Anda di halaman 1dari 25

ARTIKEL KEISLAMAN:

1. KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM


2. SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS
3. GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN SALAF (REFERENSI HADITS)
5. ISLAM, AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN PENEGAKAN
HUKUM

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : FARRIN HIDAYAT SOERYANA PUTRA


NIM : D1A020183
Fakultas/Prodi: HUKUM/ ILMU HUKUM
Semester : 1 (Satu)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
ini, berkat bantuan ALLAH SWT tugas makalah ini bisa diselesaikan tepat pada
waktunya. Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW karena berkat perjuangan tak kenal lelah baliau kita bisa terbebas
dari cengraman alam jahillia menuju alam yang penuh cahaya yakni Addinul Islam.

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos. sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam Program studi
Ilmu Hukum Fakultas Hukum serta keluarga dan kawan-kawan yang membantu
penulis dalam proses pembuatan tugas makalah ilmiah ini.

Besar harapan penulis bilamana tugas ini akan memberi manfaat pada banyak orang
yang membacanya. “Sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi sesama.” (HR. ath-Thabrani, Ahmad, ad-Daruqutni)

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Penyusun,

Mataram, 23 Oktober 2020

Nama : Farrin Hidayat Soeryana Putra


NIM : D1A020183

2
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
I. Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam 1
II. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits 5
III. Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits 9
IV. Pengertian Salaf Menurut Al-Hadits 13
V. Islam, Ajaran Tentang Berbagi serta Keadilan Penegakan Hukum 16
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 22

3
BAB 1
KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

⮚ Tuhan dalam pandangan Agama Islam


Konsep dasar mengajarkan bahwa Tuhan diyakini sebagai Zat yang Maha
Agung, Maha Tinggi dan yang terpenting Ia adalah sang Maha Esa. Dalam
islam, Tuhan adalah Allah SWT. yang merupakan Pencipta Yang Maha Kuat,
Yang Abadi, Yang Awal dan Yang Akhir serta Hakim pengadil bagi seluruh
alam. Kata ilah selalu diterjemahkan menjadi Tuhan, yang mana dalam
digunakan untuk menyebutkan Sang Maha Pencipta yakni Allah SWT. Istilah
Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh
manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan)
di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu  Allah, dan selain
Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti :
patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah.
Demikianlah seperti dikemukakan pada Q.S. Al-Baqarah (2): 165, yang artinya:
”Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.”

Dalam Q.S Al- Alaq (96):1-5 yang berarti: “1. Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang telah menciptakanmu, 2. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, 4. Yang
megajar (manusia) dengan pena, 5. Dia mengajar manusia apa yang tidak
diketahuinya.” Dari arti diatas, kita ketahui bahwa Allah-lah yang mengajari
manusia hal-hal yang belum diketahui dan Allah telah menciptakan manusia
hanya dari segumpal darah kemudian menjadi segumpal daging hingga
menjadi manusia sempurna dengan berbagai organ dalam tubuhnya. Dalam
ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat tersebut
diawali dengan kata peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti
dengan suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang
muslim harus membersihkan hatinya dari Tuhan selain Allah dan mengesakan
Allah dihatinya.

⮚ Eksistensi Tuhan dalam masyarakat

1
Sebelum turunnya Al-Quran, dikalangan masyarakat Arab telah menganut
konsep tauhid (monoteisme) dimana Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini
diketahui dari ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a,
acara-acara atau ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi
Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia
mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. Adanya nama Abdullah (hamba
Allah) lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab pada masa ini. Keyakinan
akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain telah
mantap. Namun, ketika Rasulullah mendakwahkan konsep ilahiyah
malahmendapat tantangan dari kalangan masyarakat Arab kala itu, dan jika
konsep ketuhanan yang dibawa Rasulullah sama dengan konsep ketuhanan
yang mereka yakini maka tentu tidak terjadi penolakan. Menurut Imam Al-
Ghazali, bahwa eksistensi Tuhan adalah sebagai 
Wajibul Wujud yang tidak membutuhkan sesuatu apapun, maka ia adalah Zat
Tuhan, yaitu Zat ghair mutahajis artinya tidak memerlukan sesuatupun dalam
eksistensi-Nya. Sumber pengetahuan tentang Tuhan adalah melalui kalbu
dengan cara pemecahan dalam wujud cahaya. Imam Al-Ghazali juga
menjelaskan bahwa keraguan yang bersifat filosofis dapat mengantarkan
pengetahuan indrawi. Pegetahuan tersebut adalah pengetahuan intuitif  yang
didapat seseorang melalui akal sehat dengan cara ilmiah, maka dengan itu
tidak ada keraguan sedikitpun. Kalbu atau hati adalah sarana untuk mengenal
Tuhan. Dalam jiwa manusia terdapat dua potensi, pertama hati nurani yang
berkecenderungan ke arah hal-hal yang baik, kedua adalah hawa nafsu yang
berkecenderungan ke arah hal-hal yang buruk. Kedua potensi itu lebih dominan
dalam jiwa manusia tergantung dari keimanan dan ketakwaan masing-masing
pribadi.

