Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengetahuan tentang massa jenis dalam sebuah praktikum sangat penting
mengingat bahwa pengetahuan tentang massa jenis akan selalu dibutuhkan
dalam dunia farmasi terutama untuk mengetahui kemurniaan dari suatu zat.
Setiap zat memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik dari segi fisik
maupun kimia. Sifat fisik yaitu sifat yang dapat kita amati secara langsung
seperti Cairan, gas, dan padat, Serta sifatnya yang dapat diukur seperti massa
dan volume, dan warna. Sedangkan sifat kimia yaitu sifat yang tidak dapat
diamati secara langsung seperti seperti kelarutan, dan kerapatan.
Keadaan bahan secara keseluruhan dapat dibagi menjadi zat gas,padat,dan
fluida. Zat padat tentu mempertahankan bentuknya, sedangkan fluida tidak
mempertahankan bentuknya, serta gas mengembang menempati semua ruang
tanpa memperdulikan bentuknya.Teori fluida sangat kompleks, sehingga
dimulai dari yang paling dasar yaitu Penentuan Bobot jenis dan Kerapatan zat.
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan bobot zat terhadap air dengan
volume yang ditimbang di udara pada suhu yang sama. Penetapan bobot jenis
digunakan hanya untuk senyawa berbentuk cairan, kecuali dinyatakan pada
perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah ditetapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis yaitu suhu dan konsentrasinya.
Adapun sifat dari zat cair diantaranya:
1. Bentuk mengikuti tempat dan volumenya tetap.
2. Molekulnya dapat bergerak tetapi tidak semudah gerak molekul gas.
3. Jarak partikelnya lebih dekat daripada gas sehingga lebih sukar di
mampatkan.
4. Dapat diuapkan dengan memerlukan energi.
Kerapatan adalah turunan besaran yang menyangkut satuan massa dan
volume. Kerapatan juga merupakan suatu sifat zat yang berbeda, misalnya Air
dan minyak ketika dicampur akan terjadi perbedaan kerapatan. Bila kerapatan
benda lebih besar dari kerapatan air, maka benda tersebut akan tenggelam
dalam air. Namun bila kerapatannya lebih kecil maka benda tersebut akan
mengapun. Selain itu peristiwa mengapung,melayang,dan tenggelam itu
dipengaruhi oleh perbandingan bobot jenis zat-zat tersebut. Untuk mengetahui
cara mengukur bobot jenis dan kerapatan zat pada beberapa sampel dengan
menggunakan piknometer.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu menentukan density dan specific gravity dari beberapa
zat cair dan zat padat menggunakan piknometer.
BAB II

DASAR TEORI

A. TEORI UMUM

Di bidang farmasi, selain bobot jenis juga digunakan untuk mengetahui


kemurnian suatu zat cair dengan menghitung berat jenisnya.Jika berat
jenisnya mendekati maka dapat dikatakan zat tersebut memiliki kemurnian
yang tinggi. Oleh karena itu percobaan ini dilakukan untuk mengetahui bobot
jenis dan kerapatan zat ( Ansel, 2006).

Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Penting
untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa
per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu milliliter
raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah 13,6 g/mL. jika
kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume,maka bobot jenis
merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara
bobot suatu zat terhadap sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan
dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00 sebagai perbandingan, bobot jenis
gliserin adalah 1,25,artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air yang
setara ,dan bobot jenis alkohol adalah 0,81 kali bobot volume air yang setara. (
Ansel, 2006).

Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan daripada
air. Sedangkan zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00lebih berat
daripada air. Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di
belakang koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Pada
umumnya, dua angka di belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat
dihitung atau untuk senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States
Pharmacopeia (USP) atau buku acuan lain. Bobot jenis suatu zat dapat
dihitung dengan mengetahui bobot dan volumenya ( Ansel, 2006).
Bobot jenis suatu zat dapat di hitung dengan mengetahui bobot dan
volumenya melalui persamaan berikut (Ansel,2004).

Bobot zat (g)


Bobot jenis =
bobot sejumla h volume air yang setara(mL)

Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur
tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan
merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive,dengan demikian
dapat digunakan untuk menentukan kemurniaan suatu zat (Ansel,2004).

Rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu obyek dengan volumenya


(Petrucci,1985).

Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya adalah
kilogram per meter kubik, atau ungkapan yang umum, gram per sentimeter
kubik, atau gram per milliliter.Pernyataan awal mengenai kerapatan adalah
bobotjenis.Satuannya sudah kuno dan sebaiknya tidak dipakai lagi. Penjelasan
berikut diberikan sebagai petunjuk (Brescia,1975) British standard 2955
(1958) mendefenisikan tiga istilah yang berlaku untuk partikel itu sendiri.
Partikel kepadatan massa partikel dibagi dengan volumenya.

