas air.

Tapak Dara
Di dalam tapak dara ada vinblastin dan vinkristin, yang sangat baik untuk melawan dan
membunuh sel-sel kanker. Caranya pakainya: 
Tapak dara perlu dicampur gula merah, kulit kayu pulasari, dan buah adas
- Semuanya direbus dengan air 3 gelas. 
- Air rebusan disaring, lalu minum dalam kondisi hangat. 
- Untuk pengobatan, ramuan ini bisa dikonsumsi sehari 3 kali, setengah gelas setiap kali
minum.

Daun Belimbing

Pohon belimbing tak hanya buahnya yang berguna, daunnya juga bisa menjadi obat kanker
serviks. Bahkan ada jenis daun lainnya yang bisa dikombinasikan dengan daun belimbig agar
hasil penyembuhan kanker serviks lebih total. Cara pakai :
Siapkan bahan berikut:
- setengah genggam daun belimbing
- setengah genggam daun bayam merah 
- setengah genggam daun cermai muda
- setengah lembar daun pepaya muda
- madu 2 sendok makan
- wortel ukuran 2 jari. 

Setelah semua bahan dicuci, masukkan ke panci dan tuangkan setengah gelas air
matang. Giling seluruh bahan sampai benar-benar halus, lalu saring airnya dan ditambah
madu. Minum sehari sekali 1 gelas secara rutin. Hal itu akan sangat membantu para penderita
kanker serviks pulih secara alami.

Keladi Tikus

Termasuk golongan tanaman talas, khasiatnya sudah dikenal luas bisa membunuh sel-sel
kanker berbahaya, termasuk sel kanker serviks. Kandungan di keladi tikus mirip pada kunyit
putih. Cara pakai: Keladi tikus 50 gram, rendam selama 30 menit. 

- Gosok pelan-pelan untuk membersihkannya dari kotoran. 

- Tumbuk hingga halus, lalu peras dan ditambah madu ½ sendok makan.

- Aduk hingga tercampur sempurna. 

- Air perasan dapat diminum sehari 3 kali.

- Setelah diperas, sebaiknya langsung diminum saat itu juga agar khasiatnya tidak berkurang

o Terapi Refleksiologi
Pijat refleksi adalah suatu cara pengobatan penyakit melalui titik pusat urat syaraf yang
bersangkutan (berhubungan) dengan organ-organ tubuh tertentu. Dengan kata lain adalah
penyembuhan penyakit melalui pijat urat syaraf untuk memperlancar peredaran darah. Relatif
banyak penyakit yang bisa diatasi melalui teknik pijat refleksi, dari penyakit ringan (seperti
pegal dan Pusing) hingga penyakit berat (seperti kanker, gangguan ginjal, stroke, dan jantung).
Metode pemijatan ini tidak hanya mengatasi berbagai penyakit, tetapi juga mampu mencegah
sedini mungkin penyakit yang dapat menyerang.
Menurut Adnamazida (dalam www.merdeka.com, diakses tanggal 21/11/2012), Sebuah
penelitian dari Michigan State University menyebutkan bahwa refleksi, pijat tradisional pada
kaki, bisa membantu pasien meredakan gejala penyakit kanker yang dideritanya. Seperti yang
dilansir dari Science Daily, pijat refleksi merangsang titik-titik tertentu pada kaki yang
akhirnya meningkatkan fungsi organ dengan lebih baik.
"Pijat refleksi selama ini dianggap sebagai salah satu cara membuat pasien merasa lebih
nyaman. Tetapi adanya penelitian ini mungkin bisa membuat pijat refleksi dijadikan terapi
utama demi meringankan gejala penyakit kanker pasien," tutur Gwen Wyatt, kepala penulis
penelitian.
o Mengobati kanker serviks secara alami dengan gaya hidup
Ketika Anda menjalani deteksi kanker serviks dan didiagnosis mengalami kanker leher rahim ini,
selain pengobatan dan perawatan terhadap penyakit, dokter juga akan merekomenasikan
perubahan gaya hidup yang lebih sehat. Seperti apa gaya hidup yang harus Anda praktekkan
sebagai salah satu cara mengobati kanker serviks secara alami?

a. Pilihlah makanan yang sehat

Salah satu faktor risiko yang dapat menjadi penyebab kanker serviks adalah pola makan
yang tak sehat. Maka itu, saat Anda didiagnosis mengalami kanker serviks, wajib hukumnya
untuk menghindari berbagai makanan yang berpotensi memperparah kondisi kesehatan.
Pengobatan kanker mungkin akan mempengaruhi selera makan dan menghilangkan nafsu makan
Anda. Jika pengobatan kanker menyebabkan berat badan anda turun drastis,  konsultasikan pada
tenaga medis atau ahli gizi tentang cara menjaga agar berat badan tetap stabil.

