Anda di halaman 1dari 5

Nama : SRI WAHYUNI

NIM : 12030119420075
UTS : Hukum Pidana

1. Sebut dan jelaskan mengapa ketentuan di luar KUHP (hukum pidana khusus) dapat
mengatur menyimpang dari ketentuan Umum Buku I KUHP? Berikan contohnya
2. Apakah yang dimaksud dengan hukum pidana yang dikodifikasi dengan non
kodifikasi, sebutkan perbedaannya dan berikan contohnya?
3. Apakah dalam KUHP kita mengatur ketentuan tentang asas retroaktif (berlaku
surut)? Jawaban meliputi dasar hukum dan syarat pemberlakuannya.
4. Apakah yang dimaksud dengan asas legalitas dalam KUHP kita? Dengan adanya asas
legalitas formil, mengapa eksistensi hokum pidana Adat (hokum pidana tidak
tertulis) tidak diakui?
5. Sebut dan jelaskan unsur-unsur tindak pidana menurut aliran monistis dan aliran
dualistis. Apa kansekwensi antara dua aliran tersebut?
6. Sebut, jelaskan dan berikan contoh jenis-jenis tindak pidana menurut pembagian
secara yuridis dan pembagian secara ilmiah atau teoritik
7. Sebut dan jelaskan bahwa KUHP hanya mengenal subjek dan pertanggungjawaban
pidana terhadap manusia, tidak terhadap korporasi.
8. Sebut dan jelaskan tingkat dan corak kesengajaan. Berikan contohnya
9. Sebut dan jelaskan secara rinci, disertai dengan contoh mengenai alasan-alasan
hapusnya pidana.

Lembar Jawaban Ujian

1). Karena pada ketentuan hukum pidana khusus mengenai golongan tertentu atau
berkenaan dengan jenis perbuatan tertentu .
Contohnya :
- hukum pidana tantara hanya berlaku untuk anggota tantara dan yang di persamakan
- hukum pidana fiscal memuat delik berupa pelanggran aturan pajak
- hukum pidana ekonomi memuat aturan pelanggaran mengenai ekonomi
Alasanya :
- banyak perundang - undangan khusus tidak menyebutkan / menentukan kualifikasi tindak
pidana sebagai kejahatan atau pelanggaran
- mencantumkan ancaman pidana minimal khusus, tetapi tidak di sertai aturan pemidanaan
- subyek tindak pidana di perluas pada korporasi tetapi tidak di sertai dengan ketentuan
pertanggungjawaban koorporasi
- pemufakatan jahat di pidana sama dengan tindak pidananya namun tidak ada pengertian atau
ketentuan kapan dikatakan ada pemufakatan jahat.

2) hukum pidana di kodifikasikan dan non di kodifikasikan


hukum Pidana yang di kodifikasikan adalah hukum pidana yang telah dikumpulkan dan di
bukukan didalam KUHP atau KUHPT sedangkan hukum pidana yang tidak di kodifikasikan
adalah hukum pidana yang tidak dikumpulkan dan berada di luar KUHP
Perbedaannya :
Hukum pidana yang dikodifikasikan penyusunan bahan hukum yang lengkap dan sistematis
dalam KUHP sedangkan yang tidak di kodifikasikan berbagai ketentuan yang tersebar diluar
KUHP
Contohnya
Dikodifikasikan : KUHP, KUHAP, KUHPM
Tidak dikodifikasikan : UU tindak pidana korupsi, UU ITE, Money Loundering, dan UU lalu
lintas

3) Asas Retroaktif
dasar hukumnya terdapat pada asas legalitas pasal 1 ayat 1 KUHP
Syarat berlakunya :
- Harus menguntungkan
- Ada perubahan undang – undang
- Status harus masih terdakwa jika statusnya sudah pidana UU tidak berlaku surut

4) asas legalitas
merupakan prinsip dasar hukum pidana yang di atur dalam pasal 1 ayat 1 KUHP yang
merupakan asas terpenting dalam hukum pidana karena sebagai jaminan perlindungan kepada
seseorang / orang terhadap kesewenang- wenangan penguasa demi kepastian hukum.
Karena dengan adanya asas legalitas formil ini hukum adat yang tidak tercantum didalam
undang – undang sebagai suatu tindak pidana tidak dapat di pidana dan juga hukum yang tidak
tertulis seperti hukum adat tidak di akui karena tidak berkekuatan untuk dapat di terapkan.