Istilah yang berbeda muncul dari cara dimana volume didefenisikan (Gibson,
2004).

1. Kerapatan partikel sejati adalah ketika volume diukur tidak termasuk baik
terbuka dan tertutup pori-pori dan merupakan property fundamental dari
suatu material.
2. Kerapatan partikel jelas adalah ketika volume diukur meliputi intrapartikel
pori-pori
3. Kerapatan partikel yang efektif adalah volume dilihat oleh fluida bergerak
melewati partikel. Itu sangat penting dalam proses seperti sedimentasi atau
fluidization tetapi jarang digunakan dalam bentuk sediaan padat.
Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran ini apabila
mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan
besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah
massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan
dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi,
yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang
cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat
terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang
sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari
definisinya, sangat lemah, akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai
kerapatan relatif ( Martin,1990).

Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai


perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang
sama pada suhu 4oC atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering
ditemukan dalam pembacaan berat jenis: 25oC/25oC, 2oC/4oC, dan 4oC/4oC.
Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat ditimbang;
angka di bawah garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-
buku farmasi resmi menggunakan patokan 25oC /25oC untuk menyatakan berat
jenis.

Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe


piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran
dan perhitungan di diskusikan di buku kimia dasar, fisika dan farmasi
( Martin,1990).
B. URAIAN BAHAN
1. Aquadest(Farmakope Indonesia Edisi III, hal : 96)
Nama resmi : Aqua destillata
Nama lain : Aquadest
RM / BM : H2O / 18,02
Bobot jenis : 1 g/ml
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai larutan uji

2. Alkohol (Farmakope Indonesia Edisi III, hal : 65)


Nama resmi : Aethanolum
Nama lain : Etanol, etil alcohol
BM/RM : 46, 07 / C2H6O
Bobot jenis : 0,8119–0,8139 gr/mL
Pemerian : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut.
Menghasilkan bau yang khas dan rasa terbakar pada
lidah.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, dijauhkan dari api.
Kegunaan : Sebagai pembilas piknometer dan gelas ukur.

3. Gliserol(Farmakope Indonesia Edisi III, hal : 271)


Nama resmi : GLYCEROLUM
Sinonim : Gliserin
BM/RM : C3H8O3 / 92,09
Bobot jenis : 1,2620 g/mL
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis;
hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak).
Higroskopik; netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Dalam bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak
larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemah
dan dalam minyak menguap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut.

4. Propilenglikol(Farmakope Indonesia Edisi III, hal: 534)


Nama Resmi : PROPYLEN GLYCOLUM
Nama Lain : Propilen glikol
RM/BM : C3H8O2/76,10
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa
agak manis, Higroskopik.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P. Dan
dengan kloroform P., larut dalam 6 bagian eter P. Tidak
dapat campur dengan eter minyak tanah P. Dan dengan
minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

5. Sorbitol (Farmakope Indonesia Edisi III, hal : 567)


Nama Resmi : SORBITOLUM
Nama Lain : Sorbitol
RM/BM : C6H14O6/182,17
Pemerian : Serbuk, butiran atau kepingan, putih, rasa manis,
higroskopis.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol
(95% P), dalam methanol P, dan dalam asam asetat P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

6. Coconut Oil (Farmakope Indonesia Edisi III, hal: 456)


Nama Resmi : OLEUM COCOS
Nama Lain : Minyak Kelapa
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna atau kuning pucat, bau
khas tidak tengik.
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol 95% pada suhu 60°, sangat
mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindung dari
cahaya,ditempat sejuk.

7. Olive Oil (Farmakope Indonesia Edisi III, hal:458)


Nama Resmi : OLEUM OLIVAE
Nama Lain : Minyak Zaitun
Pemerian : Cairan kuning pucat atau kuning kehijauan, bau lemah
tidak tengik, rasa khas.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol 95% P, mudah larut dalam
kloroform P dan dalam eter minyak tanah P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terisi penuh.

