Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 B18

PERANCANGAN APLIKASI CAFE UNTUK EFISIENSI ORDER


MENGGUNAKAN METODE AGILE
Langgeng Listiyoko 1) Achmad Fahrudin 2) Ali Maksum 3)
1,2,3)
STMIK Muhammadiyah Banten
Jl. Syech Nawawi Tigaraksa Tangerang Banten
1)
email : 1)langgeng.listiyoko@stmikmbanten.ac.id, 2) achmad.fahrudin@stmikmbanten.ac.id
3)
ali.maksum@stmikmbanten.ac.id

ABSTRACT petugas dituntut untuk dapat melayani sebanyak mungkin


Implementing information technology would be pelanggan dalam waktu yang singkat.
meaningfull in order to achieve business efficiency. The Pengembangan aplikasi dalam kondisi seperti ini harus
system simplify the manual and paper process so that dapat segera dirasakan dan dilakukan perbaikan secepatnya
reduce cost. Software development should be held based selama masa implementasi. Elisitasi kebutuhan pelanggan
on customer satisfaction and rapidly implemented. dapat dilaksanakan setiap saat seiring dengan masalah
Therefore agile system is the most usefull to the project yang ditemui. Pendekatan agile diterapkan agar dapat
since the progress will shows once application design is mengakomodir kebutuhan pengembangan kontinyu
approved. Cafe ordering by interactive GUI which semacam ini.
mounted in each customer table section allow order
process become faster and easier. A smart Multi
Information Display is also mounted to informs customer 2. Agile System
about space availability, a promotion media as well.
Pengembangan sistem dengan metode agile efektif
Development must be accomodate any changing during
diterapkan pada hampir semua sistem berjalan mengingat
implementation and or testing. This paper shows that the
fleksibilitasnya yang dapat diterapkan pada salah satu
system functionality is still good even the software has not
tahapan pengembangan tanpa mengganggu sistem berjalan.
completely finished yet.
Hal ini sesuai dengan tujuan pengembangan model agile
yang menekankan pada kepuasan pelanggan dan kecepatan
Key words implementasi [4]. Pendekatan ini sesuai untuk
Efficiency, cafe order, agile system
pengembangan jangka pendek dengan kemampuan
percepatan adaptasi dan perubahan [5].
1. Pendahuluan
2.1 Definisi
Kebutuhan sistem informasi semakin meningkat dalam
segala lini kehidupan modern. Efisiensi merupakan kunci Metode agile adalah framework konseptual dengan
dalam persaingan bisnis, termasuk kuliner sekalipun. pendekatan pengembangan yang iterative dan increment
Masalah pada restoran konvensional yang sekarang [7]. Metode ini membagi SDLC menjadi beberapa iterasi
berkembang adalah terciptanya ketergantungan pelanggan timebox. Oleh karenanya kontribusi masing-masing
akan kehadiran pramusaji untuk melakukan order. Order anggota tim menjadi sangat penting [3]. Agile dikatakan
dalam hal ini mencakup order saat kedatangan maupun pula sebagai pendekatan pengembangan sistem yang
order tambahan selama pelanggan berada di dalam menitikberatkan pada kecepatan delivery dan
restoran. memungkinkan perubahan setiap saat [6]. Kecepatan
Ketergantungan kepada pramusaji mengakibatkan tersebut dapat dipahami sebab adanya pengembangan
adanya waktu tunggu baik dari sisi pelanggan maupun secara parsial dan kelompok-kelompok kerja dalam
pihak restoran. Pelanggan menunggu petugas yang sedang menyelesaikan modul yang disusun berdasarkan skala
melayani pelanggan lain yang melakukan order. Sementara prioritas.

113
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 B18

2.2 Tahapan Pengembangan


Tahapan pengembangan sistem dengan metode agile
dapat diilustrasikan dalam gambar 1 sebagai berikut