Mulailah mengonsumsi antioksidan (vitamin A, C, dan E), karbohidrat, lemak sehat,


protein, vitamin dan mineral, serta air putih secara teratur. Sayur dan buah  merupakan sumber
vitamin dan mineral yang baik. Mengonsumsi makanan yang sesuai dengan kondisi Anda, bisa
membantu  berat badan Anda tetap stabil setelah pengobatan. Tak hanya itu, pola makan sehat
juga sebaiknya dipraktekkan meski tidak didiagnosis penyakit ini sebagai pencegahan kanker
serviks.

b. Seimbangkan waktu istirahat dan olahraga

Saat menjalani pengobatan kanker, Anda mungkin mudah merasa lelah. Oleh karena itu,
Anda perlu menyeimbangkan aktivitas dan istirahat. Jika rasa lelah yang Anda rasakan
berkepanjangan, segera  konsultasikan dengan dokter Anda. Rasa lelah ini  sering kali
menyebabkan pasien kanker  tidak memiliki cukup energi untuk bergerak apalagi berolahraga.
Olahraga yang sesuai dapat membantu mengurangi rasa lelah dan depresi. Jika Anda ingin
berolahraga, Konsultasikan dengan dokter mengenai jenis dan intensitas aktivitas fisik yang
sesuai dengan kondisi Anda. Berjalan kaki santai selama 30 menit secara rutin dapat memberikan
perubahan yang signifikan. Perubahan gaya hidup ini juga akan membantu memperbaiki kualitas
hidup Anda.

c. Pertimbangkan alat kontrasepsi dan aktivitas intim selain seks

Kemoterapi dapat membuat vagina Anda kering dan libido yang menurun. Terapi radiasi
bahkan dapat merusak ovarium Anda dan mengubah lapisan vagina. Untuk itulah Anda perlu
mendiskusikan ini dengan tim medis dan terutama dengan pasangan. Anda dan pasangan perlu
memikirkan aktivitas intim lainnya agar Anda berdua tetap dekat dalam masa-masa sulit ini.
Selain itu, jika Anda tidak pernah menjalani histerektomi dan sedang menjalani radiasi atau
kemoterapi, sebaiknya Anda mempertimbangkan menggunakan alat kontrasepsi.

Adalah suatu hal yang bijak untuk menghindari kehamilan selama masa pengobatan karena
pengobatan-pengobatan untuk pasien kanker serviks berbahaya bagi bayi dalam kandungan.
Meskipun radiasi dan kemoterapi dapat menurunkan kesuburan, namun ini tidak berarti Anda
tidak akan hamil sama sekali.Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran
medis, diagnosis, maupun pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk
informasi lebih detail.

C. Terapi Komplementer Kanker Serviks


Jika kemoterapi atau radioterapi termasuk pengobatan pendamping (adjuvant) dari pengobatan
primer (operasi atau bedah), maka terapi jenis komplementer yang dimaksud ini berada satu level
di bawahnya. Ya, terapi komplementer pengobatan kanker termasuk salah satu upaya untuk
tingkatkan kualitas fisik dan mental yang turun akibat efek samping pengobatan kemoterapi,
radioterapi, atau pengobatan lainnya. Tak hanya itu, beberapa jenis terapi komplementer juga
diandalkan untuk membantu melawan penyakit kanker di samping pengobatan yang dilakukan,
contohnya terapi herbal dengan jamur maitake.

