Anda di halaman 1dari 11

“Penjualan Produk Ilegal di Palopo pada Tahun 2018”

Dosen Pembimbing :
Esse S.Pd.,M.Pd

Oleh

Nindy Aditya Jasman


Nim : 1904010247

KELAS EKIS 1 I
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
terutama nikmat sehat kesempatan sehingga saya mampu menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Bahasa Indonesia tentang “Penjualan Produk Ilegal”. Sholawat serta salam semoga
tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Baginda Muhammad Saw yang telah menjadikan suri
tauladan bagi umat diseluruh alam.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah di program studi Ekonomi Syariah
pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo. Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih
yang sebanyak-banyaknya kepada dosen sekaligus pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia.

Akhirnya saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah yang
akan datang.

Palopo, 04 Desember 2019

Nindy Aditya J

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………... ii

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………….
Latar belakang………………………………………………………………. 1
Rumusan masalah…………………………………………………………… 1
Tujuan……………………………………………………………………….. 1
Manfaat…………………………………………………………………….… 1

BAB II. PEMBAHASAN…………………………………………………..


Pengertian kosmetik…………………………………………………………. 2
Bahaya pangan illegal produk………………………………………………. 3
Bahan berbahaya kosmetik palsu…………………………………………… 4

BAB III. PENUTUP……………………………………………………….


Kesimpulan…………………………………………………………………. 7
Daftar pustaka………………………………………………………………. 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bagi konsumen produk kosmetik, mereka memerlukan produk kosmetik yang aman bagi
keselamatan dan kesehatan tubuh atau keamanan jiwa. Karena itu, yang diperlukan adalah
kaidah-kaidah hukum yang menjamin syarat-syarat aman setiap produk konsumen untuk
dikonsumsi manusia, dan dilengkapi dengan informasi yang benar, jujur dan bertanggungjawab,
karena pada umumnya konsumen tidak mengetahui bagaimana proses pembuatannya, maka
diperlukan kaidah-kaidah hukum yang melindunginya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kosmetik?

2. Apa bahaya pangan illegal produk?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian kosmetik

2. Mengetahui bahaya pangan illegal produk

D. Manfaat

Agar para pembaca mengetahui arti, jenis-jenis, dan bahaya pangan illegal produk.

(1)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kosmetik

Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian
luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan
mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.

Terkait dengan tugas Badan POM untuk menjamin keamanan pangan dalam kebijakan
pembangunan nasional, maka Badan POM semakin meningkatkan pengawasannya
terhadapseluruh produk panganyang beredar, dan lebihkhusus lagipada produk pangan olahan
dalam kemasanyang menjadi tanggungjawab Badan POM dalam pemberian nomor ijin edar
dengan kode MD/ML. Peningkatan pengawasaninidilakukandengan tujuan agar setiap pangan
aman dan terbebas dari bahaya biologis, bahaya kimia, dan bahaya fisik. Upaya yang dilakukan
Badan POM selama tahun 2011, dengan menggelar operasi pasar bersama Tim Terpadu
Pengawasan Barang Beredar(Kemenperindag, Kepolisian,DitjendBea Cukai, dll)di 7 kota yang
memiliki pelabuhan laut/udara internasional dan sebagian dari wilayah tersebut merupakan
wilayah perbatasan dengan negara lain.

Pada sampling yang dilakukan dibeberapa kota antaralainJakarta, Semarang, Surabaya,


Medan, Pekanbaru, Makassar, dan Pontianak, ditemukan 82.886 kemasan dari 1.133 jenis
produk makanan impor ilegal senilai Rp 1,7 miliar. Barang-barang ilegal ini ditemukan sebagian
besar atau 99,98 persen merupakan produk impor dan hanya 0,02 persen produk dari dalam
negeri.Jenisproduk pangan ilegal yang ditemukan terdiri atas minuman ringan dalam kaleng,
makanan kaleng, biskuit, bumbu/rempah, susu, saus, makanan ringan, dan minuman beralkohol.
Produk-produk pangan ilegal itu tidak terdaftar dan tidak memiliki izin edar. Langkah yang
ditempuh sebagai tindak lanjut terhadap hasil operasi tersebut adalahsebagai berikut:

1.Produk yang ditemukan di luar kawasan pabean telah dimusnahkan oleh Balai Besar POM
setempat, sedangkan untuk produk yang ditemukan dan masih berada di
kawasan pabean telah dire-ekspor oleh Bea Cukai. Sebagian produk disita sebagai barang bukti.

