Anda di halaman 1dari 22

Bahan Dan Konstruksi

Arsitektur Rakyat

Arsitektur Vernakular
Rumah Adat Bali
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya laporan yang
berjudul Arsitektur Vernakular Rumah Adat Bali ini
dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahan Konstruksi
Arsitektur Rakyat yang diselenggarakan pada semester
ganjil tahun akademik 2017-2018 dan bertujuan untuk
lebih mengenal rumah – rumah adat di Indonesia secara
mendalam.
Dalam pembuatan laporan ini, tidak lupa kami
sampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Eryani Nurma Yulita, ST.,MT.,M.Sc
2. M. Satya Adhitama, ST.,MSc
3. Dr. Techn. Yusfan Adeputera Yusran, ST,MT
Serta pihak-pihak yang membantu dalam
penyusunan laporan ini
Dalam laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, diharapkan masukan yang
membangun guna penyusunan laporan yang lebih baik.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Latar Belakang
Konsep Dasar Rumah Tinggal
Rumah Tradisional
a. Sirkulasi
b. Orientasi
Kosmologi dan Kepercayaan
Geografis, Iklim dan Lingkungan
Sosial dan Masyarakat
Bentuk dan Tampilan Bangunan
Teknologi dan Konstruksi Bangunan
Tata Ruang, Dimensi dan Kemampuan terhadap
Gempa
KONSEP RUMAH
ADAT BALI
onsep dasar tersebut adalah:
a. Tri Angga, Konsep hirarki ruang
b. Sanga Mandala, Konsep orientasi kosmologi
c. Manik Ring Cucupu Konsep keseimbangan kosmologi
d. Konsep proporsi dan skala manusia
e. Konsep court, Open air Paon : Dapur
f. Konsep kejujuran bahan bangunan Bale Sekenam : (6 kolom) Bangunan untuk
anggota-anggota lain dari
keluarga dan area untuk bekerja
Bale Sikepat : (4 kolom) Bangunan untuk l
aki-laki dan area bekerja
Uma Meten : Bangunan untuk perempuan y
ang belum menikah
Bale Tiang Sanga : (9 kolom) Bangunan untuk
orang tua
Lumbung : Bangunan untuk menyimpan
beras
Pamerajan : Tempat sembahyang keluarga

Desain pola sirkulasi pada rumah


tinggal tradisional Bali :
Pintu masuk (angkulangkul) - Dapur
(paon) – Bangunan lain (Bale Dauh,
Bale Gede/Dangin, Meten/Gedong,
dll)

Orientasi bangunan rumah tradisional Bali


jugamenghadap ke ruang tengah (natah),yang
memiliki makna tempat bertemunya langit dan
bumi, sehingga tercipta kehidupan di bumi.
Bangunan tempat tidur (Bale Meten) : Selatan
Bangunan tempat anak muda (Bale Dauh) : Timur
Bangunan tempat upacara (Bale Gede/Dangin) : Barat
Dapur (Paon) : Utara.

Orientasi pintu masuk tempat suci keluarga (Sanggah/


merajan) ke arah Selatan atau ke arah Barat.
KOSMOLOGI &
KEPERCAYAAN
Filosofis – Tri Hita Karana
Tri Hita Karana
berasal dari kata “Tri”
yang berarti tiga, “Hita” PARAHYANG

yang berarti
AN

kebahagiaan dan PAWONGAN


PALEMAHAN

“Karana” yang berarti


penyebab. Dengan
demikian Tri Hita
Karana berarti “Tiga
penyebab terciptanya
kebahagiaan”.
Konsep kosmologi Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup
tangguh dan memiliki konsep yang dapat melestarikan keaneka
ragaman budaya dan lingkungan.

Hulu Teben adalah


KAJA
konsep penataan
sebuah tempat secara
vertikal dan horisontal
yang dapat membawa
tatanan kehidupan
“skala” (nyata) dan
“niskala” (tidak nyata),
KANGIN baik dalam penataan
tempat suci maupun
KAUH perumahan dan
KELOD
pemukiman tradisional
Sanga Mandala, merupakan konsep tata ruang yang lahir dari sembilan manifestasi Tuhan dalam
menjaga keseimbangan alam menuju kehidupan harmonis yang disebut Dewata Nawa Sanga.