8. Na. CMC (Farmakope Indonesia Edisi III, hal: 401)


Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHYL CELLULOSUM
Nama Lain : Natrium Karboksimetil selulosa
Pemerian : Serbuk atau butiran
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol 95% pada suhu 60°, sangat
mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
C. KEGIATAN PRAKTIKUM
1. ALAT
 Piknometer
 Gelas Piala
 Gelas Ukur
 Mortir dan Stemper
 Neraca Analitik
 Oven
 Termometer
2. BAHAN
 Air suling
 Alkohol 50%
 Alkohol 70%
 Alkohol 80%
 Gliserol
 Propilenglikol
 Sorbitol
 Canola Oil
 Coconut Oil
 Olive Oil
 CMC 0,1% ; 0,5% ; 1%
BAB III
CARA KERJA

1. Disiapkan alat dan bahan.


2. Piknometer dibersihkan dengan air suling, kemudian dibilas dengan
alkohol.
3. Piknometer dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 30 menit,
lalu didinginkan pada suhu kamar.
4. Piknometer dalam keadaan kosong ditimbang bobotnya, hasilnya dicatat.
Penimbangan dilakukan 3 kali replikasi.
5. Piknometer kosong dimasukkan dalam baskom berisi air es sampai
mencapai 250C dan ditimbang analitik (replikasi 3 kali) dan dicatat
hasilnya.
6. Piknometer diisi dengan air suling volume tertentu, kelebihan air
dibersihkan dengan kertas saring. Diulangi cara kerja (5).
Berat piknometer berisi air−Berat piknometer kosong
ρair
Volume piknometer
7. Air suling dikeluarkan dari piknometer. Piknometer dibalas denan alcohol
95% lalu dikeringkan menggunakan oven (jika sudah kering tidak perlu
dikeringkan menggunakan oven).
8. Piknometer kosong diisi dengan cairan sampel volume tertentu, kelebihan
cairan dibersihkan dengan kertas saring. Diulangi cara kerja (5).
Berat piknometer berisi air−Berat piknometer kosong
ρ sampel
Volume piknometer
9. Dihitung bobot jenis air suling dan sampel dengan cara membandingkan
densitas air dan densitas sampel.
ρ sampel
Bobot jenis=
ρ air
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Data Hasil Pengamatan
a. Air

K No Bobot Piknometer Bobot Piknometer + Bobot Air Densitas


E Kosong (A) Air (B) (B-A) Air
1. (20,7+ 20,7+20,8) (46,5+46,5+ 46,5) 25,76g Maka
L g= g=46,
3 3 densitas air
O
20,73g 5g = (Bobot
M
Pikno
P 2. ( 20,3+20,3+20,4 ) (44,2+ 44,1+44,2) 23,83g
g=20, g=44, berisi air –
O 3 3
33g 16g Bobot
K
3. (20,1+20,1+20,1) (43,3+43,3+ 43,3) 23,2 g pikno
g= g=
3 3
1 kosong ) :
20,1g 43,3g
A 4. Vol. Pikno
(19,5+19,7+19,5) (44,3+44,4+ 44,3) 24,76 g
g= g=44,
3 3
19,56g 33 g = 24,95g
5. (21,4+ 21,3+21,3) (47,6+47,6+ 47,6) 26,26 g 25 ml
g= g=
3 3
=
21,33 g 47,6g
0,998g/ml

6. (22,4+ 22,4+22,4) (48,3+48,3+ 48,3) 25,9 g
g= g=
3 3 ρ Air =
22,4g 48,3g  Bobot 0,998g/ml
rata-rata
 Bobot rata-rata pikno  Bobot rata-rata pikno air=
kosong = 20,74g + air = 45,69g 24,95 g

K No Bobot Piknometer Bobot Piknometer + Bobot Air Densitas


E Kosong (A) Air (B) (B-A) Air
L
1. (14,4+ 14,4+14,4) (36,1+36,1+36,1) 21,7g Maka
O g=14, g=36,
3 3 densitas air
M
4g 1g = (Bobot
P 2. (22+22+22) (44+ 44+ 44) 22g
g= 22g g= 44g Pikno
O 3 3
berisi air –
K 3. (20,5+20,5+20,5)
g=
(44,6+44,6+ 44,6)
g=
24,1g
3 3 Bobot
20,5g 44,6g pikno
1
kosong ) :
B 4. (12,1+12,1+12,1) (35,1+35,2+35,3) 23,1g
g=12,1 g=35, Vol. Pikno
3 3
g 2g
5. ¿
(15,6+15,7+ 15,6¿ 3 g=1 (38,3+38,3+38,3) 22,7g = 22,95g
g=38,
3 25 ml
5,6g 3g =
6. (21+21+21) (45,9+ 45,8+ 45,9) 24,1g 0,918g/ml
g=21g g=45,
3 3
 Bobot rata-rata pikno 9g  Bobot ρ Air =
kosong = 17,6g  Bobot rata-rata pikno rata-rata 0,918g/ml
+ air = 40,68g air=
22,95 g