Memilih Terapi Komplementer


Sebuah publikasi berjudul “The Prevalence of Complementary/Alternative Medicine in
Cancer” mengemukakan bahwa terapi jenis komplementer secara umum telah dilakukan oleh 25
hingga 50 persen populasi di negara-negara industri dengan tujuan yang berbeda. Artinya, terapi
jenis komplementer kanker bukanlah sesuatu yang baru. Dalam publikasi ini juga ditemukan
beberapa jenis pengobatan komplementer yang telah diteliti, yaitu:
 Obat tradisional
 Herbal
 Vitamin
 Diet
 Laetrile
 Penyembuhan spiritual
 Pengobatan metabolik
 Stimulant imun
 Pengobatan homeopathic
 Asam laktat
 Pengobatan anhtroposophic
 Meditasi, relaksasi, dan hipnoterapi
 Refleksiologi

Dari jenis-jenis pengobatan komplementer yang ada, herbal dan diet termasuk terapi


komplementer yang paling banyak dilakukan di samping pengobatan primer dan sekunder pasien.
Namun publikasi ini tidak menjelaskan semua pengaruhnya. Hanya beberapa jenis pengobatan
komplementer yang dirasakan bermanfaat oleh pasien. Bagi Anda yang sedang menjalani
pengobatan kanker (terutama kemoterapi dan radioterapi), terapi komplementer bisa jadi
pendukung untuk meningkatkan kualitas hidup yang menurun akibat efek samping pengobatan,
atau bahkan membantu pengobatan itu sendiri. Sebaiknya pilih terapi pendamping yang
efektivitasnya teruji klinis, serta banyak memiliki riwayat testimoni yang baik
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

Tanggal 11 Juli 2020, jam 11.00 WIB, di ruang B3 Ginecology – RSUP Kariadi
Semarang, diperoleh data sebagai berikut:
1. Biodata
a.Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Alamat : Bedono, Sayung
Tanggal masuk : 28 Desember 2019
Diagnosa Medis : Ca Serviks Stadium III B
Register : 5667717
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Umur : 39 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bedono, Sayung
Hub.Dengan pasien : Suami

2. Riwayat K
a.Keluhan Utama
Saat dikaji pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Mulai tanggal 28 Desember 2019, pasien dirawat di RSUP Kariadi dengan diagnosis medis
Ca. Serviks stadium III B di ruang B3 Ginecology. Dengan pengobatan Terapi radiasi 25 kali
dan kemoterapi 5 kali. Sampai pengkajian klien sudah mendapat kemoterapi ke-5 dan radiasi ke-
22. Saat dikaji pasien mengatakan sudah tidak terjadi perdarahan, dan tidak keputihan. Pasien
mengatakan mual.
c.Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan bulan Oktober 2019, mengalami perdarahan mrongkol-mrongkol 7 hari,
perdarahan terjadi setelah melakukan hubungan suami istri. Pasien juga mengatakan pernah
keputihan 1 minggu sebelum perdarahan. Oleh karena perdarahan tersebut pasien dirawat di RS
Sultan Agung dengan diagnosa medis Ca Servic stadium III B. Sebelum di rujuk ke RSUP
Kariadi, pasien mendapat terapi Asam Mefenamat dan vitamin penambah darah, dikatakan
pasien seingatnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dari keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama.
e.Riwayat Obstetri
1) Menarche : usia : 12 tahun, lama: 7 hari
2) Menikah I : usia :19 tahun, suami I meninggal, mempunyai 1 anak perempuan,
Menikah II : usia :25 tahun, suami II, mempunyai 2 anak perempuan
3) Riwayat KB : menggunakan suntik KB 3 bulanan, pasien menggunakan KB sejak
tahun 2002 dan lepas Oktober 2019
4) Riwayat Obstetri : GIII PIII
a) Anak I, usia 18 tahun, jenis kelamin: perempuan
b) Anak II, usia: 13 tahun, jenis kelamin: perempuan
c) Anak III, usia: 6 tahun, jenis kelamin: perempuan
f. Genogram

