Anda di halaman 1dari 9

Konjungsi

Konjungsi disebut juga dengan kata penghubung atau kata sambung. Kata penghubung
termasuk kata tugas yang berfungsi menghubungkan antar klausa, antar kalimat, atau antar
paragraf. Konjungsi antarklausa diletakkan di di tengah-tengah kalimat, antara induk kalimat
dan anak kalimat. Konjungsi antar kalimat diletakkan di awal kalimat. Sedangkan konjungsi
antar paragraf diletakkan di awal paragraf.

Jenis – Jenis Konjungsi


Konjungsi Antar Klausa
Konjungsi antar klausa merupakan kata penghubung antara dua buah klausa atau lebih.
Terdapat tiga macam konjungsi antar klausa, yaitu konjungsi korelatif, konjungsi
subordinatif, dan konjungsi koordinatif.
1. Korelatif
Konjungsi korelatif digunakan untuk menghubungkan dua kata, frasa, klausa, yang
memiliki status konjungsi setara. Konjungsi yang termasuk dalam konjungsi korelatif
sebagai berikut:
 Baik … maupun …
 Jangankan … pun …
 Bukan hanya … melainkan …
 Entah … entah …
 Sedemikian rupa … sehingga …
 Tidak hanya … tetapi (juga) …

2. Subordinatif
Konjungsi subordinatif menghubungkan dua kata, frasa, klausa, yang memiliki status
konjungsi bertingkat. Konjungsi subordinatif meliputi:
Hubungan Konjungsi

Pengandaian andaikan, sekiranya, seandainya

Syarat jika, kalau, asalkan, bila

Waktu sesudah, sebelum, setelah, sejak, ketika, sementara, selama, sehingga, sambil

Tujuan agar, supaya

Cara dengan

Penjelasan bahwa

Pemiripan seolah-olah, seakan-akan, seperti, sebagaimana

Sebab sebab, karena, oleh karena


Konsesif meskipun, walaupun, biarpun, sekalipun
3. Koordinatif
Konjungsi koordinatif hampir sama dengan konjungsi korelatif, perbedaannya adalah
konjungsi ini terjadi pada klausa-klausa sederhana. Kata penghubung yang termasuk di
dalam konjungsi koordinatif meliputi … dan … , … tetapi … , … atau … .

Konjungsi Antar Kalimat


Konjungsi antar kalimat meliputi:

No. Konjungsi Makna

1. dengan demikian, akibatnya konsekuensi atau akibat

2. sebaliknya, berbeda dengan kebalikan

3. kemudian, selanjutnya, setelah itu keadaan setelahnya

4. sebenarnya, sesungguhnya, bahwasanya keadaan sebenarnya

5. malahan, bahkan, tak hanya itu keadaan sebelumnya

mempertentangkan keadaan
6. akan tetapi, sayangnya, namun
sebelumnya

biarpun begitu, meskipun demikian, walaupun


7. demikian kesediaan

Konjungsi Antar Paragraf


Konjungsi antar paragraf berfungsi menghubungkan dua paragraf sehingga menjadi suatu
paragraf yang koheren dan sistematis. Konjungsi yang sering digunakan adalah terlebih lagi
… , disamping … , oleh karena itu … , berdasarkan … , jadi … .
Contoh:
Rindu adalah anak yang periang sejak kecil. Ia sangat senang bermain-main bersama ayah
dan ibunya. Walaupun anak tunggal, Rindu tidak pernah manja. Ia selalu membantu
pekerjaan ibu tanpa di minta. Akan tetapi sekarang semua tinggal kenangan. Semua
kebahagiaan itu sudah terenggut darinya. Kecelakaan penyebab semua itu.
Terlebih lagi, bukan hanya ayahnya yang pergi tetapi juga ibunya. Hanya Rindu yang bisa
diselamatkan. Beruntung Rindu dapat dikeluarkan dari mobil sebelum mobil itu meledak.
Berdasarkan cerita warga, mobil tiba-tiba oleng dan jatuh ke jurang. Warga yang melihat
segera menolong. Akan tetapi posisi ayah dan ibu Rindu yang terjepit menjadi susah untuk
dievakuasi.