K No Bobot Piknometer Bobot Piknometer + Bobot Air Densitas


E Kosong (A) Air (B) (B-A) Air
L
1. (19,2+19,2+19,0) (42,3+42,3+ 42,2) 23,1g Maka
O g= g=42,
3 3 densitas air
M
19,1g 2g = (Bobot
P
Pikno
O 2. (20,3 g+20,3+20,3) (41,2+ 41,2+41,2) 20,9g
g=20 g=41, berisi air –
K 3 3
,3g 2g Bobot
pikno
1
3. (20,1 g +20,0+20,1) (42,1 g+ 42,2+ 42,1) 22g kosong ) :
C g=20 g=4
3 3
Vol. Pikno
g 2,1g
4. (19,5+19,5+19,5) (42,2 g+ 42,1+ 42,1) 22,6g
g=19, g=4
3 3 = 21,7g
5g 2,1g 25 ml
5. (20,2+20,2+20,2) (41,0+40,9+ 40,9) 20,7g =
g=20, g=40,
3 3
0,868g/ml
2g 9g
6. (19,2+19,1+19,1) (40,2+ 40,3+ 40,3) 21g
g=19,1 g=40,
3 3 ρ Air =
g 2g 0,868g/ml
 Bobot
 Bobot rata-rata pikno  Bobot rata-rata pikno rata-rata
kosong = 19,7g + air = 41,45g air = 21,7
g

b. Sampel

K No Bobot Piknometer Bobot Piknometer + Bobot Densitas


E Kosong (A) Sampel (B) Sampel Sampel
L (B-A)
O 1. (20,7+ 20,7+20,8)
g=20
(44,08+44,08+ 44,08)
g=
24,06g Maka
3 3 densitas
M
,73g 44,08g sampel =
P
O 2. (Bobot
(20,3+20,3+20,4 ) (42,9+ 42,8+ 42,9)
g= g=42, Pikno
K 3 3 22,53g
20,33g 86g berisi

1 sampel –
A (20,1+20,1+20,1) (42,1+ 42,1+42,0) 21,96g Bobot
g= g=42,
3. 3 3 pikno
20,1g 06g kosong ) :
 Bobot Vol. Pikno
 Bobot rata-rata  Bobot rata-rata pikno rata-rata
pikno kosong = + Alkohol 40%= 43g Alkohol = 22,85g
20,35g 40%= 25 ml
22,85g =
0,914g/ml

ρ Alkohol
40% =
0,914g/ml

1. (19,5+19,7+19,5) (51,9+51,9+51,9) 32,33g = 16,70g


g=19 g=51,
3 3 25 ml
,56g 9g =
0,668g/ml
2. (21,4+ 21,3+21,3) (55,8+55,8+55,8) 34,46g
g=21 g=55,
3 3
,33g 8g ρ Sorbitol
3. (22,4+ 22,4+22,4) (55,8+55,9+55,9) 33,46g =
g=22 g=55,
3 3 0,668g/ml
,4g 86

 Bobot
 Bobot rata-rata  Bobot rata-rata pikno rata-rata
pikno kosong = + Sorbitol= 54,52g Sorbitol=
21,09g  16,70g

1. (20,7+ 20,7+20,8) (46,7+46,7+ 46,7) 25,96g = 24,3g


g=20 g=46,
3 3 25 ml
,73g 7g =
0,972g/ml
2. (20,3+20,3+20,4 ) (44,0+44,0+ 43,9) 23,66g
g g=43,
3 3
=20,33g 96g ρ CMC
0,9% =
3. (20,1+20,1+20,1) (43,4+ 43,4+43,4 ) 23,3g 0,972g/ml
g= g=43,
3 3
20,1g 4g  Bobot
rata-rata
 Bobot rata-rata  Bobot rata-rata pikno CMC
pikno kosong = + CMC 0,9%= 0,9%=
20,35g 44,68g 16,70g

K No Bobot Piknometer Bobot Piknometer + Bobot Densitas


E Kosong (A) Sampel (B) Sampel Sampel
L (B-A)
O 1. (14,4+ 14,4+14,4)
g=14
(34,53+34,53+34,53)
g=
20,13g Maka
3 3 densitas
M
,4g 34,53g sampel =
P
O 2. (Bobot
(22+22+22) (43,3+43,3+ 43,3) 21,3g
g= 22g g=43, Pikno
K 3 3
3g berisi

1 sampel –
B 3. (20,5+20,5+20,5) (43+43+ 43) 22,5g Bobot
g= g= 43g
3 3 pikno
20,5g  Bobot kosong ) :
 Bobot rata-rata pikno rata-rata Vol. Pikno
 Bobot rata-rata + Alkohol 50%= Alkohol
pikno kosong = 40,27g 50% = = 21,31g
18,96g 21,31g 25 ml
=
0,852g/ml

