Anda di halaman 1dari 8

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN KISI-KISI

SOAL DENGAN METODE PENDAMPINGAN POLA “OCF”


Susiatin
SDN Yanti Kec. Jogoroto, Kabupaten Jombang
Email: susi.april2@gmail.com

Abstract: The purpose of this study is (1) to get an overview of the implementation of the OCF
pattern of mentoring methods to improve the ability of teachers in compiling the question grid. (2)
obtain information on improving the ability of teachers to compile the question grid using the
OCF pattern of assistance. This study uses a Kemmis design research flow consisting of four
steps, namely: planning, implementation, observation and reflection. Whereas the design of
activities uses the mentoring method with observ, critizize, and fix-it patterns, which are carried
out in an integrated manner. Data is collected through a review instrument then the results are
processed as conclusions. The results of the study are a description of the teacher's
achievement value in writing the grid covering eight aspects of the criteria of a good question
grid after taking action with the OCF technical assistance method. The teacher achievement
scores in preparing the lattice in the pre-cycle is 69 to 81 in cycle I and rises to 87 in cycle II.

Keywords: Capability, Evaluation Grid, OCF

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah (1) memeroleh gambaran pelaksanaan metode
pendampingan pola OCF untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun kisi-kisi soal.
(2) memeroleh informasi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun kisi-kisi soal
menggunakan metode pendampingan pola OCF. Penelitian ini menggunakan alur penelitian
rancangan Kemmis yang terdiri atas empat langkah, yakni: perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Sedangkan rancangan kegiatannya menggunakan metode
pendampingan dengan pola kegiatan observe, critizize, dan fix-it, yang dilaksanakan secara
terintegrasi. Data dikumpulkan melalui instrument telaah kisi-kisi kemudian hasilnya diolah
sebagai bahan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian berupa gambaran nilai capaian guru
dalam menulis kisi-kisi mencakup delapan aspek kriteria kisi-kisi soal yang baik setelah
dilakukan tindakan dengan metode pendampingan pola OCF. Adapun nilai capain guru dalam
menyusun kisi-kisi pada pra siklus adalah 69 Menjadi 81 pada siklus I dan naik menjadi 87 pada
siklus II.

Kata Kunci: Kemampuan, Kisi-Kisi, Pola OCF

Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 berbagai aspek sikap, pengetahuan, dan
Tentang Rencana Pembangunan Jangka keterampilan (Azwar, 2015).
Menengah Nasional 2015-2016 Peraturan Menteri Pendidikan Dan
mengamanatkan, bahwa di samping Kebudayaan Republik Indonesia No. 23
tersedianya kurikulum yang handal, salah satu Tahun 2016 Tentang standar Penilaian
aspek terpenting dalam upaya menjamin menyebutkan bahwa penilaian adalah proses
kualitas layananan pendidikan adalah pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menyediakan sistem penilaian yang mengukur pencapaian hasil belajar peserta
komprehensif sesuai dengan standar nasional didik. Beberapa ahli menafsirkan pengertian
pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam penilaian sebagai berikut: (Arikunto, 2005)
Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyebutkan bahwa penilaian adalah
komprehensif memiliki arti luas dan lengkap mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu
(tentang ruang lingkup atau isi). Penilaian dengan ukuran baik dan buruk. (Widoyoko,
yang komprehensip harus mampu mancakup 2012) mendefinisikan penilaian ialah sebagai
kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran

17
18 Jurnal Dinamika Manajemen Pendidikan, Volume 4 Nomor 1, Tahun 2019, Halaman 17-24