Konjungsi Berdasarkan Fungsi


Berikut adalah jenis jenis konjungsi berdasarkan fungsi:
No. Konjungsi Contoh

1. aditif dan, serta, lagipula

2. pertentangan tetapi, sedangkan, akan tetapi, sebaliknya, namun

3. disjungtif maupun, baik … baik … , entah … entah … , atau … atau …

setara : sebelumnya, setelahnya; bertingkat :ketika, bila, sampai, demi,


4. waktu
sementara, semenjak, tatkala, seraya

5. final supaya, agar, untuk

6. sebab karena, sebab, karena itu, sebab itu

7. akibat sehingga, akibatnya, sampai

8. syarat asalkan, jika, apabila, kalau, jikalau

9. tak bersyarat walaupun, biarpun, meskipun

10. perbandingan seperti, bagai, bagaikan, ibarat, umpama, seakan-akan, sebagaimana

tidak hanya…tetapi juga, sedemikian rupa sehingga, semakin…


11. korelatif
semakin, baik…maupun

12. penegas yakni, apalagi, misalnya, yaitu, akhirnya

13. penjelas bahwa

14. pembenaran walaupun, meskipun, kendatipun, sekalipun

15. urutan lalu, kemudian, mula-mula, pertama

16. pembatasan kecuali, asalkan, selain

17. penanda terutama, umpama, paling utama

18. situasi padahal, sedangkan, sambil

Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan
menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud
lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri
dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang
bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan, dan tanda seru (!) untuk
menyatakan kalimat perintah.

Jenis – Jenis Kalimat


1. Pembagian Jenis-Jenis Kalimat Berdasarkan Pengucapannya
Berdasarkan pengucapannya, kalimat dibedakan menjadi dua jenis, yakni kalimat
langsung dan kalimat tidak langsung.
a. Kalimat Langsung
Kalimat langsung merupakan kalimat hasil kutipan dari ucapan seseorang tanpa melalui
perantara dan tanpa merubah sedikitpun apa yang ia utarakan. Kalimat ini ditandai
dengan penggunaan tanda petik untuk membedakan kalimat kutipan dengan kalimat
penjelas.
Contoh :
 “Riana akan pulang nanti sore,” Desti memberi kabar.
 Andriana berkata, “Aku mungkin tidak pulang malam ini. Besok aku kabari lagi.”

b. Kalimat Tidak Langsung


Kalimat tidak langsung merupakan kalimat yang menceritakan kembali isi atau pokok
ucapan yang pernah disampaikan seseorang tanpa perlu mengutip keseluruhan
kalimatnya.
Contoh :
 Tadi Bu Neti berpesan jika hari beliau tidak dapat masuk kelas karena suatu urusan.
Namun, beliau memberikan tugas untuk mengerjakan LKS halaman 75.
 Burhani mengancam tidak masuk sekolah bila ia masih merasa mendapat bully-an
dari teman sekelasnya.