⮚ Beberapa Dalil tentang Allah Yang Maha Esa


1. Dalam Q.S. Thaha (20) : 14 yang artinya “Sungguh, Aku ini Allah,
tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah
salat untuk mengingat Aku.” Di ayat ini Allah menegaskan dirinya ada
dan tidak ada tuhan selain Dia yangmana Dialah satu-satunya yang
patut disembah oleh manusia dan makhluk lainnya, di buktikan
dengan pengakuan oleh lisan dan disimpan dalam hati serta
dilakukan dengan amal perbuatan. Karenanya hanya Allah-lah yang

2
wajib disembah dengan ditaati perintahnya dan dijauhi larangannya.
Diakhir ayat, Allah menekankan pada manusia untuk mendirikan
sholat, tentunya salat yang sesuai dengan perintah-Nya, dengan
rukun-rukun dan syarat-syaratnya, untuk mengingat Allah dan berdoa
memohon kepada-Nya dengan rasa ikhlas. Sholat disebut secara
khusus, untuk menunjukkan keutamaan ibadat salat itu dibanding
dengan ibadah-ibadah wajib lainnya, seperti puasa, zakat, haji dan
lain-lain. Keutamaan ibadah sholat itu antara lain apabila
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan yang telah
digariskan akan mencegah seseorang dari perbuatan yang keji dan
mungkar.

2. Selain itu, dalam potongan Q.S. An-Nisa (4): 171 yang artinya “...
Sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Esa, Mahasuci Allah dari
mempunyai anak.Semua yang ada di langit dan di bumi hanyalah
milik-Nya.Cukuplah Allah sebagai saksi atas kebenaran keesaan-
Nya.” juga ditegaskan bahwa Allah sesungguhnya Maha Esa, tidak
ada sekutu bagi-Nya. Allah itu Mahasuci dari kemungkinan memiliki
anak dan segala isi yang ada di langit dan di bumi itu hanya milik Allah
semata. Cukup Allah-lah yang mengatur segala yang menjadi miliknya
termasuk manusia sebagai hamba-Nya.

3. Dalam Q.S Al-Anbiya (21): 25, Allah berfirman yang artinya “Dan kami
tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya “Bawasanya tidak ada sesembahan (yang
berhak disembah) melainkan Aku, maka sembahlah Aku”.” Di ayat ini
Allah menegaskan bahwa Ia mengutus rasul dengan sebuah perintah
penting yakni untuk menyembah hanya pada Allah dan secara
langsung mengajak umat untuk meninggalkan sesembahan yang
selama ini mereka sembah karena hanya Allah lah Sang Maha Esa
dan Yang Maha Pencipta.

4. Rasulullah berwasiat kepada Mu’adz bin Jabal ketika Beliau diutus


Rasulullah untuk berdakwah ke Yaman, yangmana berbunyi
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum Ahli Kitab, maka

3
hendaklah yang pertama kali engkau serukan kepada mereka adalah
agar mereka beribadah kepada Allah” (HR. Bukhari no. 1458 dan
Muslim no. 19).
Dalam riwayat lainnya berbunyi “Maka hendaklah
yang pertama kali engkau serukan kepada mereka adalah agar
mereka mentauhidkan Allah.” (HR. Bukhari no. 7372). Namun inti dari
kedua hadits ini tetap sama yaitu adalah Rasulullah memerintahkan
untuk mengesakan Allah dan meninggalkan serangkaian yang
disembah selain Allah.

4
BAB 2
SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS

⮚ Pendahuluan
Tanpa manusia sadari, saat ini kita telah termanjakan oleh hasil kemajuan
sains dan teknologi. Jarak bukan lagi halangan untuk bersilahturahmi, apalagi
ditengah kondisi pandemi seperti saat ini. Kemajuan teknologi ini telah
memberikan kemudahan bagi manusia dalam melaksanakan kegiatan.
Pesawat dapat mengantarkan ke tempat tujuan dalam hitungan menit,
kalaupun ada permasalahn waktu smartphone dan laptop bisa dijadikan alat
melakukan kegiatan dengan sudah banyaknya aplikasi telekonferensi seperti
Zoom meet, Google Meet dan lain-lain. Dengan kemajuan gadget yang sudah
canggih dapat mengolah data dengan berbagai cara dan juga Al-Quran pun
sudah diterbitkan dalam bentuk digital dalam bentuk aplikasi di smartphone
sehingga mudah untuk membaca dan membawanya kemana-mana.
Semua penerapan dan pemanfaatan hasil kemajuan teknologi menuntut
adanya suatu etika dan dimensi spiritualitas serta moralitas manusia. Hal ini
membuat manusia harus berpikir sendiri tentang akhlak dan aqidah di setiap
penggunaan alat-alat canggih tadi atau malah membuat manusia lupa tentang
dua hal tadi. Itulah yang membuat ilmuan Islam tergerak untuk mencari bentuk
sains yang Islami.

⮚ Kemunculan Sains Islami


Meskipun masih ada pertentangan bagaimana sih bentuk sains yang yang
Islami tersebut, tetapi Ziauddin Sardar mengungkapkan bahwa dalam sejarah
islam itu para ilmuan Islam selalu memiliki tiga sifat yang khas yang dapat
diteruskan yaitu kerendahan hati, pengakuan akan keterbatasan metode ilmiah
dan penghargaan pada subjek yang diamati. Sayd Hossein Nasr kemudian
berpendapat bahwa harus ada langkah pertama yang dimulai dengan
memperbaiki ajaran-ajaran spiritual dan intelektual yang menyimpang karena
kemajuan sains dan teknologi ini. Hal ini untuk mencegah timbulnya kerusakan
kebudayaan manusia yang lebih parah.