berdasarkan kriteria dan aturan-aturan dibuat saat digunakan tidak menguntungkan


tertentu. Dari beberapa pengertian diambil atau merugikan peserta didik karena
kesimpulan bahwa penilaian merupakan perbedaan latar belakang agama, suku,
serangkaian kegiatan yang sistematis dan budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi,
berkesinambungan untuk memeroleh data dan gender, dan hal-hal lain. Perbedaan hasil
informasi tentang proses dan hasil belajar penilaian semata-mata harus dise-babkan
peserta didik. Dalam perannya penilaian oleh berbedanya capaian belajar peserta didik
digunakan untuk mengumpulkan data dan pada kompetensi yang dinilai, (4) terpadu,
informasi tentang kekuatan dan kelemahan maksudnya bahwa penilaian oleh pendidik
dalam proses pembelajaran sehingga dapat merupakan salah satu komponen yang tak
dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
dan perbaikan proses pembelajaran Karena itu penilaian tidak boleh terlepas
berikutnya (Manullang, 1996). apalagi melenceng dari pembelajaran.
Ada beberapa langkah yang harus Penilaian harus mengacu pada proses
dilakukan agar alat penilaian dapat tersusun pembelajaran yang dilakukan, (5) terbuka,
dengan baik, yakni: (1) Mengkaji kurikulum maksudnya prosedur penilaian dan kriteria
dan buku pelajaran untuk menentukan ruang penilaian harus terbuka, jelas, dan dapat
lingkup pertanyaan tidak menyimpang dari dike-tahui oleh siapapun. Dalam era
materi yang diajarkan. (2) Merumuskan tujuan keterbukaan seperti sekarang, pihak yang
pembelajaran untuk memastikan target dini-lai dan pengguna hasil penilaian berhak
kemampuan yang akan diukur. Tujuan ini tahu proses dan acuan yang digunakan dalam
dirumuskan secara operasional, artinya dapat penilaian, sehingga hasil penilaian dapat
diukur dengan alat penilaian yang biasa diterima oleh siapapun (6) menyeluruh dan
digunakan. (3) Membuat kisi-kisi alat berkesinambungan, maksudnya penilaian oleh
penilaian. Kisi-kisi hendaknya mampu pendidik mencakup semua aspek kompetensi
menampakkan kemampuan yang akan diukur, dengan menggunakan berbagai teknik
proporsinya, lingkup materi yang penilaian yang sesuai, untuk memantau
diujikan, tingkat kesulitan soal, jenis alat perkembangan kemampuan peserta didik atau
penilaian yang digunakan, jumlah soal atau peserta didik. Instrumen penilaian yang
pertanyaan, dan perkiraan waktu yang digunakan, secara konstruk harus
diperlukan untuk mengerjakan soal tersebut. merepresentasikan aspek yang dinilai secara
(4) Menyusun soal berdasarkan kisi-kisi yang utuh. (7) Penilaian dilakukan secara
ada. (5) membuat kunci jawaban dan berencana dan bertahap dengan mengikuti
pedoman pensekoran (Handoko, 1995). langkah-langkah baku. Penilaian sebaiknya
Hasil penilaian harus memberikan hasil diawali dengan pemetaan. Dilakukan
yang dapat diterima oleh semua pihak, identifikasi dan analisis KD (kompetensi
pesertadidik, sekolah, masyarakat, maupun dasar), dan indikator ketercapaian KD.
pemerintah. Hasil penilaian yang akurat hanya Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis
akan dihasilkan dari instrument yang akurat tersebut dipetakan teknik penilaian, bentuk
pula. Begitu pentingnya instrument penilaian instrumen, dan waktu penilaian yang sesuai,
sebagai jaminan kualitas soal, pemerintah (8) beracuan kriteria, maksudnya bahwa
melalui Permendikbud No. 23 Tahun 2016 Penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi
mengemukakan beberapa prinsip dalam menggunakan acuan kriteria. Artinya untuk
menyusun instrument penilaian yaitu: (1) menyatakan seorang peserta didik telah
sahih, maksudnya adalah instrumen yang kompeten atau belum bukan dibandingkan
disusun benar-benar mengukur apa yang terhadap capaian teman-teman atau
seharusnya diukur, (2) objektif, maksudnya kelompoknya, melainkan dibandingkan
adalah instrumen penilaian yang dibuat terhadap kriteria minimal yang ditetapkandan,
hendaknya menghindari kemungkinan sikap (9) akuntabel, maksudnya adalah bahwa
subyektifitas penilai muncul, (3) adil, penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik
maksudnya adalah instrument penilaian yang
Susiatin, Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menyusun Kisi-Kisi Soal
Dengan Metode Pendampingan Pola “OCF” 19

dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya Ada beberapa hal penting yang perlu
(Wardani, 2013). dilakukan oleh guru dalam melakukan
Prinsip-prinsip di atas mendasari penilaian yaitu menyusun perangkat tes yang
pemikiran bahwa penilaian memiliki peran standar (Listyawati, 2012). Perangkat yang
yang sangat penting sehingga penyusunan dimaksud meliputi kisi-kisi soal, soal, kunci
instrumennya juga harus mengacu pada jawaban beserta rubrik penilaiannya. Soal tes
kaidah-kaidah yang benar. Kaidah yang baik disusun berdasarkan kisi-kisi yang
penyusunan instrumen penilaian merujuk ada. Kisi-kisi (test blue-print atau table of
pada aturan yang ditetapkan pemerintah specification) didefinisikan sebagai matrik
melalui permennya dan diterjemahkan informasi yang dapat dijadikan pedoman untuk
sebagaimana tujuan yang akan dicapai. Untuk menulis dan merakit soal menjadi tes. Tujuan
menghasilkan instrument yang berkualitas penyusunannya adalah untuk menentukan
dengan mengacu pada kaidah, maka ruang lingkup dan tekanan penilaian yang
penyusunannya perlu dilakukan melalui setepat-tepatnya, sehingga dapat menjadi
prosedur benar sebagaimana ditetapkan petunjuk dalam menulis soal (Fahdini,
pemerintah melalui Panduan Penilaian Mulyadi, Suhandani, & Julia, 2014; Leksono,
Sekolah Dasar/Madrasah tahun 2016 dimana Rustaman, & Redjeki, 2013; Werdayanti,
penilaian proses belajar dan hasil belajar yang 2008). Dengan menggunakan kisi-kisi, penulis
harus dilakukan melalui prosedur: (1) soal akan dapat menghasilkan soal-soal yang
menetapkan tujuan penilaian dengan sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes akan
mengacu pada RPP yang telah disusun; (2) mudah menyusun perangkat tes. Kisi-kisi akan
menyusun kisi-kisi penilaian; (3) membuat mampu menuntun guru dalam menyusun soal
instrumen penilaian berikut pedoman tes sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
penilaian; (4) melakukan analisis kualitas Kisi-kisi juga akan membawa guru pada batas
instrumen; (5) melakukan penilaian; (6) kemampuan apa soal dibuat. Dengan kisi-kisi
mengolah, menganalisis, dan yang terstandar, soal yang dibuat guru akan
menginterpretasikan hasil penilaian; (7) memiliki kualitas yang sama dimanapun soal
melaporkan hasil penilaian; dan (8) tes dibuat (Nurgiyantoro, 2004). Jika semua
memanfaatkan laporan hasil penilaian (Thoha, soal yang dibuat oleh guru sesuai dengan kisi-
2004). kisi maka kualitas soal akan semakin baik.
Pemerintah menetapkan tahapan Untuk mewujudkan kondisi tersebut tentu tidak
penilaian sebagai bentuk pemberian jaminan mudah, karena tuntutannya adalah guru harus
kualitas evaluasi pembelajaran agar pendidik mampu menyusun kisi-kisi dengan baik.
mampu melakukan pembelajaran dengan Kepala sekolah melalui tugas supervisi
kualitas yang diharapkan (Astuti, Slameto, & akademiknya perlu memastikan bahwa
Y, 2017; Fauziah, 2011; Suhandani & Julia, harapan guru untuk meningkat kompetensinya
2014). Berhasil tidaknya pembelajaran dapat dapat terwujud. Dalam hal ini peran supervisi
dilihat dari hasil penilaian. Sebaliknya, jika kepala sekolah menjadi taruhan dalam
instrumen penilaian yang digunakan tidak memberdayakan dan meningkatkan kualitas
disusun sesuai dengan prinsip sebagaimana guru. (Hartanto & Purwanto, 2019)
disebutkan di atas maka keberadaannya menyatakan bahwa pembelajaran yang
diragukan sehingga hasilnya juga diragukan. berkualitas hanya dapat dilaksanakan oleh
Hal ini akan bertentangan dengan tujuan guru yang berkualitas pula. Pembelajaran
penilaian yang salah satunya adalah untuk berkualitas juga ditentukan oleh kualitas
memperbaiki kualitas pembelajaran. perangkat penilaian yang digunakan. Dari
Sebagaimana disampaikan oleh (Mardapi, pelaksanaan supervisi akademik ini kepala
2012), menjelaskan bahwa salah satu cara sekolah dapat mengetahui kelemahan guru
memperbaiki kualitas pendidikan dalam hal khususnya dalam menyusun perangkat
proses pembelajaran adalah melalui penilaian yang dalam hal ini salah satunya
perbaikan kualitas evaluasi. adalah kisi-kisi soal.
20 Jurnal Dinamika Manajemen Pendidikan, Volume 4 Nomor 1, Tahun 2019, Halaman 17-24