2. Pembagian Jenis Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Frasanya


(Struktur Gramatical)
Dilihat dari jumlah frasanya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat tunggal (terdiri dari
kalimat nominal dan kalimat verbal) serta kalimat majemuk (terdiri dari kalimat majemuk
setara, majemuk bertingkat, dan majemuk campuran).
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa, yang terbentuk
dari satu pola. Berikut ini pola – pola dalam kalimat tunggal beserta contohnya:
No Pola Kalimat Kategori Kata Contoh
1 Subjek (S) + Predikat Kata Benda (KB) + Kata Kerja (KK) Pendemo berorasi.
(P) Kata Benda + Kata Sifat (KS) Pemilik villa itu
menakutkan.
Kata Benda + Kata Bilangan (KBil) Harga sofa itu dua
juta rupiah
2 S + P + Keterangan (K) KB + KK +(Konjungsi + Kata Benda) Ayu menari dengan
gemulai.
3 S + P + Pelengkap (Pel) KB1 + KK + KB2 Mukanya bersemu
merah.
4 S+P+O KB1 + KK + KB2 Ayah membeli roti.
5 S+P+O+K KB1 + KK + KB2 +(Konjungsi + Rasya menikahi gadis
KB3) itu di Bali.
6 S + P + O + Pel KB1 + KK + KB2 + KB3 Ayah membelikan
aku sebuah bunga.
Kalimat tunggal berdasarkan jenis predikat yang digunakan, dibagi menjadi dua
yakni kalimat nomina dan kalimat verbal.
 Kalimat Nomina
Kalimat nomina merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata benda (kata
bilangan atau kata sifat) sebagi predikat.
Contoh :
 Tentara itu tewas di medan perang.
 Adik saya ada dua orang.
 Kalimat Verbal
Kalimat verbal merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai
predikat.
Contoh :
 Andi mengayuh sepedanya pelan.
 Siska makan di kamarnya.

b. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal
yang saling berhubungan. Berdasarkan kedudukan satu kalimat tunggal dengan yang
lain, kalimat majemuk dibedakan menjadi :
 Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara merupakan kalimat yang terdiri dari dua kalimat tunggal, di
mana kedudukan masing masing kalimat tersebut setara. Kalimat majemuk setara
dibagi lagi menjadi beberapa jenis, seperti berikut :
 Kalimat majemuk setara penggabungan, biasanya ditandai dengan penggunaan
kata hubung (konjungsi) “dan” atau “serta”.
Contoh : Saya bertanggung jawab atas kedatangan peserta hingga ke
penginapan dan Andi akan mengambil tanggung jawab tentang segala keperluan
peserta sesampainya di sana.
 Kalimat majemuk setara pertentangan, biasanya ditandai dengan kata hubung
(konjungsi) “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”, dan sebagainya.
Contoh : Kelas kami akan mengadakan study tour ke Palembang, namun dia
memilih untuk tidak ikut.
 Kalimat majemuk setara pemilihan, biasanya ditandai dengan kata hubung
“atau”.
Contoh : Riana masih bingung menentukan antara ikut menemani ibunya kuliah
di Jerman atau tetap tinggal di sini bersama ayahnya.
 Kalimat majemuk setara penguatan, biasanya ditandain dengan kata hubung
“bahkan”.
Contoh : Dia memang pemuda yang cerdas, bahkan di usianya yang ke-17 ia
sudah mendapatkan gelar sarjana pertamanya.

 Kalimat Majemuk Bertingkat


Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat yang menggabungkan dua kalimat
tunggal atau lebih di mana satu sama lain memiliki kedudukan yang berbeda, yakni
sebagai induk kalimat dan anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat dapat dibagi
menjadi 10 jenis berdasarkan penggunaan kata hubung atau konjungsinya, yakni,
 Waktu : “ketika”, “sejak”, “saat ini”, dsb.
 Sebab : “karena”, “oleh karena itu”, “sebab”, “oleh sebab itu”, dsb.
 Akibat : “hingga”, “sehingga”, “maka”, dsb.
 Syarat : “ jika”, “asalkan”, “apabila”, dsb.
 Perlawanan : “meskipun”, “walaupun”, dsb.
 Pengandaian: “andaikata”, “seandainya”, dsb.
 Tujuan : “agar”, “supaya”, “untuk”, dsb.
 Perbandingan : “bagai”, “laksana”, “ibarat”, “seperti”, dsb.
 Pembatasan : “kecuali”, “selain”, dsb.
 Alat : “dengan + kata benda.

 Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat majemuk campuran merupakan kalimat majemuk yang menggabungkan
kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk setingkat. Kalimat majemuk
campuran terdiri dari sekurang – kurangnya tiga kalimat tunggal.
Contoh :
Patria sedang memasak dan Toni menonton TV di ruang keluarga, ketika aku tiba di
rumah mereka. (Kata hubung “dan” menyatakan kalimat majemuk setara, kata
hubung “ketika” menyatakan kalimat majemuk bertingkat.)