5
Pesatnya ilmu pengetahuan bukan hanya memberi manfaat tetapi juga
bisa menimbulkan kerusakan bumi, contohnya hujan asam yang dapat merusak
ekosistem hutan maupun hutan itu sendiri dan juga teknologi nuklir untuk
persenjataan maupun pembangkit listrik telah menewaskan ribuan nyawa.
Berbagai peristiwa seperti ledakan pembangkit listrik tenaga nuklir di
Chernobyl, Uni Soviet pada 1986 lalu dan yang paling terkenal yaitu jatuhnya
bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki pada akhir Perang Dunia 2 sudah
menjadi menjadi bukti teknologi sudah bisa menyebabkan kerusakaan dan
hilangnya nyawa makhluk hidup. Sebagai pegangan umat Islam, diperlukan
penafsiran ayat-ayat Al-Quran agar dapat dipahami dan di laksanakan dalam
kehidupan umat Islam sehari-hari.

⮚ Prinsip-prinsip dasar kegiatan ilmiah dalam Al-Quran


Atas dasar pandangan Al-Quran tentang ilmu pengetahuan (sains dan
teknologi), dapat dirumuskan beberapa prinsip dasar yang menopang dan
menetapkan kegiatan ilmiah manusia, diantaranya

1. Prinsip Istikhlaf
Prinsip ini merupakan salah satu prinsip dasar yang digariskan dalam
Al-Quran guna mendukung dan memantapkan kegiatan ilmiah.
Konsep ini berkaitan erat dengan fungsi kekhalifahan manusia. Dalam
islam, fungsi ini bersifat multi dimensional. Pertama, konsep ini
menempatkan manusia sebagai pengatur dunia ini dengan segenap
kemampuan yang dimilikinya. Kedua, sebagai khalifah Allah, manusia
adalah makhluk yang bertanggungjawab terhadap Allah dibandingkan
makhluk-makhluk lainnya. Ketiga, sebagai khalifah Allah, manusia
juga berperan sangat penting untuk mengelola potensi yang ada
dalam alam semesta.

2. Prinsip Keseimbangan
Prinsip dasar ini digariskan dalam Al-Quran dimana keseimbangan
antara kebutuhan dasar manusia, spiritual dan material. Prinsip ini
dibahas secara luas dan mendalam di dalam Al-Quran dan mengambil
berbagai bentuk ungkapan.

6
3. Prinsip Taskhir
Ini merupakan prinsip dasar yang membentuk pandangan Al-Quran
tentang alam semesta. Dan tidak dapat dipungkiri, manifestasi prinsip
ini ke dalam kehidupan riil manusia harus ditopang oleh ilmu
pengetahuan.

4. Prinsip Keterkaitan antara Makhluk dengan Khalik


Prinsip penting lainnya adalah keterkaitan antara sistem penciptaan
yang mengagumkan dengan Sang Pencipta Yang Maha Agung. Ilmu
pengetahuan adalah alat yang mutlak untuk memberikan penjelasan
dan mengungkapkan keterkaitan itu. Ilmuan-ilmuan muslim klasik
telah menghabiskan sebagian besar umurnya untuk mengadakan
pengamatan dan penelitian terhadap fenomena alam dan akhirnya
mereka sampai pada kesimpilan yang psti dan tidak dapat dipungkiri
bahwa sesungguhnya di balik semua realitas yang diciptakan, dalam
hal ini makhluk, pasti ada yang menciptakan.

⮚ Beberapa Penjelasan Al-Quran dan Al-Hadits terkait IPTEK


1. Dalam Q.S. Al-Mujadalah (58): 11 yang artinya “.... niscaya Allah
akan meinggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Dalam ayat ini, Al-
Quran memandang sains dan teknologi serta meletakkan posisinya
pada tingkatan yang hampir sama dengan iman sekaligus
memerintahkan untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya.

2. Dalam Al-Quran juga dijelaskan tentang tentang biologi, yang mana


pada proses penciptaan manusia dalam Q.S. Al-Mu’minun (23): 12-14
yang artinya “12. Dan sungguh, kami telah menciptakan manusia dari
saripati (berasal) dari tanah, 13. Kemudian kami menjadikan air mani
(disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim), 14. Kemudian air mani
itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.

7
Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha
Suci Allah, Pencipta yang paling baik.” Dalam ayat ini, sudah jelaslah
proses biologis dari penciptaan manusia oleh Allah.

3. Allah telah meletakkan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi


dalam Al-Quran dan manusia hanya tinggal mempelajarinya lebih
jauh, seperti pada Q.S. Ar-Rahman (55): 33 yang artinya “hai jamaah
jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, maka lintasilah. Sesungguhnya kamu tidak dapat
menembusnya kecuali dengan kekuatan.” Ayat ini menjelaskan bahwa
jin dan manusia telah Allah persilakan untuk menjelajahi angkasa,
namun harus memiliki kekuatan dan kemampuan. Kekuatan dan
kemampuan ini ditafsirkan dengan Ilmu atau sains dan teknologi. Hal
ini pun telah terbukti pada zaman modern sekarang dengan berbagai
negara berlomba-lomba untuk membuat roket guna menjelajahi
angkasa dan melakukan pendaratan di bulan. Bahkan kini telah
mencapai planet yang jaraknya sangat jauh dengan Bumi.