Ada banyak aspek yang menjadi termotivasi menyusun kisi-kisi pada instrument
kendala bagi guru dalam menyusun kisi-kisi penilaiannya perlu dilakukan pendampingan.
sehingga kisi-kisi buatan guru krang Guru perlu mendapat pengetahuan cukup
berkualitas (Ananda & Fadhilaturrahmi, 2018; tentang materi penyusunan kisi-kisi yang baik.
Ismail, 2010; Kartowagiran, 2011). Guru masih Permasalahan di atas mendorong
belum memahami bagaimana memilih peneliti untuk mengembangkan sebuah pola
Kompetensi Dasar yang benar. Banyak pendampingan yang memungkinkan guru
indikator yang memuat materi yang tidak belajar menyusun kisi-kisi melalui kegiatan
seharusnya. Masalah lain adalah banyak mengamati model, bertindak kritis, dan
ditemukan indikator pada kisi-kisi yang tidak melakukan penyempurnaan. Pola ini
berkembang, artinya hanya dapat dibuat satu merupakan pola berurutan yang ditulis dalam
soal saja. Banyak juga ditemukan dalam satu bahasa asing yaitu Observe, Criticize, Fix It
kisi-kisi tidak memuat indikator kunci sehingga (OCF). OCF merupakan pola pelaksanaan
jika kisi-kisi benar digunakan, soal tidak pendampingan dengan menerapkan langkah-
mengukur capaian Kompetensi Dasar. langkah yang sistematis dengan kerangka
(Wardhani, 2008) mengemukakan bahwa kerja sebagai berikut.
indikator kunci memiliki sasaran untuk
mengukur ketercapaian standar minimal dari
KD. Jika indikator kunci tidak ditulis dalam kisi-
kisi maka soalnya juga tidak dapat digunakan
mengukur capaian minimal KD. Banyak juga
ditemukan kesalahan dalam pelevelan,
sehingga pada tingkat kognitif apa anak akan
dikur menjadi tidak jelas. Masih banyak juga Pada tahap pertama guru dibawa pada
ditemukan pembobotan soal yang kurang situasi observe. Dalam pemikiran peneliti,
tepat, bahkan terbalik. Soal yang semestinya observe memberikan kesempatan kepada
bobotnya lebih banyak justru malah dibobot guru untuk mengamati produk kisi-kisi dan
sedikit (Supriadi, 2009). Masalah yang lain membandingkan kualitasnya dengan
adalah susunan indikator soal tidak pemahaman yang ia miliki. Setelah
mencerminkan gradasi soal mudah ke mengamati guru meng-criticize yaitu
sedang, sederhana ke komplek. mengkritisi produk/kisi-kisi yang diamati. Pada
Sebagaimana terjadi saat pengamatan tahapan ini guru tidak hanya dituntut
pada instrumen penilaian yang dilakukan di mengkritisi/menemukan kejanggalan, tetapi
SDN Yanti Kecamatan Jogoroto, dari dituntut juga untuk fix it, atau memperbaiki
keseluruhan soal yang dibuat oleh guru, 82% kesalahan hingga menjadi produk yang benar
tidak disertai kisi-kisi. Beberapa kisis-kisi yang sesuai ketentuan. Dengan cara ini diharapkan
berhasil dianalisa kepala sekolah suasana belajar guru lebih menantang,
menunjukkan bahwa kisi-kisi yang dibuat guru inspiratif dan kreatif.
kurang sesuai. Hal ini dibuktikan banyaknya
indikator soal yang menyimpang dari tujuan METODE
pembelajaran. Berdasarkan analisa bahwa Penelitian dengan subyek guru-guru
jika soal disusun dari kisi-kisi yang salah akan SDN Yanti Jogoroto yang berjumlah 9 orang
menhgasilkan soal yang salah. Soal yang ini pada garis besarnya menggunakan
salah sudah pasti tidak dapat digunakan untuk penelitian rancangan model Kemmis yang
mengukur capaian kompetensi dasar yang terdiri atas empat langkah, yakni:
diharapkan. Beberapa masalah pokok yang perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
menyebabkan minimnya kisi-kisi yang dimiliki refleksi. Pemilihan model didasarkan pada
guru-guru adalah karena ketidakpahaman. kesesuaian antara permasalahan dengan
Oleh karena itu, untuk mendorong guru agar tindakan yang seharusnya dilakukan.
Susiatin, Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menyusun Kisi-Kisi Soal
Dengan Metode Pendampingan Pola “OCF” 21