2.Terhadap pelaku usaha yang melakukan pelanggaran telah diproses secara hukum (pro-justicia)
dengan jumlah tersangka 2 orang.

(2)
(3)

Bahaya Pangan Ilegal Produk

Pangan ilegal adalah produk pangan tidakterdaftar dan tidak memiliki izin edar, artinya
produk tersebut tidak melalui proses evaluasi keamanan, mutudan gizidari instansi yang
berwenang,misalnya Badan POM dan Dinas Kesehatan. Badan POM berwenang mengeluarkan
nomor ijin edardengan kodeMD untuk pangan olahan dalam kemasan produksi dalam negeri atau
kode ML untuk pangan olahan dalam kemasan produksi luar negeri, kemudian kode tersebut
diikuti beberapa digit nomor/angka, yang setiap digitnya memiliki arti tertentu. Sedangkan Dinas
Kesehatan Propinsisetempatberwenang mengeluarkan nomor ijin edaruntuk panganolahan yang
di produksi oleh Industri Rumah Tangga(PIRT)dengan kode PIRT. Kedua instansi tersebutakan
mengeluarkan sertifikat/ijin edar, apabila produsen/industri pangan olahanmengajukan
pendaftarandan telah memenuhi persyaratan keamanan panganyang ditetapkan.Salah satu bahaya
yang dapat timbul akibat mengkonsumsi produk pangan ilegal adalah Keracunan pangan.
Keracunan pangandapat membahayakan kesehatanbahkan dapat menimbulkan kematian,karena
seringkali ditemukan pada label kemasan produk pangan ilegal tidak
dicantumkankomposisiproduk dengan lengkap, bahkan tidak tersediasama sekali sehingga tidak
dapat diketahui komposisi produk secara pasti, termasuk penambahan bahan tambahan pangan
(BTP) yang tidakterkontrol misalnya penambahan pemanis, pengawet, pewarna, penyedap rasa,
pengental dan lain-lain, yangsengaja ditambahkan dengan maksud agar makanan terlihat lebih
awet, lebih menarik, dan tahan lama.

Selain komposisi dan bahan tambahan panganyang perlu diperhatikan, hal lain yang tidak
kalah penting adalah tahap pengemasan, pelabelan serta pemberian informasi, karena pada tahap
ini produsen perlumemperhatikan syarat pengemasan dan pemberian informasi yang benar dan
bukan informasi yang menyesatkan. Produk pangan illegal tersebut juga belum pernah diuji
secara kimia maupun fisika di laboratorium, sehingga keamanan, mutu,gizi, serta cemaran yang
terkandung, tidak dapat diketahui. Produk pangan ilegal atau produk pangan tanpa nomor izin
edar, selaindikhawatirkan berpotensi dapat menimbulkan keracunan pangan, juga dikhawatirkan
berpotensi mengandung bahan berbahaya yang dilarang,serta mengandung cemaran kimia, fisika
danbiologis,yang apabila dikonsumsi dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.Efek
negatif tersebut misalnya terjadinya gangguan terhadap kemampuan tubuh untuk mencerna,
menyerap atau mendayagunakan zat gizi, sehingga dalam jangka panjang dapat menginduksi
perubahan metabolik, serta dapat menimbulkan berbagai penyakit. Sebagai contoh apabila
makanan yang tercemar senyawa kimia seperti: merkuri, timbal, triclosan dan lain-lain, apabila
dikonsumsi oleh anak-anak usia dini maka dapat menghambat perkembangan otak sehingga
berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 111 ayat (1) menyatakan
bahwa ”Makanan dan minuman yang dipergunakan untuk masyarakat harus didasarkan
padastandar dan/atau persyaratan kesehatan”, ayat (2) Makanan dan minuman
(4)

hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Selanjutnya pada ayat enam (6) ditegaskan bahwa “Makanan dan minuman yang tidak
memenuhi ketentuan standar, persyaratan kesehatan, dan/atau membahayakan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaranguntuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut
izin edar dan disita untuk dimusnahkansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Ketentuan pada undang-undang tentang kesehatan tersebut ditegaskan kembali pada peraturan
pemerintah nomor 28 tahun 2004, pasal 42 ayat (1) berbunyi “Dalam rangka pengawasan
keamanan, mutu dan gizi pangan, setiap pangan olahan baik yang diproduksi di dalam negeri
atau yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran
sebelum diedarkan wajib memiliki surat persetujuan pendaftaran”. Jadisangat jelas bahwa
pangan ilegal/tidak memiliki nomor ijin edar,tidak boleh beredar dan dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia.