4. Rasulullah pernah bersabda dan diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah


yang berbunyi “Menuntut ilmu itu suatu kewajiban kepada setiap
muslim” (HR Ibnu Majah). Hadits ini mendorong kaum muslimin untuk
belajar dan mencari ilmu sebanyak-banyaknya, mau itu ilmu agama
atau ilmu pengetahuan umum. Lebih lanjut Rasulullah mewajibkan
kapada umat islam untuk menuntut ilmu sepanjang hayatnya, tanpa
batasan usia, ruang, waktu, dan tempat.

8
BAB 3
GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS

⮚ Umat Rasulullah
Umat Rasulullah merupakan umat terbaik dari umat para Nabi yang diutus
Allah sebelumnya dan umat Rasulullah ini biasa disebut dengan umat akhir
zaman, yakni kita kaum Muslim. Meskipun umat Rasulullah datang sebagai
umat yang terakhir, tetapi kelak diakhirat umat Rasulullah yang akan memasuki
Surga terlebih dahulu daripada umat para Nabi terdahulu. Ini merupakan suatu
keistimewaan yang didapat oleh umat Rasulullah dan umat Muslim akhir
zaman. Allah pun menegaskan keistimewaan umat Rasulullah dalam Q.S. Ali
Imran (3): 110 yang artinya “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) kepada yang
ma’ruf dan mencegah yang munkar, dan beriman pada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik dari mereka. Diantara mereka ada yang
beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”

Ini menjadi pujian bagi umat Rasulullah dan uamt muslim akhir zaman yang
disampaikan langsung oleh Allah. Tetapi diantara seluruh umat Rasulullah
tersebut, ada beberapa yang merupakan generasi terbaik dari yang terbaik.
Seperti yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim, bawasanya
Rasulullah bersabda “Sebaik-baiknya manusia adalah pada generasiku (para
Sahabat), kemudian orang-orang yang mengiringinya (yakni Tabi’in), kemudian
orang-orang yang mengiringinya (yakni Tabi’ut Tabi’in).” (HR. Bukhari dan
Muslim)

⮚ Generasi Terbaik umat menurut Rasulullah


Dari sini kita mengetahui ada tiga golongan umat terbaik menurut Rasulullah
yang disabdakannya, yakni golongan Sahabat yang hidup dan berjuang dijalan
Allah bersama Rasulullah dan mendapat ilmu langsung dari Beliau. Kemudian
ada golongan Tabi’in yang mana mereka adalah murid dari para Sahabat dan
tidak pernah melihat, bertemu dan bejuang bersama Rasulullah secara
langsung, namun mereka mendapat ilmu tentang Rasulullah dari para Sahabat.
Dan ada golongan Tabi’ut Tabi’in, yaitu mereka yang beriman dan hidup
setelah para Sahabat wafat dan tidak pernah bertemu secara langsung dengan

9
para Sahabat. Mereka bertemu dan berguru pada golongan Tabi’in yang mana
mereka merupakan golongan setelah para Sahabat dan merupakan murid dari
para Sahabat. Disinilah para Tabi’ut Tabi’in mendapatkan ilmu terkait
perjuangan Rasulullah mendakwahkan Islam dan Al-Quran serta juga peran
Sahabat untuk membantu Rasulullah berdakwah.

1. Golongan Sahabat
Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ’anhu mengatakan “Barangsiapa
hendak mengambil teladan maka teladanilah orang-orang yang telah
meninggal. Mereka itu adalah para sahabat Rasulullah Muhammad.
Mereka adalah orang-orang yang paling baik hatinya dikalangan umat,
ilmu mereka paling dalam serta paling tidak suka membeban-bebani
diri. Mereka adalah kaum yang telah dipilih oleh Allah guna menemani
Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam dalam proses
menyampaikan ajaran agama Allah. olehkarnanya tirulah akhlak
mereka dan tempuhlah jalan-jalan mereka, karena sesungguhnya
mereka berada di atas jalan yang lurus.” (Al Wajiz fi’ Aqidati
Salafushshalih, hal. 198). Sahabat adalah orang yang pernah
berjumpa dengan Rasulullah dalam keadaan muslim dan meninggal
dalam keadaan muslim juga. Berjumpa dalam penjelasan ini
maksudnya lebih dari hanya sekedar duduk bersama Beliau, berjalan
bersama, pertemuan walau tanpa perbincangan, dan termasuk pula
bila Nabi atau orang tersebut pernah salah satunya melihat yang
lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karenanya,
Abdullah bin Ummi Maktum yang buta tetap disebut sahabat. Diantara
para sahabat, ada sahabat Rasulullah yang menjadi Khalifah setelah
Beliau wafat, yakni Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman
bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib dan dikenal dengan Khulafaur
Rasyidin.

2. Golongan Tabi’in
Generasi selanjutnya setelah sahabat adalah golongan tabi’in.
Menurut ulama hadits, definisi tabi’in yang terkenal adalah orang-
orang yang berjumpa dengan sahabat dalam keadaan Muslim serta
wafat juga dalam keadaan Muslim. Generasi sahabat yang berjumpa

