Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan
diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya
kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk
rumah sakit. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan
pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
penyembuhan dan pemulihan bagi pasien.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang
pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa
pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya
perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke paradigma baru (patient oriented)
dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian
merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan
menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan
dengan kesehatan. Saat ini kenyataannya sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum melakukan
kegiatan pelayanan farmasi seperti yang diharapkan, mengingat beberapa kendala antara lain
kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya pengetahuan manajemen rumah sakit akan fungsi farmasi
rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit, terbatasnya pengetahuan pihak-pihak terkait tentang
pelayanan farmasi rumah sakit. Akibat kondisi ini maka pelayanan farmasi rumah sakit masih
bersifat konvensional yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas penyediaan dan
1
pendistribusian. Mengingat standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit sebagaimana tercantum dalam
standar Pelayanan Rumah Sakit masih bersifat umum, maka perlu dibuat Kebijakan Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit Semen Gresik.
2
Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi adalah suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di
bawah pimpinan seorang apoteker yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta
pelayanan kefarmasian, yang mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan,
dispensing perbekalan farmasi, pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan
penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit.
Obat
Obat yang menurut undang-undang yang berlaku, dikelompokkan ke dalam obat keras, obat
keras tertentu, dan obat narkotika yang harus diserahkan kepada pasien oleh Apoteker.
Pengelolaan perbekalan farmasi
Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses yng merupakan siklus kegiatan, dimulai
dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi
kegiatan pelayanan.
Pengendalian mutu
Pengendalian mutu adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap
pelayanan yang diberikan secara terencana dan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi
peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil
sehingga terbentuk proses peningkatan mutu pelayanan farmasi yang berkesinambungan.
Perbekalan farmasi
Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, alat kesehatan,
reagensia, radio farmasi dan gas medis.
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang terdiri dari sediaan farmasi, alat kesehatan, gas
medik, reagen dan bahan kimia, radiologi dan nutrisi.
Perlengkapan farmasi rumah sakit adalah semua peralatan yang digunakan untuk
melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di farmasi rumah sakit.
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi kepada apoteker, untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
3
V. LANDASAN HUKUM
Sebagai acuan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan farmasi di rumah sakit
diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung. Beberapa ketentuan perundang-
undangan yang digunakan sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standart
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standart
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 573/Menkes/SK/VI/2008
tentang Standar Profesi Asisten Apoteker
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Ketenagaan di Instalasi Farmasi sesuai dengan klasifikasi rumah sakit. Jumlah dan kualifikasi tenaga
di Instalasi Farmasi saat ini adalah sebagai berikut :
1. Apoteker penanggung jawab yang mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian
farmasi rumah sakit.
2. Jumlah dan kualifikasi tenaga administrasi dan kefarmasian cukup, sesuai dengan pola
ketenagaan Instalasi Farmasi.
5
Tabel Pola Kualifikasi Personil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Semen Gresik
Kualifikasi Yang
Nama Jabatan
Formal Non Formal Dibutuhkan
Apoteker dengan
pengalaman Sertifikat
Kepala Instalasi Farmasi
minimal dua Pelatihan
tahun (terlampir) 1
Sertifikat
Bagian Farmasi Klinis Apoteker Pelatihan
(terlampir) 2
Sertifikat
Koordinator Pelayanan Rawat Inap Apoteker Pelatihan
(terlampir)
Sertifikat
Koordinator Pelayanan Rawat
Apoteker Pelatihan
Jalan
(terlampir) 1
Sekolah Sertifikat
Bagian Perencanaan dan
Menengah Pelatihan
Pengadaan
Farmasi (terlampir) 2
Sekolah Sertifikat
Bagian Penerimaan dan
Menengah Pelatihan
Penyimpanan
Farmasi (terlampir) 2
Sekolah Sertifikat
Pelaksanaan Produksi dan
Menegah Pelatihan
Distribusi
Farmasi (terlampir)
Sertifikat
Administrasi Pelatihan
(terlampir) 3
6
B. Distribusi Ketenagaan
Kepala Instalasi Farmasi membawahi Bagian Farmasi Klinik, Koordinator Pelayanan Rawat
Inap, Koordinator Pelayanan Rawat Jalan, Bagian Perencanaan dan Pengadaan, Bagian
Penerimaan dan Penyimpanan, Bagian Produksi dan Distribusi, serta Bagian Administrasi.
C. Pengaturan Jaga
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Semen Gresik terdiri dari 2 bagian yaitu Instalasi Farmasi
Rawat Inap dan Rawat Jalan.
Instalasi Farmasi Rawat Inap memberikan pelayanan selama 24 jam non stop 7 hari dalam
seminggu. Oleh karena tidak ada hari libur, maka sistem jaga diatur sedemikian rupa
sehingga masing-masing karyawan memiliki waktu libur. Waktu libur yang ada yaitu
sejumlah hari minggu dalam satu bulan dan libur satu hari setelah jaga malam sebanyak 3
malam.
Pembagian petugas rawat inap diatur menjadi tiga shift, yaitu pagi, sore, dan malam.
Petugas pagi sebanyak tujuh orang, petugas sore sebanyak empat orang, dan petugas malam
sebanyak dua orang.
Instalasi Farmasi Rawat Jalan memberikan pelayanan dalam dua shift yaitu shift pagi dan
sore. Petugas pagi sebanyak 4 orang dan petugas sore sebanyak lima orang, dimana seorang
diantaranya bertugas sebagai petugas entry resep.
BAB III
STANDAR FASILITAS
7
A. Standar Fasilitas
1. Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan perundangan-
undangan kefarmasian yang berlaku:
a. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit.
b. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian di rumah
sakit.
c. Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan langsung pada
pasien, dispensing serta ada penanganan limbah.
d. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan dan keamanan baik
dari pencuri maupun binatang pengerat.
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk perlengkapan
dispensing baik untuk sediaan steril, non steril maupun cair untuk obat luar atau dalam.
2. Pembagian Ruangan
a. Ruang Kantor
Ruang pimpinan
Ruang staf
Ruang kerja/ administrasi
b. Ruang Produksi
Lingkungan kerja ruang produksi harus rapi, tertib, efisien untuk meminimalkan
terjadinya kontaminasi sediaan.
c. Ruang Penyimpanan
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur sinar/cahaya,
kelembaban, fentilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas
yang terdiri dari :
Kondisi Umum untuk Ruang Penyimpanan
1. Obat jadi
2. Obat produksi
3. Bahan baku obat
4. Alat kesehatan dan lain-lain
8
Kondisi Khusus untuk Ruang Penyimpanan :
1. Obat termolabil
2. Alat kesehatan dengan suhu rendah
3. Obat mudah terbakar
4. Obat/bahan obat berbahaya
e. Ruang Konsultasi
Sebaiknya ada ruang khusus untuk memberikan konsultasi pada pasien dalam rangka
meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien.
1. Ruang konsultasi untuk pelayanan rawat jalan
2. Ruang konsultasi untuk pelayanan rawat inap
9
B. Standar Peralatan
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk perlengkapan
dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk obat luar atau dalam. Fasilitas
peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran dan memenuhi persyaratan, peneraan dan
kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap tahun.
