Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Effrida Angellia (061117012)
Dosen pengampu :
Drs. Ismanto, M.si.
Irfana Fauziah, S.Pd.,M.Sc.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah melihat, mengamati dan mencatat laju
pertumbuhan daun sejak dari embrio dalam biji sampai daun mencapai ukuran yang
tetap.
1
BAB II
DASAR TEORI
2
pertumbuhan, tetapi juga banyak faktor seperti cahaya, temperatur, kelembaban dan
faktor nutrisi mempengaruhi akhir morfologi dari tanaman. Cahaya meliputi pada
lekukan dari batang morfogenesis. Temperatur, kelembaban dan nutrisi mempunyai
efek yang lebih halus, tetapi juga mempengaruhi perubahan morfologi (Ting, 1987).
Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang
daur hidup, tergantung pada tersedianya merisitem, hasil asimilasi, hormone dan
substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung. Secara empiris,
pertumbuhan tanaman dapat dikatakan sebagai suatu fungsi dari genotype X lingkungan
(internal dan eksternal). Pertumbuhan berarti pembelahan sel dan pembesaran sel.
Kedua proses ini memerlukan sintesis protein dan merupakan proses yang tidak dapat
berbalik. Proses differensiasi seringkali dianggap pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman
memerlukan proses differensiasi (Marliah, dkk., 2010)
Dari paparan beberapa teori, apabila pertumbuhan digambarkan dalam bentuk
grafik maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S) dan umumnya laju pertumbuhan
berjalan lambat pada awalnya, kemudian konstan dan berangsur mengalami penurunan.
Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Tiga fase utama
biasanya mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linier dan fase penuaan. Pada fase
logaritmik ini berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian
meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran organisme. Semakin besar
organisme, semakin cepat ia tumbuh. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung
secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun, saat
tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Srigandono, 1991).
Pola pertumbuhan sepanjang suatu generasi secara khas dicirikan oleh suatu
fungsi pertumbuhan yang disebut kurva sigmoid. Jangka waktunya mungkin bervariasi
kurang dari beberapa hari sampai bertahun-tahun , tergantung pada organisme tetapi
pola kumpulan sigmoid tetap merupakan cirri semua organisme, organ, jaringan, bahkan
penyusun sel. Apabila massa tumbuhan, volume, luas daun, tinggi atau penimbunan
bahan kimia digambarkan dalam kurva berbernuk S atau kurva sigmoid. Misalnya
pertumbuhan kecambah yang pertumbuhannya lambat dinamakan fase eksponensial,
fase ini relative pendek dalam tajuk budidaya. Selanjutnya fase linear yaitu massa yang
berlangsung cukup lama dan pertumbuhan konstan. Fase yang terahhir adalah
3
fase senescence, yaitu fase pematangan tumbuhan atau fase penuaan (Gardner, dkk.,
1991).
BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN
4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Waktu Panjang Daun Rata panjang daun
Pengamatan (mm) (mm)
1. 0 -
-
2. 0 -
3. 0 -
0
-
4. 0
5. 0
1. 0,8 mm , 0,6 mm 1,1 mm
3,8 mm
2. 2,4 mm , 2,8 mm 1,95 mm
3. 1,2 mm , 1,5 mm 1,7 mm
3
-
4. 1,3 mm , 0,8 mm
5. -
1. 0,8 mm , 0,6 mm 1,1 mm
4,25 mm
2. 2,7 mm , 3,1 mm 2,25 mm
3. 1,4 mm , 1,7 mm 2,1 mm
5
-
4. 1,6 mm , 1,0 mm
5. -
1. 0,8 mm , 0,6 mm 1,1 mm
4,25 mm
2. 2,7 mm , 3,1 mm 2,55 mm
3. 1,5 mm , 2,1 mm 2,35 mm
7
-
4. 1,8 mm , 1,1 mm
5. -
10 1. - -
7,8 mm
2. 3,2 mm , 3,7 mm , 0,7 mm , 0,8 mm 5,9 mm
3. 2,8 mm , 2,8 mm , 0,6 mm -
-
5
4. -
5. -
1. - -
8,45 mm
2. 3,2 mm , 3,7 mm, 1,2 mm , 1,4 mm 7,62 mm
3. 2,9 mm , 2,8 mm , 1,5 mm , 1,7 mm -
14
-
4. -
5. -
1. - -
-
2. - -
3. - -
18
-
4. -
5. -
1. - -
-
2. - -
3. - -
22
-
4. -
5. -
1. - -
-
2. - -
3. - -
26
-
4. -
5. -
1. - -
-
2. - -
3. - -
30
-
4. -
5. -
6
kurva sigmoid
1.2
1
rata panjang daun
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 2 4 6 8 10 12
hari
4.3 Pembahasan
Pada praktikum kurva sigmoid ini didaptakan hasil yang tidak signifikan pada
hari ke-18 tumbuhan mati dikarenakan faktor cuaca dengan curah hujan tinggi. Dilihat
dari pengamatan hari ke-3 didapatkan hasil rata-rata panjang daun 1,1 mm; 3,8 mm;
1,95 mm; 1,7 mm; 0 mm. Hari-5 didapatkan hasil rata-rata panjang daun 1,1 mm; 4,25
mm; 2,25 mm; 2,1 mm; 0 mm. Hari ke-7 didapatkan hasil rata-rat panjang daun 1,1
mm; 4,25 mm; 2,55 mm; 2,35 mm; 0. Hari ke-10 0 mm; 2,78 mm; 5,9 mm; 0 mm; 0
mm. Hari ke-14 0 mm; 8,45 mm; 7,62 mm; 0 mm; 0mm. Hari ke-18 tumbuhan mati
dikarenakan faktor cuaca dengan curah hujan yang sangat tinggi.
BAB V
KESIMPULAN
7
Perkecambahan pada masing-masing biji memiliki tinggat kualitas yang
berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Diterjemahkan oleh H.Susilo. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Goldsworthy, P.R dan N.M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
8
Kaufman, P. B., J. Labavitch, A. A. Prouty, dan N.S Ghosheh. 1975. Laboratory
Experiment in Plant Physiology. Macmillan Publishing Corporation. Inc.
New York.
Marliah, A., Jumini, dan Jamilah. 2-1-. Pengaruh Jarak Tanam Antar Barisan Pada
Sistem Tumpangsari Beberapa Varietas Jagung Manis Dengan Kacang
Merah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil. Agrista (1). 38-39. Di akses
pada tanggal 23 Maret 2-14 WITA. Makassar.
Salisbury, F.B. dan Cleon W. R. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB Press.
Bandung.
Srigandono, B. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Susilo, W. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta.
Ting, I.P. 1987. Plant Physiology. Addision- Wesley Publishing Company. California.