Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
ini, berkat bantuan ALLAH SWT tugas makalah ini bisa diselesaikan tepat pada
waktunya. Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW karena berkat perjuangan tak kenal lelah baliau kita bisa terbebas
dari cengraman alam jahillia menuju alam yang penuh cahaya yakni Addinul Islam.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos. sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam Program studi
Ilmu Hukum Fakultas Hukum serta keluarga dan kawan-kawan yang membantu
penulis dalam proses pembuatan tugas makalah ilmiah ini.
Besar harapan penulis bilamana tugas ini akan memberi manfaat pada banyak orang
yang membacanya. “Sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi sesama.” (HR. ath-Thabrani, Ahmad, ad-Daruqutni)
Penyusun,
2
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
I. Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam 1
II. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits 5
III. Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits 9
IV. Pengertian Salaf Menurut Al-Hadits 13
V. Islam, Ajaran Tentang Berbagi serta Keadilan Penegakan Hukum 16
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 22
3
BAB 1
KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM
Dalam Q.S Al- Alaq (96):1-5 yang berarti: “1. Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang telah menciptakanmu, 2. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, 4. Yang
megajar (manusia) dengan pena, 5. Dia mengajar manusia apa yang tidak
diketahuinya.” Dari arti diatas, kita ketahui bahwa Allah-lah yang mengajari
manusia hal-hal yang belum diketahui dan Allah telah menciptakan manusia
hanya dari segumpal darah kemudian menjadi segumpal daging hingga
menjadi manusia sempurna dengan berbagai organ dalam tubuhnya. Dalam
ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat tersebut
diawali dengan kata peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti
dengan suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang
muslim harus membersihkan hatinya dari Tuhan selain Allah dan mengesakan
Allah dihatinya.
1
Sebelum turunnya Al-Quran, dikalangan masyarakat Arab telah menganut
konsep tauhid (monoteisme) dimana Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini
diketahui dari ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a,
acara-acara atau ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi
Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia
mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. Adanya nama Abdullah (hamba
Allah) lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab pada masa ini. Keyakinan
akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain telah
mantap. Namun, ketika Rasulullah mendakwahkan konsep ilahiyah
malahmendapat tantangan dari kalangan masyarakat Arab kala itu, dan jika
konsep ketuhanan yang dibawa Rasulullah sama dengan konsep ketuhanan
yang mereka yakini maka tentu tidak terjadi penolakan. Menurut Imam Al-
Ghazali, bahwa eksistensi Tuhan adalah sebagai
Wajibul Wujud yang tidak membutuhkan sesuatu apapun, maka ia adalah Zat
Tuhan, yaitu Zat ghair mutahajis artinya tidak memerlukan sesuatupun dalam
eksistensi-Nya. Sumber pengetahuan tentang Tuhan adalah melalui kalbu
dengan cara pemecahan dalam wujud cahaya. Imam Al-Ghazali juga
menjelaskan bahwa keraguan yang bersifat filosofis dapat mengantarkan
pengetahuan indrawi. Pegetahuan tersebut adalah pengetahuan intuitif yang
didapat seseorang melalui akal sehat dengan cara ilmiah, maka dengan itu
tidak ada keraguan sedikitpun. Kalbu atau hati adalah sarana untuk mengenal
Tuhan. Dalam jiwa manusia terdapat dua potensi, pertama hati nurani yang
berkecenderungan ke arah hal-hal yang baik, kedua adalah hawa nafsu yang
berkecenderungan ke arah hal-hal yang buruk. Kedua potensi itu lebih dominan
dalam jiwa manusia tergantung dari keimanan dan ketakwaan masing-masing
pribadi.
2
wajib disembah dengan ditaati perintahnya dan dijauhi larangannya.
Diakhir ayat, Allah menekankan pada manusia untuk mendirikan
sholat, tentunya salat yang sesuai dengan perintah-Nya, dengan
rukun-rukun dan syarat-syaratnya, untuk mengingat Allah dan berdoa
memohon kepada-Nya dengan rasa ikhlas. Sholat disebut secara
khusus, untuk menunjukkan keutamaan ibadat salat itu dibanding
dengan ibadah-ibadah wajib lainnya, seperti puasa, zakat, haji dan
lain-lain. Keutamaan ibadah sholat itu antara lain apabila
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan yang telah
digariskan akan mencegah seseorang dari perbuatan yang keji dan
mungkar.