Penguatan Badan POM dilakukan terhadap 4 aspek/kerangka, yaitu kerangka regulasi (dasar
hukum, kedudukan, kewenangan), kerangka kelembagaan (tugas, fungsi, organisasi), kerangka
sumber daya (SDM, pendanaan/anggaran, infrastruktur), dan kerangka koordinasi dan sinergisme
lintas sektor, dengan fokus sebagai berikut :

a. Menguatkan kewenangan dan wibawa BPOM untuk secara efektif melaksanakan pengawasan
hulu ke hilir dan tindak lanjut hasil pengawasan.

b. Melaksanakan pelayanan publik yang lebih efisien dan mendekatkan BPOM ke masyarakat.

c. Meningkatkan pengawasan dan penindakan yang bisa memberikan efek jera terhadap
pelanggaran hukum atas jaminan keamanan, manfaat, dan mutu Obat dan Makanan.

d. Meningkatkan kemandirian masyarakat dan pelaku usaha dalam pengawasan Obat dan
Makanan.

Dari hasil polling femina terhadap 50 responden, periode akhir September 2016, ditemukan
bahwa 27% responden mengaku pernah membeli kosmetik palsu! Padahal, kosmetik ilegal dan
kosmetik palsu berisiko mengandung 6 bahan berbahaya berikut ini:

1. Merkuri. Dalam konsentrasi yang kecil sekalipun, logam berat ini bersifat racun dan
berbahaya bagi tubuh. Penggunaan merkuri dapat menyebabkan perubahan warna kulit, alergi,
iritasi, kerusakan permanen pada susunan saraf otak, ginjal, hingga mengganggu perkembangan
janin. Merkuri merupakan zat karsinogenik penyebab kanker.

2. Hidrokinon. Kemampuan hidrokinon untuk menghambat pembentukan zat pigmen kulit


(melanin) membuat bahan ini banyak digunakan sebagai bahan pencerah kulit yang populer.
Namun, penggunaan hidrokinon dalam jangka panjang dan dosis tinggi dapat menyebabkan

(5)
hiperpigmentasi terutama pada kulit yang terkena sinar matahari langsung. Selain itu, bahan
berbahaya ini juga dapat menyebabkan mutasi dan kerusakan DNA.

3. Asam retinoat. Zat yang banyak terdapat dalam obat jerawat dan pemutih dengan mekanisme
kerja mengelupas kulit ini dapat menyebabkan kulit kering hingga terasa terbakar.

4. Bahan pewarna merah (Rhodamin B) dan jingga. Banyak disalahgunakan dalam


pembuatan lipstik hingga perona pipi karena warnanya yang cerah. Zat warna sintetis ini
umumnya digunakan untuk pewarna kertas. Dalam konsentrasi tinggi zat ini dapat menyebabkan
kerusakan hati.

5. Dietilenglikol (DEG). Kandungan DEG tidak boleh melebihi dari batas kadar yang ditetapkan
karena bisa menjadi racun bagi manusia. Selain itu, zat yang biasa digunakan pada pasta gigi ini
juga dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat, keracunan hati, dan gagal ginjal.

6. Resorsinol. Bahan ini diperbolehkan untuk digunakan dalam kosmetik (sebagai pewarna
rambut) dengan batas maksimal 5%. Bahan ini bersifat mengiritasi kulit, mengganggu sistem
imun, hormon tiroid, dan memicu masalah metabolisme tubuh.
Kosmetik telah menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama kaum wanita.
Sayangnya, banyak sekali isu kecantikan yang dijanjikan oleh berbagai produk kosmetik tidak
mengindahkan efek samping bahan-bahan kosmetik terhadap kulit. Kesehatan kulit tak lagi
dipertimbangkan demi penampilan yang bersifat sementara, namun berujung pada kerusakan di
kemudian hari.

Dalam mengedukasi konsumen untuk memilih produk kosmetik yang baik, BPOM memiliki
slogan KLIKK yang bisa jadi panduan Anda agar tidak terjebak kosmetik palsu, yaitu:

1. Kemasan: Pastikan kemasan kosmetik dalam keadaan baik. Jangan memilih kosmetik yang
kemasannya rusak. Pilih kosmetik dengan penanda yang baik, tidak lepas atau terpisah dan tidak
luntur sehingga informasi dapat terbaca dengan jelas.