10
dengan Rasulullah dan mengamalkan Islam sebagaimana mereka
ketahui langsung dari Rasulullah adalah rujukan berislam generasi
selanjutnya, yang mana dalam hal ini ialah generasi tabi’in. Masa para
tabi’in ini merentang dari pasca wafatnya Rasulullah, sampai sekitar
tahun 150 H. Pakar rijalul hadits membuat klasifikasi terkait tabi’in ini.
Secara garis besar, pembagian tabi’in ini dibagi menjadi generasi
tabi’in tua (akbarut tabi’in) dan generasi tabi’in lebih muda (shigharut
tabi’in), yang hal ini didasari kedekatan pada masa Rasulullah masih
hidup. Uwais al-Qarniy, Hasan al-Basri hingga Abu Hanifah adalah
beberapa contoh yang termasuk dalam golongan tabi’in. Meskipun
generasi tabi’in hanya berselisih satu generasi dengan Rasulullah
karena mereka dibawah golongan sahabat, perkataan tabi’in terkait
Rasulullah secara langsung dinilai terputus sanadnya (rangkaian
urutan orang yang menjadi penghubung satu hadits atau sunnah pada
Nabi Muhammad). Oleh para ulama hadits keadaan ini disebut hadits
mursal, yaitu hadits yang perawinya dari kalangan sahabat tetapi tidak
disebutkan.

3. Golongan Tabi’ut Tabi’in


Merupakan golongan umat setelah golongan tabi’in atau orang-orang
islam teman sepergaulan dengan para tabi’in dan tidak masa hidup
dengan para sahabat Rasulullah. Selain itu, golongan ini disebut juga
murid dari para tabi’in. Menurut banyak literatur hadits, Tabi’ut tabi’in
adalah orang-orang yang pernah bertemu atau berguru pada tabi’in
dan sampai wafatnya dia beragama islam. Dalam kalangan 4 imam
mazhab ahli sunnah waljamaah, Imam Hanafi tidak termasuk tabi’ut
tabi’in karena Beliau pernah berguru dengan sahabat Rasulullah.
Sementara 3 imam lainnya yakni Imam Malik, Imam Hambali dan
Imam Syafi’i adalah tabi’ut tabi’in kerena mereka berguru pada tabi’in.
Dari generasi inilah lahir banyak perawi hadits yang sudah terkenal
dikalangan umat muslim dan juga umat non muslim. Mereka adalah
orang-orang muslim yang telah menuliskan berbagai kitab-kitab
berkaitan dengan ilmu-ilmu yang dikumpulkan dari para sahabat
kemudian dari tabi’in dan dari tabi’in diturunkan lagi ilmu tersebut pada
tabi’ut tabi’in. Ilmu-ilmu ini yang telah disampaikan oleh Rasulullah

11
Muhammad dan bisa bermanfaat bagi kita umat zaman modern atau
bisa dikatakan sebagai umat akhir zaman untuk mengambil contoh-
contoh tersebut dari umat terdahulu guna mempersiapkan diri.

12
BAB 4
PENGERTIAN SALAF MENURUT AL-HADITS

⮚ Definisi Salaf
Salafushshalih atau Salaf adalah tiga generasi awal Muslim yaitu para
sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in yang mana kemudia istilah ini dijadikan
manhaj (metode) dalam ajaran Islam. Manhaj ini mengajarkan tentang syariat
islam secara murni tanpa adanya penambahan atau pengurangan, atau yang
biasa disebut Salafiyah. Salafiyah sendiri didasari oleh syariat pada generasi
Rasulullah Muhammad dan para Sahabat kemudian para murid sahabat
(tabi’in) dan murid dari murid para sahabat (tabi’ut tabi’in). Seseorang yang
mengikuti ketiga generasi ini sering disebut Salafy (as-Salafy) atau Salafiyyun
(as-Salafiyyun). Selain arti tiga generasi awal, salaf bermakna yang terdahulu.
Termasuk salaf dalam hal ini adalah orang-orang yang terdahulu. Secara
istilah, ada beberap pendapat dari para ulama dalam mengartikan salaf dan
terhadap siapa kata itu ditujukan. Seperti yang diriwayatkan Imam Bukhari dan
Imam Muslim, bawasanya Rasulullah bersabda “Sebaik-baiknya manusia
adalah pada generasiku (para Sahabat), kemudian orang-orang yang
mengiringinya (yakni Tabi’in), kemudian orang-orang yang mengiringinya (yakni
Tabi’ut Tabi’in).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah, para Sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan


baik, mereka adalah salaful ummah (pendahulu umat) dan siapa saja yang
menyeru kepada apa yang diserukan Rasulullah Muhammad, para Sahabatnya
dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, mereka juga termasuk
salaful ummah. Maka mereka semua berada di atas manhaj as-Salaf ash
sholih, wajib untuk ittiba’ (mengikuti) Al-Quran dan As-Sunnah dengan
mengembalikan pada pemahaman salaful ummah, karena mereka adalah
orang-orang yang benar keimanannya, yang kuat aqidahnya dan yang paling
ikhlas ibadahnya.

⮚ Salaf Menurut Beberapa Ahli


Beberapa ahli telah menyampaikan pandangannya terkait salaf, diantaranya
menurut al-Qaisyani: “Salafushshalih adalah generasi pertama dari umat Islam
yang pemahaman ilmunya sangat dalam, yang mengikuti petunjuk Nabi

13
Shallallahu ‘alaihi wasallam dan menjaga sunahnya. Allah memilih mereka
untuk menemani Nabi Muhammad menegakkan agama-Nya...”