2. Selain itu, dalam potongan Q.S. An-Nisa (4): 171 yang artinya “...
Sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Esa, Mahasuci Allah dari
mempunyai anak.Semua yang ada di langit dan di bumi hanyalah
milik-Nya.Cukuplah Allah sebagai saksi atas kebenaran keesaan-
Nya.” juga ditegaskan bahwa Allah sesungguhnya Maha Esa, tidak
ada sekutu bagi-Nya. Allah itu Mahasuci dari kemungkinan memiliki
anak dan segala isi yang ada di langit dan di bumi itu hanya milik Allah
semata. Cukup Allah-lah yang mengatur segala yang menjadi miliknya
termasuk manusia sebagai hamba-Nya.
3. Dalam Q.S Al-Anbiya (21): 25, Allah berfirman yang artinya “Dan kami
tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya “Bawasanya tidak ada sesembahan (yang
berhak disembah) melainkan Aku, maka sembahlah Aku”.” Di ayat ini
Allah menegaskan bahwa Ia mengutus rasul dengan sebuah perintah
penting yakni untuk menyembah hanya pada Allah dan secara
langsung mengajak umat untuk meninggalkan sesembahan yang
selama ini mereka sembah karena hanya Allah lah Sang Maha Esa
dan Yang Maha Pencipta.
3
hendaklah yang pertama kali engkau serukan kepada mereka adalah
agar mereka beribadah kepada Allah” (HR. Bukhari no. 1458 dan
Muslim no. 19).
Dalam riwayat lainnya berbunyi “Maka hendaklah
yang pertama kali engkau serukan kepada mereka adalah agar
mereka mentauhidkan Allah.” (HR. Bukhari no. 7372). Namun inti dari
kedua hadits ini tetap sama yaitu adalah Rasulullah memerintahkan
untuk mengesakan Allah dan meninggalkan serangkaian yang
disembah selain Allah.
4
BAB 2
SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS
⮚ Pendahuluan
Tanpa manusia sadari, saat ini kita telah termanjakan oleh hasil kemajuan
sains dan teknologi. Jarak bukan lagi halangan untuk bersilahturahmi, apalagi
ditengah kondisi pandemi seperti saat ini. Kemajuan teknologi ini telah
memberikan kemudahan bagi manusia dalam melaksanakan kegiatan.
Pesawat dapat mengantarkan ke tempat tujuan dalam hitungan menit,
kalaupun ada permasalahn waktu smartphone dan laptop bisa dijadikan alat
melakukan kegiatan dengan sudah banyaknya aplikasi telekonferensi seperti
Zoom meet, Google Meet dan lain-lain. Dengan kemajuan gadget yang sudah
canggih dapat mengolah data dengan berbagai cara dan juga Al-Quran pun
sudah diterbitkan dalam bentuk digital dalam bentuk aplikasi di smartphone
sehingga mudah untuk membaca dan membawanya kemana-mana.
Semua penerapan dan pemanfaatan hasil kemajuan teknologi menuntut
adanya suatu etika dan dimensi spiritualitas serta moralitas manusia. Hal ini
membuat manusia harus berpikir sendiri tentang akhlak dan aqidah di setiap
penggunaan alat-alat canggih tadi atau malah membuat manusia lupa tentang
dua hal tadi. Itulah yang membuat ilmuan Islam tergerak untuk mencari bentuk
sains yang Islami.
5
Pesatnya ilmu pengetahuan bukan hanya memberi manfaat tetapi juga
bisa menimbulkan kerusakan bumi, contohnya hujan asam yang dapat merusak
ekosistem hutan maupun hutan itu sendiri dan juga teknologi nuklir untuk
persenjataan maupun pembangkit listrik telah menewaskan ribuan nyawa.
Berbagai peristiwa seperti ledakan pembangkit listrik tenaga nuklir di
Chernobyl, Uni Soviet pada 1986 lalu dan yang paling terkenal yaitu jatuhnya
bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki pada akhir Perang Dunia 2 sudah
menjadi menjadi bukti teknologi sudah bisa menyebabkan kerusakaan dan
hilangnya nyawa makhluk hidup. Sebagai pegangan umat Islam, diperlukan
penafsiran ayat-ayat Al-Quran agar dapat dipahami dan di laksanakan dalam
kehidupan umat Islam sehari-hari.