Peralatan minimal yang harus tersedia :
a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat baik nonsteril maupun
aseptik
b. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
c. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat
d. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika
e. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baik
Peralatan Kantor
a. Meja, kursi, lemari buku, filling cabinet,dan lain-lain.
b. Komputer/ mesin ketik
c. Alat tulis kantor
d. Telepon dan faksimili
Peralatan Produksi
a. Peralatan farmasi untuk persediaan, peracikan dan pembuatan obat, baik nonsteril
maupun steril/aseptik
b. Peralatan harus dapat menunjang persyaratan keamanan cara pembuatan obat yang
baik
10
Peralatan Penyimpanan Kondisi Khusus
a. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil. Fasilitas peralatan
penyimpanan dingin harus divalidasi secara berkala.
b. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan obat psikotropika
c. Peralatan untuk penyimpanan obat, penanganan dan pembuangan limbah sitotoksik
dan obat berbahaya harus dibuat secara khusus untuk menjamin keamanan petugas,
pasien dan pengunjung
Peralatan Konsultasi
1. Buku kepustakaan, leaflet, brosur dan lain-lain
2. Meja dan kursi untuk apoteker dan 2 orang pelanggan, lemari untuk menyimpan
status pengobatan pasien.
3. Komputer
4. Telpon
5. Lemari arsip
6. Kartu arsip
11
1. Kartu Arsip
2. Lemari Arsip
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
12
a. Pemilihan atau seleksi obat
1. Panitia Farmasi dan Terapi menyusun usulan daftar obat tertentu yang sering diresepkan
dalam 1 (satu) tahun.
2. Kemudian dipilih beberapa obat paten dari tiap-tiap nama obat generik dengan
pertimbangan :
a. Kualitas/ mutu obat.
b. Harga.
c. Kemudahan pengadaan.
d. Pemberian kondisi diskon.
3. Panitia Farmasi dan Terapi membagikan daftar usulan standart obat kepada seluruh
dokter yang merawat di Rumah Sakit Semen Gresik.
4. Panitia Farmasi dan Terapi mengumpulkan usulan/ tanggapan dari dokter-dokter tersebut
yang disertai alasan terhadap daftar usulan yang telah dibuat dalam waktu tidak kurang
dari 2 minggu.
5. Daftar usulan standart obat yang selesai disusun dilaporkan kepada kepala rumah sakit
untuk ditindak lanjuti dan ditetapkan sebagai Standart Obat Rumah Sakit Semen Gresik.
13
5. Bagian pengadaan melakukan pemesanan OP (Order Pembelian) kepada supplier melalui
telepon maupun secara langsung melalui salesman.
14
Nomor Urut
Tanggal Penerimaan
Nama PBF
Nomor SIP
Jumlah rupiah total dalam faktur
Paraf Penerima Barang
15
9. Lakukan pencatatan di kartu stok barang setiap kali melakukan kegiatan penyimpanan
barang.
10. Periksa dan jaga perbekalan farmasi dari kerusakan atau kehilangan.
16
13. Lakukan serah terima dan cocokkan jumlah serta jenis perbekalan farmasi sesuai
resep dengan form serah terima obat/ buku turunan resep saat petugas instalasi rawat
inap mengambil perbekalan farmasi, tulis nama obat yang belum diambil.
14. Sebelum diberikan kepada pasien rawat inap, obat diverifikasi ulang apakah sudah
sesuai dengan peresepan/ permintaan dokter.
15. Pada saat obat akan diberikan kepada pasien, dilakukan identifikasi pasien secara
tepat serta edukasi tentang obat yang meliputi nama obat, dosis obat, indikasi, cara
pemberian, serta efek samping.
16. Lembar edukasi pasien didokumentasikan.
17
Lakukan pemeriksaan terakhir terhadap sediaan yang diracik untuk meyakinkan
bahwa semua tahap pekerjaan sudah dilakukan secara teliti.
Periksa kelengkapan etiket sesuai dengan resep terdiri dari nama pasien, jenis
obat, jumlah obat, aturan pakai.
6. Penyerahan Obat
Cocokkan nomer resep dan nota pasien.
Sebelum penyerahan obat lakukan identifikasi pasien yang meliputi nama pasien
dan alamat pasien.
Serahkan obat kepada pasien dengan disertai penjelasan mengenai jenis obat,
indikasi, jumlah, cara penggunaan obat, aturan minum, efek samping dan masa
kadaluwarsa obat.
Pasien yang sudah menerima edukasi membubuhkan tanta tangan di buku edukasi.
Bubuhkan paraf pada resep yang sudah dikerjakan.
18
Kepala Instalasi Farmasi membuat berita acara pemusnahan obat dan alat kesehatan
yang memuat tanggal dan tempat pemusnahan disertai lampiran mengenai daftar
perbekalan farmasi yang dimusnahkan beserta jumlah dan alasan pemusnahan.
Untuk pemusnahan obat narkotika, berita acara dibuat rangkap 4 (empat) dan dikirim
kepada :
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur.
Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan Surabaya
Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik
Arsip Instalasi Farmasi
19
Perbekalan farmasi yang telah mendekati kadaluarsa (minimal 4 bulan sebelum
tanggal kadaluarsa) harus dikembalikan ke Instalasi Farmasi untuk ditukar dengan
perbekalan farmasi dengan masa kadaluarsa lebih panjang.
Perbekalan farmasi yang memasuki masa kadaluarsa di Instalasi rawat inap dan tidak
ditukar di Instalasi Framasi menjadi tanggung jawab ruangan.
Blanko stok opname harus ditanda tangani oleh Kepala Ruangan, Kepala Instalasi
Farmasi dan petugas pelaksana stok opname.
Bila ada tambahan inventaris perbekalan farmasi di ruangan, harus dengan
persetujuan Kepala Ruangan dan diketahui oleh Kepala Bidang Keperawatan.
k. Peresepan Obat
Definisi resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan
kepada apoteker untuk membagikan obat dalam bentuk sediaan tertentu dan menyerahkan
kepada penderita/ pasien.
Resep harus ditulis secara lengkap supaya dapat untuk dibuatkan obatnya oleh pihak apotek
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Resep lengkap terdiri atas :
20
1. Inacriptio
Nama dan alamat dokter serta nomor surat izin praktek, dan dapat pula dilengkpi
dengan nomor telepon, jam dan hari praktik.
Nama kota serta tanggal resep itu ditulis oleh dokter
Tanda R/ dari singkatan yang berarti “harap diambil”
2. Prescriptio
Nama setiap/ bahan obat yang diberikan serta jumlahnya.
Jumlah/ bahan obat dalam resep terdiri dari :
Medication cardinale atau obat pokok yang mutlak harus ada. Obat pokok dapat
berupa obat bahan tunggal, tetapi juga terdiri dari beberapa bahan.
Remedian adjuvan yaitu bahan yang membantu kerja obat pokok, adjuvans tidak
mutlak perlu ada dalam tiap resep.
Corrigens hanya diperlukan untuk memperbaiki rasa, warna atau bau obat.
Constituens atau vetikulum seringkali perlu terutama kalau resep berupa komposisi
dokter sendiri dan bukan obat jadi.
Jumlah obat dalam resep dinyatakan dalam suatu satuan berat untuk bahan padat
(microgram, miligram, gram) dan satuan isi cairan (tetes, milimeter, liter)
Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki misalnya f.La. pulv = fac lege
artis pulveres = buatlah sesuai aturan, obat berupa puyer
3. Signature
Aturan pemakaian obat oleh penderita umumnya ditulis dengan singkatan bahasa
Latin. Aturan pakai ditandai dengan “signa” biasanya disingkat S
Nama penderita dibelakang kata pro merupakan identifikasi penderita, dan sebaiknya
dilengkapi dengan alamat yang akan memudahkan penelusuran bila terjadi sesuatu
dengan obat pada penderita. Penderita anak maka dituliskan umur, apabila dewasa
dituliskan pro tuan/ nyonya atau bapak ibu yang diikuti nama penderita.