5) unsur – unsur tindak pidana


- aliran monitis, Aliran ini memandang secara keseluruhan syarat baik subyektif maupun
obyektif yang merupakan sifat perbuatan.
-aliran dualistis, Aliran ini menyebutkan bahwa tindak pidana subyektif dan obyektif
memisahkan antara pidana dan perbuatan
Konsekuensinya :
Dalam aliran monitis bahwa keseluruhan syarat adanya pidana telah melekat pada perbuatan
pidana sedangkan aliran dualistis untuk adanya pidana tidak cukup dengan telah terjadinya
tindak pidana tanpa mempersoalkan apakah orang yang melakukan perbuatan mampu
bertanggung jawab atau tidak.

6) jenis – jenis tindak pidana


- secara yuridis
Kejahatan dan pelanggaran
1. kualitatif
a. rechtsdelicten yaitu perbuatan yang bertentangan dengan keadilan terlepas apakah perbuatan
di ancam pidana dalam UU atau tidak, jadi yang benar – benar di rasakan oleh masyarakat
sebagai yang bertentangan dengan keadilan. Contohnya pembunuhan dan pencurian
b. wetsdelict yaitu perbuatan yang umum dan baru di sadari sebagai suatu tindak pidana karena
UU menyebutnya sebagai delik dan ada UU yang mengancamnya dengan pidana. Contohnya
memarkir mobil di sebelah kanan jalan.
2. kuantitatif
Perbedaannya dengan kualitatif dapat dilihat dari kriminologi yaitu pelanggaran yang lebih
ringan dari kejahatan untuk pembagian delik dalam kejahatan dan pelanggaran terdapat suara
yang menentang seperti seminar hukum nasional yang berpendapat bahwa penggolongan
dalam dua macam delik harus di tiadakan.
- secara ilmiah / teoritik
a. sudut perbuatan
- delik commissionis yaitu delik yang berupa pelanggaran terhadap larangan contohnya
penipuan, penggelapan, dan pencurian
- delik omissions yaitu delik pelanggaran terhadap perintah, tidak melakukan Sesuatu yang di
perintahkan atau di di haruskan contohnya tidak menghadap sebagai saksi dimuka pengadilan
dan tidak menolong orang yang memerlukan pertolongan.
b. sudut sikap batin
- delik dolus
memuat unsur kesengajaan contohnya pada pasal 187,197,245,263,310, dan 338 KUHP
- delik culpa
Memuat kealpaan sebagai salah satu unsur dimana melakukan tindak pidana kurang hati – hati
contohnya pasal 195, 197,201,203,231 ayat 4,359,360 KUHP

7) dalam KUHP subyek tindak pidana


unsur pertama tindak pidana itu adalah perbuatan orang, pada sadarnya yang melakukan tindak
pidana adalah manusia sehingga kesimpulannya rumusan delik dimulai dengan kata “barang
siapa yang” dengan kata “barang siapa” ini tidak dapat di artikan lain dari pada “orang”. Dalam
KUHP pasal 59 menunjukan bahwa arah dapat di pidananya suatu badan hukum (koporasi)
yang dapat di pidana adalah orangyang melakukan sesuatu dalam korporasi dan dapat bebas
apabila membuktikan pelanggaran dilakukan tanpa ikut campur tangan nya. Dalam KUHP ada
juga pasal yang menyangkut korporasi sebagai subyek hukum tetapi yang di ancam pidana
orangnya bukan korporasinya.