Syaikh Mahmud Ahmad Khafaji berkata dalam kitabnya, al-Aqiidatul


Islamiyyah ainas Salafiyyah wal Mu’tazilah: “Penetapan istilah salaf tidak cukup
dengan hanya dibatasi waktu saja, bahkan harus sesuai dengan Al-Quran dan
As-Sunnah menurut pandangan Salafushshalih (tentang ‘aqidah, manhaj,
akhlaq , dan suluk)”. Barangsiapa yang pendapatnya sesuai dengan Al-Quran
daan As-Sunnah mengenai aqidah, hukum dan suluknya menurut pamahaman
Salaf, maka ia disebut Salafi meskipun tempatnya jauh dan berbeda masanya.
Sebaliknya, barangsiapa pendapatnya menyalahi Al-Quran dan As-Sunnah,
maka ia bukan seorang Salafi meskipun ia hidup pada zaman yang sama
dengan Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.

Ahlus Sunnah wal Jama’ah juga dikatakan Salafiyyun karena mereka


mengikuti manhaj Salafushshalih dari Sahabat dan Tabi’ut Tabi’in. Kemudian
setiap orang yang mengikuti jejak berdasarkan manhaj mereka, mereka ini
disebit Salafi, karena dinisbatkan kepada Salaf. Salaf buka kelompok atau
golongan seperti dipahami oleh sebagian orang, tetapi merupakan manhaj
(metode) yang wajib diikuti oleh setiap Muslim.

⮚ Dalil-Dalil dari Al-Quran dan Al-Hadits


1. Dalam potongan ayat Q.S. Al-Hasyr (59): 7, Allah telah befirman yang
artinya “....Apa yang diberikan Rasul padamu maka ambilah. Dan apa
yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah...” Beliau adalah suri
tauladan yang baik (Uswah Hasanah) dan suri tauladan yang shalih
(Qudwah Shalihah)

2. Pada ayat lain, yakni dalam Q.S Al-Ahzab (33): 21 yang artinya
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan yang bayak mengingat Allah.” Dalam
ayat ini Allah telah menegaskan bahwa Rasulullah adalah sebaik-
baiknya suri tauladan untuk umat manusia yang mengharapkan
limpahan rahmat dari Allah dan juga yang senantiasa mengingat Allah

14
serta menunggu hari Akhir dengan beribadah memperbaiki diri.

3. Adapun referensi dalam Al-Quran bilamana terjadi perselisihan terkait


salafushshalih, yang dituangkan dalam Q.S. an-Nisa’ (4): 59 yang
berbunyi “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan Rasul
(Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah pada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu,
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

4. Hadits dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, Rasulullah Shallallahu


‘alaihi wasallam bersabda “Sebaik-baiknya manusia adalah yang
hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup pada amasa
berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya,
kemudian akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari
mereka mendahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului
persaksiannya.” (HR. Bukhari no. 3650 dan Muslim no. 2533)

5. Kemudian dalam hadits yang lain, ketika Rasulullah menyebutkan


tentang hadits iftiraq (akan terpecahnya umat ini menjadi 73
golongan), beliau bersabda “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang
sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah terppecah belah menjadi tujuh
puluh dua golongan. Sesungguhnya (umat) agama ini (Islam) akan
terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua
golongan tempetnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di
dalam Surga, yakni al-Jama’ah.” (Shahih, HR. Abu Dawud no. 4597,
Ahmad no. 102/IV, Al-Hakim no.128/I, ad-Darimi no. 241/II, al-Ajurri
dalam asy-Syarii’ah, Al-lalikai dalam as-sunnah 113/I no. 150).

15
BAB 5
ISLAM, AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN PENEGAKAN
HUKUM

⮚ Ajaran Berbagi dalam Islam


Berbagi yaitu mencurahkan segala harta, pikiran, tenaga bahkan jiwa untuk
orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan dari kita yang memiliki rezeki
yang berkecukupan. Dalam ajaran islam sedkah atau berbagi kepada sesama
adalah salah satu bukti bahwa hambanya bertaqwa kepada Allah karena
Rasulullah Muhammad dalam hadits bersabda “Bertaqwalah kepada Allah
SWT. dimanapun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan,
nisacaya kebaikan tersebut akan menghapus keburukan dan pergaulilah
manusia dengan akhlak yang mulia.” (HR. Tirmidzi). Islam menganjurkan kita
untuk selalu berbagi karena berbagi merupakan kebaikan dan sikap yang
terpuji. Maka, dalam hidup hendaknya kita saling berbagi dan peduli pada
orang lain karena orang yang berbuat kebaikan akan dicintai oleh Allah. Dalam
Q.S. Ali Imran (3): 134, Allah berfirman yang artinya “(yaitu) orang-orang yang
berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang
yang berbuat kebaikan.” Di ayat ini, perintah untuk berbagi kepada sesama
tertera dan kita akan termasuk dalam golongan yang bertaqwa pada Allah jika
tetap berbagi kepada sesama dikala rezeki lancar dan dikala rezeki sedang
sempit karena dalam harta kita terdapat hak orang yang membutuhkan. Dalam
ayat lainnya, yakni Q.S Al-Maidah (5): 93 Allah berfirman “Tidak berdosa bagi
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan tentang apa yang
mereka makan (dahulu), apabila mereka bertaqwa dan beriman, serta
mengerjakan kebajikan, kemudian mereka tetap bertaqwa dan beriman,
selanjutnya mereka (tetap juga) bertaqwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” Ketika kita berbagi berarti kita
telah menjadi manusia yng bermanfaat sedangkan manusia yang bermanfaat
adalah sebaik-baik manusia. Islam selalu mengajarkan umatnya untuk
menyisihkan sebagian hartanya dengan bersedekah kepada orang lain yang
membutuhkan. Selain untuk berbagi dan sebagai bekal amal diakhirat, sedekah
bertujuan untuk menyucikan harta.