4. Subcription
Tanda tangan atau paraf dari dokter yang menuliskan resep yang menjadikan suatu
resep itu otentik. Resep obat dari golongan narkotika harus dibubuhi tanda tangan
lengkap oleh dokter yang menulis resep, dan tidak cukup paraf saja.
Ketentuan dalam penulisan resep :
21
1. Resep ditulis oleh dokter, dokter yang menulis suatu resep harus bertanggung jawab
sepenuhnya tentang resep yang dituliskan
2. Obat hanya dapat diberikan berdasarkan resep atau pesanan dari dokter yang memiliki
Surat Izin Praktik di Rumah Sakit Smen Gresik dan atau dokter yang telah dikenal.
3. Resep ditulis demikian rupa sehingga dapat dibaca oleh petugas apotek atau Instalasi
Farmasi Rumah Sakit.
4. Resep ditulis dengan tinta supaya tidak mudah terhapus.
5. Identifikasi pasien dalam resep harus seakurat mungkin, meliputi nama penderita, alamat
penderita, umur, nomer rekam medis penderita.
6. Bila penderita seorang anak, maka harus dicantumkan umur dan berat badan pasien untuk
mengecek dosis obat.
7. Nama obat ditulis dengan jelas, tidak boleh menggunakan singkatan.
8. Untuk obat NORUM, bila perlu dituliskan nama generiknya.
9. Jumlah obat yang diberikan, misalnya dalam miligram atau gram.
10. Jenis obat yang di tuliskan misalnya : sirup dewasa, sirup anak, preparat luar untuk
kompres, obat tetes (mata, hidung, telinga)
11. Bila peresepan tidak lengkap, tidak terbaca atau tidak jelas, petugas farmasi harus
menghubungi dokter penulis resep untuk melakukan konfirmasi.
12. Bila ada pemesanan/ peresepan obat secara verbal atau melalui telepon, harus dilakukan
verifikasi ulang dengan cara mengeja huruf satu persatu.
13. Untuk pemesanan/ peresepan obat di Instalasi Gawat Darurat, peresapan maksimal
adalah untuk 3 hari.
14. Untuk obat dalam bentuk puyer, jumlah sediaan yang disiapkan tidak boleh lebih dari 14
hari, untuk menjamin dari sediaan puyer.
15. Peresepan/ pemesanan perbekalan farmasi berupa alat kesehatan dapat dilakukan oleh
perawat ruangan.
B. Pelayanan Kefarmasian.
22
a. Pengkajian (telaah) resep rawat jalan.
Pengkajian resep rawat jalan dilakukan untuk mengkaji keabsahan resep dan rasionalitas
penulisan resep.
Tujuan dari pengkajian resep adalah mengontrol rasionalitas penulisan resep untuk menjamin
keselamatan pasien dan efektifitas pengobatan. Pengkajian dalam hal :
1. Kelengkapan resep
pengkajian kelengkapan resep berhubungan dengan keabsahan penulisan resep antara
lain:
a. nama dokter penulis resep
b. tanggal penulisan resep.
c. Alamat pasien
d. Nama Obat
e. Kekuatan obat atau dosis obat
f. Aturan pakai obat.
g. Tanda tanda tangan dokter untuk golongan obat Narkotik dan Psikotropik.
2. Rasionalitas penulisan resep merupakan kajian pada resep untuk menghindari terapi yang
tidak rasionalitas antara lain :
a. Dalam satu lembar resep terdapat dua atau lebih obat dengan fungsi dan di gunakan
untuk indikasi yang sama.
b. Dalam satu lembar resep atau lebih untuk satu orang pasien dalam suatu pengobatan
yang bersamaa terdapat obat-obat yang saling berinterakasi sehingga menimbulkan
efek yang tidak diinginkan.
c. Kajian untuk aturan pakai obat.
Dalam mengkaji suatu resep diperhatikan aturan pakai obat apakah telah sesuai
dengan wakyu paruh obat sehingga kadar obat dalam darah dapat dipertahankan
dalam kadar stabil untuk dapat menghasilkan efek terapi yang dikehendaki
Selain itu pengkajian aturan pakai obat juga diperhatikan ada tidaknya interaksi obat
bila dikonsumsi dengan makan atau obat yang lain.
23
Kajian dosis ini dititik beratkan pada jenis pasien (dewasa atau anak-anak) dan
berat badan pasien khusus untuk pasien anak-anak dan pasien TB.
Dengan dilakuklan pengkajian resep, maka diharapkan pemberian obat dapat
tepat sesuai indikasi,tepat dosis obat, tepat waktu penggunaan obat, dan tepat cara
penggunaan obat, sehingga didapatkan efek terapi yang maksimal
Efek terapi yang maksimal akan didapatkan dar penggunaan obat yang rasional.
Penggunaan obat yang rasionalitas oleh pasien didasari oleh penyiapan obat dari
penulisan resep yang rasional pula.
24
Dalam mengkaji suatu resep diperhatikan aturan pakai obat apakah telah sesuai
dengan waktu paruh obat sehingga kadar obat dalam darah dapat dipertahankan
dalam kadar stabil untuk dapat menghasilkan efek terapi yang dikehendaki
Selain itu pengkajian aturan pakai obat juga diperhatikan ada tidaknya interaksi obat
bila dikonsumsi dengan makan atau obat yang lain.
Untuk resep rawat inap aturan pakai ditulis jelas menggunakan jam waktu minum
obat dengan memperhatikan :
Waktu paruh obat
Kadar dalam darah yang diinginkan.
Kadar yang diinginkan apakah diharapkan selalu stabil atau hanya untuk
menghilangkan gejala tertentu (pada resep dituliskan “bila perlu”)
d. Kajian dosis obat
Kajian dosis ini dititik beratkan pada jenis pasien (dewasa atau anak-anak), dan berat
badan pasien khusus untuk pasien anak-anak dan pasien TB.
Dengan dilakukan pengkajian resep, maka diharapkan pemberian obat dapat tepat
sesuai indikasi, tepat dosis obat, tepat waktu pemberian obat, dan tepat cara
penggunaan obat, sehingga didapatkan efek terapi yang maksimal.
Efek terapi yang maksimal akan didapatkan dari penggunaan obat yang rasional.
Penggunaan obat yang rasional oleh pasien didasari oleh penyiapan obat dari
penulisan resep yang rasional pula.
C. Dispensing
1. Dispensing sediaan farmasi khusus
Dispensing sediaan farmasi parenteral nutrisi
Dispensing sediaan farmasi pencampuran obat steril
2. Dispensing sediaan farmasi berbahaya
25
Pemantauan efek samping dan pelaporan efek samping obat dilakukan untuk efek samping obat
yang tidak dikehendaki dan menimbulkan ketidak nyamanan pada pasien hingga muncul indikasi
penyakit baru yang disebabkan oleh efek samping obat yang bersangkutan.
Pemantauan ini dilakukan untuk pasien rawat inap dengan menganalisis gejala yang timbul
setelah penggunaan suatu obat yang memiliki resiko efek samping.
Pemantauan yang dilakukan dengan menganalisis :
a. Gejala yang dirasakan pasien
b. Manifestasi klinik dari efek samping obat
c. Obat lain yang dikonsumsi selama penggunaan obat tersebut
d. Makanan yang dikonsumsi selama pengobatan
e. Riwayat penyakit pasien
f. Kondisi fisiologis pasien saat mengkonsumsi obat
g. Cara penggunaan obat
h. Dosis obat yang dikonsumsi
Bila telah dipastikan gejala yang muncul akibat dari efek samping penggunaan obat tertentu,
maka dilakukan pencatatan dan pelaporan Efek Samping Obat dengan menggunakan lembar
MESO dan dikirimkan kepada Panitia MESO Indonesia.