Gambar 2 Matriks Kepatutan Agile System

3. Aplikasi
Gambar 1 Tahapan Agile Development System (Office of the Goverment
Chief Information Officer, 2015)
Dalam pembuatan aplikasi sebagai interface sistem
dipilih bahasa program Delphi XE 10.2 oleh karena
• Timebox Planning
kemampuannya yang mendukung multiplatform, termasuk
Merencanakan secara konseptual sistem baru
untuk keperluan mobile application. Rancangan interface
yang akan dibangun dengan memperhatikan
aplikasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
sistem yang berjalan.
• Iteration : Design, Build, Test
- Kedatangan
Tahap kedua adalah kegiatan berulang yang
mencakup kebutuhan sistem, desain sistem,
pengembangan software.
• Demonstration
Di tahap ketiga pengembang mulai
memperkenalkan model yang akan diterapkan.
Umumnya evaluasi sistem akan melibatkan
pengujian model dan user accepatance sebelum
sistem di-deliver kepada user.
• Retrospective Meeting
Ini adalah tahap akhir dari pengembangan sistem Gambar 3 Welcome screen
dengan metode agile, yaitu implementasi model
sistem sesuai user acceptance. Perspektif user Pelanggan yang datang dapat langsung memeriksa
yang telah diterjemahkan pengembang dengan ketersediaan saung dan langsung mengambilnya seperti
baik akan memperlancar proses delivery sistem tampak pada gambar 3. Dengan demikian, jika terdapat
baru. saung yang telah dipesan (reserved) tidak akan diambil
meski secara fisik tampak vacant.
Sebuah matriks kepatutan implementasi pendekatan
agile dalam proyek pengembangan sistem dapat dilihat - Memilih menu
dalam gambar 2 berikut : Pelanggan yang telah mendapatkan tempat dapat segera
melakukan order secara mandiri pada interface layar
sentuh yang tersedia di setiap saung. Rancangan
tampilannya adalah seperti gambar 4.

114
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 B18

- Konfirmasi pesanan
Informasi tentang pesanan apa saja yang telah
diselesaikan cukup penting bagi pengelola untuk
memastikan setiap pelanggan telah terlayani dengan baik.
Setiap pesanan yang telah disampaikan, maka pramusaji
akan memberikan konfirmasinya melalui interface seperti
ditunjukkan dalam gambar 7.

Gambar 4 Memilih menu

- Status pesanan
Setelah menyelesaikan order, maka pelanggan dapat
memantau status pesanannya melalui layar interface yang
informatif. Informasi mengenai estimasi kedatangan
pesanan seperti diilustrasikan dalam gambar 5 berikut. Gambar 7 Konfirmasi pesanan

4. Hasil Percobaan

4.1 Analisis Sistem Berjalan


Penelitian dilakukan dengan mengambil sample
restoran Pondok Lauk Kota Tangerang. Restoran ini
memiliki setidaknya 4 saung kapasitas 20 orang, 6 saung
kapasitas 8 orang dan 5 meja saji kapasitas 4 orang dengan
lokasi terjauh dari koki/ resepsionis adalah 100 meter.
Jumlah pramusaji di tempat ini tercatat 6 orang, 2
Gambar 5 Status pesanan diantaranya bertugas menerima order. Model antrian dapat
diidentifikasi sebagai multi channel multi phase, di mana
- Edit order setiap pelanggan dapat memilih 1 dari 2 petugas yang akan
Adakalanya saat order telah disubmit pelanggan mengalami antrian di proses order dan penyiapan.
melakukan perubahan dengan sesuatu alasan. Layanan Gambar 8 menjelaskan model antrian yang saat ini
order mandiri yang dirancang dapat mengakomodir berlaku, yakni multi channel-multi phase. Phase pertama
kebutuhan tersebut. Rancangannya adalah seperti gambar 6 adalah antrian memilih saung dengan jumlah channel
berikut. dalam hal ini adalah 15. Kemudian pada phase kedua
adalah pada saat proses order dengan jumlah channel
adalah sejumlah karyawan pramusaji yaitu 2.

Gambar 8 Multi channel multi phase


Gambar 6 Live invoice

115
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 B18

Jika pelanggan dalam satu saung menghabiskan waktu close dapat langsung dieksekusi oleh chef, tanpa delay.
5 menit untuk melakukan order, maka pada kondisi high Kondisi ini juga akan memastikan setiap order dikerjakan
peak akan terjadi antrian selama 37,5 menit. Antrian/ delay sesuai antrian model FIFO (First In First Out).
ini dapat dihitung menggunakan persamaan : Sebuah perangkat graphical output berperan sebagai
jumlahsaung MID (Multi Information Display) disediakan tepat di pintu
delay = * durasipelayanan ..(1) kedatangan. MID ini akan membantu calon pelanggan
jumlahkaryawan
memeriksa ketersediaan slot/ saung. Sementara pada setiap
15
* 5menit = 37,5menit ........................................(2) saung akan disematkan sebuah interactive GUI yang
2 digunakan pelanggan untuk melakukan transaksi.
Arsitektur sistem yang diusulkan dapat dijelaskan
Asumsi di atas adalah kedatangan serentak yang biasa dalam ilustrasi gambar 9 berikut :
terjadi pada waktu awal jam operasional restoran. Variasi
antrian yang dapat terjadi misalnya :
1. Entiti kedatangan lebih banyak dibanding entiti idle/
vacant (surplus)
2. Extended idle, entiti lebih sedikit pada phase 1