3. Pembagian Jenis-Jenis Kalimat Berdasarkan Isi atau Fungsinya


Menurut pembagian berdasarkan isi atau fungsi suatu kalimat, kalimat dibedakan menjadi
lima jenis, seperti berikut:
a. Kalimat Berita atau Pernyataan (Kalimat Deklaratif)
Merupakan kalimat yang bertujuan untuk menyampaian suatu informasi. Kalimat ini
dalam penulisannya  di akhiri dengan tanda baca titik (.). Dalam pembacaannya, pada
akhir kalimat biasanya memiliki intonasi yang menurun.
Contoh : Pemain baru itu sepertinya tidak periu dikhawatirkan.

b. Kalimat Tanya (Kalimat Interogatif)


Merupakan kalimat digunakan untuk mencari tahu suatu informasi atau jawaban atau
respon dari lawan bicara. Kalimat ini di akhiri dengan tanda baca tanya (?).
Contoh : Bagaimana kabarmu hari ini?

c. Kalimat Perintah (Kalimat Imperatif)


Kalimat perintah merupakan kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah
kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam penulisannya, kalimat perintah akan
diakhiri dengan tanda baca seru (!). Serta dalam pembacaannya, pada akhir kalimat
biasanya digunakan intonasi yang meninggi.
Contoh : Tolong ambilkan kertas di meja itu!

d. Kalimat Seruan
Kalimat seruan digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Sama seperti kalimat
perintah, dalam pelafalannya pada akhir kalimat biasanya ditandai dengan intonasi yang
tinggi. Dalam penulisannya, kalimat seruan juga diakhiri dengan tanda seru (!).
Contoh : Wah, indah sekali pantai!

e. Kalimat Pengandaian
Kalimat pengandaian bertujuan untuk menggambarkan keinginan atau tujuan dari
penulis atau pembicara yang belum atau tidak terwujud. Kalimat pengandaian dalam
penulisannya diakhiri dengan tanda baca titik (.).
Contoh : Andai saja aku bisa mengulang waktu kembali.

4. Pembagian Jenis-Jenis Kalimat Berdasarkan Unsur Kalimat


Dilihat dari unsur di dalamnya, kalimat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap merupakan kalimat yang sekurang – kurangnya terdiri atas sebuah
subjek dan sebuah predikat. Kalimat majas dapat dikategorikan sebagai kalimat
lengkap.
Contoh : Anak – anak   bermain   di lapangan
S                    P                K

b. Kalimat Tidak Lengkap


Kalimat tidak lengkap merupakan kalimat yang kadang hanya memiliki sebuah subjek
saja, sebuah predikat, atau bahkan hanya terdiri atas objek dan keterangan. Kalimat ini
biasanya digunakan untuk kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan,
jawaban, seruan, larangan, sapaan, dan kekaguman.
Contoh: Hei, Diana!

5. Pembagian Jenis-Jenis Kalimat Berdasarkan Pola Subjek – Predikat


Apabila ditinjau dari struktur serta susunan atas subjek dan predikatnya, kalimat dapat
dibagi menjadi dua jenis, yakni kalimat versi dan kalimat inversi.
a. Kalimat Versi
Kalimat versi merupakan kalimat yang sesuai dengan susunan pola kalimat dasar pada
Bahasa Indonesia (S – P) atau (S – P – O – K) atau (S – P – K ) dan lain sebagainya.
Contoh : Aku   berjalan   sejauh tiga kilometer.
S            P                       K

b. Kalimat Inversi
Kalimat inversi merupakan kalimat yang memiki ciri khas adanya predikat yang
mendahului kata subjek. Kalimat versi biasanya digunakan untuk menyampaikan
penekanan atau ketegasan makna.
Contoh : Bawa   gadis itu   ke hadapanku!
P             S                   K