26
F. Konseling
1. Tahap Penyajian
Hilangkan penghalang atau hambatan komunikasi antara konselor dan pasien
Tanyakan 3 pertanyaan kunci yang menyangkut obat yang dikatan oleh dokter kepada
pasien, yaitu,
Apa yang dikatakan dokter tentang obat anda?
Bagaimana cara pemakaiannya?
Efek apa yang diharapkan dari obat tersebut?
Jelaskan cara penggunaan obat
Nilai atau uji tingkat pemahaman pasien yang berhubungan dengan dosis penggunaan
obat
2. Jelaskan tentang hal-hal sebagai berikut :
Nama obat dan dosis yang diberikan kepada pasien (biasakan untuk memberitahukan
nama generik obat)
Indikasi obat gunakan istilah yang umum agar pasien dapat mengerti.
Tanyakan apakah ada riwayat alergi obat
Beritahukan jadwal penggunaan obat : kapan minum obat, sebelum atau sesudah makan
Beritahukan cara menggunakan obat : apakah diminum, dilarutkan dulu sebelum
diminum, diletakkan di bawah lidah, dioles, digosokkan, dan lain-lain.
Beritahukan efek samping obat.
Beritahukan cara penyimpanan obat.
Jelaskan kepada pasien lama penggunaan obat, misalnya harus minum obat sampai habis,
tidak boleh berhenti tanpa seizin dokter, dan lain-lain.
3. Berikan konseling terutama pada
Pasien penerima obat-obat tertentu, misalnya polifarmasi, obat dengan indeks terapi
sempit, obat dengan pengawasan tertentu, obat dengan cara pakai rumit, dan lain-lain.
Pasien geriatri
Pasien pediatrik
Pasien pulang setelah rawat inap
27
G. Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah
a. Pemantauan kadar obat dalam darah adalah suatu kajian untuk mengetahui konsentrasi suatu
obat atau bahan obat dalam darah.
b. Tujuan pemantauan obat dalam darah adalah untuk mengetahui konsentrasi suatu obat atau
bahan obat dalam darah. Konsentrasi obat dalam ini dapat menunjukkan fungsi ginjal
melalui klirens obat. Dengan mengetahui klirens obat maka dapat digunakan untuk
penentuan dosis pemberian obat yang tepat dan efektif sehingga tidak terjadi peningkatan
konsentrasi obat dalam darah yang akan menimbulkan efek yang tidak dikehendaki.
c. Pemantauan kadar obat dalam darah dilakukan untuk pasien-pasien dengan gangguan ginjal
dan hati, karena sebagian besar obat dimetabolisme di dalam hati dan diekskresi melalui
ginjal, sehingga bila terjadi gangguan pada fungsi organ hati dan ginjal akan terjadi
peningkatan konsentrasi obat bebas dalam darah sehingga akan menimbulkan efek yang
tidak diharapkan.
d. Pemantauan obat dalam darah memerlukan fasilitas dan tenaga yang memadai sehingga
belum dapat dilakukan di Rumah Sakit Semen Gresik.
e. Untuk itu Pemantauan Obat Dalam Darah dilakukan di Instansi Pemerintah yang telah ada.
Dalam hal ini Rumah Sakit merujuk untuk dilakukan Pemantauan Obat dalam Darah.
28
Berdasarkan hal-hal tersebut perlu kerjasama yang baik antara praktisi kesehatan yang terkait.
Dengan adanya ronde atau visite pasien maka akan memenuhi variabel-variabel yang
diperlukan dalam keberhasilan pengobatan selama perawatan di rumah sakit. Bertemunya
dokter, apoteker, ahli gizi, dan perawat akan menjamin diagnosa yang benar, pengobatan yang
benar, penggunaan obat yang benar, asupan gizi yang seimbang dan perawatan yang memadai
sehingga akan meningkatkan efektifitas pengobatan pasien.
I. Pengkajian Penggunaan Obat
Pengkajian penggunaan obat merupakan suatu pengkajian pada penggunaan obat untuk
terapi pada diagnosa suatu penyakit berdasarkan standart terapi yang berlaku di Rumah
Sakit.
Tujuan pengkajian penggunaan obat adalah untuk menjamin efektifitas pengobatan pada
pasien sehingga dapat dihindari gejala penyakit yang lain akibat pengobatan yang tidak
rasional.
Pengkajian penggunaan obat adalah suatu kegiatan analisa peresepan pada pasien rawat inap
dengan diagnosa tertentu berdasarkan pada standart terapi rumah sakit yang berlaku.
Pengkajian ini dilakukan untuk menghindari terapi yang tidak perlu untuk suatu diagnosa
tertentu, dan atau menghindari kurangnya terapi yang seharusnya didapatkan pasien yang
dapat menyebabkan munculnya gejala penyakit baru.
Pengkajian penggunaan obat juga dapat digunakan untuk tujuan lain antara lain untuk
pemetaan kuman pada penggunaan obat antibiotik.
Pengkajian penggunaan obat antibiotik dapat digunakan untuk menyusun suatu pemetaan
kuman yang telah tersusun akan dapat digunakan untuk penyusunan pedoman penggunaan
antibiotik di Rumah Sakit. Pedoman ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam pemberian
terapi antibiotika yang selektif sehingga dapat menurunkan resiko resistensi dan kegagalan
terapi karena antibiotik yang sesuai.
29
Obat emergency adalah obat-obat yang dibutuhkan dengan segera oleh pasien dengan tujuan
untuk megembalikan fungsi sirkulasi, mengatasi keadaan gawat darurat lainnya sehingga
mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Pengelolahan Obat Emergency dilakukan saat pemesanan sampai pemberian obat kepada
pasien. Obat-obat emergency dikelola karena obat tersebut dibutuhkan segera untuk menghindari
keterlambatan pemberian terapi sehingga dapat mempertahan kehidupan dan kesehatan pasien.
Obat-obat emergency merupakan bagian dari stok distribusi farmasi yang dalam pengelolaan
dan pengadaanya disesuaikan dengan kebutuhan unit masing-masing dan dilaporkan secara berkala
kepada Instalasi farmasi. Obat-obat emergency dikelola oleh masing-masing unit terkait di bawah
pengawasan Instalasi farmasi dengan cara melakukan laporan berkala.
Obat-obat emergency dikelola oleh Instalasi Farmasi, untuk distribusinya disesuaikan
dengan kekhususan instalasi atau unit terkait tersebut, misalnya Instalasi Gawat Darurat, Instalasi
Care Unit, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, karena masing-masing memiliki kebutuhan
jenis obat emergency yang berbeda.
Dalam mekanisme pengelolaan perbekalan farmasi untuk keperluan emergensi harus selalu
tersedia dan tidak boleh ada jenis obat yang kosong.
Jenis-jenis obat yang tersedia meliputi : obat gangguan jantung, gangguan peredaran darah,
reaksi alergi, konvulsi dan bronkospasme. Panitia farmasi dan terapi harus menetapkan obat dan
perlengkapan yang masuk dalam persediaan untuk keadaan emergensi.
Persediaan obat untuk keadaan emergensi harus diinspeksi oleh petugas Instalasi Farmasi
secara rutin untuk regulasi tanggal kedaluarsa dan untuk mempertahankan isi pada jumlah yang
ditetapkan.