ρ Alkohol
50% =
0,852g/ml

1. (12,1+12,1+12,1) (42,2+ 42,1+42,2) 30,1g = 30,61g


g=12 g=42,
3 3 25 ml
,1g 2g = 1,22g/ml

2. (15,6+15,7+ 15,6) (45,7+45,7+ 45,7) 30,1g


g=15 g=45, ρ Gliserin
3 3
,6g 7g =1,22 g/ml
3. (21+21+21) (53,43+53,43+53,43) 31,63g
g=21,8g g=
3 3
53,43g  Bobot
 Bobot rata-rata  Bobot rata-rata pikno rata-rata
pikno kosong = + Gliserin= 47,11g Gliserin=
16,5g 30,61g

1. (14,4+ 14,4+14,4) (37,1+37,1+37,1) 22,7g = 23,12g


g=14 g=37,
3 3 25 ml
,4g 1g =
0,925g/ml
2. (22+22+22) (44,6+44,5+ 44,6) 22,6g
g= 22g g=44,
3 3
6g ρ CMC
0,5% =
3. (20,5+20,5+20,5) (44,56+44,56+ 44,56) 24,06g 0,925g/ml
g= g=
3 3
20,5g 44,56g  Bobot
 Bobot rata-rata pikno rata-rata
 Bobot rata-rata + CMC 0,5%= CMC
pikno kosong = 44,68g 0,5%=
18,96g 23,12g

K No Bobot Piknometer Bobot Piknometer + Bobot Densitas


E Kosong (A) Sampel (B) Sampel Sampel
L (B-A)
O 1. (19,2+19,2+19,0) (40+40+ 40) 20,8g Maka
g= g= 40g
M 3 3 densitas
P 19,1g sampel =
O (Bobot
2. (20,3 g+20,3+20,3) (39,2+39,2+39,2) 18,9g
K g= g=39, Pikno
3 3
20,3g 2g berisi
1 sampel –
C 3. (20,1 g +20,0+20,1)
g=
(40,7+40,0+ 40,0)
g=
20,6g Bobot
3 3
pikno
20g 40,2g  Bobot kosong ) :
 Bobot rata-rata  Bobot rata-rata pikno rata-rata Vol. Pikno
pikno kosong = + Alkohol 60%= Alkohol = 20,1g
19,8g 39,8g 60% = 25 ml
20,1g =
0,804g/ml

ρ Alkohol
60% =
0,804g/ml

= 22,16g
25 ml
=
1. 21,7g
(41,2+ 41,2+41,2) 0,886g/ml
g=41,
3
2g ρ PEG =
0,886g/ml
K No Bobot Piknometer Bobot Piknometer + Bobot Densitas
E Kosong (A) Sampel (B) Sampel Sampel
L (B-A)
O (19,5+19,5+19,5) (41,2+41,2+41,2)g= 21g
g=19
3
M 2. 41,2g
,5g (40,3+40,3+40,29)g= 23,8g
P
O 40,29g
K  Bobot rata-rata pikno  Bobot
+ Propilenglikol rata-rata
1 (PEG) = 40,89g Propileng
A likol
(PEG)=
22,16g
K No Bobot Piknometer Bobot Piknometer + Bobot Densitas
E Kosong (A) Sampel (B) Sampel Sampel
L (B-A)
O
M
P
O
K

1
A
K No Bobot Piknometer Bobot Piknometer + Bobot Densitas
E Kosong (A) Sampel (B) Sampel Sampel
L (B-A)
O
M
P
O
K

1
A

1.

2.

3.
K No Bobot Piknometer Bobot Piknometer + Bobot Densitas
E Kosong (A) Sampel (B) Sampel Sampel
L (B-A)
O 1. (19,2+19,2+19,0)
g=
(42,5+42,4+ 42,4)
g=42,
23,3g Maka
3 3 densitas
M
19,1g 4g sampel =
P
O 2. (Bobot
(20,3 g+20,3+20,3) (41,2+ 41,2+41,2) 20,9g
g= g=41, Pikno
K 3 3
20,3g 2g berisi
1 sampel –
A 3. (20,1 g +20,0+20,1)
g=
(43+42,9+ 42,9) g
=42,9
22,8g Bobot
3 3
pikno
20g g  Bobot kosong ) :
rata-rata Vol. Pikno
 Bobot rata-rata  Bobot rata-rata pikno CMC
pikno kosong = + CMC 0,7%= 0,7% = = 22,33g
19,8g 42,16g 22,33g 25 ml
=
0,893g/ml