•Tri Angga merupakan konsep yang lebih menekankan


kepada tiga nilai badan fisik yaitu :
Utama Angga,
•Madya Angga, dan
•Nista Angga.
Dijelaskan Tri angga dalam Arsitektur berdasarkan atas konsep
Asta Kosala – Kosali dalam perumahan dan permukiman
tradisional Bali, yang berdasarkan atas hulu - teben sampai
kepada melahirkan tata nilai Sanga Mandala yang memberi
arahan tata ruang, baik dalam skala rumah (umah) maupun
perumahan (desa).
GEOGRAFIS, IKLIM, &
LINGKUNGAN
Pulau Bali memiliki luas
sekitar 5.632 m2 ,
dimana secara geografis
wilayahnya didominasi
oleh serangkaian gunung
merapi. Dengan gunung
Agung sebagai “Bunda
Suci” yang
menggambarkan
kealihungan Bali sebagai
Pulau Para Dewata
Bali merupakan Surga Tropis yang rimbun yang ditandai dengan
mozaik beragam medatn terdiri dari pegunungan, dataran rendah,
pantai, pinggiran batu kapur, sungai yang berkelok-kelok dan lembah
yang indah.

Penduduk Bali ± sejumlah 4 juta jiwa, dengan mayoritas 83,5%


menganut agama Hindu. Agama lainnya adalah Buddha (0,54%), Islam
(13,37%), Kristen Protestan (1,66%), Katolik 0.88%, Konghucu 0.01%
dan Aliran Kepercayaan 0.01%.
Kebudayaan dan kesenian yang ada pada Pulau Bali ini menjadikan Pulau Bali ini

memiliki daya tarik yang sangat kuat bagi para wisata-wisatawan yang berkunjung ke

daerah tersebut. Pulau bali ini memiliki beberapa macam tarian-tarian tradisional yang

sangat unik, diantaranya Tari panji Semirang, Tari pendet, Tarian Kecak.
BENTUK & TAMPILAN
BANGUNAN
Jineng & Paon
Tampilan dan struktur bangunan jineng (1)
yang ada pada masyarakat desa Bayung
Gede tidak jauh berbeda dengan bangunan
jineng pada desa-desa tradisional Bali pada
umumnya. Perbedaannya terletak pada jenis
material yang digunakan.
Material jineng tersusun dari bambu baik
penutup atap maupun dindingnya.

Paon (2) memiliki fungsi untuk


memasak, bangunannya juga
tertutup dan menggunakan
anyaman bambu

BALE DANGIN

Tampilan tertutup oleh dinding

yang terbuat dari anyaman bambu.

Memiliki ukuran yang kecil namun

tidak terlalu tinggi


BAHAN & MATERIAL
Pemilihan Kayu Klasifikasi
• Fungsi bangunan Penggunaan Kayu
• Lokasi tumbuh • Bangunan Suci:
cendana, menengen,
• Latar belakang kayu cempaka, majagau,
suren.
• Kondisi fisik
• Bangunan
• Cara rebah Perumahan (bale):
• Arah rebah nangka, jati, sentul, teep,
sukun, timbul.
Dinding • Bangunan Dapur
dan Lumbung:
wangkal, kutat, bentenu,
blalu, dan endep.

Bangunan rumah golongan masyarakat


biasa
menggunakan popolan (speci yang terbuat
dari lumpur tanah liat) untuk dinding
bangunannya. Kekuatan bahan ini cukup
baik dan mampu bertahan hingga puluhan
tahun.
ATAP
Bahan material atap yang
digunakan pada rumah adat Bali
adalah ijuk atau alang-alang &
genting.
Untuk struktur atapnya
menggunakan kayu.
Ragam Hias/Ornamen