1. Pengertian
Obat emergency adalah obat-obat yang digunakan untuk mengatasi situasi gawat darurat atau
untuk resusitasi atau life suport.
Emergency adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi
gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian.
Anestesi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan yang meliputi
pemberian anestesi atau analgesia penjagaan keselamatan penderita yang mengalami
pembedahan atau tindakan lainnya, bantuan resusitasi dan pengobatan pasien
Pengelolaan obat emergency adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mengelola obat
emergency
30
2. Tata laksana pengelolahan obat emergency
1. Pengadaan :
Instalasi farmasi melakukan seleksi obat-obatan emergency untuk masing-masing unit
atau ruang rawat inap dengan cara mempertimbangkan kebutuhan dari masing-masing
ruang atau unit tersebut.
Instalasi Farmasi menyediakan obat-obat emergency yang dibutuhkan sesuai dengan
kebutuhan masing-masing ruang atau unit tersebut.
Instalasi Farmasi membuat daftar nama dan jumlah obat emergency dari masing-masing
ruang atau unit beserta tanggal kadaluwarsanya, tanggal pemakaian dan tanggal
penggantian.
2. Penyimpanan :
Penyimpanan obat emergency dalam emergency kit ( tas berbentuk kotak ) dengan
ukuran ..... x ......x....., disegel dengan menggunakan segel plastik sehingga langsung
robek jika tas emergency tersebut terbuka dan diberlakukan sebagai obat inventaris
masing-masing ruangan atau unit.
Dalam emergency kit juga disediakan 3 way, mayo, masker O2, nasal oksigen kanul,
blood set, infus set, spuit, IV catheter, nomor sesuai dengan kekhususan instalasi atau
unit.
Cara penyimpanan sedemikian rupa sehingga mudah diambil sesuai yang dibutuhkan,
dengan sistem FIFO (First In First Out) atau obat diletakkan paling depan adalah obat
yang harus digunakan dahulu.
Urutan penyimpanan harus mempertimbangkan tanggal kedaluwarsa.
Penyimpanan emergency kit ditempat yang mudah dilihat dan dijangkau.
3. Pemantauan
Obat-obat yang dipakai harus segera dilapor ke Instalasi Farmasi dengan segera setelah
tindakan emergency selesai.
Dilakukan pemantauan atau pengecekan tiap 3 (tiga) bulan oleh petugas Instalasi
Farmasi.
Obat yang mendekati kedaluarsa minimal 4(empat) bulan akan diganti oleh petugas
Instalasi Farmasi dengan masa kadaluarsa yang lebih lama.
31
4. Penggunaan
Obat-obat emergensi tidak boleh dipakai untuk pelayanan rutin.
Obat-obat emergensi hanya digunakan pada pasien dalam kondisi emergensi (gawat
darurat ) dan diambil dengan sistem FIFO.
Penggunaan obat-obat emergensi diambil dari emergensi kit dengan cara membuka segel
stiker plastik yang menempel pada tas emergency.
5. Penggantian :
obat-obatan emergensi yang telah digunakan diganti dengan yang baru dan diletakan
dengan sistem FIFO oleh petugas farmasi, stiker segel plastik yang rusak diganti dengan
stiker segel yang baru.
Obat yang mendekati kadaluwarsa minimal 4 (empat) bulan, akan diganti oleh petugas
instalasi Farmasi dengan masa kadaluarsa yang lebih lama.
Petugas Instalasi Farmasi menuliskan tanggal penggantian dan tanggal kadaluarsa serta
menuliskan nama petugas Instalasi farmasi.
6. Dokumentasi :
Dalam pelaksanaannya obat emergensi didokumentasikan dalam :
Buku inventaris Farmasi (yang ada di masing-masing instalasi unit pelayanan)
Buku serah terima pengantian obat (yang diisi oleh petugas Farmasi pada saat serah terima
obat emergensi kepada pelayanan).
32
kesalahan penggunaan (dosis, interval dan pemilihannya). High Alert Medication memiliki
resiko yang lebih tinggi dalam menyebabkan komplikasi, efek samping, atau bahaya. Hal ini
dapat dikarenakan adanya rentang dosis terapeutik dan keamanan yang sempit atau insiden yang
tinggi akan terjadinya kesalahan.
Tata laksana High Alert Medication :
1. Metode untuk meminimalisasi kesalahan ini meliputi beberapa strategi seperti :
a. Menyediakan akses informasi mengenai High Alert Medication
b. Membatasi akses terhadap High Alert Medication
c. Menggunakan label dan tanda “peringatan“ untuk High Alert Medication.
d. Menstandarisasi prosedur intruksi atau peresepan, penyimpanan, persiapan, dan
pemberian High Alert Medication
e. Melakukan prosedur pengecekan ganda untuk obat-obat tertentu.
2. Obat-obatan jenis baru dan informasi keselamatan tambahan lainnya akan di tinjau ulang
dalam audit dan revisi high alert medication oleh Panitia Farmasi dan Terapi.
3. Obat obatan dalam kategori High Alert Medication:
33
b. Cara pemberiannya :
1. Benar Obat
Mengecek program therapi pengobatan dari dokter, menanyakan ada tidaknya
alergi obat, menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan obat,
mengecek label obat, mengetahui reaksi obat, mengetahui efek samping obat,
perawat yang sama menyiapkan dan memberikan obat kepada pasien.
2. Benar indikasi
Mengecek terapi pengobatan dari dokter, sesuai indikasi pasien atau tidak, bila
terapi yang diberikan dokter tidak sesuai indikasi pasien, perawat harus
mengkonfirmasi dokter pemberi advis.
3. Benar dosis
Mengecek program terapi dari dokter, mengecek hasil hitungan dosis dan
dikonfirmasikan dengan perawat lain, mencampur dan mengerjakan obat.
4. Benar waktu
Mengecek program terapi pengobatan dari dokter mengecek tanggal kadaluarsa
obat.
5. Benar Pasien
Mengecek program terapi dari dokter,memnaggil nama pasien dan umur atau
mengecek identitas pasien pada gelang identitas.
6. Benar cara pemberian
Mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek cara pemberian
pada label atau kemasan obat.
7. Benar dokumentasi
Mengecek program terapi pengobatan dari dokter,mencatat nama pasien nama
obat,dosis ,cara dan waktu pemberian obat.
34
a. Cara penyimpanannya
Disimpan pada lemari tersendiri untuk obat high alert sesuai dengan abjad dan bentuk
sediaannya, dan diberi stiker warna hijau.
Daftar obat high alert di tempel di pintu lemari.
b. Cara pemberiannya
1. Benar Obat
Mengcroscek program terapi pengobatan dari dokter, menanyakan ada tidaknya
alergi obat, menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan obat,
mengecek label obat, mengetahui reaksi obat, mengetahui efek samping obat,
perawat yang sama menyiapkan dan memberikan obat pada pasien.
2. Benar indikasi
Mengcroscek program terapi pengobatan dari dokter sesuai indikasi pasien atau tidak,
bila terapi yang diberikan dokter tidak sesuai indikasi pasien, perawat harus
mengkonfirmasi dokter pemberi advis
3. Benar dosis
Mengcroscek program terapi pengobatan dari dokter,mengecek hasil bilangan dosis
dan di konfirmasikan dengan perawat lain mencampur dan mengoplos obat.
4. Benar waktu
Mengcroschek program terapi pengobatan dari dokter mengecek tanggal kadaluarsa
obat
5. Benar pasien
Mengcroscek program terapi pengobatan dari dokter memanggil nama pasien dan
umur atau mengecek identitas pasien pada gelang identitas.
