NIM : P17325119415
Prodi : D4 Tingkat 2
Pendidikan Budaya Anti Korupsi
KPK baru menjerat Imam sebagai tersangka dalam kasus tersebut pada 18
September 2019. Imam diduga menerima uang sebesar Rp26,5 miliar sebagai
bentuk commitment fee pengurusan proposal yang diajukan KONI kepada
Kemenpora. Uang itu diterima secara bertahap yakni sebesar Rp14,7 miliar dalam
rentang waktu 2014-2018 yang merupakan suap dana hibah Kemenpora ke KONI
melalui asisten pribadinya, Miftahul Ulum yang juga menjadi tersangka dalam
perkara ini. Imam juga diduga menerima uang Rp11,8 miliar dalam rentang waktu
2016-2018 sebagai bentuk gratifikasi. Dengan total penerimaan suap gratifikasi
sebesar Rp 26,5 miliar, Imam diketahui memiliki harta kekayaan sebesar Rp 22, 6
miliar berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).
Harta tersebut dibagi menjadi hata bergerak dan harta tidak bergerak yaitu terdiri
dari 12 bidang tanah yang tersebar di sejumlah daerah yakni, Sidoarjo,
Bangkalan,, Surabaya, Jakarta, dan malang dengan total mencapai Rp 14 miliar.
Selain itu Imam juga tercatat memiliki empat kendaraan roda enpat yang terdiri
dari Minibus Hyundai, Mitsubishi Pajero, Toyota Kijang Innova dan Toyota
Alphard.
Menurut Alex wakil ketua KPK uang tersebut diduga dipergunakan untuk
kepentingan pribadi Menpora dan pihak lain yang terkait. Namun, Imam
membantah tuduhan tersebut. Ia menilai penetapan tersangka oleh KPK tidak sah
dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. KPK bergeming. Lembaga
antikorupsi menegaskan penetapan tersangka Imam sah. Mereka juga telah
memberikan Imam ruang klarifikasi dengan tiga kali panggilan yakni pada 31 Juli,
2 Agustus, dan 21 Agustus 2019, namun Imam selalu mangkir. Sehari setelah
ditetapkan tersangka, Imam menyampaikan surat pengunduran diri sebagai
menteri pemuda dan olahraga ke Presiden Joko Widodo. KPK kemudian langsung
menahan Imam usai menjalani pemeriksaan perdana sebagai tersangka 27
September 2019.
Imam tak begitu saja terima dijerat sebagai tersangka oleh KPK. Ia
mengajukan gugatan praperadilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Imam
beserta tim penasihat hukum meminta majelis hakim memerintahkan KPK
menghentikan seluruh proses penyidikan yang sedang berjalan. Namun, hakim
tunggal Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Elfian menolak seluruh permohonan
dalam gugatan praperadilan tersebut. KPK terus mengusut perkara Imam. Hakim
menyatakan proses penetapan tersangka, penyidikan, dan penahanan yang
dilakukan KPK sudah sesuai prosedur.
Febri Diansyah, juru bicara KPK saat itu, mengatakan pihaknya menduga
Imam menerima suap dan gratifikasi terkait anggaran fasilitasi bantuan
administrasi KONI dalam mendukung persiapan Asian Games 2018. Kemudian
anggaran fasilitasi bantuan kegiatan peningkatan kapasitas tenaga keolahragaan
KONI Pusat tahun 2018 dan bantuan pemerintah kepada KONI guna pelaksanaan
pengawasan dan pendampingan pada kegiatan peningkatan prestasi olahraga
nasional. Setelah hampir tiga bulan melakukan penyidikan dengan memanggil
sejumlah saksi, KPK melimpahkan berkas perkara Imam ke Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi Jakarta pada awal 2020.
2. Penyelesaian
3. Pola Korupsi
Pola korupsi yang dilakukan oleh Imam Nahrawi yaitu penyuapan berupa
comitment fee sebagai alat untuk mendapatkan proyek atau tender. Dan gratifikasi
dalam Proyek Asian Games dan Asian Para Games 2018
4. Sumber
https://news.detik.com/berita/d-5073515/perjalanan-kasus-eks-menpora-imam-
nahrawi-hingga-divonis-7-tahun-penjara?single=1
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200629202245-12-518793/jejak-
kasus-imam-nahrawi-hingga-divonis-7-tahun-penjara
https://m.tribunnews.com/amp/nasional/2019/09/19/kronologi-kasus-menpora-
imam-nahrawi-berawal-dari-ott-kpk-dan-temuan-uang-rp-7-miliar?page=4