: Pasien

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Tinggal serumah

3. Pola Kesehatan Fungsional menurut Gordon


a.Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan jika sakit masuk angin, minum jamu tolak angin, kadang periksa di
Jamsostek. Pasien mengatakan pernah dirawat di RS Sultan Agung pada bulan Oktober 2019
dengan diagnosa medis Ca.Serviks stadium III B, saat ini pasien dirawat di RSUP Dr.Kariadi
oleh rujukan dari RS Sultan Agung.
b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien makan 3 kali sehari, nasi, sayur, dan lauk, 1 porsi habis.
Selama sakit : Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan. Pasien jarang makan, porsi
dari RS hanya habis 2-3 sendok, pasien biasanya ngemil. Berat badan sebelum sakit : 55 kg, BB
saat dikaji : 49,5 kg.
c.Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Pasien BAB 1x/ hari, konsistensi lembek, warna tidak diperhatikan, BAK
lancar, 4-5x/ hari.
Selama sakit : Pasien BAB 1-2x/ hari, berak sedikit-sedikit, warna hitam, BAK agak sakit
karena dipasang kateter saat kemoterapi terakhir tanggal 8 februari 2008. Tidak ada perdarahan.

d. Pola Aktifitas & Latihan


Sebelum sakit : Pasien melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri.
Selama sakit : Saat pengkajian pasien dapat beraktifitas secara mandiri, pasien sudah hampir 2
bulan dirawat.
e.Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sulit tidur.
Selama sakit : Saat mengatakan kalau siang dapat tidur, kalau malam sulit tidur.
f. Pola Persepsi Kognitif
Sebelum sakit dan selama sakit pasien dapat berkomunikasi dengan baik, pendengaran normal,
penglihatan normal, persepsi sensori baik.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Sebelum sakit : Tidak ada gangguan konsep diri.
Selama sakit : Saat dikaji pasien mengatakan tidak nyeri, tidak ada gangguan konsep diri.
h. Pola Peran dan Hubungan
Sebelum sakit : Pasien berperan sebagai ibu rumah tangga dengan merawat ketiga anaknya,
pernah bekerja di pabrik setelah bulan Oktober 2019 pasien tidak bekerja karena dirawat di RS.
Selama sakit : Pasien dirawat di RS, pasien tidak dapat berperan sebagai ibu dan istri Tn.M.
Dalam memenuhi ekonomi keluarga Tn.M bekerja di pabrik mebel.
i. Pola Reproduksi dan Seksual
Pasien menikah I umur 19 tahun mempunyai 1 orang anak perempuan dengan suami I,
tetapi suami meninggal. Menikah II umur 25 tahun mempunyai 2 orang anak perempuan dengan
suami II. Pasien menggunakan suntik KB 3 bulanan.
Sebelum sakit : Pasien melakukan hubungan suami istri 2x/ minggu. Selama sakit : Pasien
tidak pernah melakukan hubungan suami istri.
j. Pola Koping dan Toleransi Stress
Sebelum sakit : Jika ada masalah, pasien membicarakan dengan suami pasien untuk
mengambil keputusan bersama.
Selama sakit : Pasien mengatakan sakitnya diobati dengan obat dan di sinar. Pasien takut jika
penyakitnya tumbuh lagi.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Sebelum sakit : Pasien melakukan ibadah sholat.
Selama sakit : Pasien tidak melakukan sholat, dengan alasan sakit.
4. Pemeriksaan Fisik
a.Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 100 / 80 mmHg
Nadi : 88 x / menit
Pernafasan : 20 x / menit
Suhu : 360 C
Berat badan : 49,5 kg Tinggi badan : 152 cm
b. Pemeriksaan Sistematis
Kepala : Bentuk mesocepal
Rambut : Warna hitam, ikal, mudah rontok
Mata : Konjungtiva tidak anemis
Hidung : Simetris, tidak ada sputum
Telinga : Simetris, ada serumen
Mulut : Bibir tidak kering, tidak ada sianosis, mukosa bibir lembab
Leher : Tidak ada pembesaran tiroid dan tidak ada pembesaran getah bening
Dada
I : Simetris
Pa : Vokal fremtus simetri kanan = kiri
Pe : Sonor seluruh lapang paru
Aus : Vesikuler
Cardiac
I : Ictus cordis tidak tampak
Pa : Ictus cordis teraba
Pe : Pekak
Aus : Tidak ada bising Abdomen
I : Datar, ada gambar untuk radioterapi
Aus : bising usus 5-15x / detik
Pe : Tympani
Pa : Tidak ada nyeri tekan
Genitalia : Ada lesi bekas di garuk di bagin monsfeneris, tidak terpasang kateter, PPV
(pengeluaran per vagina): tidak ada keputihan, tidak ada perdarahan
Anus : Ada lesi di lipatan bokong, tidak ada hemoroid eksternal
Ekstremitas : Tidak terpasang infus, tidak edema.
Kulit : Warna sawo matang, turgor kulit baik, capillary refill time kurang 3 detik.
5. Pemeriksaan Penunjang
a.Laboratorium Patologi Anatomi
Tanggal : 11 Juli 2020
Pemeriksa : H. Noor Yazid
Diagnosa patologik
Sediaan dari serviks uteri 2 jaringan ukuran 4 x 3 x 2 cm dan 2 x 2 x 2,5 cm menunjukkan
gambaran serupa terdiri dari proliferasi dan hiperplasi kelenjar berkelok-kelok yang saling
berdekatan dengan epitel hiperkromatik disertai mitosis patologik sebagian sel ganas tampak
ke dalam stroma. Sesuai dengan adenokarsinoma serviks dengan diferensiasi sedang.
b. Pemeriksaan Foto Thorax PA
c.Tanggal : 11 Juli 2020
Pemeriksa : Dr. Junita Intan
Cor : CTR < 50%
Bentuk dan letak normal
Pulmo : Corakan bronko vaskuler kanan normal tak tampak kesuraman maupun coin lesien pada
kedua lapang paru.
Diafragma kanan setinggi kosta posterior Sinus kostophrenikus kanan lancip.
Tak tampak destruksi pada tulang.
Kesan :
Tak tampak metastase pada pulmo dan tulang.