8) tingkat dan corak kesengajaan


a. kehendak
kesengajaan adalah teori untuk mewujudkan unsur – unsur delik dalam rumusan UU.
b. pengetahuan / membayangkan
sengaja berarti membayangkan akan timbulnya akibat dari perbuatannya, orang tidak dapat
menghendaki akibat melainkan hanya dapat membayangkannya. Hal ini menitikberatkan pada
apa yang di ketahui atau dibayangkan oleh si pembuat, ialah apa yang akan terjadi pada waktu
ia berbuat.
Corak kesengajaan dalam hal apabila seseorang melakukan sesuatu dengan sengaja.
- Kesengajaan dengan maksud untuk mencapai tujuan
Corak sengaja yang biasa dan sederhana, perbuatan si pembuat bertujuan untuk
menimbulkan akibat yang di larang. Kalau akibat tidak ada maka tidak akan berbuat
hal ini berarti ia megnhendaki perbuatan beserta akibatnya
Contohnya si A menempeleng si B bahwa si A menghendaki sakitnya si B dengan
tujuan agar si B tidak berbohong.
- Kesengajaan dengan sadar kepastian
Perbuatan mempunyai dua akibat, pertama bahwa akibat memang di tuju si pembuat
ini dapat merupakan tersendiri / tidak. Yang kedua akibat yang tidak di inginkan tetapi
merupakan suatu keharusan untuk mencapai tujuan dan akibat pasti timbul / terjadi.
Contohnya si A hendak membunuh si B dengan tembakan pistol, si B duduk di balik
kaca jendela restaurant. Penembakan terhadap si B pasti akan memecahkan kaca
pemilik restaurant terhadap rusaknya kaca (pasal 406 KUHP) ada kesengajaan dengan
sadar keharusan.
- Kesengajaan dengan sadar kemungkinan
- Dalam keadaan tertentu ada yang semula mungkin terjadi kemudian ternyata benar –
benar terjadi.
Contohnya si A hendak membalas dendam si B yang tinggal di rumahnya dengan
mengirim kue tart yang beracun dengan maksud ingin membunuh si B, si A tahu bahwa
ada kemungkinan istri si B akan ikut memakan kue tart dan meninggal karenanya,
meskipun si A tahu namun ia tetap mengirim kue tersebut. Dalam hal ini kesengajaan
di anggap tertuju pula pada matinya istri si B dalam batin si A kematian tersebut tidak
menjadi persoalan baginya. Jadi ada kesengajaan sebagai tujuan terhadap matinya si B
dan kesengajaan dengan sadar kemungkinan terhadap kematian istri si B.

9) alasan – alasan di hapusnya pidana


a. alasan tidak dapat di pertanggungjawabkannya seseorang yang terletak pada diri orang itu,
- pertumbuhan jiwa yang tidak sempurna atau terganggu karena sakit (pasal 44).
- umur yang masih muda, tetapi sejak tahun 1905 tidak lagi menjadi alasan penghapusan
pidana.
b. alasan tidak dapat dipertanggungjawabkannya seseorang yang terletak di luar orang itu di
atur dalam KUHP pasal 48 – 51
- daya memaksa pasal 48
- pembelaan terpaksa pasal 49
- melaksanakan UU pasal 50
- melaksanakan perintah jabatan psal 51
Alasan lain :
a.. alasan pembenar
menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, meskipun perbuatan ini telah memenuhi
rumusan delik dalam UU kalua perbuatan tidak melawan hukum tidak terjadi pemidanaan (
pasal 49 ayat 1 KUHP)
b.. alasan pemaaf
menyangkut pribadi si pembuat dalam arti orang ini tidak dapat di cela (menurut hukum)
dengan kata lain ia tidak bersalah atau tidak dapat di pertanggungjawabkan meskipun
perbuatannya melawan hukum terdapat ( Pasal 44 dan 49 ayat 2 KUHP).
Contohnya :
-Orang yang dibwah pengaruh hypnose melakukan pembunuhan tetapi tidak bias dikatakan
melakukan perbuatan seperti pada pasal 338 KUHP karena perbuatan ini sama sekali di luar
kehendak si pembuat.
-Orang yang tinggal di Jakarta di panggil menjadi saksi di pengadilan di semarang ketika akan
berangkat hubungan menjadi putus sama sekali dan orang itu tidak dapat menghadap menjadi
saksi

Anda mungkin juga menyukai