1. Prinsip Istikhlaf
Prinsip ini merupakan salah satu prinsip dasar yang digariskan dalam
Al-Quran guna mendukung dan memantapkan kegiatan ilmiah.
Konsep ini berkaitan erat dengan fungsi kekhalifahan manusia. Dalam
islam, fungsi ini bersifat multi dimensional. Pertama, konsep ini
menempatkan manusia sebagai pengatur dunia ini dengan segenap
kemampuan yang dimilikinya. Kedua, sebagai khalifah Allah, manusia
adalah makhluk yang bertanggungjawab terhadap Allah dibandingkan
makhluk-makhluk lainnya. Ketiga, sebagai khalifah Allah, manusia
juga berperan sangat penting untuk mengelola potensi yang ada
dalam alam semesta.
2. Prinsip Keseimbangan
Prinsip dasar ini digariskan dalam Al-Quran dimana keseimbangan
antara kebutuhan dasar manusia, spiritual dan material. Prinsip ini
dibahas secara luas dan mendalam di dalam Al-Quran dan mengambil
berbagai bentuk ungkapan.
6
3. Prinsip Taskhir
Ini merupakan prinsip dasar yang membentuk pandangan Al-Quran
tentang alam semesta. Dan tidak dapat dipungkiri, manifestasi prinsip
ini ke dalam kehidupan riil manusia harus ditopang oleh ilmu
pengetahuan.
7
Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha
Suci Allah, Pencipta yang paling baik.” Dalam ayat ini, sudah jelaslah
proses biologis dari penciptaan manusia oleh Allah.
8
BAB 3
GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
⮚ Umat Rasulullah
Umat Rasulullah merupakan umat terbaik dari umat para Nabi yang diutus
Allah sebelumnya dan umat Rasulullah ini biasa disebut dengan umat akhir
zaman, yakni kita kaum Muslim. Meskipun umat Rasulullah datang sebagai
umat yang terakhir, tetapi kelak diakhirat umat Rasulullah yang akan memasuki
Surga terlebih dahulu daripada umat para Nabi terdahulu. Ini merupakan suatu
keistimewaan yang didapat oleh umat Rasulullah dan umat Muslim akhir
zaman. Allah pun menegaskan keistimewaan umat Rasulullah dalam Q.S. Ali
Imran (3): 110 yang artinya “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) kepada yang
ma’ruf dan mencegah yang munkar, dan beriman pada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik dari mereka. Diantara mereka ada yang
beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”
Ini menjadi pujian bagi umat Rasulullah dan uamt muslim akhir zaman yang
disampaikan langsung oleh Allah. Tetapi diantara seluruh umat Rasulullah
tersebut, ada beberapa yang merupakan generasi terbaik dari yang terbaik.
Seperti yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim, bawasanya
Rasulullah bersabda “Sebaik-baiknya manusia adalah pada generasiku (para
Sahabat), kemudian orang-orang yang mengiringinya (yakni Tabi’in), kemudian
orang-orang yang mengiringinya (yakni Tabi’ut Tabi’in).” (HR. Bukhari dan
Muslim)
9
para Sahabat. Mereka bertemu dan berguru pada golongan Tabi’in yang mana
mereka merupakan golongan setelah para Sahabat dan merupakan murid dari
para Sahabat. Disinilah para Tabi’ut Tabi’in mendapatkan ilmu terkait
perjuangan Rasulullah mendakwahkan Islam dan Al-Quran serta juga peran
Sahabat untuk membantu Rasulullah berdakwah.
1. Golongan Sahabat
Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ’anhu mengatakan “Barangsiapa
hendak mengambil teladan maka teladanilah orang-orang yang telah
meninggal. Mereka itu adalah para sahabat Rasulullah Muhammad.
Mereka adalah orang-orang yang paling baik hatinya dikalangan umat,
ilmu mereka paling dalam serta paling tidak suka membeban-bebani
diri. Mereka adalah kaum yang telah dipilih oleh Allah guna menemani
Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam dalam proses
menyampaikan ajaran agama Allah. olehkarnanya tirulah akhlak
mereka dan tempuhlah jalan-jalan mereka, karena sesungguhnya
mereka berada di atas jalan yang lurus.” (Al Wajiz fi’ Aqidati
Salafushshalih, hal. 198). Sahabat adalah orang yang pernah
berjumpa dengan Rasulullah dalam keadaan muslim dan meninggal
dalam keadaan muslim juga. Berjumpa dalam penjelasan ini
maksudnya lebih dari hanya sekedar duduk bersama Beliau, berjalan
bersama, pertemuan walau tanpa perbincangan, dan termasuk pula
bila Nabi atau orang tersebut pernah salah satunya melihat yang
lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karenanya,
Abdullah bin Ummi Maktum yang buta tetap disebut sahabat. Diantara
para sahabat, ada sahabat Rasulullah yang menjadi Khalifah setelah
Beliau wafat, yakni Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman
bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib dan dikenal dengan Khulafaur
Rasyidin.