9 = Skor maksimal
100 = pengali untuk menghasilkan nilai skala
0-100

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tujuan penelitian ini adalah
memeroleh gambaran kemampuan guru SDN
Yanti Jogoroto dalam menyusun kisi-kisi soal.
Penilaian mencakup sebanyak 16 aspek yang
dituangkan dalam instrument penilaian kisi-
kisi, dimana setiap aspek mengacu pada
prinsip dan indikator penyusunan kisi-kisi.

Siklus I
Kegiatan diawali dengan perencanaan
Gambar 2. Langkah Penelitian PTK
yang mengacu pada prinsip efektifias dan
efisiensi kegiatan. Pada tahap ini peneliti
Gambar di atas menggambarkan
melakukan persiapan dalam bentuk:
tindakan bersiklus sebagaimana yang telah
mengumpulkan guru melalui undangan kepala
dilakukan peneliti. Peneliti menerapkan teknik
sekolah. menyusun jadual kegiatan memuat
pendampingan pola OCF secara terintegrasi
hari, tanggal, kegiatan, jam, dan tempat,
pada setiap siklusnya. Fokus penilaian adalah
menyiapkan materi kegiatan, menyiapkan
bagaimana guru melakukan observasi,
instrumen observasi, menyiapkan perangkat
mengkritisi, dan seberapa kualitas hasil
pendukung seperti LCD, sound, daftar hadir,
penyempurnaan yang telah dilakukan. Data
berita acara, dll.
diambil melalui penilaian terhadap hasil akhir
Pada tahap pelaksanaan guru
kisi-kisi yang kemudian diolah hingga didapat
bersama peneliti melakukan aktivitas sesuai
data akhir untuk mengambil kesimpulan. Data
kesepakatan yaitu kegiatan bimbingan teknis
diolah dengan menghitung rata-rata capaian
penyusunan kisi-kisi yang dilakukan
setiap guru pada setiap aspek kemudian
menggunakan konsep pendampingan berpola
dirata-rata. Hasil nilai rata-rata setiap guru
OCF. Sebelum kegiatan dimulai kepala
dikumpulkan untuk memeroleh nilai rata-rata
sekolah mengundang guru untuk berkumpul
lembaga. Untuk menentukan niai guru secara
membahas agenda kegiatan dibarengi dengan
perorangan menggunakan rumus berikut:
Tanya jawab dan diskusi. Agenda
pembahasan adalah kendala dalam
menyusun kisi-kisi. Pada kegiatan ini peneliti
memperoleh data kendala yang dihadapi guru,
NAG= Nilai akhir guru
diantaranya: guru sudah terbiasa memakai
A1 = Aspek ke 1
kisi-kisi dari orang lain, guru belum memahami
A2 = Aspek ke 2, dst.
kisi-kisi yang sesuai dan tidak, komponen kisi-
16 = skor maksimal
kisi sering tidak sama antara satu sumber
100 = pengali untuk menghasilkan nilai skala
dengan sumber lain.
0-100
Pada kegiatan observe guru diminta
Sedangkan untuk menghitung nilai lembaga
melakukan pengamatan terhadap sebuah kisi-
dengan rumus:
kisi dan mencocokkan dengan standar yang
∑ ada. Pada kegiatan ini kepala sekolah selaku
peneliti menjelaskan setiap aspek penilaian
kisi-kisi kepada guru. Pembahasan meliputi
NAL= Nilai akhir lembaga
kesesuaian antara kisi-kisi dengan aspek
G1 = Guru ke 1
pada instrumen kisi-kisi penilaian.
G2 = Guru ke 2, dst.
22 Jurnal Dinamika Manajemen Pendidikan, Volume 4 Nomor 1, Tahun 2019, Halaman 17-24