ORNAMEN DARI FLORA


ORNAMEN DARI
(KEKUTUSAN & PEPATRAN)
FAUNA (KEKARANGAN)
Ornamen pada Rumah Adat Tradisional Bali merupakan perwujudan
keindahan manusia dan alamnya ke dalam bentuk-bentuk bangunan
dengan identitas
Jenis Ragam Hias/Ornamen
KARANG BOMA
Berbentuk kepala raksasa yang
dilukiskan dari leher ke atas
lengkap dengan hiasan dan
mahkota
Karang boma berasla dari cerita
Baomantaka yang memiliki tangan
lengkap maupun tanpa lengan
Penempatan hiasan di atas Lubang
pintu dari Kori Agung, tempat Bale
Wadah maupun lainnya
KARANG SAE
Berbentuk kepala kelelawar raksasa
seakan bertanduk dengan gigi-gigi
runcing
Karang Sae umumnya dilengkapi
dengan tangan-tangan seperti pada
Karang Boma
Penempatan hiasan pada atas pintu
Kori atau pintu rumah tinggal
KARANG ASTI/ KARANG GAJAH
Karang asti berbentuk kepala gajah
dengan belalai dan taring gading
dengan mata bulat
Penempatan hiasan berada di
sudut-sudut bebaturan dibagian
bawah

KARANG GOAK
Bentuknya menyerupai kepala
burung gagak atau goak atau sering
disebut sebagai karang manuk
karena serupa dengan kepala ayam
dengan penekanan pada paruhnya
Penempatan hiasan berada di
sudut-sudut bebaturan dibagian
atas
KARANG TAPEL
Serupa dengan Karang Boma dalam
bentuk yang lebih kecil
Hiasan ditempatkan pada peralihan
bidang dibagian tengah

KARANG BENTULU
Bentuknya serupa dengan Karang
Tapel namun lebih kecil dan lebih
sederhana
Umumnya ditempatkan pada
bagian peralihan bidang tengah
KEKUTUSAN BUN-BUN
 Hiasan berpola tumbuh-
jalar atau jalar bersulur

KEKUTUSAN LAINNYA
 Mas-masan, Kakul-kakulan
Timun, Pae, Ganggong, dsb.

PATRA PUNGGEL

 Ide dasarnya diambil dari potongan


tumbuh-tumbuhan menjalar, terutamanya
ujung daun paku yang masih muda.
Punggel berarti potongan.
PATRA CINA
 Merupakan stiliran dari tu
kembang sapatu yang mence
pola yang konstruktif, diyakini
pengaruh kebudayaan CIna

PATRA SAMBLUNG
 Ide dasarnya diambil dari tanaman
Samblung, yakni tanaman menjalar
dengan daun-daun yang lebar.
TEKNOLOGI KONSTRUKSI
BANGUNAN (PONDASI,
DINDING, ATAP)
Pondasi pada rumah tradisional
PONDASI
Bali menggunakan pondasi
setempat/menerus (batu kali) ,
bahan materialnya terdiri dari
batu bata atau batu gunung,
yang disusun rapi sesuai dengan
dimensi ruang yang akandibuat,
lalu diberi finishing
berupa plesteran akhir.

Tidak
DINDING
menggunan
penguncian • Tiang-sunduk
secara • Tiang lambang
permanen ,
meskipun
demikian
sambungan
kayu tetap
mampu
menahan gaya
vertikal
maupun
horizontal.

ATAP
TATA RUANG, DIMENSI, DAN
KEMAMPUAN TERHADAP
GEMPA
KONSEPSI TATA RUANG
Sanga Mandala
Konsep tata ruang Sanga Mandala
juga lahir dari sembilan manifestasi
Tuhan dalam menjaga keseimbangan
alam menuju kehidupan harmonis
yang disebut Dewata Nawa Sanga

PENENTUAN ZONASI
PENENTUAN LETAK PEMEDAL

9. Kesakitan 1. Kuat pendirian


8. Banyak hutang
2. Disenangi masyarakat
7. Sangat senang 3. Sangat berguna
6. Kepanasan/susah 4. Kekayaan akan datang
5. Banyak keinginan ASTA PATALI L06 T 5. Kepanasan/susah
4. Kesakitan 6. Kaya raya
3. Dipercaya orang 7. Sangat senang
2. Banyak punya musuh 8. Istri jahat
1. Bahaya besar 9. Dihormati