2. Golongan Tabi’in
Generasi selanjutnya setelah sahabat adalah golongan tabi’in.
Menurut ulama hadits, definisi tabi’in yang terkenal adalah orang-
orang yang berjumpa dengan sahabat dalam keadaan Muslim serta
wafat juga dalam keadaan Muslim. Generasi sahabat yang berjumpa
10
dengan Rasulullah dan mengamalkan Islam sebagaimana mereka
ketahui langsung dari Rasulullah adalah rujukan berislam generasi
selanjutnya, yang mana dalam hal ini ialah generasi tabi’in. Masa para
tabi’in ini merentang dari pasca wafatnya Rasulullah, sampai sekitar
tahun 150 H. Pakar rijalul hadits membuat klasifikasi terkait tabi’in ini.
Secara garis besar, pembagian tabi’in ini dibagi menjadi generasi
tabi’in tua (akbarut tabi’in) dan generasi tabi’in lebih muda (shigharut
tabi’in), yang hal ini didasari kedekatan pada masa Rasulullah masih
hidup. Uwais al-Qarniy, Hasan al-Basri hingga Abu Hanifah adalah
beberapa contoh yang termasuk dalam golongan tabi’in. Meskipun
generasi tabi’in hanya berselisih satu generasi dengan Rasulullah
karena mereka dibawah golongan sahabat, perkataan tabi’in terkait
Rasulullah secara langsung dinilai terputus sanadnya (rangkaian
urutan orang yang menjadi penghubung satu hadits atau sunnah pada
Nabi Muhammad). Oleh para ulama hadits keadaan ini disebut hadits
mursal, yaitu hadits yang perawinya dari kalangan sahabat tetapi tidak
disebutkan.
11
Muhammad dan bisa bermanfaat bagi kita umat zaman modern atau
bisa dikatakan sebagai umat akhir zaman untuk mengambil contoh-
contoh tersebut dari umat terdahulu guna mempersiapkan diri.
12
BAB 4
PENGERTIAN SALAF MENURUT AL-HADITS
⮚ Definisi Salaf
Salafushshalih atau Salaf adalah tiga generasi awal Muslim yaitu para
sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in yang mana kemudia istilah ini dijadikan
manhaj (metode) dalam ajaran Islam. Manhaj ini mengajarkan tentang syariat
islam secara murni tanpa adanya penambahan atau pengurangan, atau yang
biasa disebut Salafiyah. Salafiyah sendiri didasari oleh syariat pada generasi
Rasulullah Muhammad dan para Sahabat kemudian para murid sahabat
(tabi’in) dan murid dari murid para sahabat (tabi’ut tabi’in). Seseorang yang
mengikuti ketiga generasi ini sering disebut Salafy (as-Salafy) atau Salafiyyun
(as-Salafiyyun). Selain arti tiga generasi awal, salaf bermakna yang terdahulu.
Termasuk salaf dalam hal ini adalah orang-orang yang terdahulu. Secara
istilah, ada beberap pendapat dari para ulama dalam mengartikan salaf dan
terhadap siapa kata itu ditujukan. Seperti yang diriwayatkan Imam Bukhari dan
Imam Muslim, bawasanya Rasulullah bersabda “Sebaik-baiknya manusia
adalah pada generasiku (para Sahabat), kemudian orang-orang yang
mengiringinya (yakni Tabi’in), kemudian orang-orang yang mengiringinya (yakni
Tabi’ut Tabi’in).” (HR. Bukhari dan Muslim).
13
Shallallahu ‘alaihi wasallam dan menjaga sunahnya. Allah memilih mereka
untuk menemani Nabi Muhammad menegakkan agama-Nya...”