Tahap criticize merupakan tahap mengalami peningkatan dimana sebelum


lanjutan setelah observe. Pada tahap ini guru tindakan dilakukan nilai kemampuan guru
diminta untuk menerapkan pola pikir kritis pada aspek tersebut hanya 78 menjadi 84. (3)
dalam mengamati kisi-kisi soal. Guru Kemampuan guru dalam memilih materi juga
diharapkan mampu mengkritisi setiap nomor mengalami peningkatan dimana pada
indikator soal pada kisi dengan tindakan siklus I nilai pada aspek tersebut
memperhatikan setiap aspek yang telah meningkat menjadi 82 dibandingkan
dipelajari. Setiap temuan dijadikan bahan sebelumnya yang hanya 64. (4) Kemampuan
melangkah pada tahap selanjutnya yaitu Fix it. guru dalam merumuskan indikator juga sudah
Pada tahap ini guru diminta menyempurnakan lebih baik ditunjukkan peningkatan nilai
kisi-kisi, item demi item soal. Setiap guru dimana sebelumnya hanya 68 menjadi 80.
diharapkan melakukan penyempurnaan pada Rumusan indikator sudah mencerminkan
setiap item yang telah dikritisi. Pada tahap ini keadaan dimana soal dapat dibuat lebih dari
kepala sekolah mengkaji hasil satu dan tidak mengarah pada kunci jawaban.
penyempurnaan yang telah dilakukan guru (5) Kemampuan guru dalam menentukan
dan menyampaikan hasil kajian kepada indikator kunci juga mengalami peningkatan
semua guru. Pada tahap ini pula guru dimana sebelum tindakan nilainya berada
bersama kepala sekolah melakukan refleksi pada angka 60 menjadi 85. (6) Kemampuan
atas apa yang telah dilakukan selama satu guru dalam menentukan level soal mengalami
tahap tindakan. Sebagai bukti otentik peningkatan dimana sebelum tindakan
keberhasilan tindakan, guru diminta untuk nilainya 70 menjadi 76. Meskipun
menyusun kisi-kisi sesuai dengan mengacu peningkatannya belum signifikan pada
pada instrument penilaian kisi-kisi yang sudah kenyataannya perubahan ke arah lebih baik
dipelajari kemudian dinilai. Nilai hasil sudah tampak. (7) Kecermatan guru dalam
penyusunan kisi-kisi setelah dilakukan menetapkan bobot soal pada indikator
tindakan pada siklus I disajikan pada diagram mengalami peningkatan dimana nilai
berikut: sebelumnya 73 menjadi 78. (8) Kemampuan
menata gradasi soal juga menunjukkan
100 peningkatan dimana sebelum tindakan, nilai
80 berada pada angka 60 menjadi 74 pada
60 tindakan siklus I. Susunan soal sudah
40
mengarah pada gradasi dari yang mudah ke
20
sulit, dari sederhana ke komplek. Data
Pra Siklus peningkatan rata-rata nilai menunjukkan
0
Gradasi…
Keluasan…
Kesesuaian…

Ketepatan…
Pembobotan…

Siklus I peningkatan sebanyak 12 angka dimana pada


Identitas
Pemilihan KD

Indikator Kunci

sebelum tindakan nilai akhir sebesar 69


menjadi 81.
Jika dilihat dari hasil capaian secara
umum pada pelaksanaan tindakan mengalami
peningkatan, tetapi masih terjadi kekurangan
pada beberapa aspek yaitu ketepatan
Diagram 1. Nilai Penyusunan Kisi-Kisi Siklus I menentukan level soal, pembobotan soal, dan
gradasi indikator.
Diagram menunjukkan terdapat
peningkatan kemampuan guru dalam Siklus II
menyusun kisi-kisi soal setelah dilakukan Pada siklus II peneliti mengambil
tindakan pada siklus I. (1) Penulisan identitas langkah untuk meningkatkan nilai pada semua
pada kisi-kisi sudah lebih lengkap dan jelas aspek terutama yang masih belum signifikan
dimana sebelum tindakan nilai pada aspek ini peningkatannya. Peneliti mengambil langkah
hanya 78 meningkat menjadi 90 pada siklus I. mengubah aktifitas tahap criticize. Pada tahap
(2) Pemilihan KD pada setiap item soal juga ini pengkritisan terhadap kisi-kisi dilakukan
Susiatin, Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menyusun Kisi-Kisi Soal
Dengan Metode Pendampingan Pola “OCF” 23

