Anda di halaman 1dari 11

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS EKOSISTEM

EKOSISTEM PESISIR DAN HUTAN MANGROVE KECAMATAN


DUKUHSETI

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah: Ekologi
Dosen Pengampu: Feri Kristianawati, S.Pd., M.A.

Disusun oleh: Lia Maulina


NIM: 1840410047
Kelas: PMI B5

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ekosistem pesisir merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat
penting untuk menunjang kehidupan masyarakat pesisir. Dengan terlestarikannya
ekosistem pesisir, maka manfaatnya dapat digunakan dengan maksimal. Dalam
ekosistem pesisir terdapat berbagai macam keanekaragaman hayati dan non hayati,
salah satunya adalah hutan mangrove. Hutan mangrove merupakan salah satu
ekosistem di pesisir yang membutuhkan pengelolaan secara terpadu. Mangrove hidup
dengan membentuk komunitas vegetasi yang didalamnya terdapat berbagai jenis
pohon mangrove seperti Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, Meliaceae dan
Aviceniaceae1. Hutan mangrove juga mempunyai berbagai manfaat bagi ekosistem
pesisir dan yang paling utama adalah sebagai pelindung pantai dari abrasi.
Memberdayakan masyarakat pesisir bertujuan untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam mengelola dan melestarikan ekosistem pesisir salah satunya yaitu
hutan mangrove. Kabupaten Pati merupakan salah satu kawasan pesisir yang tercatat
239 hektar wilayahnya merupakan hutan mangrove yang salah satunya ada di
kecamatan dukuhseti. Akan tetapi dalam pengelolaan dan pelestariannya masih sangat
kurang sehingga menyebabkan mengurangnya populasi hutan mangrove2. Oleh karena
itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana memberdayakan masyarakat
pesisir dalam mengelola hutan mangrove
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat?
2. Bagaimana pentingnya hutan Mangrove bagi wilayah pesisir?
3. Bagaimana cara memberdayakan masyarakat pesisir dalam mengembangkan
hutan Mangrove?

1
Dretriech G. Bengen, Ekosistem dan Sumber Daya Pesisir dan Luat Serta Pengelolaan Secara
Terpadu dan Berkelanjutan, (Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2001), 37.
2
Sutrisno, “Pemberdayaan Dan Partisipasi Masyarakat Pesisir Dalam Pengembangan Tanaman
Mangrove Di Kabupaten Pati”, dalam Jurnal Bina Praja, Vol. 7 Edisi 1, Tahun 2015, 64.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemberdayaan Masyarakat
1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan berasal dari kata power-empowerment yang berarti daya-
pemberdayaan3. Pemberdayaan merupakan upaya memberikan daya atau
penguatan (strengthening) kepada masyarakat dengan menyiapkan sumber daya
kesempatan, pengetahuan serta keahlian guna meningkatkan kualitas diri
masyarakat4. Pada proses pemberdayaan posisi masyarakat bukan sebagai objek
penerima manfaat yang ketergantungan terhadap pemberian pihak luar, akan tetapi
berposisi sebagai subjek yang berdiri secara mandiri sebagai partisipan yang
berarti masyarakat mempunyai keterbukaan untuk mengembangkan potensi diri
dan mengontrol lingkungan serta sumber daya. Tujuan dari pemberdayaan
masyarakat adalah untuk memandirikan masyarakat serta meningkatkan taraf
hidup dengan memanfaatkan sumber daya alam sekitar dengan sebaik mungkin.
Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa
tahapan5.
1. Tahap penentuan lokasi.
2. Tahap sosialisasi, yang bertujuan memberikan pemahaman tentang program
pemberdayaan masyarakat yang telah ditentukan.
3. Proses pemberdayaan masyarakat, yang terdiri dari pengkajian kondisi lokasi,
pengembangan kelompok, penyusunan rencana dan pelaksanaan program serta
monitoring dan evaluasi.
4. Pemandirian masyarakat yang dapat dilakukan dengan cara pengurangan
pendampingan dari tim pemberdayaan.
Dalam pemberdayaan masyarakat, partisipasi masyarakat sangat
dibutuhkan terutama dalam proses perencanaan dan pelaksanaan rencana.
Partisipasi adalah proses keikutsertaan anggota masyarakat dalam kegiatan
pemberdayaan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi.

