Anda di halaman 1dari 5

Nama : Zhafirah A.F.

Husain

Nim : 551418038

1. Pengertian Konservasi Arsitektural dan Cagar Budaya

Pada Pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa Cagar Budaya adalah warisan


budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan
Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan
Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses
penetapan.

Asitektur merupakan komponen penting pada warisan budaya yang


bersifat kebendaan. Sangat berkaitan erat dengan bangunan karena
arsitektur bersentuhan langsung dengan manusia dan keruangannya.
Dalam buku “Conservation of Historic Building” dipaparkan, pengalaman
ruang yang dialami memberikan keingin tahuan tentang manusia dan
budaya yang membangun bangunan tersebut pada masa lampau.
Bangunan merupakan refleksi keadaan teknologi yang dialami pada masa
lampau dan keahlian manusia dalam proses pembangunan bangunan
tersebut.

Namun seiring berkembangnya jaman, bangunan perlahan akan


mengalami kerusakan. Terdapat masa ketahanan bangunan yang pasti
akan runtuh karena waktu, alam, dan manusia. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan
sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan
dengan jalan mengawetkan; pengawetan; pelestarian. Sehingga
konservasi arsitektural sangat penting dalam upaya pelestarian bangunan
cagar budaya.
Konservasi merupakan upaya pelestarian dengan cara pemeliharaan dan
perlindungan dan dapat digunakan sebagai peruntukannya. Pada
Piagam dari International Council of Monuments and Site
(ICOMOS),Charter for the Conservation of Places of Cultural
Significance, Burra, Australia dipaparkan makna pelestarian
merupakansuatu proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural
yang ada tetap terpelihara denganbaik sesuai situasi dan kondisi
setempat. Pada Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia(2003) pelestarian
adalah upaya pengelolaan pusaka melalui kegiatan
penelitian,perencanaan, perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan,
pengawasan, dan/atau pengembangan secara selektif untuk menjaga
kesinambungan, keserasian, dan daya dukungnya dalam menjawab
dinamika jaman untuk membangun kehidupan bangsa yanglebih
berkualitas.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa konservasi merupakan upaya untuk


melindungi dan menjaga bangunan dan lingkungan dari kerusakan
ataupun mencegah terjadinya kerusakan sehingga makna kulturalnya
yang mengandung nilai sejarah arsitektural keindahan nilai keilmuan dan
nilai sosial tetap dapat terpelihara sehingga dapat diwariskan.

Dalam konservasi arsitektural terdapat nilai dan etika yang harus dijaga.
Dipaparkan dalam Conservation of Historical Buiding, konservasi harus
menyajikan dan jika memungkinkan mengembangkan pesan dan nilai
yang terkandung pada budaya terkait. Nilai-nilai yang dijaga membantu
pola sistematis untuk mengusulkan intervensi yang akan dilakukan dalam
upaya pelestarian. Nilai-nilai yang ditetapkan dalam kekayaan budaya
antara lain, a. Emotional values(kekaguman, identitas, keberlanjutan,
spritual dan simbolis), b. Cultural values(dokumentasi, sejarah, purbakala,
usia, kelangkaan, arsitektural, lensekap, ekologis, teknologi dan ilmu
pengetahuan), c. Use values(fungsional, ekonomi, sosial, politik, dan
etnis). Sehingga kematangan dalam pengolahan intervensi yang
dilakukan dalam konservasi tidak bertentangan dengan sensitivitas
budaya setempat.

Etika konservasi juga menjadi keharusan dalam proses pelestarian. Pada


Conservation of Historical Buiding terdapat standar etika konservasi
bangunan cagar budaya, a. Kondisi bangunan harus terekam dengan
lengkap sebelum dilakukan intervensi, b. Bukti sejarah harus dijaga, tidak
boleh rusak, dipalsukan, atau diganti, c. Intervensi yang dilakukan
seminimal mungkin, d. Semua intervensi harus diatur dan menghormati
nilai estetika, sejarah dan integritas fisik, e. Semua metode dan material
yang digunakan harus sepenuhnya didokumentasikan.