Sementara itu pada kondisi low peak maka akan


terjadi inefisiensi jumlah karyawan. Ini tidak akan menjadi
masalah besar jika ditangani oleh sistem komputer.
Merujuk pada matriks kepatutan penerapan
pendekatan agile, didapat hasil analisa sebagai berikut :

Tabel 1 Analisa kepatutan

Gambar 9 Arsitektur Sistem yang Diusulkan

Aplikasi cafe yang dirancang tidaklah begitu kritis 4.3 Pengembangan Aplikasi Dengan Pendekatan
dalam arti berbahaya bagi proses bisnis seandainya terjadi Agile
kegagalan atau break selama pengembangan. Namun
begitu kebutuhan user berubah seiring dengan kesiapan a. Timebox Planing/ Timebox Zero
user akan teknologi seperti metode pembayaran, mobilitas Sebelum pengembangan benar-benar dilakukan,
aplikasi, atau kebutuhan fungsional yang lebih kompleks. sangatlah penting memahami ruang lingkup, kebutuhan
Hal ini memicu adanya pengembangan yang terus menerus. level top management dan persiapan kerja penunjang
Inovasi tidak terlalu signifikan terhadap desain konseptual lainnya. Oleh karenanya dilaksanakan analisa kebutuhan
sistem, demikian pula dalam hal visibilitas. Umumnya level atas. Konsep dasar sistem yang diinginkan
keberadaan sistem cafe tidak menuntut “eye catching” menggambarkan feasibility pelaksanaan proyek.
namun cukup membantu meningkatkan kredibilitas. Oleh karena pentingnya pembahasan konseptual pada
Dengan demikian, pendekatan agile system dianggap tepat tahap awal ini, maka wajib melibatkan top level
diterapkan dalam pengembangan aplikasi cafe dimaksud management dari pihak user. Hasil pembahasan tahap awa
(most suitable). masih berupa deskripsi umum yang dituangkan dalam
algoritma sederhana, pseudocode, atau beberapa model
4.2 Pengembangan yang Diusulkan yang sesuai.
Pada penelitian ini hasil pembahasan kebutuhan user
Sistem yang diusulkan adalah menggantikan peran dalam hal work flow diilustrasikan dalam algoritma/
pramusaji sebagai pengambil order. Setiap order yang gambar 10. Pelanggan datang memeriksa ketersediaan

116
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 B18

saung dari MID. Pelanggan kemudian melakukan booking menjadi keunggulan metode agile dibandig metode lain
juga melalui MID interactive setelah menemukan saung seperti waterfall maupun scrum.
yang diinginkan. Prosedur ini akan menjadi trigger bagi
client system untuk mengaktifkan aplikasi di sisi client
(monitor pada setiap saung). Pemilihan menu pada proses
selanjutnya akan menghasilkan invoice secara otomatis
yang juga accessable dari sistem cashier. Selama invoice
open atau sebelum check out pelanggan masih diberikan
keleluasaan untuk edit invoice misalnya menambah order.
Sistem akan closed dengan prosedur check out yang
dilakukan oleh pelanggan dan verifikasi cashier.

Gambar 11 Contoh Script Pada Tombol "Book"

Gambar 11 di atas adalah contoh script UI yang akan


ditampilkan dalam Welcome Screen MID, fungsi
pemesanan tempat (book). Prioritas coding modul tersebut
ditetapkan adanya kebutuhan yang lebih dapat dirasakan
oleh pelanggan untuk memeriksa ketersediaan slot. Sampai
pada implementasi modul ini kebutuhan aplikasi order
seolah tidak diperlukan pelanggan. Hal inilah yang
dikatakan pengembangan sistem tidak mengganggu
fungsionalitas sistem.

c. Demonstration
Demo produk coding layaknya presentasi yang
disampaikan kepada user mengenai progress pelaksanaan
proyek. Dalam kasus penelitian ini demo lebih sering
melibatkan sebuah tools input dari sisi pelanggan. Hal ini
dikarenakan tujuan utama pengembangan adalah untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan dan memberikan
pengalaman berbeda dalam proses bisnis restoran.
Keberhasilan demo modul akan dilanjutkan dengan
delivery sistem.
Gambar 10 Algoritma aplikasi cafe

b. Iteration
Tugas pertama yang diselesaikan pada timebox iterasi
adalah elisitasi. Hasil dari elisitasi terhadap detail
kebutuhan user menjadi acuan target pembangunan sistem.
Tim pengembang selanjutnya mulai bekerja mendesain
sistem secara detail, meliputi desain UI front end, back
end, arsitektur database, jaringan, serta beberapa prosedur.
Langkah terakhir adalah menuangkannya dalam script- Gambar 12 Contoh Monitor Layar Sentuh Untuk Order
script program. Sub iterasi dalam tahap coding
berlangsung dengan melibatkan proses developing, testing Prosedur UAT dilaksanakan sebagai referensi untuk
dan implementasi. Metode agile menganut konsep priority, implementasi [8]. Berbekal hasil UAT yang positif maka
yakni beberapa fungsi prioritas akan dieksekusi lebih awal pengembang dapat segera mengintegrasikan modul ke
tanpa mengganggu stabilitas dan fungsionalitas sistem dalam sistem berjalan.
secara keseluruhan. Konsep pengembangan semacam ini

117
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 B18

d. Retrospective Meeting
Tahapan selanjutnya setelah demostrasi adalah evaluasi
progress yang telah dicapai terhadap tujuan awal. Dengan
prsedur retrospective ini maka arah pengembangan sistem
dapat selalu terkendali. Dengan tetap memperhatikan
kebutuhan dasar level atas pencapaian di setiap tahap
pengembangan dapat menunjukkan fungsinya meskipun
belum sepenuhnya final.
Sebagai contoh pada awal delivery modul MID, sistem
dapat memberikan fungsinya kepada pelanggan meskipun
modul order dan info menu belum dikerjakan. Namun
demikian pelanggan dapat memprediksi arah
pengembangan yang diinginkan pihak restoran. Pelanggan Gambar 14 Welcome Screen Pada MID Pintu Masuk
yang datang kembali di kemudian hari setelah modul lebih
lengkap akan merasakan pula tahap-tahap pengembangan Gambar 14 di atas adalah pengujian pada halaman muka
sistem. yang akan dijumpai di pintu masuk restoran. Adapun
informasi yang dideliver adalah ketersediaan saung.
4.4 Pengujian Sistem
a. Pengujian White Box

Gambar 13 Pengujian White Box Fungsi Live Invoice

Pengujian White Box dilakukan dengan memeriksa


script code program. Script yang tidak sesuai dengan rule
yang berlaku pada bahasa pemrograman umumnya akan
diberikan warning. Selain itu pengujian script juga
dilakukan dengan memeriksa struktur, logika dan tata
bahasa yang digunakan.

b. Pengujian Black Box


Pengujian Black Box meliputi tampilan GUI, Gambar 15 Halaman Pilih Menu
fungsionalitas I/O, struktur data maupun logika. GUI yang
terealisasi ditunjukkan dalam gambar 14 berikut : Sementara itu pada gambar 15 adalah halaman
pemilihan menu. Halaman ini tidak dijumpai pada MID di
pintu masuk, melainkan dideliver pada monitor yang
ditempatkan pada masing-masing saung. Pada kondisi idle
(tidak dibooking) informasi ini tidak akan muncul, monitor
saung akan berada dalam mode sleep.

118
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 B18

Gambar 16 Status Pesanan dengan Estimasi Kedatangan

Gambar 18 Live Invoice


Selanjutnya pada gambar 16 adalah tampilan status
pemesanan, di mana pelanggan dapat memonitor estimasi
Ketika setiap item menu yang diorder sudah
delivery masing-masing menu yang diorder. Dengan
delivered, maka halaman antar muka seperti ditunjukkan
informasi ini setidaknya pelanggan mendapat kepastian
gambar 18 akan memberikan informasi mengenai tagihan.
informasi serta dapat mengatur waktu senggangnya dengan
Termasuk di dalamnya adalah fungsi tambah order, baik
lebih nyaman.
itu makan di tempat maupun untuk dibawa pulang. Fungsi
tombil “Bayar” akan mengakhiri sesi transaksi (invoice)
yang langsung dapat dibaca oleh cashier. Keunggulan
dalam aplikasi ini adalah live invoice yang berarti kondisi
invoice segera update saat pelanggan melakukan
perubahan, tanpa kontribusi cashier untuk melakukan
update secara manual.