3
Mudrajad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, (Jakarta: Erlangga, 2005),
13.
4
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebianto, Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan
Publik, (Bandung: Alfabeta, 2012), 1.
5
Puji Hardiyanti, “Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keterampilan Produktif di
BPKM Rawasari, Jakarta Timur”, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 / No. IX, Tahun 2008, 92-93.
2. Pendekatan dalam Empowering
Konsep dari pemberdayaan masyarakat adalah “masyarakat bukan
merupakan objek dari proses pemberdayaan tetapi masyarakat merupakan subjek
yang berdiri secara mandiri”, dengan bertumpu pada konsep tersebut maka dapat
digunakannya beberapa pendekatan sebagai berikut6.
a. Targeted yang berarti program yang disusun harus sesuai dengan target
masalah yang tepat dan sesuai kebutuhan.
b. Masyarakat sebagai perancang dan pelaksana kegiatan sebagai bentuk
peningkatan keberdayaan masyarakat itu sendiri.
c. Pendekatan kelompok untuk masyarakat miskin karena secara individu mereka
kesulitan dalam memecahkan masalahnya.
d. Pendekatan komprehensif rasional atau inkremental dapat digunakan dalam
analisis pemberdayaan masyarakat.

3. Metodologi Evaluatif Empowering


a. RRA (Rapid Rural Appraisal)
Metode ini berguna untuk memperoleh informasi yang akurat dalam
waktu yang singkat. Pada dasarnya RRA merupakan proses pembelajaran
intensif dalam memahami kondisi target yang dilakukan secara cepat dan
berulang, dengan metode dan pemilihan teknik tertentu yang sesuai kondisi
masyarakat atau sasaran. Konsep dasar RRA dibagi menjadi tiga yaitu
perspektif system, triangulasi serta analisis dan pengumpulan data secara
berulang (interative).
b. PRA (Participatory Rural Appraisal)
Metode ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat secara
keseluruhan dalam kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan dengan prinsip
mengutamakan yang terabaikan, pemberdayaan masyarakat, masyarakat
sebagai pelaku dan orang luar sebagai fasilitator saling belajar dan menghargai
perbedaan, santai dan informal, mengoptimalkan hasil, berorientasi praktis,
keberlanjutan dan selang waktu, belajar dari kesalahan serta terbuka7.

6
Munawar Noor, “Pemberdayaan Masyarakat”, dalam Jurnal CIVIS, Vol. / No. 2, Tahun 2011, 96.
7
Rianingsih Djohani, Acuan Penerapan PRA: Berbuat Bersama Berperan Setara, (Bandung: Driya
Media, 1996), 21-27.
B. Arti Penting Hutan Mangrove bagi Wilayah Pesisir
1. Ekosistem Pesisir
Ekosistem pesisir merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan
yang terdiri dari ekosistem alami dan buatan. Ekosistem alami seperti terumbu
karang hutan Mangrove, padang lamun dan estuaria, sedangkan ekosistem buatan
seperti tambak. Wilayah pesisir mempunyai sember daya alam seperti hutan
Mangrove, lamun dan terumbu karang yang sangat bermanfaat bagi wilayah
pesisir8. Ekosistem pesisir terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen
biotik meliputi produser (algae dan fitoplankton yang memanfaatkan cahaya
matahari dalam berfotosintesa untuk menghasilkan zat-zat organik kompleks),
konsumer primer (herbivora), konsumer sekunder (karnivora) dan dekomposer
(organisme avertebrata dan bakteri). Sedangkan komponen abiotik terdiri dari
senyawa organik (karbon, fosfor, nitrogen dan air), senyawa anorganik
(karbohidrat, lemak dan protein), faktor fisik seperti suhu, iklim, kelembapan dan
curah hujan.
Berikut merupakan fungsi-fungsi pokok ekosistem pesisir9.
a. Penyedia sumber daya alam baik hayati (rumput laut, perikanan, terumbu
karang) maupun nir hayati (gas alam, mineral dan minyak bumi).
b. Penyedia jasa pendukung kehidupan manusia seperti air bersih.
c. Penampung limbah tetapi dalam jumlah yang terbatas.
d. Penyedia jasa kenyamanan seperti objek wisata hutan Mangrove.