PENENTUAN DIMENSI NATA

SESA UTARA-SELATAN SESA TIMUR-BARAT

3, Kaya emas-perak penunggun 2, Banyak hormat


4, Selamat-bahagia karang meten 3, Sangat berpengarh
8, Banyak rejeki-kekal 4, Kaya emas-perak
16, Sangat senang 5, Panas-susah
20, Selamat-bahagia 6, Kaya-sosial
23, Selamat-bahagia 8, Sangat sosial
24, Kaya emas-perak 12, Kaya emas-perak
26, Sangat sosial 13, sangat sosial
28, Banyak rejeki 14, dermawan
36, Banyak hormat bale dauh 15 tampak + sesa + urip 15, dermawan
40, Lekas akan kaya bale 16, Hidup mewah
21, Banyakm jasa
(Asta Bumi 243)
dangin 22, Banyak yang hormat
23, Panas-susah
24, Kaya emas-perak
bale 26, sangat sosial
delod 32, Kaya emas-perak
33, Sangat berpengaruh
lum- 34, Dermawan
40, Banyak rejeki
bung
paon
(Asta Bumi 243)
PENENTUAN PADU RAKSA
Kala Raksa Sri Raksa

penunggun
karang
meten

pengijeng
karang
bale dauh

bale
dangin

bale
delod

lum-
bung
paon

Rudra Raksa Aji Raksa

PENENTUAN TATA LETAK


BANGUNAN

Berdasarkan patokan dasar tersebut maka akan diidentifikasi aset-aset


yang ada pada perumahan tradisional Bali yang meliputi aspek sosial,
aspek simbolis, aspek morpologis dan aspek fungsional.
DASAR-DASAR UKURAN
Penggunaan anggota tubuh
manusia sebagai dasar ukuran
dalam perhitungan sebelum
membangun.
Bagian tubuh yang sering
digunakan untuk patokan adalah:
- Tangan (termasuk jari)
- Badan (secara keseluruhan
dari atas ke bawah)
- Kaki (telapak kaki)

DIMENSI RAI Penentuan dimensi tampang tiang


didasarkan atas:
a. Jumlah ruas jari (dua, tiga, tiga
setengah, empat, empat setengah
lima ruas jari, dan asangga). Untu
rumah umumnya menggunakan 4
ruas jari (catur adnyana). Pelinngi
2-3,5 ruas. A sangga untuk tiang
lumbung.
b. Tumpukan uang kepeng (75, 100,
111) umumnya untuk pelinggih.
c. Jengkal, dengan pengurangan dan
penambahan tebal jari atau ruas
jari. Untuk lumbung dan meru
d. A musti, untuk lumbung/meru
Perhitungan Tiap Bagian Bang
Panjang SAKA Kaki Tiang (suku bawak)
12-24 RAI + PENGURIP

Panjang RONG

SH. Durga Murti, Mantri Wijaya, bai


jelek
Kalki Masandi, jelek Dewa Asih, baik

Prabu Wibuh, baik Dewi Anagkil, baik

Prabu Digjaya, baik Mantri Anglayang,


baik
Prabu Wibuh, baik
Merta Asih, baik
SH. Rwamurti, baik
Prabu Wibuh, baik
Merta Siwa, baik SH.Iga Aguncang,
jelek
(Asta Kosali L16T)
Ilmu desti, jelek
LEBAR RONG
1. Eka Durga Sandi, baik
2. Dwi Klika Yogi, baik
Proporsi RO
3. Tri Yama Dustala, jelek
Suntagi Ma
4. Catur Brahma Jagra,
sedang
Wat
5. Panca Jagra Krama, buruk on
Sak
6. Sad Pada Negara, buruk a
7. Sapta Durga Sandi, buruk Slim
ar
8. Astha Gana Rsi, baik
9. Sanga Padu Laksmi, baik
b = 1,5
10. Dasi Kesuma Sana, baik – 0,5 R
11. Welas Drawa Gendis, baik
(Asta Kosali L05T)

POTONGAN PRINSIP

Undag
Dan
Tepas Hujan
da bangunan ini, sambungan dikaitkan
nggunakan pasak. Sambungan pasak tersebut
an ikut bergerak bila terjadi terkena gaya-gaya
ng dihasilkan oleh gempa. Sehingga sambungan
ak patah dan dapat mempertahankan posisi dari
ngunan Bali Aga ini sendiri.

Anda mungkin juga menyukai