6. Benar cara pemberian
Mengcroscek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek cara pemberian pada
label atau kemasan obat
7. Benar dokumentasi
Mengcroscek program terapi pengobatan dari dokter, mencatat nama pasien, nama
obat , dosis , cara dan waktu pemberian obat.
35
B. Elektrolit Konsentrat atau Elektrolit Pekat
Penyimpanan :
1. Di Instalasi Farmasi
a. Peletakan obat dipisah dalam lemari khusus Elektrolit Konsentrat
b. Di pintu lemari di tempel daftar Elektrolit Konsentrat
c. Obat diberi stiker warna orange
2. Di Instalasi Rawat Inap,Instalasi Kamar Operasi
a. Obat ampul Flash di beri stiker warna orange
b. Elektrolit Konsentrat yang ada di Rumah Sakit Semen Gresik sebagai berikut:
Calcium Gluconas, Kcl, Natrium Bicarbonas, MGSO4, Dextrose 40%, Sodium
Cloride 3%.
Ketentuan
terhadap pemberian Electrolit Konsentrat di Rumah Sakit Semen Gresik
1. Area yang menyediakan Elektrolit Konsentrat Di Rumah Sakit Semen Gresik
a. Di Instalasi Farmasi, Penyimpanan di pisah dengan Aquadest, PZ, Dextrose
5%
b. Diberi stiker di lemari penyimpanan
2. Tempat penyimpanannya
a. Di Instalasi Kamar Operasi, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Pelayanan
Intensif, di simpan di lemari obat terkunci, di beri stiker warna orange
b. Instansi Pelayanan Intensif, Instalasi Kamar Operasi menyimpan Calsium
Gluconas, Kcl, NaBic, D405, PZ3%, MgSO4
c. Instalasi Rawat Inap dan Instalasi Rawat Darurat menyimpan Calsium
Gluconas, NaBic, D40%
d. Unit Kebidanan dan Kandungan Menyimpan MgSO4, NaBic
3. Identifikasi Elektrolit Konsentrat pemberian stiker orange
4. Pemberian label Elektrolit Konsentrat stiker orange
5. Perawat yang berhak menyuntikkan Electrolit Konsentrat adalah perawat
penanggung jawab shif, yaitu perawat dengan masa kerja minimal 2 tahun, sudah
mengikuti pelatihan internal cara penyuntikan Electrolit Konsentrat
36
6. Peresepan Elektrolit Konsentrat
a. Dokter yang merawat
b. Bila Instruksi di berika per telfon maka yang menulis resep adalah dokter jaga
IGD
37
Macam Electrolit Pekat Intravena
1. Kalsium Intravena
a. Calcium Clorida tidak boleh di berikan melalui IM, karena bersifat sangat iritatif
terhadap jaringan
b. Faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi kalsium dalam darah adalah kadar
fosfor serum dan albumin serum
c. Efek samping yang dapat terjadi
Interaksi obat dengan Digoksin (injeksi cepat kalsium dapat menyebabkan
bradiaritmia, terrutama pada pasien yang mengkonsumsi digoksin)
Antagonis terhadap CCB (Calcium Chanel Blocker) dan peningkatan tekanan
darah
Hipokalsemia dan Hyperkalsemia akibat pemantauan kadar kalsium yang
tidak efisien
Rasio kalsium fosfor yang tidak tepat dalam larutan IV dan menyebabkan
presipitasi dan kerusakan organ
Nekrosisi jaringan akibat ekstravasasi kalsium klorida
d. Instruksikan pemberian kalsium dalam satuan miligram
e. Lakukan pengecekan ganda
2. Konsentrat elektrolit injeksi NaCL 0,9% dan injeksi Kalium (klorida,asetat dan
fosfat) 0.4 Eq/ml
a. Jika KCl di injeksikan terlalu cepat (misalnya pada kecepatan melebihi 10
mEq/jam) atau dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan henti jantung
b. KCL tidak boleh di berikan sebagai IV push/bolus
c. Hanya disimpan di apotek ICU, ICCU, dan kamar operasi
d. Standar konsentrasi pemberian infus NaCl maksimal 3% dalam 500 ml
e. Berikan etiket orange pada botol infus
f. Protokol untuk KCL
Indikasi infus KCL
Kecepatan maksimal infus
Konsentrasi maksimal yang masih diperbolehkan
Panduan mengenai kapan diperlukannya monitor kardiovaskular
Penentuan bahwasemua infus KCL harus diberikan via pompa
38
Larangan untuk memberikan larutan KCL multipel secara berbarengan
(misalnya tidak boleh memberikan KCL IV sementara pasien sedang
mendapat infus KCL di jalur IV lainnya)
Diperbolehkan untuk melakukan substitusi dari KCL oral menjadi KCL
IV,jika diperlukan
g. Lakukan pengecekan ganda
39
Distribusi dan penyimpanan vial insulin dengan beragam dosis
vial insulin disimpan pada rak di dalam kulkas (bukan di pintu kulkas atau di freezer) dan
di beri lebel berupa stiker warna kuning
Insulin disimpan di lemari es pada suhu 2-8 c
semua vial insulin harus di buang dalam waktu 28 hari setelah di buka (injeksi jarum
suntik) tanggal di buka atau di gunakannya insulin pertama kali harus di catat pada vial
buang insulin jika larutannya keruh atau mengental
D. Heparin
Protokol standar indikasi adalah untuk thrombosisi vena dalam (Deep Vein Thrombosis-
DVT) sakit jantung dan ultra filtrasi
Ketentuan :
Singkatan `U` untul `Unit` tidak dipernolehkan,jangan menggunakan singkatan.
Standar konsentrasi obat untuk infus
Heparin 25000 unit dalam 500 ml dextrose 5% (setara dengan 50 unit/ml)
Gunakan syringe pump
Lakukan pengecekan ganda
Berikan stiker atau label pada vial Heparin dan lakukan pengecekan ganda terhadap
adanya perubahan kecepatan pemberian
Untuk pemberian infus,berikan dengan spuit (daripada memodifikasi kecepatan infus)
E . Obat sedativ
Obat-obat yang menimbulkan efek kantuk memerlukan perhatian khusus, karena pasien
dengan konsumsi obat obat tersebut, memerlukan informasi akan efek samping kantuk yang
disebabkan oleh penggunaan obat. Informasi diberikan supaya pasien tidak melakukan
kegiatan yang memerlukan konsentrasi, misalnya mengendarai kendaraan bermotor, bekerja
dengan mesin dan berada pada ketinggian.
40
Tabel 4.1 Obat yang memiliki efek kantuk
Dextromethorphan Azatidine
Loratadin Chlorpheniramine
Alprazolam Carbamazepine
Diazepam Cyproheptadine
Codein Clomastine
Haloperidol Dimethidine
Phenobarbital Hydroxyzine
Midazolam Levomerizine
Lorazepam Mebhydrolin
Cetirizin
Brompheniramine
Diphenhydramine
Cara penyimpanan
Disimpan pada lemari obat Hight alert sesuai abjad dan bentuk sediaan dan diberi stiker
warna merah
Cara pemberian
1. Benar Obat
Mengecek program terapi pengobatan dari dokter, menanyakan ada tidaknya alergi obat,
menanyakan keluhan pasien sebelum dan sesudah memberikan obat, mengecek label
obat, mengetahui reaksi obat, mengetahui efek samping obat, perawat yang sama
menyiapkan dan memberikan obat pada pasien.