d. Pemeriksaan USG Abdomen


Tanggal : 11 Juli 2020
Pemeriksa : Dr. Junita Intan
Hepar : Ukuran normal, permukaan rata, tepi tajam, parenkim ekogenesitas normal, tak
tampak nodul, porta dan V. hepatica tidak melebar.
Vesika urinaria : Dinding tidak menebal, tampak rata, tak tampak masa maupun
batu.
Uterus : Ukuran normal, tak tampak masa.
Ginjal kanan:Bentuk dan ukuran normal, parenkim ginjal normal, batas kortikomeduler
jelas, tak tampak penipisan korteks, tak tampak baku dan ureter tak melebar.
Ginjal kiri :Bentuk dan ukuran normal, parenkim ginjal normal, batas kortikomeduler
jelas, tak tampak penipisan korteks, tampak batu pada pole bawah dengan
ukuran 0,7 cm, pielokaliks tampak melebar, ureter tak melebar.
Kesan :
Hidronefrosis dan nefrolitiasis sinistra
Tak tampak kelainan / metastase pada organ-organ intra abdomen lainnya diatas
secara sonografi
e.Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 11 Juli 2020.
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Hematology
- Hemoglobin 11,80 12 – 15,00 gr %
- Hematokrit 34,30 35,0 – 47,00 %
- Erytrosit 4,36 3,90 – 5,60 juta / mmk
- MCH 27,00 27,00 – 32,00 pg
- MCV 78,70 27,00 – 96,00 fl
- MCHC 34,30 29,00 – 36,00 g / dl
- Lekosit 4,10 4,00 – 11,00 ribu / mmk
- Trombosit 171,0 150,00 – 400,00 ribu / mmk
- RDW 13,00 11,60 – 14,80 %
- MPV 7,11 4,00 – 11,00 fl

Kimia Klinik
- Ureum 14 15 – 39
mg / dl
- Creatinin 0,64 0,60 – 1,30
mg / dl
- SGOT 17 15 – 37
u/l
u/l
- SGPT 25 30 - 65

f. Riwayat Kemoterapi Kemoterapi ke 5


Tanggal : 11 Juli 2020.