ρ CMC
0,7% =
0,893g/ml

1. (19,5+19,5+19,5) (41,2+ 41,2+41,2) 21,7g =22,16g


g= g=41,
3 3 25 ml
19,5g 2g =
0,886g/ml
2. (20,2+20,2+20,2) (41,2+ 41,2+41,2) 21g
g= g=41, ρ PEG=
3 3
K No Bobot Piknometer Bobot Piknometer + Bobot Densitas
E Kosong (A) Sampel (B) Sampel Sampel
L (B-A)
O 20,2g 2g 0,886g/ml
M
3. (19,2+19,1+19,1) (43+42,9+ 43) 23,8g
P g=19 g=42,9g
3 3
O ,1g
K

2. Pembahasan
a. Kelompok 1A:
Densitas (Massa Jenis Air = 0,998 g/ml
ρ Alko h ol 40 %
BJ Alkohol 40% = =
ρ Air

0,914 g/ml
=0,915 g /ml
0,988 g /ml
ρ Sorbitol 0,668 g /ml
BJ Sorbitol = =¿ =0,669 g/ml
ρ Air 0,988 g /ml
ρCMC 0,9 % 0,972 g /ml
BJ CMC 0,9% = =¿ =0,973 g/ml
ρ Air 0,988 g /ml
b. Kelompok 1B:

Densitas (Massa Jenis) Air = 0,918 g/ml

ρ Alko h ol 50 %
BJ Alkohol 50% = =
ρ Air

0,852 g /ml
=0,928 g/ml
0,918 g /ml

ρGliserin 1,22 g /ml


BJ Gliserin = =¿ =1,328 g/ml
ρ Air 0,918 g / ml

ρCMC 0,5 % 0,925 g /ml


BJ CMC 0,5% = =¿ =1,00 g/ml
ρ Air 0,918 g /ml
c. Kelompok 1C:
Densitas (Massa Jenis) Air = 0,868 g/ml

ρ Alko h ol 60 %
BJ Alkohol 60% = =
ρ Air

0,804 g/ ml
=0,926 g /ml
0,868 g / ml

ρ Propilenglikol
BJ Propilenglikol = =¿
ρ Air

0,886 g / ml
=1,020 g/ml
0,868 g / ml

ρCMC 0,7 % 0,893 g / ml


BJ CMC 0,7% = =¿ =1,028 g/ml
ρ Air 0,868 g / ml

Pada saat praktikum penentuan bobot jenis dan kerapatan zat-zat/rapat


jenis (massa jenis) tersebut sering terjadi penyimpangan sehingga memberikan
hasil yang berbeda dengan yang seharusnya (sesuai ketentuan Farmakope
Indonesia). Penyimpangan-penyimpangan ini antara lain disebabkan oleh karena
berbagai kesalahan pada saat melakukan praktikum. Kesalahan penimbangan, cara
penutupan piknometer yang salah, pengaruh perubahan suhu yang terlalu cepat,
piknometer belum benar-benar kering dan bersih, volume air yang dimasukkan ke
dalam piknometer tidak tepat, kebersihan atau sampel yang terkontaminasi.
Berikut faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penyimpangan hasil pada
bobot jenis:
1. Penimbangan
Kesalahan akibat penimbangan ini bisa disebabkan karena timbangan yang
digunakan berganti-ganti. Sehingga hasil penimbangan antara timbangan
yang satu dengan yang lain belum tentu sama.
2. Cara penutupan piknometer yang sama
Cara penutupan piknometer yang terlalu cepat dapat menyebabkan cairan
yang tumpah terlalu banyak sehingga tentu mempengaruhi berat pada
penimbangan.
3. Pengaruh perubahan suhu
Perubahan suhu yang terlalu cepat dapat menyebabkan cairan didalam
piknometer memuai/menyusut dengan tidak semestinya, sehingga pada waktu
ditimbang zat tersebut memberikan hasil yang berbeda dengan yang telah
ditentukan.
4. Piknometer yang belum kering dan bersih
Piknometer yang demikian belum bisa digunakan untuk bobot jenis dan
kerapatan, karena masih ada cairan/kontaminan yang tertinggal didalamnya
sehingga tentu saja akan mempengaruhi hasil akhir.
5. Volume air yang tidak tepat
Volume air yang dimasukan ke dalam piknometer harus tepat dengan yang
telah ditentukan, karena jika terlalu banyak atau terlalu sedikit maka akan
mempengaruhi hasil akhir.
6. Sampel yang terkontaminasi
Sampel yang terkontaminasi tentu saja akan memberikan hasil yang
menyimpang, karena kemurnian zat tersebut sudah berbeda dengan zat yang
masih murni.