2. Benar Indikasi
Mengecek terapi pengobatan dari dokter,sesuai indikasi pasien atau tidak,bila obat yang
diberikan dokter tidak sesuai indikasi pasien,perawat harus mengkonfirmasi dokter
pemberi advis
3. Benar dosis
Mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek hasil hitungan dosis dan di
konfirmasikan dengan perawat lain, mencampur dan mengoplos obat
41
4. Benar waktu
Mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek tanggal kadaluarsa obat.
5. Benar pasien
Mengecek program terapi pengobatan dari dokter, memanggil nama pasien,umur dan
mengecek identitas pasien pada gelang identitas
6. Benar cara pemberian
Mengecek program terapi pengobatan dari dokter,mengecek cara pemberian pada label
atau kemasan obat
7. Benar dokumentasi
Mengecek program terapi pengobatan dari dokter,mencatat nama pasien,nama
obat,dosis,cara dan waktu pemberian obat.
G. Agen Radiokontras IV
Penyimpanan
42
Penyimpanan preparat radiokontras di Instalasi farmasi disimpan pada rak yang
tersendiri yang terpisah dari obat yang lain, rak penyimpanan dan obat di berikan stiker
warna merah pada tiap kemasan
Pemberian
Pemberian preparat radiokontras selalu memerlukan pengecekan. Setiap kali pemberian
perawat harus mengecekkan preparat yang akan di berikan kepada perawat yang lain.
H. Agen Kemoterapi
a. Dalam meresepkan obat kemoterapi, perlu di lakukan sertifikasi dan verifikasi secara
tepat sebelum meresepkan dan memberikan obat
b. Instruksi kemoterapi harus di tulis di formulir instruksi kemoterapi dan di tandatangani
oleh spesialis onkologi
c. Tidak diperbolehkan memberikan instruksi obat kemoterapi hanya dalam bentuk verbal
d. Singkatan `U` untuk `Unit` tidak diperbolehkan. Jangan menggunakan singkatan
e. Jangan menggunakan pompa IV, jika hanya perlu dosis bolus
f. Saat meresepkan obat kemoterapi IV, Instruksi harus tertulis dengan dosis individual,
bukan jumlah total obat yang diberikan sepanjang program terapi ini
g. Intruksi lengkap mengenai pemberian obat ini harus mencakup
Nama pasien dan nomer rekam medis
Tanggal dan waktu penulisan instruksi
Semua elemen yang di gunakan untuk menghitung dosis atau perubahan tata laksana
kemoterapi harus di cantumkan dalam resep,tinggi badan,berat badan dan atau luas
permukaan tubuh.
Indikasi dan informasi
Alergi
Nama obat kemoterapi, dosis, rute pemberian dan tanggal pemberian setiap obat.
Jumlah siklus dan atau jumlahminggu pemberian regimen pengobatan jika
memungkinkan
h. Berikan stiker warna merah dari kemasan berbeda beda untuk membedakan dengan obat
lainya
i. Semua dosis obat harus disertai dengan tulisan `perhatian agen kemoterapi`
43
j. Adanya dosis obat yang hilang harus diselidiki segera oleh ahli farmasi dan dosis
pengganti sebaiknya tidak di berikan sebelum disposisi dosis pertama diverifikasi
k. Obat kemoterapi akan diberikan berdasarkan pada instruksi dokter dan dilakukan sesuai
dengan prosedur yang berlaku
l. Berikan label pada setiap obat atau benda spesifik milik pasien yang berhubungan
dengan kemoterapi, misalnya:eringatan materi bahan anti neoplastik,perlakukan dengan
baik dan hati hati
m. Obat kemoterapi akan dikemas denagn 2 lapisan untuk meminimalisasi kemungkinan
bocor atau tersebar
n. Semua obat kemoterapi yang telah disiapkan akan menjalani pengecekan ganda
o. Lakukan pengecekan dalam perhitungan dosis sebanyak 2 kali oleh 2 orang yang berbeda
p. Lakukan pengecekan pengaturan pompa kemoterapi sebelum memberikan obat
q. Hanya perawat yang memiliki kompetensi dalam pemberian kemoterapi yang boleh
memberikan obat
Vial yang mengandung konsentrat electrolit (misalnya KCL ) tidak boleh disimpan di
lingkup atau area perawatan obat
Obat obatan yang di gunakan dalam emergensi medis (misalnya kondisi mengancam
nyawa yang bersifat gawat darurat) tidak diwajibkan untuk mengikuti pedoman dan
prosedur penggunaan high alert medication
Prinsip
1. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan
a. Mengurangi Jumlah High alert medication yang disimpan di suatu unit (hanya
boleh disimpan di ruang IPI )
b. Mengurangi konsentrasi dan volume obat yang tersedia
c. Hindarkan penggunaan high alert medication,sebisa mungkin
2. Lakukan pengecekan ganda
3. Minimalisasi konsekuensi kesalahan
a. Pisahkan obat obat dengan nama atau label yang mirip
b. Minimalisasi instruksi verbal dan hindarkan penggunaan singkatan
c. Batasi akses terhadap High alert medicatios
d. Gunakan tabel dosis standart (daripada menggunakan dosis perhitungan
berdasarkan berat badan / fungsi ginjal, dimana rentan terjadi kesalahan)
44
Prosedur
Lakukan prosedur dengan aman dan hati hati selama memberikan instruksi
mempersiapkan, memberikan obat dan menyimpan high alert medications.
1. Peresepan
a. Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai High alert
medications
b. Instruksi ini harus mencakup minimal
i. Nama pasien dan alamat pasien
ii. Tanggal dan waktu instruksi dibuat
iii. Nama obat ,dosis jalur pemberian dan tanggal pemberian setiap obat
iv. Durasi pemberian obat
c. Dokter harus mempunyai diagnosisi,kondisi dan indikasi penggunaan
setiap High alert medicatios secara tertulis
d. Instruksi kemoterapi harus di tulis pada formulir intruksi kemoterapi dan
di tandatangani oleh spesialis onkologi,informasi ini termasuk riwayat
alergi pasien,berat badan
2. Persiapan dan penyimpanan
a. High alert medicatios disimpan di ruang perawat di dalam troli,tas atau
cabinet yang memiliki kunci
b. Semua tempat penyimpanan harus diberikan label yang jelas dan
dipisahkan dengan obat obatan rtutin lainnya.Jika high alert medications
harus disimpan di area perawatan pasien,kuncilah tempat penyimpanan
dengan diberikan label peringatan High alert mediacations pada tutup luar
tempat penyimpanan
c. jika
d. Infus intravena High alert medication harus diberikan label yang jelas
dengan mengunakan huruf atau tulisan yang berbeda dengan sekitarnya.
3. Pemberian obat
a. Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda (duoble check)
terhadap semua High alrt medication sebelum diberikan kepada pasien.
45
b. Pengecekan ganda terhadap High aert mediacation
Tujuan
Identifikasi obat-obatan yang memerlukan verifikasi atau pengecekan
ganda oleh petugas kesehatan lainnya ( sebagai orang kedua ) sebelum
memberikan obat dengan tujuan meningkatkan keselamatan dan akurasi.
Kebijakan
a. Pegecekan ganda diperlukan sebelum memberikan high alert
medication tertentu atau spesifik dan saat pelaporan pengantian jaga
atau saat melakukan tranfer pasien.
b. Pengecekan ganda ini akan dicatat pada rekam medis pasien atau pada
catatan pemberian indikasi pasien.
c. Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang berwenang
untuk menginstruksikan, meresepkan, atau memberikan obat-obatan,
antara lain perawat, ahli farmasi, dan dokter.
d. Pengecekan kedua akan dilakukan pada kondisi oleh petugas yang
berwenang, teknisi, atau perawat lainya ( petugas tidak boleh sama
dengan pegecek pertama )
e. Kebutuhan minimal untuk melakukan pengecekan ganda atau
verifikasi oleh orang kedua dilakukan pada kondisi-kondisi seperti
berikut :
Setiap akan memberikan injeksi obat
Untuk infus
Saat terapi inisial.