Tanggal / jam
11 Juli 2020
07.00 Plastosin 60 mg infus
Infus NS 0,9%
08.00 Infus manitol 2%
Infus DS
13.00 Metoclorpramid 1 amp
14.00 Metoclorpramid 1 amp

g. Terapi
Tanggal : 11 Juli 2020.
1) Metoclorpramid 3 x 1 tablet
2) SF / BC / C 2 x 1 tablet
3) Vitamin A 1 x 50.000 unit
4) Antasid Syrup 3 x 1 sendok makan

B. Analisa Data
No Tgl / jam Data Fokus Etiologi Masalah
1 11-7-20 DS : Pasien mengatakan mual Efek samping dari Perubahan
11.00 dan tidak nafsu makan kemoradiasi nutrisi:
DO : - Makan habis 2 sendok, Kurang dari
dari 1 porsi kebutuhan
- Ngemil (keripik, peyek) tubuh
- BB sebelum sakit: 55 kg,
selama sakit : 49,5 kg
- Hasil laboratorium
tanggal 5 febuari 2008
Hemoglobin = 11,80 gr%
- Pasien kurang
mengetahui tentang
kebutuhan nutrisi
2 11-7-20 DS : Pasien menanyakan apakah Ketidakpastian Ansietas
17.00 pengobatan sinar dapat rentang hasil yang
menyembuhkan penyakit? diharapkan
Apakah kanker bisa
tumbuh lagi?
DO : - Pasien tampak cemas
- Pasien takut bila penyakit
tumbuh lagi
- Pasien banyak bertanya
3 11-7-20 DS : Pasien mengatakan Proses penyakit, Perubahan
17.00 sebelum sakit pasien perubahan anatomis kebutuhan
melakukan hubungan suami seksualitas
istri 2x minggu, selama
sakit tidak pernah
melakukan hubungan
seksual
DO : - Pasien mengatakan
tentang frekuensi
seksualitas kepada
perawat
- Pasien aktif menjawab
pertanyaan
4 11-7-20 DS : Pasien mengatakan gatal di Efek kemoradiasi Gangguan
17.00 daerah kemaluan dan integritas
sekitar anus kulit ;
DO : - Pasien terlihat menggaruk pruritus,
daerah yang gatal eritema
- Bagian monsveneris lesi
putih
- Bagian lipatan bokong,
juga terdapat lesi warna
putih

C. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek
samping dari kemoradiasi
2. Ansietas berhubungan dengan ketidakpastian tentang hasil yang
diharapkan
3. Perubahan kebutuhan seksualitas berhubungan dengan proses penyakit,
perubahan anatomis
4. Gangguan Integritas kulit ; pruritus, eritema berhubungan dengan efek
kemoradiasi
D. Rencana Keperawatan

No Tgl / jam Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1 11-7-20 Perubahan nutrisi: Kurang Setelah dilakukan tindakan a. Kaji masukan makanan dan
11.00 dari kebutuhan tubuh keperawatan 3x24 jam, cairan yang disediakan
berhubungan dengan efek diharapkan pasien: b. Anjurkan makan porsi kecil
samping dari kemoradiasi a. Nafsu makan meningkat tapi sering
c. Jelaskan pada pasien tentang
b. Porsi makan habis
kebutuhan nuttrisi
c. BB normal
d. Timbang berat badan pasien
setiap minggu dengan gunakan
timbangan yang sama
e. Berikan antiemetik sebelum
kemoterapi
f. Instruksikan keluarga untuk
membantu pasien
meningkatkan masukkan
makanan.
2 11-7-20 Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tanda dan gejala adanya
17.00 ketidakpastian tentang hasil keperawatan 2x24 jam, ansietas
yang diharapkan diharapkan pasien: b. Gunakan satu sistem
a. Cemas berkurng pendekatan yang tenang dan
b. Pasien memiliki koping meyakinkan
yang positif c. Lakukan teknik mendengar
aktif
d. Instruksikan teknik relaksasi
seperti latihan relaksasi,
imajinasi, terapi musik
e. Bantu pasien menjelaskan
keputusannya pada anggota
keluarga yang lainnya
3 11-7-20 Perubahan kebutuhan Setelah dilakukan tindakan a. Ciptakan hubungan terapeutik
17.00 seksualitas berhubungan keperawatan 1x24jam klien atas dasar saling percaya dan
dengan proses penyakit, dan pasangan dapat saling menghargai, berikan
perubahan anatomis. memahami bahwa seksualitas privasi dan kepercayaandiri
tidak hanya terbatas pada klien.
aktivitas fisik
b. Anjurkan klien untuk
mengungkapkan ketakutan dan
menanyakan masalah
c. Diskusikan bentuk alternative
ekspresi seksual yang dapat
diterima pada klien sesuai
kebutuhan
d. Libatkan pasangan dalam
diskusi
4 11-7-20 Gangguan Integritas kulit ; Setelah dilakukan tindakan a. Kaji integritas kulit
17.00 pruritus, eritema berhubungan keperawatan selama 2x24jam b. Inspeksi daerah kulit yang
dengan efek kemoradiasi tidak terjadi kerusakan yang diradiasi
berlebih, klien ikut c. Bersihkan daerah yang terbuka
memelihara kulit dengan normal salin dan air,
pengeringan dengan udara atau
ditepuk
d. Instruksi pasien untuk
menghindari mencukur kulit
yang iritasi, memakai pakaian
sempit, penggunaan deodoran,
parfum, aktivitas berat