Dari data hasil praktikum yang didapatkan dari bobot jenis Aquadest
kelompok 1A adalah 0,998 g/ml yang artinya dapat dibulatkan menjadi 1 g/ml,
bahwa bobot jenisnya jika disimpulkan sesuai dengan literatur yang didapatkan.
Kemudian pada bobot jenis sampel yakni Alkohol 40% menggunakan perhitungan
berdasarkan v /v yakni sebagai berikut : V1xN1=V2xN2 maka (…mlx70%)=(100

100 ml x 40 %
mlx40% )= =57,5 ml , merupakan volume yang digunakan untuk
70 %
mengencerkan alkohol 70% menjadi 40%. Setelah itu didapatkan hasil bobot jenis
alkohol 40% yakni 0,915 g/ml sedangkan menurut literatur alkohol 40% memiliki
BJ senilai 0,9473 g/ml. Maka dapat disimpulkan bahwa BJ alkohol yang
didapatkan kurang dari literatur (FI IV hal 1221). Kemudian Bobot Jenis untuk
Sorbitol didapatkan hasil yakni 0,669 g/ml sedangkan menurut literatur
(Handbook of Excipient, hal 679) adalah 1,49 g/ml. Maka disimpulkan bahwa
bobot jenis yang didapat kurang dari menurut literatur. Terakhir sampel yang
digunakan pada Kelompok 1A yakni CMC 0,9% yang dihitung terlebih dahulu
untuk menentukan berat CMC 0,9% yang akan ditimbang: CMC 0,9% =

0,9 g
=0,9 g(900 mg) selanjutnya dilakukan penaburan CMC tersebut di atas
100 ml
aquadest kira-kira 1/3 volume dari 100 ml yang dituang ke mortir lalu digerus ad
homogen, kemudian dimasukkan pada pikno yang selanjutnya akan ditimbang
sebanyak 3x replikasi seperti pada sampel sebelumnya. Setelah itu didapatkan BJ
CMC 0,9% yakni 0,973 g/ml, sedangkan menurut literatur adalah 0,52 g/ml
(Handbook of Excipients Ed. VI hal 78). Maka disimpulkan bahwa hasil bobot
jenis yang didapat lebih besar dibandingkan dengan literatur.

Selanjutnya data praktikum pada Kelompok 1B didapatkan dari bobot jenis


Aquadest adalah 0,918 g/ml, sedangkan menurut literatur BJ Air adalah 1 g/ml.
Maka dapat disimpulkan bahwa bobot jenis air yang didapatkan kurang dari hasil
literatur. Kemudian pada bobot jenis sampel yakni Alkohol 50% menggunakan
perhitungan berdasarkan v /v yakni sebagai berikut : V1xN1=V2xN2 maka (…

100 ml x 50 %
mlx70%)=(100 mlx50% ) = =71,4 ml , merupakan volume yang
70 %
digunakan untuk mengencerkan alkohol 70% menjadi 50%. Setelah itu didapatkan
hasil bobot jenis alkohol 50% yakni 0,928 g/ml sedangkan menurut literatur
alkohol 50% memiliki BJ senilai 0,9289 g/ml. Maka dapat disimpulkan bahwa BJ
alkohol yang didapatkan sesuai dari literatur (FI IV hal 1222). Kemudian Bobot
Jenis untuk Gliserin didapatkan hasil yakni 1,328 g/ml sedangkan menurut
literatur (FI IV hal 413) tidak kurang dari 1,249 g/ml. Maka dapat disimpulkan
bahwa hasil Gliserin yang didapat lebih besar dari literatur. Sampel terakhir yakni
CMC 0,5% yang dihitung terlebih dahulu untuk menentukan berat CMC 0,5%
0,5 g
yang akan ditimbang: CMC 0,5% = =0,5 g(500 mg) selanjutnya dilakukan
100 ml
penaburan CMC tersebut di atas aquadest kira-kira 1/3 volume dari 100 ml yang
dituang ke mortir lalu digerus ad homogen, kemudian dimasukkan pada pikno
yang selanjutnya akan ditimbang sebanyak 3x replikasi seperti pada sampel
sebelumnya. Setelah itu didapatkan BJ CMC 0,5% yakni 1,00 g/ml, sedangkan
menurut literatur adalah 0,52 g/ml (Handbook of Excipients Ed. VI hal 78). Maka
disimpulkan bahwa hasil bobot jenis yang didapat lebih besar dibandingkan
dengan literatur.