2. Pada ayat lain, yakni dalam Q.S Al-Ahzab (33): 21 yang artinya
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan yang bayak mengingat Allah.” Dalam
ayat ini Allah telah menegaskan bahwa Rasulullah adalah sebaik-
baiknya suri tauladan untuk umat manusia yang mengharapkan
limpahan rahmat dari Allah dan juga yang senantiasa mengingat Allah
14
serta menunggu hari Akhir dengan beribadah memperbaiki diri.
15
BAB 5
ISLAM, AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN PENEGAKAN
HUKUM
16
Berbagi merupakan indikator tingkat ketaqwaan seorang mukmin dan salah
satu perbuatan yang akan mendatangkan cinta dari Allah karena berbagi
mengindikasikan pengorbanan dan kerelaan untuk memberikan sebagian dari
harta kita kepada yang memutuhkan. Semakin sering kita berbagi kepada yang
membutuhkan, semakin tidak akan kita merasa kekurangan. Disinilah salah
satu nikmat dari berbagi. Sesungguhnya alam telah banyak memberi tanda-
tanda bagi mereka yang mau memberi dan berbagi kebaikan kepada
sesamanya dan beberapa ada dalam ayat Al-Quran dan
Haditsmengungkapkan hal ini, diantaranya “Barangsiapa membantu keperluan
saudaranya, maka Allah akan membantu keperluannya.” (HR. Bukhari dan
Muslim). Ada juga sabda lainnya yang berbunyi “Barangsiapa yang
memudahkan orang lain yang sedang kesulitan niscaya Allah
akanmemudahkan baginya di dunia dan di akhirat.” (HR. Muslim). Selain itu,
dalam Q.S. Ali Imran (3): 92 juga terdapat ajaran untuk berbagi, yakni “Kamu
tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian
harta yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan, tentang hal itu
sungguh, Allah Maha Mengetahui.” Jadi serakanlah pada Allah. tidak usah
kemudian kita mengharapkan pujian setelah melakukan itu. Allah yang akan
menilai keikhlasan hati kita dalam berbagi.
Mencurahkan harta, pikiran, tenaga, bahkan jiwa itulah berbagi. Berbagi adalah
cara kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Kalau kita ingin kekayaan
maka berbagilah dengan rezeki. Jika kita mendambakan kebahagiaan, maka
bagikanlah kebahagiaan. Karena dengan memberi, kita akan menerima dan
berbagi akan memperkaya hidup kita. Tentu ada hikmah dari berbagi itu sendiri,
yang diantaranya
1. Berbagi itu mulia, artinya ketika kita berbagi kita akan mulia dihadapan
Allah karena telah menolong sesama yang membutuhkan.
2. Berbagi adalah syukur, artinya ketika kita punya potensi diri kemudian
kita bermanfaat bagi orang lain itulah yang menunjukkan kita mampu
bersyukur atas nikmat yang tlah Allah berikan pada kita.
3. Berbagi itu amanah, artinya setiap harta yang kita miliki adalah titipan
Allah yang harus kita berikan juga pada sesama manusia. Harta dan
potensi diri nantinya akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan
17
Allah SWT.
4. Berbagi itu prestasi, artinya seberapa kita mampu untuk berbagi itu
menunjukkan prestasi kita dihadapan Allah SWT.
5. Berbagi itu investasi, artinya ketika memberi maka itulah amal jariah
yang menjadi investasi kita dan akan memudahkan kita diakhirat
kelak.
18
pernah berkata kepada Usman bin Zaid bahwa kehancuran pemerintah atau
negara terdahulu itu karena mereka menjalankan hukuman yang berat sebelah,
dengan kata lain mereka berpihak dan menguntungkan pada salah satunya.
19
yaitu yang mengajarkan hidup yang mulia adalah kependetaan dan
kehidupan yang penuh dengan kebebasan sex.
20
DAFTAR PUSTAKA
https://religidanbudaya.filsafat.ugm.ac.id/2017/10/23/pandangan-al-ghazali-
tentang-konsep-ketuhanan-dan-relevansinya-bagi-perwujudan-karakter-insan-
kamil/
https://muslim.or.id/2406-inilah-generasi-terbaik-dalam-sejarah.html
https://islam.nu.or.id/post/read/89177/mengenal-generasi-tabiin-dan-
urgensinya-dalam-kajian-hadits
https://blog.kitabisa.com/cara-bersedekah-sederhana-membawa-berkah/
https://www.ccnindonesia.com/gaya-hidup/20200515132525-289-503720/cara-
berbagi-yang-dianjurkan-islam
21
22