secara kolaborasi berpasangan. Dalam satu pada siklus II. (6) Kemampuan guru dalam
pasangan dilakukan aktifitas saling menentukan level soal mengalami
mengingatkan dan saling menguatkan. Hasil peningkatan dimana sebelum tindakan
tindakan siklus II sebagaimana diagram nilainya 70 menjadi 76 dan naik menjadi 80
berikut: pada siklus II. (7) Peningkatan cukup
signifikan juga ditunjukkan aspek kemampuan
120 guru dalam menetapkan bobot soal dimana
100 nilai sebelumnya 73 menjadi 78, menjadi 80
pada siklus II. (8) Pada aspek mengkonstruksi
80
gradasi kemampuan guru juga mengalami
60
peningkatan dimana sebelum tindakan, nilai
40 berada pada angka 64 menjadi 70 pada
Pra Siklus
20 tindakan siklus I. dan naik menjadi 81 pada
0 Siklus I siklus II. Pada aspek ini indikator soal sudah
Ketepatan Level…
Identitas
Pemilihan KD

Keluasan Indikator

Gradasi Indikator
Kesesuaian Materi

Indikator Kunci

Pembobotan Soal

Siklus II tertata dengan baik berdasarkan urutan


mudah ke sukar dan sederhana ke yang
komplek. Data peningkatan rata-rata nilai
menunjukkan peningkatan sebanyak 12 angka
dimana pada sebelum tindakan nilai akhir
sebesar 69 menjadi 81. Berdasarkan hasil
capain pada siklus II maka tindakan
Diagram 2. Nilai Penyusunan Kisi-Kisi Siklus II pendampingan dengan pola OCF sangat
berhasil dan sesuai harapan. Dengan
Diagram menggambarkan peningkatan demikian tidak perlu tindakan berikutnya.
nilai guru dalam menyusun kisi-kisi setelah
dilakukan tindakan pada siklus II. (1) Pada KESIMPULAN
aspek identitas terjadi peningkatan dimana Berdasarkan laporan hasil dan
pada sebelum tindakan nilainya 78 menjadi 90 pembahasan setelah dilakuan penelitian
pada siklus I, dan meningkat menjadi 98 pada peningkatan kemampuan guru dalam
siklus II. Pada aspek ini pada prinsipnya guru menyusun kisi-kisi soal tes dengan pola
sudah tidak mengalami masalah hanya sedikit pendampingan OCF dihasilkan kesimpulan
terjadi kesalahan pada penulisan huruf pada bahwa: (1) penerapan pendampingan berpola
identitas tertentu. (2) Pada aspek pemilihan OCF dalam penyusunan kisi-kisi soal tes
KD juga mengalami peningkatan dimana terlaksana secara efektif, (2) pola
sebelum tindakan dilakukan nilai hanya 78 pendampingan dengan teknik OCF mampu
menjadi 84 pada siklus I dan meningkat meningkatkan kemampuan guru dalam
menjadi 94 pada siklus II. (3) Dalam memilih menyusun kisi-kisi soal tes.
materi kemampuan guru juga mengalami
peningkatan dimana pada pras siklus nilai SARAN
pada aspek ini sebesar 64 menjadi 82 pada Berdasarkan efektifitas dan hasil pada
siklus I kemudian naik menjadi 84. Pada siklus penelitian tersebut maka saran yang dapat
II. (4) Kemampuan guru dalam merumuskan disampaikan adalah: perlu dilakukan kegiatan
indikator juga mengalami perkembangan sejenis pada guru-guru pada materi lain agar
sangat baik dimana sebelumnya hanya 68 kompetensi makin Penting bagi sekolah untuk
menjadi 80 pada siklus I dan meningkat mengalokasikan dana yang cukup demi
menjadi 85 pada siklus II. (5) Penigkatan peningkatan kompetnsi guru secara
kemampuan pada aspek menentukan berkesinambungan. Dinas Pendidikan dan
indikator kunci juga mengalami peningkatan Kebudayaan perlu memfasilitasi
dimana sebelum tindakan nilainya berada terciptakannya iklim regulasi yang lebih
pada angka 60 menjadi 85, naik menjadi 90 mudah agar penelitian lebih banyak dilakukan.
24 Jurnal Dinamika Manajemen Pendidikan, Volume 4 Nomor 1, Tahun 2019, Halaman 17-24