2. Label: Pastikan label tercantum jelas dan lengkap. Tiap produk kosmetik wajib
mencantumkan label yang benar, meliputi nama kosmetik, kegunaan, cara penggunaan,
komposisi, nama dan negara produsen, nama dan alamat lengkap pemohon notifikasi, nomor
bets, ukuran, isi atau berat bersih, tanggal kedaluwarsa, peringatan lain yang dipersyaratkan, dan
nomor notifikasi.

3. Izin edar berupa notifikasi: Pilihlah kosmetik yang telah memiliki izin edar berupa notifikasi
dari BPOM. Nomor notifikasi BPOM ditandai dengan kode N diikuti 1 huruf dan 11 digit angka,

(6)
misalnya NX 1234567891011, dengan X merupakan kode untuk huruf A/B/C/D/E.

4. Kegunaan dan cara penggunaan: Bacalah kegunaan dan cara penggunaan yang tercantum
pada kemasan sebelum memakai kosmetik. Kecuali untuk produk yang sudah jelas cara
pemakaiannya, seperti sabun mandi, sampo, dan lipstik.

5. Kedaluwarsa: Telitilah melihat tanggal kedaluwarsa kosmetik sebelum membeli.


Sebagai sasaran utama dari para produsen, konsumen berada pada posisi yang rentan untuk
mengalamai ketidakadilan dan amnipulasi dalam relasi produsen-konsumen. Bahkan teknik
promosi dan advertising menyebabkan tak jarang konsumen tannpa sadar membeli produk-
produk secara tidak rasional atau dilanggar hak-haknya. Karena itu, dibutuhkan seperangkat
aturan dan regulasi yang bisa membela hak-hak konsumen sehingga akan tercipta relasi ideal
antara produsen dan konsumen.

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan :
Sekarang ini, kosmetik telah menjadi bagian dari hidup wanita yang sudah tidak dapat
dipisahkanlagi. Penggunaan kosmetik bagi banyak wanita sudah menjadi kebiasaan dan tidak
dapat dihindari, bahkan bagi sebagian wanita menggunakan kosmetik merupakan tuntutan
pekerjaan. Tapi, penggunaan kosmetik ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang dapat
merusak kesehatan kulit wajah tanpa disadari oleh wanita-wanita pengguna kosmetik dan terjadi
dalam kurun waktu yang cukup panjang. Masalah ini juga terletak pada ketidaktahuan
masyarakat akan bahaya yang disebabkan olehzat-zat tertentu atau bahan-bahan tertentu pada
kosmetik serta cara penggunaan yang benar pada kulit wajah.Padahal kulit wajah yang sehat dan
terawat adalah dambaan setiap wanita. Oleh karena itu, perlu disampaikan kepada target akan
informasi mengenai zat-zat yang berbahaya yang terdapat pada kosmetik serta cara perawatan
wajahyang benar dengan menggunakan kosmetik. Informasi ini dapat berguna bagi wanita-
wanita yang diharuskan menggunakan kosmetik serta yang memang menyukai penggunaan
kosmetik.Informasi yang disampaikan harus padatdan jelas, serta menggunakan cara-cara
pendekatan yang sesuai dengan target. Membagikan souvenir gratis kepada target melalui
majalah merupakan langkah yang tepat mengingat target merupakan anak muda yang senang
membaca majalah. Hal ini akan berdampak besar pada industri kosmetik itu sendiri. Semakin
tingginya tingkat penggetahuan konsumen akan suatu produk maka akan menghindari persaingan
tidak sehat antar produsen yang akan merugikan konsumen itu sendiri. Maka dengan adanya
informasi ini, target akan lebih berhati-hati dalam membeli dan memilih produk kosmetik yang
akan digunakan dan target dapat lebih menjaga kesehatan kulit wajah dengan menggunakan
kosmetik yang tepat dan dalam langkah yang tepat pula.

(7)

DAFTAR PUSTAKA
Triwulan. Report To The Nation. 2016. Laporan Kinerja Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Zulham. 2016. Hukum Perlindungan Konsumen, Medan.


Tranggono, Retno Iswari. 2013. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:PT
Gramedia Pustaka Utama.

(8)

Anda mungkin juga menyukai