2. Hutan Mangrove
Hutan mangrove atau hutan bakau merupakan tanaman yang hidup di
habitat pesisir dalam bentuk komunitas (berkelompok atau lebih terdiri dari
banyak pohon)10. Hutan mangrove hidup di daerah intertidial yang mempunyai
jenis tanah berlumpur dan berlempung yang secara berkala tergenang oleh air laut.
Selain Selain itu pohon mangrove juga mempunyai beberapa kemampuan dalam
beradaptasi, diantaranya sebagai berikut11.
a. Adaptasi terhadap kadar Oksigen yang rendah

8
Ramli Utami, dkk, Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), 12.
9
Dretriech G. Bengen, Ekosistem,... 30.
10
Rudi Haryanto, “Rehabilitasi Hutan Mangrove”, dalam Jurnal KARSA, Vol. XI / No. 2, Tahun 2008,
152.
11
Dretriech G. Bengen, Ekosistem,... 37-38.
Akar khas seperti cakar ayam yang dimiliki pohon mangrove yang menyebar
di permukaan substrat dan memiliki cabang akar seperti pinsil yang berfungsi
mengambil oksigen. Akar ini disebut pneumatofora. Selain itu juga ada akar
penyangga yang tumbuh dari batang pohon kemudian menembus substrat.
Akar ini mempunyai lubang-lubang kecil (lentisel) yang fungsinya sama
seperti akar cakar ayam.
b. Adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi
Pohon mangrove mempunyai daun yang tebal dan kuat yang mempunyai
struktur stomata khusus yang berfungsi mengurangi penguapan. Pada daunnya
juga terdapat kelenjar garam yang berguna untuk mensekresi garam.
c. Adaptasi terhadap kondisi tanah yang kurang stabil dan pasang surut air.
Akarnya yang bersifat ekstensif dan berbentuk horizontal yang melebar
berfungsi memperkokoh akar, menahan sedimen dan mengambil unsur hara.

3. Peran Penting Hutan Mangrove Bagi Ekosistem Pesisir


Hutan mangrove mempunyai berbagai manfaat baik dari segi ekologis
maupun sosial ekonomi12. Dari segi ekologis hutan mangrove berperan penting
sebagai pelindung pantai dari abrasi atau erosi pantai yang diakibatkan oleh
ombak laut yang bersifat merusak, penangkalan sedimen dan lumpur, sebagai
peredam angin badai serta sumber penghidupan bagi ekosistem pantai seperti
udang kepiting, ikan, dan lain-lain). Sedangkan dari segi sosial ekonomi pohon
mangrove dapat dimanfaatkan sebagai sumber penghasil kayu untuk bahan baku
Arang atau sebagai kayu bakar yang dapat menjadi sumber penghasilan
masyarakat sekitar. Selain itu hutan mangrove juga dapat dimanfaatkan sebagai
objek wisata desa. Karena itulah keberadaan hutan mangrove sangat penting bagi
ekosistem pesisir baik bagi masyarakat pesisir maupun ekosistem pantai.

C. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dalam Mengembangkan Hutan Mangrove