Model Pembelajaran Konservasi


DAFTAR RUJUKAN Biodiversitas di SMA. Cakarawala
Ananda, R., & Fadhilaturrahmi. (2018). Pendidikan, 32(3), 408–419.
Analisis Kemampuan Guru Sekolah Listyawati, M. (2012). Pengembangan
Dasar dalam Implementasi Pembelajaran Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu di
Tematik di SD. Jurnal Basicedu, 2(2), 11– SMP. Journal of Innovative Science
21. Education, 1(1), 62–69.
Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Manullang, M. (1996). Dasar-Dasar
Jakarta: Rineka Cipta. Manajemen (19th ed.). Jakarta: Ghalia
Astuti, S., Slameto, & Y, D. (2017). Indonesia.
Peningkatan Kemampuan Guru Sekolah Mardapi, D. (2012). Pengukuran Penilaian &
Dasar dalam Penyusunan Instrumen Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha
Ranah Sikap melalui In House Training. Litera.
Kelola, 4(1), 37–47. Nurgiyantoro, B. (2004). Penilaian
Azwar, S. (2015). Sikap Manusia: Teori dan Pembelajaran Sastra Berbasis
Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Kompetensi. Diksi, 1J(1), 91–116.
Pelajar. Suhandani, D., & Julia. (2014). Identifikasi
Fahdini, R., Mulyadi, E., Suhandani, D., & Kompetensi Guru sebagai Cerminan
Julia. (2014). Identifikasi Kompetensi Profesionalisme Tenaga Pendidik di
Guru sebagai Cerminan Profesionalisme Kabupaten Sumedang. Mimbar Sekolah
Tenaga Pendidik di Kabupaten Dasar, 1(2), 128–141.
Sumedang. Mimbar Sekolah Dasar, 1(1), Supriadi, O. (2009). Pengembangan
33–42. Profesionalisme Guru Sekolah Dasar.
Fauziah, Y. . (2011). Analisis Kemampuan Jurnal Tabularasa, 6(1), 27–38.
Guru dalam Mengembangkan Thoha, M. (2004). Perilaku Organisasi:
Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
Sekolah Dasar Kelas V pada PT Raja Grafindo Persada.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Wardani, I. (2013). Pemantapan Kemampuan
Khusus, 2(2), 98–106. Profesional (PKP). Jakarta: Universitas
Handoko, H. . (1995). Manajemen Personalia Terbuka.
dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Wardhani, S. (2008). Apakah Rumusan
BPFE UGM. Indikator pada Silabus dan RPP Anda
Hartanto, S., & Purwanto, S. (2019). Supervisi sudah Baik? Limas, 20, 11–17.
dan Penilaian Kinerja Guru (MPPKS- Werdayanti, A. (2008). Pengaruh Kompetensi
PKG). Jakarta: Direktorat Jenderal Guru Guru dalam Proses Belajar Mengajar di
dan Tenaga Kependidikan. Kelas dan Fasilitas Guru terhadap
Ismail, M. . (2010). Kinerja dan Kompetensi Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan
Guru dalam Pembelajaran. Lentera Ekonomi, 3(1), 79–92.
Pendidikan, 13(1), 44–63. Widoyoko, E. . (2012). Teknik Penyusunan
Kartowagiran, B. (2011). Kinerja Guru Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
Profesional (Guru Pasca Sertifikasi). Pustaka Pelajar.
Cakarawala Pendidikan, 3(3), 463–473.
Leksono, S. ., Rustaman, N., & Redjeki, S.
(2013). Kemampuan Profesional Guru
Biologi dalam Memahami dan Merancang

Anda mungkin juga menyukai