Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MANAJEMEN MOTIVASI
A. KONSEP MOTIVASI
1. Definisi
Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondisi ekstrinsik yang merangsang
perilaku tertentu dan respon instrinsik yang menampakkan perilaku-perilaku manusia
(Swanburg, 2006). Motivasi merupakan keadaan internal organisme, baik manusia
maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu (Mohibbin, 2008).
Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar maupun
tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu atau usaha-usaha yang
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin
mencapai tujuan yang di kehendaki (Poerwodarminto, 2006).
Jadi motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan suatu energi yang ada pada
diri manusia. Sehingga akan berhubungan dengan persoalaan gejala kejiwaan. Perasaan
dan juga emosi untuk kemudian bertindak dan melakukan sesuatu. Semua dorongan itu
karena adanya tujuan kebutuhan, keinginan.
2. Sumber Motivasi
a. Motivasi instrinsik
Yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Termasuk motivasi
intrinsik adalah perasaan nyaman pada ibu nifas ketika dia berada di rumah bersalin.
b. Motivasi ekstrinsik
Yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu, misalnya saja dukungan verbal dan
non verbal yang diberikan oleh teman dekat atau keakraban sosial.
c. Motivasi terdesak
Yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya serentak serta
menghentak dan cepat sekali (Widayatun, 2008).
3. Klasifikasi Motivasi
1. Motivasi Kuat
Motivasi dikatakan kuat apabila dalam diri seseorang dalam kegiatan-kegiatan sehari-
hari memiliki harapan yang positif, mempunyai harapan yang tinggi, dan memiliki
keyakinan yang tinggi bahwa lansia akan mudah dalam melakukan aktivitasnya
berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi.
2. Motivasi Sedang
Motivasi dilakukan sedang apabila dalam diri manusia memiliki keinginan yang
positif, mempunyai harapan yang tinggi, namun memiliki keyakinan yang rendah
bahwa dirinya dapat bersosialisasi dan mampu menyelesaikan persoalan yang
dihadapi.
3. Motivasi Lemah
Motivasi dikatakan lemah apabila di dalam diri manusia memiliki harapan dan
keyakinan yang rendah, bahwa dirinya dapat berprestasi. Misalnya bagi seseorang
dorongan dan keinginan mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru merupakan
mutu kehidupannya maupun mengisi waktu luangnya agar lebih produktif dan
berguna (Irwanto, 2008).
4. Komponen Motivasi
Vroom (2005) mengembangkan suatu teori motivasi berdasarkan jenis-jenis pilihan
yang di buat orang untuk mencapai suatu tujuan, alih-alih berdasarkan kebutuhan internal.
Teori harapan (expectancy) memiliki 3 asumsi pokok, yaitu :
a. Valence
Beberapa jauh yang orang inginkan terhadap hal-hal yang ditawarkan terhadap
dirinya. Misalnya dalam suatu organisasi berkaitan dengan penghargaan, waktu kerja
dan sebagainya. Valence mengacu pada keinginan atau kemampuan untuk menarik
atau menolak dan memiliki sesuatu tertentu pada lingkungan (Asnawi, 2007).
b. Instrumentality
Bagaimana kemungkinan suatu hal yang potensial akan berimplikasi terhadap sesuatu
yang bernilai lain, misalnya kinerja yang baik yang berimplikasi pada promosi.
Instrumentality (Sarana) didasarkan pada hubungan yang dirasakan atau dua hasil
(Asnawi, 2007).
c. Expectancy
Bagaimana kemungkinan seseorang menyakini bahwa apa yang telah diusahakan itu
akan membawa kepada kinerja yang baik (Asnawi, 2007).
Pace dan Faules (1998) dalam Sobur (2005) menyatakan berdasarkan teori harapan
ini, motivasi dapat dijelaskan dengan mengkombinasikan ketiga elemen dasar
tersebut. Orang akan termotifitasi bila ia percaya bahwa : 1) perilaku tertentu, 2) hasil
tersebut mempunyai nilai positif baginya, dan 3) hasil tersebut dapat dicapai dengan
usaha yang dilakukan seseorang. Jadi seseorang akan memilih, ketika ia melihat
alternatif –alternatif, tingkat kinerja yang memiliki kekuatan motivasional tertinggi
yang berkaitan dengannya.
5. Teori motivasi
a. Teori hedonism
Hedone dalam bahasa Yunani adalah kesukaan, kekuatan atau kenikmatan, menurut
pandangan hedonisme. Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa orang
akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan atau mengandung
resiko berat dan lebih suka melakukan suatu yang mendatangkan kesenangan baginya.
b. Teori naluri
Bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang dalam hal
ini disebut juga dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri, dorongan nafsu (naluri)
mengembangkan diri, nafsu (naluri) mengembangkan atau mempertahankan jenis.
c. Teori reaksi yang dipelajari
Teori berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri
tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat
orang itu hidup. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin atau pendidik akan
memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin atau pendidik hendaknya
mengetahui latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya.
d. Teori pendorong
Teori ini merupakan panduan antar teori naluri dengan "teori reaksi yang dipelajari",
daya
dorong adalah semacam naluri tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas
terhadap suatu arah yang umum. Oleh karena itu, menurut teori ini bila seseorang
memimpin atau mendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia harus berdasarkan atas
daya pendorong yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan yang
dimilikinya.
e. Teori kebutuhan
Teori motivasi sekarang banyak orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan
bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah kebutuhan fisik
maupun psikis. Oleh karena itu menurut teori ini apabila seseorang, ia harus
mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang
dimotivasinya.