Masyarakat pesisir merupakan sekumpulan anggota masyarakat yang


mendiami suatu wilayah pesisir yang mempunyai kebudayaan khas yaitu
ketergantungan pada sumber daya pesisir13. Pemberdayaan masyarakat pesisir sangat
12
Putri Intan Kinasih dan Hartuti Purnaweni, “Pemanfaatan Mangrove Untuk Pemberdayaan
Masyarakat”, dalam Jurnal COPAS, Vol. 1 / No. 1, Tahun 2019, 73.
13
Siti Mahmudah, dkk, “Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Mangrove”,
dalam Jurnal Masalah-masalah Hukum, Jilid 48 / No. 4, Tahun 2019, 395.
dibutuhkan terutama dalam pengelolaan hutan mangrove yang merupakan
perlindungan alami bagi ekosistem pesisir. Di Kecamatan Dukuhseti luas hutan
mangrove mencapai angka 20,701 hektar pada tahun 201514. Akan tetapi masih minim
dalam pengelolaan dan pelestariannya.
Dalam upaya memberdayakan masyarakat pesisir untuk mengelola hutan
Mangrove dapat dilakukan dengan beberapa strategi.
1. Strategi Persuasif
Yaitu strategi yang dilakukan dengan cara pembinaan yang merupakan
upaya meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya
keberadaan hutan Mangrove di wilayah pesisir serta bagaimana cara
melestarikannya.
2. Strategi Edukatif
Yaitu melalui pelatihan guna meningkatkan pemahaman dan keterampilan
masyarakat dalam pengelolaan hutan Mangrove mulai dari pemilihan buah,
pembibitan, penanaman hingga perawatan.
3. Strategi Fasilitatif
Yaitu melalui bantuan usaha yang bertujuan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam rehabilitasi hutan Mangrove.
Di kecamatan Dukuhseti ada beberapa hutan Mangrove yang dijadikan
sebagai objek wisata oleh penduduk sekitar, akan tetapi dalam pengelolaan dan
perawatannya masih sangat minim, seperti minimnya pengawasan dari pengelola
hingga menyebabkan banyaknya sampah-sampah padat pengunjung yang dibuang
tidak pada tempatnya akibat ketidaksadaran dari pengunjung. Sampah-sampah padat
tersebut pada akhirnya dapat menutupi pneumatofora yang dapat menyebabkan
matinya pohon Mangrove serta terserapnya bahan-bahan kimia yang tertinggal pada
sampah padat dapat mengakibatkan tercemarnya ekosistem Mangrove15.
Berikut langkah-langkah pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan
metode PRA.
1. Pengkajian masalah
Dapat dilakukan dengan mendatangi lokasi yang sudah ditentukan
kemudian melakukan wawancara secara mendalam dengan tokoh masyarakat dan
penduduk sekitar. Permasalahan dalam pelestarian hutan mangrove di kecamatan

14
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pati, Pati dalam Angka Tahun 2015, (Pati, 2016).
15
Dreitriech G. Bengen, Ekosistem,... 40.
Dukuhseti berasal dari masyarakat sekitar yang kurang sadar akan pentingnya
menjaga dan mengelola hutan mangrove baik sebagai objek wisata maupun
pelindung pantai.
2. Perencanaan kegiatan
Dalam permasalahan pengelolaan hutan Mangrove di kecamatan
Dukuhseti yang sudah dijelaskan di poin satu, maka dapat dirancang rencana
kegiatan mulai dari sosialisasi terkait pentingnya pelestarian ekosistem pesisir dan
hutan mangrove hingga perencanaan pendampingan pelatihan dalam pengelolaan
hutan Mangrove mulai dari pembibitan, penanaman hingga perawatan Mangrove.
3. Pengorganisasian kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan diperlukan penjadwalan kegiatan pembagian
kelompok beserta tugasnya yang yang menempatkan masyarakat sebagai
pemimpin dan anggota kelompok, Pekerja Sosial hanya sebagai pendamping.
4. Monitoring
Pemantauan terhadap suatu kegiatan sangat diperlukan agar pelaksanaan
sesuai dengan rencana. Monitoring juga harus dilakukan oleh masyarakat itu
sendiri, Pekerja Sosial hanya sebagai fasilitator.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah ada perkembangan dari kegiatan
yang sudah dilaksanakan, tujuan apa saja yang sudah tercapai, Adakah dampak
yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut terhadap kesejahteraan masyarakat seperti
meningkatnya luas hutan mangrove sehingga ekosistem pantai lebih terlindungi
serta meningkatnya sumber daya alam seperti kepiting, ikan dan kayu yang dapat
dijual atau dimanfaatkan sendiri.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya dalam memandirikan masyarakat dan


meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan
beberapa metode seperti RRA (Rapid Rural Appraisal) yang menekankan dalam proses
pengumpulan data yang akurat dan PRA (Participatory Rural Appraisal) yang menempatkan
masyarakat sebagai aktor utama dalam kegiatan pemberdayaan. Salah satu target
pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat pesisir yang mempunyai keanekaragaman
hayati dan non hayati salah satunya adalah ekosistem mangrove. Mangrove hidup di daerah
dengan jenis tanah berlumpur dan berlempung serta hidup dengan cara membentuk
komunitas vegetatif.
Hutan mangrove adalah pelindung utama dalam melindungi pesisir dari erosi pantai
oleh karena itu pengelolaan dan pelestarian nya harus tepat. Pemberdayaan masyarakat
pesisir merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan pemanfaatan sumber daya
mangrove. Metode PRA sangat tepat dalam pemberdayaan masyarakat pesisir karena
masyarakat ditempatkan sebagai subjek yang berdiri cara mandiri. Langkah-langkah dalam
pemberdayaan masyarakat pesisir dengan metode PRA meliputi; pengkajian masalah yaitu
penggalian informasi dan pengumpulan data, perencanaan kegiatan yang meliputi kegiatan
sosialisasi terkait pengelolaan hutan mangrove dan kegiatan pendampingan pelatihan,
pengorganisasian kegiatan yang meliputi penjadwalan kegiatan pembagian kelompok dan
tugas yang dilaksanakan secara keseluruhan oleh masyarakat, monitoring yaitu pemantauan
dari pihak fasilitator atau pendamping terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat
serta evaluasi yaitu kegiatan yang dilakukan untuk melihat apakah ada perkembangan dari
kegiatan pemberdayaan masyarakat pesisir dalam pengelolaan hutan mangrove. Tahap
evaluasi dilakukan secara berulang dengan rentang waktu tertentu. Seluruh kegiatan dalam
pemberdayaan tersebut dipimpin dan dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri Pekerja Sosial
hanya sebagai fasilitator atau pendamping.
DAFTAR PUSTAKA

Kuncoro, Mudrajad. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta: Erlangg.


2005.
Sutrisno. “Pemberdayaan Dan Partisipasi Masyarakat Pesisir Dalam Pengembangan Tanaman
Mangrove Di Kabupaten Pati”. Dalam Jurnal Bina Praja. Vol. 7 Edisi 1. Tahun 2015.
Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebianto, Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif
Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. 2012.
Hardiyanti, Puji. “Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keterampilan
Produktif di BPKM Rawasari, Jakarta Timur”. Dalam Jurnal Ilmu Pendidikan. Vol.
17 / No. IX. Tahun 2008.
Noor, Munawar. “Pemberdayaan Masyarakat”. Dalam Jurnal CIVIS. Vol. / No. 2, Tahun
2011.
Djohani, Rianingsih. Acuan Penerapan PRA: Berbuat Bersama Berperan Setara. Bandung:
Driya Media. 1996.
Utami, Ramli, dkk. Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir. Yogyakarta: Deepublish.
2018.
Bengen, Dretriech G. Ekosistem dan Sumber Daya Pesisir dan Luat Serta Pengelolaan
Secara Terpadu dan Berkelanjutan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2001.
Haryanto, Rudi. “Rehabilitasi Hutan Mangrove”. Dalam Jurnal KARSA. Vol. XI / No. 2.
Tahun 2008.
Kinasih, Putri Intan dan Hartuti Purnaweni. “Pemanfaatan Mangrove Untuk Pemberdayaan
Masyarakat”. Dalam Jurnal COPAS. Vol. 1 / No. 1. Tahun 2019.
Mahmudah, Siti, dkk. “Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan
Mangrove”. Dalam Jurnal Masalah-masalah Hukum. Jilid 48 / No. 4. Tahun 2019.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pati, Pati dalam Angka Tahun 2015. Pati. 2016.

Anda mungkin juga menyukai