Segala intervensi yang dilakukan patut (a). Bisa digantikan atau diulang,
(b). Pada akhirnya tidak menimbulkan salah perlakuan pada saat
perbaikan dikemudian hari, (c). Tidak menyembunyikan tanda dari objek,
(d). Mempertahankan material asli, (e). Menggunakan warna yang
harmonis, corak tekstur, bentuk dan ukuran, material yang mirip jika tidak
menemukan material aslinya, (f). Tidak dijadikan sebagai percobaan.

Sehingga dapat ditarik benang merah dari konservasi arsitektural adalah


upaya pelestarian bangunan, termasuk kawasan, keadaan, keruangan,
dan lingkungan fisik.

2. Sasaran Konservasi

Tujuan Konservasi Arsitektur


Menurut David Poinsett, Preservation News (July, 1973. p5-7),
keberadaan preservasi objek-objek bersejarah biasanya mempunyai
tujuan:
1)      Pendidikan
Peninggalan objek-objek bersejarah berupa benda-benda tiga dimensi
akan memberikan gambaran yang jelas kepada manusia sekarang,
tentang masa lalu, tidak hanya secara fisik bahkan suasana dan
semangat masa lalu.
2)      Rekreasi
Adalah suatu kesenangan tersendiri dalam mengunjungi objek-objek
bersejarah karena kita akan mendapat gambaran bagaimana orang-orang
terdahulu membentuk lingkungan binaan yang unik dan berbeda dengan
kita sekarang.
3)      Inspirasi
Patriotisme adalah semangat yang bangkit dan tetap akan berkobar jika
kita tetap mempertahankan hubungan kita dengan masa lalu, siapa kita
sebenarnya, bagaimana kita terbentuk sebagai suatu bangsa dan apa
tujuan mulia pendahulu kita. Preservasi objek bersejarah akan membantu
untuk tetap mempertahakan konsep-konsep tersebut.
4)      Ekonomi
Pada masa kini objek-objek bersejarah telah bernilai ekonomi dimana
usahausaha untuk mempertahan bangunan lama dengan mengganti
fungsinya telah menjadi komoditas parawisata dan perdagangan yang
mendatangkan keuntungan.

Sasaran Konservasi
a.     Mengembalikan wajah dari obyek pelestarian
b.     Memanfaatkan obyek pelestarian untuk menunjang kehidupan kini
c.     Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan
perencanaan masa lalu, tercermin dalam obyek pelestarian
d.     Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota, dalam wujud fisik
tiga dimensi.

3. Peran Arsitek Dalam Konservasi

a.     Internal :
1.     Meningkatkan kesadaran di kalangan arsitek untuk mencintai dan mau
memelihara warisan budaya berupa kawasan dan bangunan bersejarah
atau bernilai arsitektural tinggi.
2.     Meningkatkan kemampuan serta penguasaan teknis terhadap jenis-
jenis tindakan pemugaran kawasan atau bangunan, terutama
teknik adaptive reuse
3.     Melakukan penelitian serta dokumentasi atas kawasan atau bangunan
yang perlu dilestarikan.
b.     Eksternal :
1.     Memberi masukan kepada Pemda mengenai kawasan-kawasan atau
bangunan yang perlu dilestarikan dari segi arsitektur.
2.     Membantu Pemda dalam menyusun Rencana Tata Ruang untuk
keperluan pengembangan kawasan yang dilindungi (Urban Design
Guidelines)
3.     Membantu Pemda dalam menentukan fungsi atau penggunaan baru
bangunan-bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi yang
fungsinya sudah tidak sesuai lagi (misalnya bekas pabrik atau gudang)
serta mengusulkan bentuk konservasi arsitekturalnya.
4.     Memberikan contoh-contoh keberhasilan proyek pemugaran yang
dapat menumbuhkan keyakinan pengembang bahwa dengan
mempertahankan identitas kawasan/bangunan bersejarah,
pengembangan akan lebih memberikan daya tarik yang pada gilirannya
akan lebih mendatangkan keuntungan finansial.

Anda mungkin juga menyukai