Saat terdapat perubahan konsentrasi obat
Saat pemberian bolus
Saat pengantian jaga perawat atau transfer pasien
Saat terjadi perubaha dosis obat
Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan intruksi dari
dokter.
Berikut adalah High alert medication yang memerlukan
pengecekan ganda.
46
Tabel 4.2 High alert medication yang memerlukan pengecekan ganda
untuk semua dosis,
Termasuk bolus
Kemoterapi
Heparin
Insulin
Kantong infus
Kemoterapi
Kemoterapi
Heparin
Prosedur
a. Untuk dosis inisial atau inisiasi infus baru
Petugas kesehatan mempersiapkan obat dan hal-hal dibawah ini
untuk menjalani pengecekan ganda oleh petugas kedua.
Obat-obatan pasien dengan label yang masih intal
Rekam medis pasien, catatan pemberian medikasi pasien, atau
instruksi tertulis dokter.
Obat yang hendak diberikan lengkap dengan tabelnya.
Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini :
47
Obat telah disiapkan sesuai dengan istruksi
Perawatpasien harus mengidentifikasi bahwah obat yang
hendak diberikan telah sesuai dengan instruksi dokter.
Obat memenuhi 7 persaratan
Membaca label dengan suara lantang kepada perawat untuk
meverifikasikan ketujuh persaratan ini :
Benar pasien
Benar Indikasi
benar Obat
Benar Dosis
Benar cara pemberian
Benar waktu pemberian
Benar dokumentasi
Pada beberapa kasus harus tersedia juga kemasan atau vial obat
untuk memastikan bahwa obat yang disiapkan adalah obat yang
benar misalnya dosis insulin.
Ketika petugas kedua telah selesai melakukan pengecekan dan
kedua petugas obat bahwa obat telah sesuai, lakukanlah pencatatan
pada rekam medis atau catatan pemberian medikasi pasien.
Petugas kedua harus menulis “diceck oleh” dan diisi dengan nama
pengecek.
Pengecekan ganda akan dilakukan sebelum obat diberikan kepada
pasien.
Pastikan infus obat berada pada jalur atau selang yang benar dan
lakukan pengecekan selang infus mulai dari larutan atau cairan
infus, pompa, hingga tempat insensai selang.
Pastikan pompa infus terprogram dengan kecepatan pemberiang
yang tepat termasuk ketepatan data berat badan pasien.
b. Untuk pengecekan saat pergantian jaga perawat atau tranfer pasien :
Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini :
Obat yang diberikan harus memenuhi kelima persaratan
48
Perawat berikutnya akan membaca label dengan lantang kepada
perawat sebelumnya untuk meverifikasi kelima persyaratan
( seperti yang telah disebutkan diatas )
Saat pengecekan telah selesai dan kedua perawat yakin bahwah
obat telah sesuai, lakukan pencatatan pada bagian 'pengecekan
oleh perawat' di rekam medis pasien.
c. Sesaat sebelum memberikan obat, perawat mengecek nama pasien,
memberitahukan kepada pasien mengenai nama obat yang diberikan,
dosis, dan tujuannya (pasien juga dapat berperan sebagai
pengecek,jika memungkinkan).
d. Semua pemberian high alert medication intravena dan bersifat
kontinue harus diberikan melalui pompa infus I.V. Pengecualian
dapat diberikan pada pasien resiko tinggi mengalami kelebihan cairan
(volume over load). Setiap selang infus harus diberi label dengan
nama obat yang diberikan di ujung distal selang dan pada pintu
masuk pompa (Untuk mempermudah verifikasi dan menimalkan
kesalahan).
e. Obat yang tidak
digunakan dikembalikan kepada farmasi atau apotek.
BAB V
LOGISTIK
49
a. Pengertian
Manajemen pelayanan logistik dan pergudangan di Instalasi pelayanan rawat jalan, rawat inap
dan unit pelayanan lain yang terlibat dalam penggunaan asesmen pasien merupakan
penyelenggaraan pengurusan bahan habis pakai dan formulir-formulir pendukung terhadap
kebutuhan asesmen pasien dan barang untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di rumah sakit secara
teratur dalam kurun waktu tertentu secara cermat dan tepat dengan biaya seefisien mungkin.
b. Tujuan
1. Tujuan operasional yaitu tersedianya barang atau material dalam jumlah yang tepat dan
kualitas yang baik pada waktu yang dibutuhkan.
2. Tujuan keuangan yaitu agar tujuan operasional di atas tercapai, dengan biaya yang rendah.
3. Tujuan keutuhan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh gangguan yang menyebabkan
hilang atau kurang, rusak, pemborosan, penggunaan tanpa hak sehingga dapat
mempengaruhi pembukuan atau sistem akuntansi.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
50
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan penyakit, cidera, cacat, kematian, dan lain-lain yang
tidak seharusnya terjadi.
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu
sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar tercipta budaya keselamatan pasien di rumah
sakit, meningkatkannya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya
kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
51
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah Sakit adalah tempat kerja
yang termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan
dan kesehatan kerja. Progres keselamatan dan kesehatan kerja ini bertujuan melindungi karyawan
dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan diluar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap warganegara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang
dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada
dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat
hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan
terhadap pekerja dalam hal ini Instalasi Farmasi dn perlindungan terhadap Rumah Sakit. Pegawai
adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan
meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-undang
Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk manjamin :
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan
sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan pada tiga
kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
terjadi bila :
Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas atau
terlalu dingin.
Tidak tersedia alat-alat pengaman.
Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakan dan lain-lain.
52
A. Perlindungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Petugas Kesehatan.
Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan mengenai
cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi
yang sesuai dengan protokol jika terpapar.
Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan umum
mengenai penyakit tersebut.
Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara harus
menjaga fungsi saluran pernapasan ( tidak merokok, tidak minum dingin) dengan baik dan
menjaga kebersihan tangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
53
Agar upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Semen Gresik bisa
dilaksanakan dengan efektif dan efisien maka perlu adanya satu kesatuan persepsi tentang konsep
dasar upaya peningkatan mutu.dan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.
A. Peningkatan Mutu
1. Pengertian Mutu
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa
b. Mutu adalah expertise atau keahlian dan keterikatan (commitment) yang selalu dicurahkan
pada pekerjaan.
c. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan
54
2. Dapat dipercaya (reliable), yaitu mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat yang
berulang kali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.
3. Sensitif, yaitu cukup peka untuk mengukur, sehingga jumlahnya tidak perlu banyak.
4. Spesifik, yaitu memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas, tidak bertumpang
tindih.
BAB IX
55
PENUTUP
Pedoman ini disusun sebagai dasar untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien di Rumah Sakit Semen Gresik agar tetap mampu memberikan mutu layanan yang
berkualitas dalam era persaingan lokal maupun global.
Diharapkan dengan adanya Pedoman Pelayanan Farmasi ini, bisa menjadi acuan dalam
mengawal mutu layanan yang sudah tercapai sehingga bisa mendukung perwujudan visi, misi, tujuan
dan motto Rumah Sakit Semen Gresik yang pada akhirnya akan mendukung aplikasi Good Clinical
Governance.
Ditetapkan di : Gresik
Pada tanggal : 5 Juni 2013
Instalasi Farmasi
Kepala,
56