16
Berbagi merupakan indikator tingkat ketaqwaan seorang mukmin dan salah
satu perbuatan yang akan mendatangkan cinta dari Allah karena berbagi
mengindikasikan pengorbanan dan kerelaan untuk memberikan sebagian dari
harta kita kepada yang memutuhkan. Semakin sering kita berbagi kepada yang
membutuhkan, semakin tidak akan kita merasa kekurangan. Disinilah salah
satu nikmat dari berbagi. Sesungguhnya alam telah banyak memberi tanda-
tanda bagi mereka yang mau memberi dan berbagi kebaikan kepada
sesamanya dan beberapa ada dalam ayat Al-Quran dan
Haditsmengungkapkan hal ini, diantaranya “Barangsiapa membantu keperluan
saudaranya, maka Allah akan membantu keperluannya.” (HR. Bukhari dan
Muslim). Ada juga sabda lainnya yang berbunyi “Barangsiapa yang
memudahkan orang lain yang sedang kesulitan niscaya Allah
akanmemudahkan baginya di dunia dan di akhirat.” (HR. Muslim). Selain itu,
dalam Q.S. Ali Imran (3): 92 juga terdapat ajaran untuk berbagi, yakni “Kamu
tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian
harta yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan, tentang hal itu
sungguh, Allah Maha Mengetahui.” Jadi serakanlah pada Allah. tidak usah
kemudian kita mengharapkan pujian setelah melakukan itu. Allah yang akan
menilai keikhlasan hati kita dalam berbagi.

Mencurahkan harta, pikiran, tenaga, bahkan jiwa itulah berbagi. Berbagi adalah
cara kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Kalau kita ingin kekayaan
maka berbagilah dengan rezeki. Jika kita mendambakan kebahagiaan, maka
bagikanlah kebahagiaan. Karena dengan memberi, kita akan menerima dan
berbagi akan memperkaya hidup kita. Tentu ada hikmah dari berbagi itu sendiri,
yang diantaranya
1. Berbagi itu mulia, artinya ketika kita berbagi kita akan mulia dihadapan
Allah karena telah menolong sesama yang membutuhkan.

2. Berbagi adalah syukur, artinya ketika kita punya potensi diri kemudian
kita bermanfaat bagi orang lain itulah yang menunjukkan kita mampu
bersyukur atas nikmat yang tlah Allah berikan pada kita.
3. Berbagi itu amanah, artinya setiap harta yang kita miliki adalah titipan
Allah yang harus kita berikan juga pada sesama manusia. Harta dan
potensi diri nantinya akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan

17
Allah SWT.
4. Berbagi itu prestasi, artinya seberapa kita mampu untuk berbagi itu
menunjukkan prestasi kita dihadapan Allah SWT.
5. Berbagi itu investasi, artinya ketika memberi maka itulah amal jariah
yang menjadi investasi kita dan akan memudahkan kita diakhirat
kelak.

⮚ Keadilan dalam Hukum


Menurut ajaran islam, keadilan berarti memberikan satu ketentuan (hukum)
yang tidak menyimpang dari kebenaran. Berdasarkan pengertian umum,
keadilan adalahbertindak sama atau serupa dengan lawan dari keadilan adalah
kezaliman. Keadilan harus ditegakkan dalam segala bidang kehidupan dan
seruan menegakkan keadilan harus bisa terwujud ditengah masyarakat. Seperti
firman Allah dalam Q.S An-Nahl (16): 90 yang memerintahkan untuk berlaku
adil dan berbuat kebajikan “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil
dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat dan Dia melarang
(melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
Rasul-rasul diutus ke tengah kaumnya untuk menegakkan keadilan. Nabi Musa
Allaihisalam misalnya, diutus Allah untuk membasmi kezaliman Firaun. Nabi
Ibrahim Allaihisalam diutus guna menekkan keadilan terhadap Raja Namrud
yang memperlakukan bangsa Babilonia sesuka hatinya. Begitupun dengan
diutusnya Rasulullah Muhammad, nabi yang terakhir diutus ke bangsa Arab
untuk menegakkan keadilan di tenggah kezaliman dan kejahilliyahan bangsa
Arab kala itu.

Menegakkan keadilan harus dengan cara mutlak dan menyeluruh, tidak


karena ada sesuatu dan ini akan menyebabkan perubahan fungsi dari keadilan
itu. Jangan karena perbedaan kedudukan, golongan, dan keadaan sosial
mengakibatkan perlakuan keadilan itu jadi tidak sama. Dalam firman Allah
SWT. pada potongan ayat Q.S. Al-Maidah (5): 8 yang berarti “....janganlah
karena kebencian terhadap suatu kaum menyebabkan kamu tidak berlaku adil.
Berlaku adillah, karena (adil) itu lebih dekat kepada ketaqwaan....” Dalam islam,
kedudukan rakyat dan pemerintah adalah sama, karena ia merupakan
pengokoh suatu masyarakat yang menginginkan kesempurnaan. Rasulullah

18
pernah berkata kepada Usman bin Zaid bahwa kehancuran pemerintah atau
negara terdahulu itu karena mereka menjalankan hukuman yang berat sebelah,
dengan kata lain mereka berpihak dan menguntungkan pada salah satunya.