Pada kelompok terakhir yakni 1C didapatkan dari bobot jenis Aquadest


adalah 0,868 g/ml, sedangkan menurut literatur BJ Air adalah 1 g/ml. Maka dapat
disimpulkan bahwa bobot jenis air yang didapatkan kurang dari hasil literatur.
Kemudian pada bobot jenis sampel yakni Alkohol 60% menggunakan perhitungan
berdasarkan v /v yakni sebagai berikut : V1xN1=V2xN2 maka (…mlx70%)=(100

100 ml x 60 %
mlx60% ) = =85,7 ml , merupakan volume yang digunakan untuk
70 %
mengencerkan alkohol 70% menjadi 60%. Setelah itu didapatkan hasil bobot jenis
alkohol 60% yakni 0, 926 g/ml sedangkan menurut literatur alkohol 60% memiliki
BJ senilai 0,9076 g/ml. Maka dapat disimpulkan bahwa BJ alkohol yang
didapatkan lebih besar dari literatur (FI IV hal 1222). Kemudian Bobot Jenis
untuk Propilenglikol (PEG) didapatkan hasil yakni 1,020 g/ml sedangkan menurut
literatur (FI IV hal 712) antara 1,035-1037 g/ml g/ml. Maka dapat disimpulkan
bahwa hasil Propilenglikol (PEG) yang didapat kurang dari literatur. Sampel
terakhir yakni CMC 0,7% yang dihitung terlebih dahulu untuk menentukan berat

0,7 g
CMC 0,7% yang akan ditimbang: CMC 0,7% = =0,7 g(700 mg)
100 ml
selanjutnya dilakukan penaburan CMC tersebut di atas aquadest kira-kira 1/3
volume dari 100 ml yang dituang ke mortir lalu digerus ad homogen, kemudian
dimasukkan pada pikno yang selanjutnya akan ditimbang sebanyak 3x replikasi
seperti pada sampel sebelumnya. Setelah itu didapatkan BJ CMC 0,7% yakni
1,028 g/ml, sedangkan menurut literatur adalah 0,52 g/ml (Handbook of
Excipients Ed. VI hal 78). Maka disimpulkan bahwa hasil bobot jenis yang
didapat lebih besar dibandingkan dengan literatur.

BAB V
KESIMPULAN

1. Pada piknometer berisi Aquades didapatkan bobot jenis dan rapat jenis
dengan hasil rata-rata yaitu 0, 0,998 g/ml, 0,918 g/ml dan 0,868 g/ml.
2. Pada piknometer berisi Alkohol 40,50,60% didapatkan bobot jenis dan
rapat jenis dengan hasil rata-rata yaitu 0,915 g/ml, 0,928 g/ml dan
0,926 g/ml.
3. Pada piknometer berisi CMC 0,9%;0,5%;0,7% didapatkan bobot jenis
dan rapat jenis dengan hasil rata-rata yaitu 0,973 g/ml, 1,00 g/ml dan
1,028 g/ml.
4. Pada piknometer berisi Sorbitol,Gliserin dan Propilenglikol didapatkan
bobot jenis dan rapat jenis dengan hasil rata-rata yaitu 0,669 g/ml,
1,328g/ml dan 1,020 g/ml.

A. SARAN
1. Pada saat pengukuran suhu diharapkan penurunan atau kenaikan suhu
diperhatikan dengan seksama, karena jika suhu turun atau naik
melebihi dari ditentukan, tentu saja hasil yang diberikan akan
menyimpang.
2. Pada saat memegang piknometer sebaiknya menggunakan tissue atau
kain jangan menggunakan tangan secara langsung, karena
dikhawatirkan lemak yang terdapat pada tangan akan menempel di
piknometer sehingga akan menambah berat piknometer.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, C Howard, 2006.Kalkulasi Farmasetik.EGC : Jakarta.

Ansel ,C Howard, 2004. Kalkulasi Farmasetik.EGC.: Jakarta.

Brescia, Arents dan Meislich, 1975.Fundamental Chemistry. New York.

Ditjen POM, 1979.FARMAKOPE INDONESIA edisi III.Departemen kesehatan


Republik Indonesia.

Ditjen POM, 1995.FARMAKOPE INDONESIA edisi IV.Departemen kesehatan


Republik Indonesia.

Gibson, M., 2004, Pharmaceutical Preformulation and formulation. HIS Health


Group, Tailor dan Prancis.

Martin,Alfred. 1990. Farmasi Fisik. Universitas Indonesia Press: Jakarta.

Petrucci, R. H., 1985. General Chemistry, Principles and Application 4th Ed.
Collier Mac Inc., New York.

Ainley, Wade dan Paul J Weller. Handbook Of Pharmaceutical Excipients.Edisi


VI. 2009.

Anda mungkin juga menyukai