5. Kesimpulan
Hasil simulasi implementasi dari sistem yang
dikerjakan adalah sebagai berikut:
1. Perancangan aplikasi cafe dapat diawali dengan sistem
desktop, sementara pengembangannya dapat
dilakukan dengan tidak mengganggu sistem existing.
2. Monitor interaktif harus disematkan pada setiap saung
untuk melakukan transaksi order.
Gambar 17 Konfirmasi Penyerahan Menu/ Pesanan
3. Antrian multi channel multi phase pada proses bisnis
restoran/ cafe dapat diatasi dengan aplikasi order
Halaman antar muka selanjutnya adalah konfirmasi mandiri.
pesanan yang di dalamnya akan ada interaksi dari
pramusaji, yakni closing order per item menu (gambar 17). Sebagai saran untuk penelitian lanjutan adalah realisasi
Dengan prosedur ini sistem akan merekam tentang order dari pengembangan aplikasi yang bersifat mobile dalam
yang masing outstanding dan closed sehingga pengelolaan platform yang lebih variatif, seperti android dan linux yang
bahan bakupun akan jauh lebih efisien. bersifat open source.

119
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 B18

REFERENSI
[1] Abrahamsson, P., Salo, O., & Ronkainen, J., 2002, Agile
Software Development Methods Review and Analysis, Oulu:
VTT Electronics.
[2] Brady, S, 2015, “Agile and Incremental Software
Development in the Defense Acquisition System”, Annual
NDIA System Engineering Conference (pp. 1-27),
Springfield, VA: DOPSR.
[3] Duka, D., 2013, "Adoption of Agile Methodology in
Software Development." 36th International Convention on
Information and Communication Technology, Electronics
and Microelectronics (MIPRO)”, Opatija, Croatia: IEEE.
[4] Ependi, Usman, 2012, "Pengembangan E-Trace Alumni
Dengan Menggunakan Pendekatan Metode Agile." Seminar
Nasional Informatika (semnasIF), D237-D244.
[5] Hidayat, Mohamad Rizal, Arifin Puji Widodo, and
Ayuningtyas, 2014, "Rancang Bangun Aplikasi Analisis
Laporan Realisasi Anggaran Pembangunan Gedung
Mengacu Pada Standar Nasional Indonesia Pada CV. Citra
Mandiri Solution", Jurnal Sistem informasi,175-180.
[6] Niko, I., 2007, “An Overview of Agile Software
Development Methodology and Its Relevance to Software
Engineering”, Jurnal Sistem Informasi , 69-80.
[7] Office of the Goverment Chief Information Officer, 2015,
“Practice Guide For Agile Software Development”, Hong
Kong: The Government of the Hong Kong Special
Administrative Region.
[8] Saragih, H., & Sutanto, T., 2013, “Pengembangan Sistem
Informasi Dengan Metode Agile Development Yang Searah
Dengan Rancangan Strategis IT/IS Pada Perusahaan”,
Jurnal Ilmiah SISFOTENIKA , 51-60.
[9] Szalvay, V., 2004, An Introduction to Agile Software
Development, Danube Technologies , 1-11.

Langgeng Listiyoko, memperoleh gelar MTI dari STMIK


Raharja Tangerang tahun 2016 dengan bidang peminatan
Business Intelligence. Tercatat sebagai dosen di STMIK
Muhammadiyah Banten sejak 2012, dan masih aktif sebagai RnD
pada sebuah perusahaan swasta nasional.

Achmad Fahrudin, memperoleh gelar S.Kom dari STMIK


Muhammadiyah Jakarta tahun 2010. Merupakan praktisi IT
untuk Sistem Informasi bidang pemerintahan dan sempat
menjabat sebagai programmer di salah satu perusahaan swasta
nasional. Tercatat sebagai dosen di STMIK Muhammadiyah
Banten sejak 2011.

Ali Maksum, memperoleh gelar S.Kom dari STMIK


Muhammadiyah Jakarta tahun 2008. Merupakan praktisi IT
untuk Sistem Informasi bidang pemerintahan dan sempat
menjabat sebagai Manager IT di salah satu perusahaan multi
nasional. Tercatat sebagai dosen di STMIK Muhammadiyah
Banten sejak 2010, dan masih aktif di beberapa perusahaan
pribadi untuk bidang Sistem Informasi dan Teknologi Terapan.

120

Anda mungkin juga menyukai