At-Tabrizi mengatakan, Allah secara tegas memerintahkan agar keadilan


dijadikan landasan utama untuk menetapkan hukum diantara manusia. Sebab,
di sanalah letak keberhasilan seorang pemimpin untuk menyampaikan dan
melaksanakan amanah yang diberikan. Tak lain karena keadilan menempatkan
segala sesuatu sesuai porsi dan tempatnya. Hal ini berkaitan langsung dengan
Q.S an-Nisa’ (4): 58 yang artinya “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan
hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil.
Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh,
Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.” Hukum Allah Swt adalah hukum yang
paling adil, karena muncul dari Zat Yang Maha Adil, sehingga keadilan hukum
Islam menunjukan:
1. Keadilan menunjukan keistiqomahanHukum Islam adalah hukum yang me
miliki sifat istiqamah, istiqamah ini adalah manhaj shirâtal mustaqîm. Jalan
lurus inilah yang membedakan dengan syariat agama yang lain, contoh pe-
nafsiran Ibn Qayyim terhadap orang yang di murkai dalam surat al-Fâtihah
adalah orang Yahudi, sedangkan orang yang sesat adalah Nasrani. Karena
mereka adalah orang-orang yang tidak adil dalam beragama, selalu berbuat
ifrâth (berlebihan) dan tafrîth (pengurangan) dalam agama mereka. Dengan
adanya pengurangan ini maka akhirnya agama Yahudi dan Nasrani jauh dari
fitrah manusia. Salah satu syariat sebagai contoh adalah adanya rahbâniyahi
(kependetaan: tidak menikah) dalam agama mereka.

2. Keadilan menunjukan bukti kebaikanKeadilan menunjukan kebaikan, hal ini


ditunjukan secara eksplisit dalam sebuah hadits “sebaik-baik perkara adalah
pertengahan”. Aristoteles mengatakan “keutamaan adalah perkara yang ada
di tengah-tengah antara dua kejelekan”. Dalam konteks hukum keluarga,
hukum keluarga hakikat-nya mengantarkan manusia menuju kebaikan ini,
contoh diperintahkannya menikah. Dengan menikah seseorang akan banyak
mendapatkan kebaikan-kebaikan. Pernikahan dalam Islam pun berada pada
dua sisi konsepsi yang sangat bertentangan dengan kehidupan manusia,

19
yaitu yang mengajarkan hidup yang mulia adalah kependetaan dan
kehidupan yang penuh dengan kebebasan sex.

3. Keadilan menunjukkan keamananKeadilan adalah sikap yang mengantar-


kan pada hidup yang aman, karena kalau diibaratkan sebuah tempat,
keadilan adalah tempat yang ada di tengah kota ataupun desa, tempat ini
akan lebih cenderung aman dibandingkan dengan daerah pinggiran, yang
cenderung banyak gangguanya. Hukum Islampun demikian, akan lebih
mengamankan jiwa, akal, harta, keturunan dan agama manusia
dibandingkan ajaran agama lain yang kadang menyia-nyiakan sisi
kemanusiaan tersebut.

4. Keadilan menunjukan bukti kekuatanKeadilan merupakan bukti kekuatan,


karena kekuatan adalah ada pada posisi pertengahan, dalam konteks umur,
masa muda adalah masa terkuat, dalam konteks waktu, matahari paling
panas adalah tengah hari.

5. Keadilan menunjukan pusat kesatuanKeadilan adalah kunci kesatuan, dalam


sebuah perkara akan muncul sama-sama ridha akan sebuah hukum ketika
hukum tersebut adil, ketika tidak ada keadilan dalam sebuah hukum pasti
akan ada pihak yang dirugikan.

20
DAFTAR PUSTAKA

sites.google.com. Konsep Ketuhanan dalam Islam-Pendidikan Agama Islam.


https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03

https://religidanbudaya.filsafat.ugm.ac.id/2017/10/23/pandangan-al-ghazali-
tentang-konsep-ketuhanan-dan-relevansinya-bagi-perwujudan-karakter-insan-
kamil/

As Shouwy, Ahmad dkk. 2001. Mukjizat Al-Quran dan As-Sunnah


tentang IPTEK. Bandung: Gema Insani Press.

Baiquni, Ahmad. 1997. Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan Kealaman.


Yogyakarta: Dana Bhakti Primayasa.

https://muslim.or.id/2406-inilah-generasi-terbaik-dalam-sejarah.html

https://islam.nu.or.id/post/read/89177/mengenal-generasi-tabiin-dan-
urgensinya-dalam-kajian-hadits

Ibadurohman,L. 2013. Siapakah Salafus Shalih. Retrieved from


https://muslim.or.id/18935-siapakah-salafus-shalih.html

almanhaj.or.id. Definisi Salaf, Definisi Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Diakses


pada 24 Oktober 2020, pada https://almanhaj.or.id/3428-definisi-salaf-definisi-
ahlus-sunnah-wal-jama’ah.html

https://blog.kitabisa.com/cara-bersedekah-sederhana-membawa-berkah/

https://www.ccnindonesia.com/gaya-hidup/20200515132525-289-503720/cara-
berbagi-yang-dianjurkan-islam

Republika.co.id. Menegakkan Keadilan, pada


https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/o4fjb7394

Nashrullah, Nashih. 2014. Pesan tentang Keadilan. Retrived from


https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/n75ot3

21
22

Anda mungkin juga menyukai