113
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 B18
3. Aplikasi
Gambar 1 Tahapan Agile Development System (Office of the Goverment
Chief Information Officer, 2015)
Dalam pembuatan aplikasi sebagai interface sistem
dipilih bahasa program Delphi XE 10.2 oleh karena
• Timebox Planning
kemampuannya yang mendukung multiplatform, termasuk
Merencanakan secara konseptual sistem baru
untuk keperluan mobile application. Rancangan interface
yang akan dibangun dengan memperhatikan
aplikasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
sistem yang berjalan.
• Iteration : Design, Build, Test
- Kedatangan
Tahap kedua adalah kegiatan berulang yang
mencakup kebutuhan sistem, desain sistem,
pengembangan software.
• Demonstration
Di tahap ketiga pengembang mulai
memperkenalkan model yang akan diterapkan.
Umumnya evaluasi sistem akan melibatkan
pengujian model dan user accepatance sebelum
sistem di-deliver kepada user.
• Retrospective Meeting
Ini adalah tahap akhir dari pengembangan sistem Gambar 3 Welcome screen
dengan metode agile, yaitu implementasi model
sistem sesuai user acceptance. Perspektif user Pelanggan yang datang dapat langsung memeriksa
yang telah diterjemahkan pengembang dengan ketersediaan saung dan langsung mengambilnya seperti
baik akan memperlancar proses delivery sistem tampak pada gambar 3. Dengan demikian, jika terdapat
baru. saung yang telah dipesan (reserved) tidak akan diambil
meski secara fisik tampak vacant.
Sebuah matriks kepatutan implementasi pendekatan
agile dalam proyek pengembangan sistem dapat dilihat - Memilih menu
dalam gambar 2 berikut : Pelanggan yang telah mendapatkan tempat dapat segera
melakukan order secara mandiri pada interface layar
sentuh yang tersedia di setiap saung. Rancangan
tampilannya adalah seperti gambar 4.
114
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 B18
- Konfirmasi pesanan
Informasi tentang pesanan apa saja yang telah
diselesaikan cukup penting bagi pengelola untuk
memastikan setiap pelanggan telah terlayani dengan baik.
Setiap pesanan yang telah disampaikan, maka pramusaji
akan memberikan konfirmasinya melalui interface seperti
ditunjukkan dalam gambar 7.
- Status pesanan
Setelah menyelesaikan order, maka pelanggan dapat
memantau status pesanannya melalui layar interface yang
informatif. Informasi mengenai estimasi kedatangan
pesanan seperti diilustrasikan dalam gambar 5 berikut. Gambar 7 Konfirmasi pesanan
4. Hasil Percobaan
115
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 B18
Jika pelanggan dalam satu saung menghabiskan waktu close dapat langsung dieksekusi oleh chef, tanpa delay.
5 menit untuk melakukan order, maka pada kondisi high Kondisi ini juga akan memastikan setiap order dikerjakan
peak akan terjadi antrian selama 37,5 menit. Antrian/ delay sesuai antrian model FIFO (First In First Out).
ini dapat dihitung menggunakan persamaan : Sebuah perangkat graphical output berperan sebagai
jumlahsaung MID (Multi Information Display) disediakan tepat di pintu
delay = * durasipelayanan ..(1) kedatangan. MID ini akan membantu calon pelanggan
jumlahkaryawan
memeriksa ketersediaan slot/ saung. Sementara pada setiap
15
* 5menit = 37,5menit ........................................(2) saung akan disematkan sebuah interactive GUI yang
2 digunakan pelanggan untuk melakukan transaksi.
Arsitektur sistem yang diusulkan dapat dijelaskan
Asumsi di atas adalah kedatangan serentak yang biasa dalam ilustrasi gambar 9 berikut :
terjadi pada waktu awal jam operasional restoran. Variasi
antrian yang dapat terjadi misalnya :
1. Entiti kedatangan lebih banyak dibanding entiti idle/
vacant (surplus)
2. Extended idle, entiti lebih sedikit pada phase 1
Aplikasi cafe yang dirancang tidaklah begitu kritis 4.3 Pengembangan Aplikasi Dengan Pendekatan
dalam arti berbahaya bagi proses bisnis seandainya terjadi Agile
kegagalan atau break selama pengembangan. Namun
begitu kebutuhan user berubah seiring dengan kesiapan a. Timebox Planing/ Timebox Zero
user akan teknologi seperti metode pembayaran, mobilitas Sebelum pengembangan benar-benar dilakukan,
aplikasi, atau kebutuhan fungsional yang lebih kompleks. sangatlah penting memahami ruang lingkup, kebutuhan
Hal ini memicu adanya pengembangan yang terus menerus. level top management dan persiapan kerja penunjang
Inovasi tidak terlalu signifikan terhadap desain konseptual lainnya. Oleh karenanya dilaksanakan analisa kebutuhan
sistem, demikian pula dalam hal visibilitas. Umumnya level atas. Konsep dasar sistem yang diinginkan
keberadaan sistem cafe tidak menuntut “eye catching” menggambarkan feasibility pelaksanaan proyek.
namun cukup membantu meningkatkan kredibilitas. Oleh karena pentingnya pembahasan konseptual pada
Dengan demikian, pendekatan agile system dianggap tepat tahap awal ini, maka wajib melibatkan top level
diterapkan dalam pengembangan aplikasi cafe dimaksud management dari pihak user. Hasil pembahasan tahap awa
(most suitable). masih berupa deskripsi umum yang dituangkan dalam
algoritma sederhana, pseudocode, atau beberapa model
4.2 Pengembangan yang Diusulkan yang sesuai.
Pada penelitian ini hasil pembahasan kebutuhan user
Sistem yang diusulkan adalah menggantikan peran dalam hal work flow diilustrasikan dalam algoritma/
pramusaji sebagai pengambil order. Setiap order yang gambar 10. Pelanggan datang memeriksa ketersediaan
116
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 B18
saung dari MID. Pelanggan kemudian melakukan booking menjadi keunggulan metode agile dibandig metode lain
juga melalui MID interactive setelah menemukan saung seperti waterfall maupun scrum.
yang diinginkan. Prosedur ini akan menjadi trigger bagi
client system untuk mengaktifkan aplikasi di sisi client
(monitor pada setiap saung). Pemilihan menu pada proses
selanjutnya akan menghasilkan invoice secara otomatis
yang juga accessable dari sistem cashier. Selama invoice
open atau sebelum check out pelanggan masih diberikan
keleluasaan untuk edit invoice misalnya menambah order.
Sistem akan closed dengan prosedur check out yang
dilakukan oleh pelanggan dan verifikasi cashier.
c. Demonstration
Demo produk coding layaknya presentasi yang
disampaikan kepada user mengenai progress pelaksanaan
proyek. Dalam kasus penelitian ini demo lebih sering
melibatkan sebuah tools input dari sisi pelanggan. Hal ini
dikarenakan tujuan utama pengembangan adalah untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan dan memberikan
pengalaman berbeda dalam proses bisnis restoran.
Keberhasilan demo modul akan dilanjutkan dengan
delivery sistem.
Gambar 10 Algoritma aplikasi cafe
b. Iteration
Tugas pertama yang diselesaikan pada timebox iterasi
adalah elisitasi. Hasil dari elisitasi terhadap detail
kebutuhan user menjadi acuan target pembangunan sistem.
Tim pengembang selanjutnya mulai bekerja mendesain
sistem secara detail, meliputi desain UI front end, back
end, arsitektur database, jaringan, serta beberapa prosedur.
Langkah terakhir adalah menuangkannya dalam script- Gambar 12 Contoh Monitor Layar Sentuh Untuk Order
script program. Sub iterasi dalam tahap coding
berlangsung dengan melibatkan proses developing, testing Prosedur UAT dilaksanakan sebagai referensi untuk
dan implementasi. Metode agile menganut konsep priority, implementasi [8]. Berbekal hasil UAT yang positif maka
yakni beberapa fungsi prioritas akan dieksekusi lebih awal pengembang dapat segera mengintegrasikan modul ke
tanpa mengganggu stabilitas dan fungsionalitas sistem dalam sistem berjalan.
secara keseluruhan. Konsep pengembangan semacam ini
117
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 B18
d. Retrospective Meeting
Tahapan selanjutnya setelah demostrasi adalah evaluasi
progress yang telah dicapai terhadap tujuan awal. Dengan
prsedur retrospective ini maka arah pengembangan sistem
dapat selalu terkendali. Dengan tetap memperhatikan
kebutuhan dasar level atas pencapaian di setiap tahap
pengembangan dapat menunjukkan fungsinya meskipun
belum sepenuhnya final.
Sebagai contoh pada awal delivery modul MID, sistem
dapat memberikan fungsinya kepada pelanggan meskipun
modul order dan info menu belum dikerjakan. Namun
demikian pelanggan dapat memprediksi arah
pengembangan yang diinginkan pihak restoran. Pelanggan Gambar 14 Welcome Screen Pada MID Pintu Masuk
yang datang kembali di kemudian hari setelah modul lebih
lengkap akan merasakan pula tahap-tahap pengembangan Gambar 14 di atas adalah pengujian pada halaman muka
sistem. yang akan dijumpai di pintu masuk restoran. Adapun
informasi yang dideliver adalah ketersediaan saung.
4.4 Pengujian Sistem
a. Pengujian White Box
118
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 B18
5. Kesimpulan
Hasil simulasi implementasi dari sistem yang
dikerjakan adalah sebagai berikut:
1. Perancangan aplikasi cafe dapat diawali dengan sistem
desktop, sementara pengembangannya dapat
dilakukan dengan tidak mengganggu sistem existing.
2. Monitor interaktif harus disematkan pada setiap saung
untuk melakukan transaksi order.
Gambar 17 Konfirmasi Penyerahan Menu/ Pesanan
3. Antrian multi channel multi phase pada proses bisnis
restoran/ cafe dapat diatasi dengan aplikasi order
Halaman antar muka selanjutnya adalah konfirmasi mandiri.
pesanan yang di dalamnya akan ada interaksi dari
pramusaji, yakni closing order per item menu (gambar 17). Sebagai saran untuk penelitian lanjutan adalah realisasi
Dengan prosedur ini sistem akan merekam tentang order dari pengembangan aplikasi yang bersifat mobile dalam
yang masing outstanding dan closed sehingga pengelolaan platform yang lebih variatif, seperti android dan linux yang
bahan bakupun akan jauh lebih efisien. bersifat open source.
119
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 B18
REFERENSI
[1] Abrahamsson, P., Salo, O., & Ronkainen, J., 2002, Agile
Software Development Methods Review and Analysis, Oulu:
VTT Electronics.
[2] Brady, S, 2015, “Agile and Incremental Software
Development in the Defense Acquisition System”, Annual
NDIA System Engineering Conference (pp. 1-27),
Springfield, VA: DOPSR.
[3] Duka, D., 2013, "Adoption of Agile Methodology in
Software Development." 36th International Convention on
Information and Communication Technology, Electronics
and Microelectronics (MIPRO)”, Opatija, Croatia: IEEE.
[4] Ependi, Usman, 2012, "Pengembangan E-Trace Alumni
Dengan Menggunakan Pendekatan Metode Agile." Seminar
Nasional Informatika (semnasIF), D237-D244.
[5] Hidayat, Mohamad Rizal, Arifin Puji Widodo, and
Ayuningtyas, 2014, "Rancang Bangun Aplikasi Analisis
Laporan Realisasi Anggaran Pembangunan Gedung
Mengacu Pada Standar Nasional Indonesia Pada CV. Citra
Mandiri Solution", Jurnal Sistem informasi,175-180.
[6] Niko, I., 2007, “An Overview of Agile Software
Development Methodology and Its Relevance to Software
Engineering”, Jurnal Sistem Informasi , 69-80.
[7] Office of the Goverment Chief Information Officer, 2015,
“Practice Guide For Agile Software Development”, Hong
Kong: The Government of the Hong Kong Special
Administrative Region.
[8] Saragih, H., & Sutanto, T., 2013, “Pengembangan Sistem
Informasi Dengan Metode Agile Development Yang Searah
Dengan Rancangan Strategis IT/IS Pada Perusahaan”,
Jurnal Ilmiah SISFOTENIKA , 51-60.
[9] Szalvay, V., 2004, An Introduction to Agile Software
Development, Danube Technologies , 1-11.
120