6. Pembagian Jenis-Jenis Kalimat Berdasarkan Gaya Penyajian


Berdasarkan gaya penyajiannya, kalimat dikategorikan menjadi tiga jenis, yakni :
a. Kalimat yang Melepas
Kalimat ini merupakan kalimat yang ditulis maupun diucapkan menggunakan dengan
gaya penyajian melepas. Gaya penulisan melepas ditandai dengan kalimat  majemuk di
awali dengan induk kalimat atau kalimat utama serta diikuti oleh anak kalimatnya.
Contoh : Putri tidak akan tertinggal kereta jika di jalan tadi tidak terjadi kecelekaan
yang menyebabkan kemacetan panjang.

b. Kalimat yang Klimaks


Kalimat ini terbentuk ketika suatu kalimat majemuk disajikan dengan cara
menempatkan anak kalimat di depan kalimat induknya. Kalimat ini biasanya ditandai
dengan penggunaan tanda baca koma (,).
Contoh : Jika dia dibawa ke rumah sakit lebih cepat, mungkin nyawanya masih bisa
tertolong.

c. Kalimat yang Berimbang


Kalimat yang berimbang biasanya tersusun dalam bentuk kalimat majemuk setara atau
kalimat majemuk campuran. Gaya penyajian berimbang bertujuan untuk menunjukan
kesejajaran bentuk dan informasinya.
Contoh : Harga daging sapi menjelang Idul Adha melonjak, pedagang dan konsumen
mengeluhkan tingginya kenaikan.

7. Pembagian Jenis-Jenis Kalimat Berdasarkan Subjeknya


Jika dilihat dari subjeknya, kalimat dibedakan menjadi dua jenis, yakni :
a. Kalimat Aktif
Kalimat aktif merupakan kalimat di mana unsur subjek di dalamnya melakukan suatu
tindakan (pekerjaan). Kalimat jenis ini akan menggunakan predikat dengan awalan
“me-” dan “ber-” serta predikat yang berupa kata kerja yang tidak dapat diberikan
awalan “me-”, seperti mandi, pergi, tidur, dan lain sebagainya. Kalimat aktif dapat
dikategorikan kembali menjadi 3 jenis, yaitu :
 Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif ini dapat disisipi unsur objek di dalamnya. Kalimat aktif ini biasanya
memiliki predikat yang berawalan “me-” dan dapat dirubah ke dalam bentuk pasif.
Contoh :
Mereka membuat peta dengan skala 1 : 1.000.000. (bentuk aktif)
Peta dengan skala 1 : 1.000.000 dibuat oleh mereka. (bentuk pasif)
 Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif ini tidak memungkinkan diikuti oleh objek di dalamnya. Kalimat aktif
ini biasanya menggunakan predikat yang berawalan “ber-” dan tidak dapat di rumah
menjadi kalimat pasif.
Contoh : Polisi berjaga di sekitar tempat pengeboman.
 Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini merupakan kalimat aktif yang tidak dapat dirubah menjadi bentuk pasif
karena kalimat ini diikuti oleh unsur pelengkap bukan objek.
Contoh : Susilo Bambang Yudhoyono   menjadi   Presiden keenam Indonesia.
S                              P                            Pel

b. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan atau tindakan. Kalimat
pasif biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan “di-” dan “ter-” serta
diikuti kata depan “oleh”. Kalimat pasif dibedakan kembali menjadi dua bentuk, yakni :
 Kalimat Pasif Biasa
Kalimat pasif ini merupakan kalimat hasil dari transformasi kalimat aktif transitif.
Kalimat pasif ini memiliki predikat yang memilki imbuhan “di-”, “ter-”, “ke-an”.
Contoh : Kertas itu tertiup angin.
 Kalimat Pasif Zero
Kalimat pasif ini memiliki objek pelaku yang berdekatan dengan objek penderita
tanpa adanya sisipan kata lain. Predikat pada kalimat ini menggunakan akhiran “-
kan” dan tanpa disertai awalan “di-”. Selain itu, predikatnya juga dapat berupa kata
dasar dari kata kerja.
Contoh : Akan aku tunjukan kemampuanku disini.

Anda mungkin juga menyukai