E. Implementasi

No.DX Tgl / jam Implementasi Respon pasien


1 11-7-20 a. Mengkaji nafsu makan pasien S : Saya mual suster, tidak nafsu
11.00 makan
O : Pasien sedang ngemil keripik
b. Menjelaskan pentingnya nutrisi S : Saya tidak nafsu makan karena
bagi tubuh mual
O : - Pasien mendengarkan
penjelasan perawat
- BB = 49,5 kg
c. Menganjurkan pasien untuk S : Iya,suster. Saya biasanya ngemil
makan sedikit tapi sering O : Ada makanan kecil di meja
pasien
1 11-7-20 Mengobservasi nafsu makan S : Saya masih mual suster, tidak
16.00 pasien nafsu makan
O : Pasien hanya menghabiskan 2
sendok dari porsi yang
disediakan RS
17.00 Menemani pasien makan S : Saya masih mual, sus, tapi saya
mau makan sedikit
O : Pasien hanya menghabiskan 2
sendok dari porsi yang
disediakan RS
2 17.00 a. Mengkaji tingkat kecemasan S : Saya punya penyakit kanker, tapi
dan mendengarkan keluhan sudah disinar. Apa bisa sembuh
pasien total, sus? Atau bias tumbuh lagi?
O : - Pasien tampak cemas
- Ekspresi wajah bingung
- Banyak bertanya
b. Menjelaskan penyakit adalah S : Saya harus kontrol,sus. Semoga
cobaan. penyakit saya bias sembuh
O : - Mendengarkan penjelasan
- Ekspresi wajah tenang.
1&4 11-7-20 a. Mengobservasi nafsu makan S : Saya sudah paksakan untuk
16.00 pasien makan, sus, tapi masih mual
b. Menemani pasien makan O : Makan habis 1/4 porsi
3 17.00 a. Mengkaji perubahan pola S : Pasien mengatakan sebelum sakit
seksualitas pasien melakukan hubungan seksual 2x
b. Menjelaskan bahwa seksual seminggu, selama sakit tidak
tidak terbatas pada aktivitas pernah melakukan hubungan
fisik tetapi dapat dialihkan seksual.
dengan psikologis seperti O : - Pasien menjawab pertanyaan
kasihsayang, kepedulian, - Pasien mendengarkan
pegangan tangan atau ciuman penjelasan perawat
4 17.00 a. Mengkaji keadaan kulit S : - Saya sudah mandi
b. Menjelaskan perawatan kulit - Kalau gatal saya garuk,sus.

O : Ada lesi (bekas di garuk) di area


monsfeneris dan lipatan bokong
akibat efek dari kemotherapi
F. Evaluasi

No
Tgl / jam Evaluasi
DX
1 11-7-20 S : Saya sudah mau makan sedikit, tetapi masih terasa mual
13.00 O : - Makanan yang dihabiskan ½ porsi
- BB : 50 kg
- TB : 152 cm
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2 11-7-20 S : Saya sudah mengetahuai tentang penyakit saya.
13.00 Terima kasih, sus.
O : - Pasien mengerti penjelasan perawat
- Cemas berkurang
- Pasien memiliki koping yang positif

A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
3 11-7-20 S : Suami saya kalau malam nunggu saya disini. Tadi pagi
13.00 dia berangkat kerja dari sini
O : Pasien dan pasangan memahami seksualitas tidak
hanya sebatas aktifitas itu.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
4 11-7-20 S : Kalau gatal saya garuk, setelah mandi saya kasih bedak
13.00 yang gatal.
O : Tidak ada kemerahan, masih terlihat lesi atau lecet
bekas garuk
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai