Anda di halaman 1dari 100

10

ASAS DASAR ILMU LINGKUNGAN

TIK : Setelah selesai mengikuti kegiatan perkuliahan pada BAB II ini, diharapkan mahasiswa
mampu menjelaskan tentang asas-asas dasar ilmu lingkungan.

MATERI :
PENDAHULUAN:
Didalam Bab ini dibahas mengenai asas-asas dasar ilmu lingkungan yang akan
diberikan dalam dua kali pertemuan.

PENYAJIAN:
Pengetahuan manusia terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, untuk itu dibutuhkan penggalian ilmu secara terus menerus, sehingga
diperlukan daya cipta, daya khayal, keinginan tahu manusia dan inisiatif.
Ilmu Lingkungan merupakan salah satu ilmu yang mengintegrasikan berbagai ilmu
yang mempelajari jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya, antara lain dari
aspek sosial, ekonomi, kesehatan, pertanian, sehingga ilmu ini dapat dikatakan sebagai suatu
poros, tempat berbagai asas dan konsep berbagai ilmu yang saling terkait satu sama lain
untuk mengatasi masalah hubungan antara jasad hidup dengan lingkungannya.
Asas di dalam suatu ilmu pada dasarnya merupakan penyamarataan kesimpulan
secara umum, yang kemudian digunakan sebagai landasan untuk menguraikan gejala
(fenomena) dan situasi yang lebih spesifik. Asas dapat terjadi melalui suatu penggunaan dan
pengujian metodologi secara terus menerus dan matang, sehingga diakui kebenarannya oleh
ilmuwan secara meluas. Tetapi ada pula asas yang hanya diakui oleh segolongan ilmuwan
tertentu saja, karena asas ini hanya merupakan penyamarataan secara empiris saja dan hanya

10
benar pada situasi dan kondisi yang lebih terbatas, sehingga terkadang asas ini menjadi bahan
pertentangan. Namun demikian sebaliknya apabila suatu asas sudah diuji berkali-kali dan
hasilnya terus dapat dipertahankan, maka asas ini dapat berubah statusnya menjadi hukum.
Begitu pula apabila asas yang mentah dan masih berupa dugaan ilmiah seorang peneliti, biasa
disebut hipotesis Hipotesis ini dapat menjadi asas apabila diuji secara terus menerus sehingga
memperoleh kesimpulan adanya kebenaran yang dapat diterapkan secara umum. Untuk
mendapatkan asas baru dengan cara pengujian hipotesis ini disebut cara induksi dan
kebanyakan dipergunakan dalam bidang-bidang biologi, kimia dan fisika. Disini metode
pengumpulan data melalui beberapa percobaaan yang relatif terbatas untuk membuat
kesimpulan yang menyeluruh. Sebaliknya cara lain yaitu dengan cara deduksi dengan
menggunakan kesimpulan umum untuk menerangkan kejadian yang spesifik. Asas baru juga
dapat diperoleh dengan cara simulasi komputer dan penggunaan model matematika untuk
mendapatkan semacam tiruan keadaan di alam (mimik). Cara lain juga dapat diperoleh
dengan metode perbandingan misalnya dengan membandingkan antara daerah yang satu
dengan yang lainnya. Cara-cara untuk mendapatkan asas tersebut dapat dikombinasikan satu
dengan yang lainnya.
Asas di dalam suatu ilmu yang sudah berkembang digunakan sebagai landasan yang
kokoh dan kuat untuk mendapatkan hasil, teori dan model seperti pada ilmu lingkungan.
Untuk menyajikan asas dasar ini dilakukan dengan mengemukakan kerangka teorinya
terlebih dahulu, kemudian setelah dipahami pola dan organisasi pemikirannya baru
dikemukakan fakta-fakta yang mendukung dan didukung, sehingga asas-asas disini
sebenarnya merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama
lain (sesuai dengan urutan logikanya).

11
ASAS 14
Derajat pola
Sumber alam, ialah ASAS 5 keteraturan
segala sesuatu yang Peningkatan fluktuasi
memungkinkan pengadaan suatu populasi
organisme hidup sumber alam bergantung
untuk meningkatkan mungkin dapat kepada
pengubahan energi terangsang pengaruh
penggunaan sejarah populasi
sumber alam ASAS 11 itu sendiri
tersebut Sistem yang
mantap
ASAS 3 (dewasa)
Materi, energi, ruang, mengeksploitasi
waktu dan keanekara- sistem yang
gaman adalah kategori ASAS 9 belum dewasa ASAS 13
sumber alam Keanekaraga- Lingkungan fisik
man sebanding yang stabil
dengan bio- memungkinkan
masa/produk- keanekaragaman
tivitas biologi berlaku
ASAS 1 dalam ekosistem
Energi tak pernah mantap, yang
hilang, hanya berubah kemudian
ASAS 8 menggalakkan
Tingkat ma-kanan stabilitas populasi
atau takson lebh jauh lagi
menjadi jenuh oleh
ASAS 2 keanekaragaman,
Semua proses dengan kecepatan
pengubahan tidak yang ditentukan
cermat oleh sifat mic, ASAS 10
diferensiasi Biomassa/
produktivitas
meningkat
dalam
ASAS 4 lingkungan
Mengenai kejenuhan yang stabil
dan ketidakjenuhan
ASAS 7
Keanekaragaman
yang kekal lebih ASAS 12
tinggi pada Kesempurnaan
ASAS 6 lingkungan yang adaptasi tiap tabiat/
Ketupan (genotip) stabil sifat ber-gantung
dengan daya (Rosenzwelg) ke-pada kepenti-
pembiakan tertinggi ngan relatifnya
akan sering dijumpai dalam suatu
pada generasi lingkungan tertentu
berikutnya

12
Gambar. Hubungan berlogika di antara 14 asas dasar ilmu lingkungan (Watt,1973)
ASAS 1. Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau ekosistem
dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat
diubah dari suatu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat hilang,
dihancurkan atau diciptakan.

Energi Terbuang tak


Hewan makan 1 terasimilasi

Disimilasi

Produksi materi
kehidupan

Energi diambil
3 oleh
pengeksploitasi
Energi dibakar
dan energi diubah Energi disimpan
sebagai panas sebagai lemak 6

Energi digunakan untuk


5 menyokong berbagai kegiatan,: 4 Pertumbuhan
lari, berenang, terbang, dsb.

Energi digunakan untuk menyokong Pembiakan


metabolisme dasar, misalnya: denyut jantung,
pernafasan, mempertahankan suhu tubuh dsb.

13
Pemisahan energi yang masuk jadi dua komponen.
Jumlah energi yang masuk dan keluar dari suatu pemisahan atau suatu proses, berupa
materi.
Jumlah energi yang masuk dan keluar dari suatu pemisahan atau suatu proses, berupa
tenaga atau panas.

Asas 1 ini disebut juga dengan hukum konservasi energi, dalam ilmu fisika sering
disebut sebagai hukum termodinamika pertama. Asas ini menerangkan bahwa energi dapat
diubah, dan energi yang memasuki jasad hidup, populasi ataupun ekosistem dianggap sebagai
energi yang tersimpan ataupun yang terlepaskan, sehingga dapat dikatakan bahwa sistem
kehidupan sebagai pengubah energi. Dengan demikian dalam sistem kehidupan dapat
ditemukan berbagai strategi untuk mentransformasi energi, maka dibutuhkan “pembukuan
masukan dan keluaran kalori dalam sistem kehidupan” Contohnya makanan yang dimakan
oleh hewan.
Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa ternyata energi ada yang dapat dimanfaatkan
dan ada pula yang terbuang dan hal ini spesifik untuk masing-masing spesies hewan
tergantung bagaimana kemampuan dan strategi hewan tersebut untuk melawan alam
lingkungannya. Keberhasilan dalam melawan lingkungan dapat diukur dengan peningkatan
jumlah populasinya.
Gambar : Energi panas yang jatuh di bumi dipakai oleh tumbuhan dan genangan air, serta
dipantulkan oleh lahan terbuka dan bangunan.
ASAS 2. Tak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien

Asas ini sama dengan hukum termodinamika kedua dalam ilmu fisika. Hal ini berarti
meskipun energi itu tidak pernah hilang, namun demikian energi tersebut akan diubah dalam

14
bentuk yang kurang bermanfaat. Secara keseluruhan energi di planet kita ini terdegradasi
dalam bentuk panas tanpa balik, yang kemudian beradiasi ke angkasa.
Dalam sistem biologi, energi yang dimanfaatkan baik oleh jasad hidup, populasi
maupun ekosistem kurang efisien, karena masukan energi dapat dipindahkan dan digunakan
oleh organisme hidup yang lain. Contohnya pada piramida makanan, tingkatan konsumen
yang paling bawah mendapatkan asupan energi yang banyak, sebaliknya konsumen paling
atas hanya mendapatkan sedikit, disamping itu pada setiap tingkatanpun energi tidak
dimanfaatkan secara efisien (banyak terbuang).
Energi yang dapat dimanfaatkan oleh kita seperti tumbuhan, hewan, ikan dsb., itu
termasuk kategori sumber alam, namun demikian apakah sumber alam ini dapat diukur
manfaatnya dan apa batasan sumber alam tersebut?.
Sumber alam adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh organisme hidup, populasi,
atau ekosistem yang pengadaannya hingga ke tingkat optimum atau mencukupi, sehingga
akan meningkatkan daya pengubahan energi.

Gambar : Buah-buahan sebagai salah satu sumber energi bag manusia, entropi berupa kulit
buah adalah sumber energi bagi semut.

Gambar : Jerami sebagai entropi digunakan untuk bahan baku kertas, pakan ternak, dan
lainnya. Pemanfaatan limbah pertanian kedele untuk pakan ternak.

ASAS 3. Materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman, semuanya termasuk kategori
sumber alam

15
Materi dan energi sudah jelas termasuk kedalam sumber alam. Ruang yang
dimanfaatkan oleh organisme hidup untuk hidup, berkembang biak dsb. dapat dianalogkan
dengan materi dan energi, karena dibutuhkan, sehingga secara asas termasuk katagori sumber
alam. Begitu pula dengan waktu, meskipun tidak dapat berdiri sendiri, namun termasuk
kategori sumber alam, karena berapa waktu yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk
mendapatkan makanan. Keanekaragaman juga termasuk ke dalam kategori sumber alam,
karena apabila suatu spesies hanya memakan satu spesies saja akan mudah terancam punah,
namun apabila makanannya beranekaragam dia akan mampu “survive”.
Asas 3 ini mempunyai implikasi yang penting bagi kehidupan manusia untuk
mencapai kesejahteraannya

ASAS 4. Untuk semua kategori sumber alam, kalau pengadaanya sudah optimum,
pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan dengan
penambahan sumber alam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui
batas maksimum ini tak ada pengaruh yang menguntungkan lagi.
Untuk semua kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan
pengadaannya yang melampaui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak karena
kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku
kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah
mendekati batas maksimum.
Pada asas ini mempunyai arti bahwa pengadaan sumber alam mempunyai batas
optimum, yang berarti bahwa batas maksimum maupun minimum sumber alam akan
mengurangi daya kegiatan sistem biologi. Dari sini dapat ditarik suatu arti yang penting,
yaitu karena adanya ukuran optimum pengadaan sumber alam untuk populasi, maka naik

16
turunnya jumlah individu populasi itu tergantung pada pengadaan sumber alam pada jumlah
tertentu.
ASAS 5. Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat
merangsang penggunaan seterusnya, dan yang tidak mempunyai daya rangsang
penggunaan lebih lanjut.

Pada asas 5 ini ada dua hal penting, pertama jenis sumber alam yang tidak dapat
menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut, sedangkan kedua sumber alam
yang dapat menimbulkan rangsangan untuk dapat digunakan lebih lanjut.

ASAS 6. Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada
saingannya, cenderung berhasil mengalahkan saingannya itu.

Pada asas ini berlaku “seleksi alam”, artinya bagi spesies-spesies yang mampu
beradaptasi baik dengan faktor biotik maupun abiotik, dia akan berhasil daripada yang tidak
dapat menyesuaikan diri. Dapat diartikan pula, spesies yang adaptif akan mampu
menghasilkan keturunan lebih banyak daripada yang non adaptif, Sehingga individu-individu
yang adaptif ini mempunyai kesan lebih banyak merusak

ASAS 7. Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam lingkungan


yang mudah diramal.

Pada asas ini arti kata “mudah diramal” ialah adanya keteraturan yang pasti pada pola
faktor lingkungan dalam suatu periode yang relatif lama. Adanya fluktuasi turun-naiknya
kondisi lingkungan, besar-kecilnya fluktuasi, dan dan sukar-mudahnya untuk diramal

17
berbeda untuk semua habitat. Sehingga diharapkan pada setiap lingkungan adanya
penyebaran spesies yang berbeda-beda kepadatannya. Apabila terjadi perubahan lingkungan
sedemikian rupa, maka akan terjadi perubahan pengurangan individu yang sedemikian rupa
sampai pada batas yang membahayakan individu-individu spesies tersebut. Lingkungan yang
stabil secara fisik merupakan lingkungan yang mempunyai jumlah spesies yang banyak, dan
mereka dapat melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya tersebut (secara evolusi).
Sedangkan lingkungan yang tidak stabil adalah lingkungan yang dihuni oleh spesies yang
jumlahnya relatif sedikit. Menurut Sanders (1969) bahwa komunitas fauna dasar laut
mempunyai keanekaragaman spesies terbesar, hal ini dijumpai pada habitat yang sudah stabil
sepanjang masa dan lama. Kemudian diinterpretasikan oleh Slobodkin dan Sanders (!969)
sebagai pengaruh lingkungan yang mudah diramal (stabil). Maksudnya ialah semakin lama
keadaan lingkungan dalam kondisi yang stabil, maka semakin banyak keanekaragaman
spesies yang muncul disitu sebagai akibat berlangsungnya proses evolusi. Menurut Pilelou
(1969) keadaan iklim yang stabil sepanjang waktu yang lama, tidak saja melahirkan
keanekaragaman spesies yang tinggi, tetap juga akan menimbulkan keanekaragaman pola
penyebaran kesatuan populasi.

ASAS 8. Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung
kepada bagaimana nicia dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson
tersebut.

Pada asas ini menyatakan bahwa setiap spesies mempunyai nicia tertentu, sehingga
spesies-spesies tersebut dapat berdampingan satu sama lain tanpa berkompetisi, karena satu
sama lain mempunyai kepentingan dan fungsi yang berbeda di alam. Tetapi apabila ada
kelompok taksonomi yang terdiri atas spesies dengan cara makan serupa, dan toleran

18
terhadap lingkungan yang bermacam-macam serta luas, maka jelas bahwa lingkungan
tersebut hanya akan ditempati oleh spesies yang keanekaragamannya kecil.

ASAS 9. Keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomassa dibagi


produktivitas.

Pada asas ini menurut Morowitz (1968) mengatakan bahwa adanya hubungan antara
biomassa, aliran energi dan keanekaragaman dalam suatu sistem biologi.

ASAS 10. Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomassa dengan produktivitas
(B/P) dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimptut.

Dalam asas ini dapat disimpulkan bahwa sistem biologi mengalami evolusi yang
mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang
stabil, yang memungkinkan berkembangnya keanekaragaman. Dengan kata lain kalau
kemungkinan produktivitas maksimum sudah ditetapkan oleh energi matahari yang masuk
kedalam ekosistem, sedangkan keanekaragaman dan biomassa masih dapat meningkat dalam
perjalanan waktu, maka jumlah energi yang tersedia dalam sistem biologi itu dapat
digunakan untuk menyokong biomassa yang lebih besar. Apabila asas ini benar, maka dapat
diharapkan bahwa dalam komunitas yang sudah berkembang lanjut pada proses suksesi, rasio
biomassa produktivitas akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan komunitas yang masih
muda. Pada kenyataan di alam memang demikian, sebab spesies bertambah, dan ditemukan
pula tumbuhan berkayu sehingga diperoleh stratifikasi.

19
Implikasi dari asas ini bahwa sebuah komunitas dapat dibuat tetap muda dengan jalan
memperlakukan fluktuasi iklim yang teratur. Atau pada komunitas buatan lahan pertanian
dengan jalan mengambil daun-daunannya untuk makanan hewan.

ASAS 11. Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengeksploitasi sistem yang belum mantap
(belum dewasa).

Arti dari asas ini adalah pada ekosistem, populasi yang sudah dewasa memindahkan
energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum dewasa.
Dengan kata lain, energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang
menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks, atau dari subsistem yang lebih rendah
keanekaragamannya ke subsistem yang lebih tinggi keanekaragamannya

ASAS 12. Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat tergantung kepada kepentingan
relatifnya di dalam keadaan suatu lingkungan.

Asas ini merupakan kelanjutan dari asas 6 dan 7. Apabila pemilihan (seleksi) berlaku,
tetapi keanekaragaman terus meningkat di lingkungan yang sudah stabil, maka dalam
perjalanan waktu dapat diharapkan adanya perbaikan terus-menerus dalam sifat adaptasi
terhadap lingkungan. Jadi, dalam ekosistem yang sudah mantap dalam habitat (lingkungan )
yang sudah stabil, sifat responsive terhadap fluktuasi faktor alam yang tak terduga ternyata
tidak diperlukan. Yang berkembang justru adaptasi peka dari perilaku dan biokimia
lingkungan sosial dan biologi dalam habitat itu. Evolusi pada lingkungan yang sukar ditebak
perubahan faktor alamnya cenderung memelihara daya plastis anggota populasi. Sedangkan
evolusi pada lingkungan yang mantap, beranekaragam secara biologi cenderung

20
menggunakan kompleksitas itu untuk bereaksi terhadap kemungkinan beraneka-macam
perubahan.
Implikasi dari asas ini bahwa sesungguhnya tidak ada sebuah strategi evolusi yang
terbaik dan mandiri, semua tergantung pada kondisi lingkungan fisik. Kesimpulannya bahwa
populasi pada ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan
lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi pada ekosistem yang sudah mantap.
ASAS 13.Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan
keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat
menggalakkan kemantapan populasi lebih jauh lagi.
Asas ini merupakan penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas yang mantap,
jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga apabila terjadi suatu
goncangan pada salah satu jalur, maka jalur yang lain akan mengambil alih, dengan demikian
komunitas masih tetap terjaga kemantapannya. Apabila kemantapan lingkungan fisik
merupakan suatu syarat bagi keanekaragaman biologi, maka kemantapan faktor fisik itu akan
mendukung kemantapan populasi dalam ekosistem yang mantap dan komunitas yang mantap
mempunyai umpan-balik yang sangat kompleks. Disini ada hubungan antara kemantapan
ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi.

ASAS 14. Derajat pola keteraturan turun-naiknya populasi bergantung kepada jumlah
keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi
populasi itu.

Asas ini merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya keanekaragaman yang
tinggi pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat
ketidakstabilan populasi yang tinggi.

21
BIOINDIKATOR

TIK : Setelah selesai mengikuti kegiatan perkuliahan BAB III ini, diharapkan mahasiswa
mampu menjelaskan tentang bioindikator.

MATERI :
PENDAHULUAN:
Didalam Bab ini dibahas mengenai bioindikator yang akan diberikan dalam satu kali
pertemuan.

PENYAJIAN:
Bioindikator = indikator biologi = respon organisme hidup baik pada tingkat individu atau
populasi terhadap kondisi lingkungan.

Berbagai spesies hewan, tumbuhan dan mikroorganisme dapat digunakan sebagai


indikator pencemaran udara, air dan tanah. Artinya apabila kondisi perairan, udara, dan tanah
mengandung polutan, sehingga terjadi perubahan pada lingkungan tersebut maka akibatnya
ada spesies-spesies tertentu baik itu tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang merespon
perubahan tersebut. Masing-masing organisme akan memberikan respon yang spesifik dari
perubahan lingkungan tersebut. Respon yang diterima oleh organisme berdasarkan ketahanan
dari organisme itu pada perubahan lingkungan yang terjadi. Ada organisme yang sangat
sensitif (peka) terhadap perubahan lingkungan, sehingga apabila kondisi lingkungan berubah
sedikit saja, organisme itu langsung memberikan respon. Ada pula organisme yang sensitif,
pada organisme ini kadar polutan yang diterima lebih tinggi dari organisme yang sangat

22
sensitif. Sedangkan organisme yang kurang sensitif respon yang diterima menunjukkan
gejala resisten ada faktor kekebalan pada organisme tersebut, dan ini dapat terjadi karena
adanya akumulasi dari polutan pada tubuhnya. Gejala yang timbul akibat adanya polutan
dari masing-masing organismepun berbeda, misalnya tumbuhan akan menunjukkan
sensitifitasnya dengan adanya bercak-bercak pada daun, atau ukurannya menjadi kecil. Pada
organisme perairan terutama dari golongan invertebrata ada atau tidaknya spesies-spesies
tertentu dapat mengindikasikan bahwa kondisi perairan dalam keadaan bersih atau tercemar.
Sedangkan pada golongan vertebrata, ikan merupakan spesies yang paling sensitif terhadap
perubahan kondisi perairan, organ yang biasanya menunjukkan respon tersebut adalah
insang.
Respon biologi yang timbul tergantung pada:
1. Pembangun genetik
2. Tahapan perkembangan atau pertumbuhan
3. Kondisi lingkungan
4. Konsentrasi polutan
Berikut ini adalah contoh-contoh dari organisme baik di perairan maupun darat yang
merespon perubahan lingkungan:

Tabel 1 : Kemampuan tanaman pekarangan menyerap debu


Penyerapan
No Tanaman Spesies
debu (g/m2)

23
1 Kembang merak Caesalpinia 48,3
2 Trengguli pulcherrima 48,0
3 Sonokeling Cassia fistula 41,6
4 Sengon Dalbergia sisso 34,6
5 Srikoyo Albizzia lebbeck 33,4
6 Mindi Annona squamosa 37,5
7 Jambu air Azadirachta indica 34,1
8 Asam keranji Eugenia jambolana 76,3
9 Glodogan/Bonger Pithecelobium dulce 22,9
Polyalthia longifolia

24
Gambar : Daun yang lebar baik untuk bioindikator pencemaran udara.

Gambar : Tomat yang ukurannya kecil dan tidak normal sebagai bioindikator pencemaran
tanah, pada konsentrasi 1000-16000 ppm serbuk batere bekas pada media uji
25
Tabel 2 : Bioindikator ekosistem perairan
Air bersih Air tercemar
Bakteri Fe : Sphaerotilus
Jamur : Leptomitus
Algae : Chlorella
Cladocera Chlamydomonas
Ulothrix Oscillatoria
Navicula Phormidium
Stigeoclonium
Protozoa : Carchesium
Trachelomonas Colpidium
Annelida:
Tubifex
Limnodrillus
Insekta:
Plecoptera Culex
Negaloptera Chironomus
Trichoptera Tubifera
Ephemeroptera
Elmidae
Gastropoda:
Physa integra
Bivalvia: Bivalvia:
Unionidae Sphaerium
Ikan:
Etheostoma Cyprinus carpio
26
Notropis
Chrosomus
Sumber: Tandjung 1992

27
Gambar : Ikan yang berwarna merah yang hidup di air bersih, akan berubah warna menjadi
kuning pucat pada saat air menjadi tercemar.
Sumber : Tandjung, 1994.

28
Gambar : Larva serangga yang hanya dapat dijumpai hidup pada ekosistem perairan yang
bersih

29
Gambar: Serangga dan siput air yang hidup pada perairan yang terkontaminasi oleh limbah
organic

Gambar : Beberapa kelompok invertebrata yang hidup di ekosistem perairan yang tercemar
sedang

30
Gambar: Pada ekosistem yang tercemar berat dijumpai berbagai bentuk cacing air

Pencemaran perairan menyebabkan kerusakan organ dan penurunan berat ikan (status nutrisi
ikan)

Tabel 3: Korelasi antara angka status nutrisi ikan (NVC) dengan tingkat pencemaran perairan
No NVC Tingkat Pencemaran
1 > 1,70 Tidak ada, air bersih
2 1,30 – 1,69 Terkontaminasi
3 0,90 – 1,29 Tercemar ringan
31
4 0,50 – 0,89 Tercemar sedang
5 < 0,49 Tercemar berat

Gambar: Ikan harus dengan morfologi seperti torpedo, diukur dari ujung mulut sampai ujung
ekor.
Sumber: Tandjung, 1982

Insang adalah sasaran utama pencemaran perairan

Tabel: Tingkat kerusakan hispatologi (mikroanatomi) insang menentukan tingkat


pencemaran perairan.
No Mikroanatomi normal Air bersih
Edema pada sel epitelium lamellae
1 Air terkontaminasi
branchiales
Hiperplasia pada satu basis lamella
2 Tercemar ringan
branchiales
Hiperplasia pada 2 lamellae
3 Tercemar sedang
branchiales
Hampir semua lamellae branchiales
4 Tercemar agak berat
mengalami hiperplasia
Semua lamellae branchiales dan Tercemar sangat
5
filamen kehilangan struktur berat

32
Gambar: Struktur mikroanatomi insang ikan yang hidup dalam berbagai media dengan
tingkat pencemaran berbeda.

LINGKUNGAN DAN EKOLOGI MANUSIA

TIK : Setelah selesai mengikuti kegiatan perkuliahan pada BAB IV ini, diharapkan
mahasiswa mampu menjelaskan hal-hal mengenai lingkungan dan ekologi manusia
serta strategi mengatasi masalah kependudukan.

MATERI :
33
PENDAHULUAN :
Dalam bab ini akan dibahas masalah lingkungan dan ekologi manusia serta strategi
mengatasi masalah kependudukan yang akan diberikan dalam satu kali pertemuan.

PENYAJIAN :
Dari empat belas asas yang telah dibahas, lima asas sangat penting dalam peradaban
manusia pada era teknologi modern. Hal ini karena kita sudah beranggapan bahwa ke lima
asas tersebut tidak ada gunanya dan relevansinya untuk kepentingan manusia. Apabila kita
tetap mengabaikan ke lima asas tersebut, malapetaka sudah menunggu di masa yang akan
datang.
Asas 3 mengatakan bahwa materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman
semuanya adalah kategori sumber alam. Sungguhpun demikian banyak masalah manusia
dewasa ini timbul, karena kegagalan manusia untuk menyadari bahwa ruang, waktu dan
keanekaragaman adalah sama pentingnya dengan materi dan energi sebagai sumber alam.
Sedemikian pentingnya, sehingga hambatan pembangunan akan timbul apabila manusia
melalaikannya. Implikasi dari sistem ini adalah bahwa materi beredar atau melakukan siklus
dalam ekosistemnya, oleh karena itu harus diberikan cukup waktu untuk diubah kembali dari
satu bentuk ke bentuk berikutnya pada saat menjalani siklusnya.
Contoh yang paling nyata adalah tumpukan sampah di kota besar, ini merupakan
kelalaian manusia yang tidak memberikan waktu dan kesempatan kepada mikroba pembusuk
untuk melakukan fungsinya dalam proses resiklus materi. Jadi pada hakekatnya pencemaran
alam merupakan gejala teknologi yang berlawanan dengan kehendak dan kemampuan alam.
Implikasi lain yang penting ialah pengadaan sumber alam menentukan kapasitas bawa
suatu lingkungan. Ketergantungan kita pada minyak dan gas bumi bahkan pada tenaga nuklir
yang merupakan energi persediaan atau energi tersimpan I bukan energi mengalir seperti

34
energi matahari), menyebabkan kapasitas bawa dunia ini meniungkat bagi manusia. Perhatian
sangat kurang kepada kemungkinan berkurang atau habisnya persediaan energi, sehingga
kapasitas bawa dari bumi merosot. Apa yang akan terjadi kemudian?.
Selain itu berapa masalah lingkungan berkembang dalam lingkungan hidup manusia,
karena kita terus menerus mengurangi keanekaragaman bentuk kehidupan di luar kota dan
desa. Keanekaragaman hidup sebagai sumber alam yang dapat mempertahankan kemantapan.
Pada asas tersebut, manusia telah menggali dan mengelola materi dalam
ekosistemnya melebihi kecepatan pembusukan atau dekomposisi bahan buangan, sehingga
terjadi pencemaran alam. Sampah bertumpuk karena tidak sempat di resiklus oleh mikroba
dalam ekosistemnya. Kemudian masalahnya bertambah parah ketika ada sampah plastik yang
tak dapat dibusukkan secara biologi. Sementara itu industri plastik saat ini terus berkembang
dengan pesatnya. Pencemaran ini merupakan kesan sampingan yang sangat merugikan,
karena adanya penggunaan energi yang besar oleh peradaban modern dewasa ini.
Penggunaan energi yang sangat besar ini tidak merata, melainkan hanya terpusat di wilayah
tertentu saja (kota besar dan pusat industri), sehingga terkonsentrasi pada ruang tertentu saja,
dan timbullah kesulitan untuk membuang limbahnya.
Penggunaan energi yang semakin meningkat oleh perkembangan peradaban manusia
contohnya orang-orang Amerika Serikat yang menggunakan energi. Penduduk Amerika
Serikat naik 8,82 kali lipat pada kurun waktu 120 tahun, produksi energinya naik menjadi
203 kali lipat, sedangkan per individunya dalam penggunaan energi naik menjadi 23 kali
lipat. Ketergantungan penggunaan energi juga beralih dari energi matahari ke energi batu
bara, kemudian gas dan minyak bumi, maka peningkatan produksi naik dengan pesatnya. Hal
ini menyebabkan kapasitas bawa ekosistem manusia meningkat pula. Sehingga
kecenderungan bahwa kita sedang menghabiskan persediaan gas dan minyak bumi sangatlah
nyata. Bahkan di Indonesia diperkirakan hanya dapat dihasilkan kurang dari 30 tahun saja.

35
Apabila ini benar, dan sumber energi lain seperti sumber geothermal dan energi nuklir tak
dapat digunakan pada waktunya, maka kapasitas bawa seluruh planet ini akan merosot sangat
drastis. Konsekuensi lain sebagai akibat meningkatnya aliran energi dalam ekosistem, tempat
manusia ini hidup, ialah karena energi hanya ditumpukkan kepada komponen biotik tertentu
saja yang menguntungkan manusia. Hal ini berarti ekosistem manusia semakin kurang
mantap. Ekosistem manusia menjadi rawan terhadap berbagai bentuk perubahan lingkungan ,
seperti wabah penyakit, serangan hama dan perubahan cuaca. Ketidakmantapan ini terutama
karena kita cenderung untuk meningkatkan populasi seperti tanaman padi, jagung, gandum
dan palawija, serta hewan ternak sapi dan biri-biri, dan menekan banyak sekali spesies hewan
dan tumbuhan yang lain.
Proporsi energi yang tinggi dunia ini juga dicurahkan pada kepentingan transportasi.
Ini membawa manusia kepada kemampuan untuk tukar-menukar bahan secara lebih besar
dan lebih jauh lagi antara wilayah yang satu dengan lainnya. Sistem pengangkutan ini
disamping menelan energi yang sangat besar, juga menimbulkan pencemaran terhadap alam.
Ruang adalah sumber alam yang kritis bagi manusia, meskipun masalahnya berlainan
antara satu negara dengan negara yang lain. Yang umum, adalah adanya perkembangan
urbanisasi di sekitar kota besar, sehingga banyak kawasan pemukiman yang terpaksa harus
menelan daerah tepi kota yang relatif subur untuk daerah pertanian. Dan apabila ruang dan
tanah itu sudah memiliki prospek urbanisasi dan industri, maka akhirnya jatuh kepada kaum
spekulator yang tak langsung mengembangkan ruang itu, sebelum harga meningkat.
Disamping hal ini sudah umum, di Indonesia masalah yang lebih penting lagi menyangkut
hubungan antara ruang dengan penyebaran penduduk. Pemecahan dari masalah ini adalah
diterapkannya program transmigrasi.
Anonim, gambaran keadaan suatu wilayah ditandai dengan bertambah majemuk dan
bervariasinya keadaan kependudukan, seperti “megacities” Jakarta. Ekosistem yang berbeda

36
antara pulau-pulau di Indonesia akan menambah kompleksitas yang dihadapi. Ini berarti
dibutuhkan kemampuan pengelolaan keterkaitan kependudukan dan lingkungan yang tidak
hanya melihat dari sudut demografinya saja, tetapi juga dilihat dari pengaruhnya terhadap
keadaan alam, ekonomi, dan kehidupan sosial.
Walaupun laju pertumbuhan penduduk Indonesia semakin tahun cenderung semakin
menurun, namun jumlah penduduk absolut akan terus meningkat. Diproyeksikan bahwa
jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan berkisar 254 juta – 257 juta orang. Artinya
akan terjadi pertambahan penduduk sekitar 70 juta orang dalam waktu 30 tahun (1990 –
2020), hal ini mempunyai konsekuensi dalam penggunaan ruang, pemenuhan energi dan
kebutuhan pangan. Bila dikaitkan dengan kemampuan sumber alam, maka masalahnya
adalah sejauh mana sumber alam tersebut dapat memenuhi kebutuhan pertambahan
penduduk.

Tabel : Perkiraan kepadatan penduduk (org/km) tahun 2020


Perkiraan Kepadatan Penduduk
WILAYAH (org/km) th 2020
1990 2020
Maluku & Irian 7 14
Sulawesi 66 101
Kalimantan 17 31
Bali, NTB, NTT,
115 180
Timtim
Jawa 813 1093
Sumatra 77 128

Dari berbagai hasil pembangunan yang dicapai, maka gambaran keadaan penduduk di
masa datang adalah sebagai berikut:

37
1. Prosentase penduduk perkotaan semakin besar disebabkan oleh adanya urbanisasi dan
adanya perubahan wilayah dari desa ke kota
2. Laju pertumbuhan penduduk menurun seiring dengan terjadinya perubahan struktur
usia , dimana penduduk usia produktif semakin besar
3. Permintaan barang non pangan akan meningkat dengan pesat yang berimplikasi pada
pengurangan sumber alam untuk kepentingan non pangan.

STRATEGI MENGATASI MASALAH KEPENDUDUKAN

Tantangan-tantangan yang akan dihadapi di masa depan cukup berat. Untuk


mewujudkan masyarakat sejahtera baik di desa maupun di kota, perhatian terhadap
lingkungan menjadi prasyarat. Keberlanjutan kehidupan di pedesaan dan perkotaan sangat
terkait dengan aspek lingkungan. Apapun bentuk dari dinamika penduduk yang terjadi, bila
kebijakan kependudukan selalu dikaitkan dengan dimensi lingkungan, maka pembangunan
yang berkelanjutan akan terwujud. Untuk itu dibutuhkan strategi:
1. Pengembangan keterkaitan kependudukan lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan
2. Perumusan integrasi kebijakan kependudukan, lingkungan dan pembangunan
berkelanjutan pada tingkat nasional, regional dan local
3. Pelaksanaan program integrasi kependudukan, lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan pada masyarakat.
Manusia juga sudah melupakan waktu sebagai sumber alam yang kritis. Ini berarti
bahwa kita kurang menyadari bahwa suatu proses atau kejadian tergantung dengan waktu.
Misalnya penggunaan sumber energi tenaga nuklir, dibutuhkan waktu untuk penelitian
dengan cermat, dan waktu yang dibutuhkan tidak sedikit.

38
Keanekaragaman sebagai sumber alam juga telah dilalaikan oleh manusia. Seorang
ahli berpendapat bahwa hasil peradaban manusia telah mempercepat aliran energi melalui
sistem biologi. Banyak wilayah daratan di permukaan bumi ini dicoba untuk dibuat seragam
menjadi daerah pertanian yang serupa, sejenis, untuk wilayah yang sangat luas.
Keanekaragam tumbuhan dan hewan dikurangi oleh manusia untuk membentuk daerah
monokultur, dan akibat semua ini adalah:
1. Pengaruh penyederhanaan keanekaragaman biologi terhadap hama dan penyakit.
2. Pengaruh monokultur terhadap kemantapan ekonomi.
3. Pengaruh penyederhanaan keanekaragaman biologi terhadap habitat yang tak subur
4. Pengaruh kurangnya keanekaragaman ekonom terhadap stagnasi ekonomi di kota.
Asas 4 mengatakan bahwa dalam setiap proses yang berlaku di suatu lingkungan
terdapat tingkat optimum untuk pengadaan sumber alamnya. Asas ini mengingatkan kita
pada adanya batas kejenuhan dan kekurangan yang dapat mempengaruhi berbagai proses,
karena memang sumber alam itu terbatas jumlah atau pengadaannya. Sehingga pencemaran
alam menjadi sangat berbahaya apabila kita terlalu memperjenuh kapasitas udara dan air
dengan bahan pencemar. Demikian pula apabila kita terlalu memaksakan kemampuan
mikroba tanah untuk pembusukan sampah lingkungan. Implikasi ini untuk manusia
menyangkut hasil panen yang optimum.
Pencemaran alam dapat merupakan faktor pembatas pada populasi manusia. Artinya
pencemaran alam dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Pencemaran alam dan penurunan
nilai ekosistem tempat hidup manusia merupakan akibat terlalu cepat meningkatnya daya
penggunaan energi. Salah satu usaha untuk mengatasinya adalah dengan mengurangi
kecepatan aliran energi. Pada dasarnya penurunan nilai ekosistem manusia karena
pencemaran alam yang ada hubungannya dengan kepadatan manusia.

39
Asas 10 menyangkut efisiensi penggunaan energi pada komunitas yang melampaui
tingkat pionirnya. Manusia bahkan bertindak sebaliknya, setelah teknologi makin
berkembang, kita bahkan makin kurang cermat dalam menggunakan energi.
Komunitas alam cenderung untuk menjalani evolusi yang menuju ke arah efisiensi
yang makin tinggi dalam penggunaan energi.
Asas 11 mengemukakan tentang sistem yang mantap mengeksploitasi sistem yang
rawan. Asas inilah maka kota-kota besar yang dilengkapi dengan berbagai bentuk pelayanan,
industri, kebudayaaan, administrasi dan sosio-ekonomi yang sudah mantap dan
beranekaragam, selalu menjadi penyerap kota kecil atau wilayah di sekitar kota besar
tersebut. Akibatnya kota besar selalu hidup sebagai “parasit” terhadap kota kecil dan wilayah
di sekitarnya. Contoh nyata adalah tenaga kerja, kota besar selalu menyerap tenaga kerja dari
kota-kota kecil. Proses ini sebetulnya menimbulkan kota dan wilayah yang kurang mantap
justru tetap dipertahankan dalam keadaan rawan, karena energi yang seharusnya digunakan
untuk memantapkan, ternyata malah dialirkan ke pusat kota tersebut.
Asas 14 mengemukakan kesan perlambatan yang beroperasi dalam sebuah populasi
menghasilkan momentum yang kuat dan pola yang menentukan naik turunnya populasi.
Manusia merupakan contoh terakhir yang dikuasai oleh perlambatan, dan bahkan
populasinya tumbuh di luar batas kemampuan untuk menahannya, kecuali oleh kekuatan
yang tersimpan dalam nilai peradaban manusia itu sendiri.
Populasi yang diatur dengan menggunakan suatu sistem sebab akibat yang kemudian
menimbulkan kesan perlambatan, cenderung untuk memiliki keteraturan yang tinggi dalam
pola turun naiknya populasi. Keadaan populasi di wilayah tertentu sangat kuat dipengaruhi
oleh sejarah atau keadaan masa lalu populasi dengan lingkungannya yang cenderung dapat
mengatur populasi tersebut. Contohnya populasi manusia. Ada dua mekanisme untuk
mengarahkan populasi manusia untuk terus tumbuh :

40
1. Daya kesuburan wanita, pada wanita muda
2. Populasi wanita muda pada populasi yang sedang tumbuh akan terus bertambah.

Proses yang dapat membantu membatasi kecenderungan pertumbuhan populasi


manusia adalah perkembangan ekonomi, pencemaran alam. Kelima asas tersebut di atas
sangat relevan untuk manusia dalam ekosistemnya.

41
SISTEM LINGKUNGAN

TIK : Setelah selesai mengikuti perkuliahan BAB V ini, diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan berbagai sistem lingkungan.

MATERI :
PENDAHULUAN :
Dalam bab ini akan dibahas mengenai berbagai sistem lingkungan yang akan
diberikan dalam dua kali pertemuan.

PENYAJIAN :
1. Sistem Pertanian

42
Indonesia merupakan negara kepulauan , dan rakyatnya sebagian besar hidup
sebagai petani. Meskipun untuk memenuhi kebutuhan bahan sandang dan pangan
pemerintah Indonesia masih harus mengimpor dari luar negeri.. Namun demikian
sumbangan sector pertanian untuk negara tidak dapat diabaikan begitu saja. Beberapa
tahun yang lalu Indonesia bahkan sudah berhasil swasembada beras, sedangkan komoditi
yang lain keberhasilannya belum dapat menyamai komoditi beras.
Sumbangan sektor pertanian di negara kita terhadap pembangunan tidak lepas dari
bagaimana strategi pertanian diterapkan, karena rendahnya produktivitas sektor pertanian
akan mempengaruhi perekonomian secara nasional. Apabila dihubungkan dengan asas
yang telah dipelajari di depan, apakah tujuan strategi pertanian tersebut sejalan dengan
asas-asas yang sudah dibahas,
Sehingga kalau ternyata berlawanan, maka akan dilakukan pemilihan strategi
pertanian yang dapat dipertimbangkan baik jangka panjang ataupun jangka pendeknya.
Adapun strategi pertanian mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Memperoleh produksi maksimum per unit luas tertentu dari tanah pertanian.
2. Melakukan tata cara bertani untuk memperoleh keuntungan maksimum.
3. Menekan sekecil-kecilnya ketidakmantapan dalam produksi pertanian
4. Mencegah penurunan kapasitas produksi sistem pertanian.
Sedangkan strategi pengembangan pertanian yang berkelanjutan merupakan
pengelolaan dan konservasi sumber alam yang berorientasi pada perubahan teknologi dan
kelembagaan yang dapat menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia secara
berkelanjutan. Untuk itu perlu dicari alternatif teknologi dan metode yang tepat guna,
layak secara ekonomi dan secara social dapat diterima. Ini berarti bahwa tujuan dan
sasaran pengembangan pertanian secara berkelanjutan merupakan sebuah upaya
peningkatan produksi pertanian , terutama beras sebagai pangan utama, dan menjamin

43
bahwa peningkatan produksi tersebut tidak akan berakibat pada kerusakan sumber alam
dan lingkungan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut diperlukan upaya-upaya:
1. Pengkajian kebijakan, perencanaan dan program terpadu pertanian.
2. Perbaikan produksi pertanian dan sistem bertani melalui diversifikasi usaha tani
dan upaya pengembangan prasarana pendukung
3. Peningkatan peran serta masyarakat dan kualitas sumberdaya manusia
4. Konservasi dan rehabilitasi tanah
5. Pengendalian hama terpadu
6. Perbaikan unsur hara untuk peningkatan produksi pertanian.
Dalam mencari strategi pertanian banyak timbul masalah, yaitu bagaimana cara
untuk memperoleh hasil produksi optimum bagi kepentingan manusia, namun biaya
produksi dan energi seminimal mungkin, serta dengan mencegah kerusakan lingkungan
baik dalam jangka panjang ataupun pendek. Untuk melaksanakan strategi ini, pilihan tata
kerja harus ditawarkan ke petani, dalam hal ini ada 12 pertimbangan, Yaitu:
1. Apakah perlu ada inovasi tanaman atau ternak yang berasal dari luar negeri, luar
daerah, atau dari daerah asal sebelum tanah tersebut menjadi tanah pertanian.
2. Apakah perlu menebang seluruh daerah hutan untuk keperluan petani, atau perlu
menyelamatkan sebagian kawasan hutan untuk memperoleh kayu bakar, jalur
hijau, jalur pelindung, penahan erosi tanah, atau penjaga keseimbangan tata air.
3. Berapa banyak hasil ternak yang ingin dicapai, tentunya harus disesuaikan dengan
lahan yang tersedia.
4. Apakah perlu mengganti kerbau dengan traktor, karena traktor menghasilkan
energi lebih banyak, namun harganya mahal dan tidak dapat menghasilkan pupuk
kandang.

44
5. Apakah perlu membangun irigasi, bagaimana sistem yang paling cocok, dan
bagaimana cara pembangunannya agar dapat memberikan manfaat yang banyak
6. Berapa luas daerah pertanian yang sanggup digarap untuk mendapatkan hasil
produksi yang optimum sesuai dengan kemampuan biaya dan tenaga.
7. Tanaman dan hewan yang akan dipelihara harus disesuaikan dengan daerah
setempat
8. Berapa banyak kerapatan tanam supaya mendapatkan hasil yang optimum
9. Sistem pertanaman monokultur atau tumpangsari?
10. Berapa banyak pestisida yang harus digunakan
11. Apakah perlu pemeliharaaan seperti penyiangan?
12. Bagaimana menentukan tanaman yang akan ditanam dan pemakaian pupuknya?
Meskipun upaya untuk meningkatkan produksi pertanian sudah dirancang
sedemikian rupa, namun Anonim Indonesia, sector pertanian di masa mendatang
menghadapi tantangan, dan tantangannya berupa:
1. Penurunan kemampuan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan dan
kebutuhan lain akibat makin cepatnya laju pengalihan fungsi tanah pertanian.
2. Derasnya mobilisasi penduduk pedesaan yang disebabkan semakin menurunnya
penghasilan petani, sebagai akibat menyempitnya tanah usaha sehingga para
petani mencari sumber tambahan dengan bekerja di luar bidang pertanian, yang
umumnya berada di kota.
3. Mobilisasi petani yang tinggi tidak hanya mengalir ke hilir (kota), tetapi juga
dengan mengalir ke hulu (merambah hutan lindung) yang dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan.
4. Meningkatnya tekanan penduduk, pertumbuhan industri, dan permukiman
terhadap tanah-tanah pertanian yang diperburuk dengan meningkatnya usaha

45
intensifikasi pertanian dengan menggunakan masukan an organik (pupuk,
pestisida, dan hormon pengatur tumbuh) dalam jumlah besar yang pada akhirnya
mengakibatkan kualitas lingkungan air dan tanah menjadi turun.
5. Ketatnya persaingan untuk dapat menghasilkan produk yang bermutu dan
berkualitas tinggi dengan harga bersaing dalam menghadapi era perdagangan
bebas.

Sistem Pertanian dan Komunitas Alam


Sistem pertanian berbeda dengan komunitas alam. Pada sistem pertanian
keanekaragaman menjadi berkurang, hal ini tergantung dari keinginan si petani
itu sendiri. Misalnya si petani menginginkan lahannya untuk ditanami secara
monokultur ataupun tumpangsari. Pada hal sistem pertanian seperti ini si petani
mempunyai tujuan tertentu yaitu mendapatkan produktivitas per biomassa setinggi
mungkin, sehingga diusahakan menanam jenis yang produksinya tinggi, misalnya
menanam padi yang mempunyai butir banyak dengan rumpun yang pendek. Pada sistem
monokultur ini, meskipun keanekaragaman rendah sekali, namun pemanfaatan energi
untuk mengurus lebih cermat, selanjutnya untuk peningkatan produksi dilakukan
intensifikasi misalnya dengan penggunaan pupuk, pestisida, mekanisasi tanah, irigasi dsb.
Dengan mengurangi keanekaragaman spesies pada sistem pertanian monokultur, maka
menaikkan homogenitas jenis, sehingga kawasan pertanian menjadi sangat tidak stabil.
Akhirnya praktek bertani banyak memerlukan energi untuk memelihara kemantapan, dan
hal ini seringkali menjadi petaka besar, karena banyaknya aliran energi yang keluar
masuk dengan cepat, disertai dengan pembalikan mineral tanah, sehingga mengakibatkan
kerusakan tanah.

46
Sedangkan pada komunitas alam mempunyai kestabilan dan keanekaragaman
yang tinggi dengan biomassa setinggi mungkin per luasan tertentu. Pada komunitas alam
yang mengalami suksesi yaitu merupakan proses perubahan komunitas yang berurutan
yang menyangkut peningkatan biomassa, karena proses ini bermula dari komunitas
dengan tumbuhan perintis dan kemudian menjadi semak belukar, dan pada akhirnya
menjadi hutan dengan biomassa yang besar. Komunitas alam input energinya hanya
tergantung pada matahari.

Revolusi Hijau

Revolusi hijau adalah suatu usaha untuk mencari berbagai varitas tanaman
penghasil biji-bijian (terutama beras dan gandum) yang berproduksi tinggi dalam skala
yang besar. Penelitian dan pengembangan dari revolusi hijau ini dilakukan di negara-
negara sedang berkembang seperti Filipina, Meksiko, India, Pakistan dan Turki. Program
ini diharapkan dapat mengatasi krisis populasi sumber alam yang melanda negara-negara
berkembang. Namun demikian dari hasil revolusi hijau ini sebaiknya perlu dicermati oleh
kita karena:
1. Dari hasil revolusi hijau ini varietas tanaman memang sudah relatif lebih baik,
tetapi produksi yang meningkat itu bukan semata-mata hanya karena varietas
tanaman saja yang baik, ada aspek lain yang mendukung, seperti musim. Hal ini
sesuai dengan asas 3 yang menyatakan bahwa ada lima kategori sumber alam,
termasuk materi (curah hujan), energi (suhu), yang dapat menaikkan hasil panen.

47
2. Di India, hasil panen terus meningkat, tetapi dengan cara membuka lahan
pertanian yang baru, dan apabila cara ini terus menerus dilakukan, berarti akan
terjadi pembukaan lahan baru.
3. Hasil panen dapat terus-menerus ditingkatkan dengan pemakaian pupuk,
pembangunan irigasi, pemanfaatan mekanisasi dan teknologi pertanian, sehingga
memerlukan biaya yang sangat besar yang mungkin diluar kemampuan negara
berkembang.
4. Revolusi hijau juga mengancam kita dengan bahaya genetika. Apabila wilayah
pertanian hanya ditanamai varietas tertentu saja (gandum, padi, jagung), maka ada
kemungkinan daerah tersebut peka dengan hama dan penyakit.
Menurut asas ke 13, peningkatan keanekaragaman justru perlu ditingkatkan untuk
memantapkan daerah pertanian.. Disini dapat disimpulkan bahwa meskipun revolusi
hijau membawa kemajuan yang berarti, namun kita tetap harus waspada karena
kemajuannya harus diimbangi dengan aspek-aspek yang lain seperti peningkatan sumber
daya manusianya.

2. Siatem Hutan
Luas hutan dunia, separohnya merupakan hutan yang terletak di daerah tropika.
Dari seluruh hutan di daerah tropika, kira-kira seperempatnya terletak di wilayah Asia-
Pasifik dan hampirnya merupakan hutan alam. Sedangkan Indonesia mempunyai hutan
tropik terluas ketiga di dunia, dengan ekosistem yang beragam mulai dari hutan tropik
dataran rendah dan dataran tinggi hutan rawa gambut, rawa air tawar dan hutan bakau.
Ekosistem hutan tersebut mempunyai fungsi dan peranan yang penting. Secara ekologis

48
hutan merupakan sumber keanekaragaman hayati yang sangat kaya, baik flora maupun
faunanya dan juga sebagai paru-paru dunia.

Eksploitasi Hutan
Eksploitasi hutan tidak hanya terbatas pada hasil hutannya saja, melainkan pada
hutan itu sendiri seperti pembukaan lahan untuk pemukiman, penambangan, pertanian,
yang banyak dilakukan di negara-negara berkembang yang mempunyai kepadatan
penduduk yang relatif tinggi. Di Indonesia eksploitasi hutan disamping yang disebutkan
diatas juga karena adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi dan tidak merata, kasus
pemilikan tanah secara tradisional, pembukaan lahan untuk program transmigrasi dsb.
Untuk mengatasi hal semacam ini diperlukan kesadaran masyarakat yang tinggi
mengenai arti pentingnya peranan hutan bagi manusia secara berkelanjutan.

Strategi Ekonomi
Dari aspek ekonomi, hutan merupakan sumber pendapatan penting bagi negara
terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang, juga bagi penduduk sekitar hutan
merupakan sumber pangan. Anonim pembangunan di sector kehutanan selama PJP I
telah memberikan dampak yang sangat berarti bagi pembangunan ekonomi dan perbaikan
lingkungan hidup di negara kita.

Hutan dan Perkembangan Bangsa


Apabila dilihat dari sejarah perkembangan manusia, hutan memegang peranan
yang berarti, karena kekuasaan, pengaruh dan vitalitas kebudayaan beberapa masyarakat
zaman dahulu banyak bergantung kepada pengadaan hutan di lingkungan negaranya.
Misalnya Athena dan Sparta adalah negara yang kuat pada zaman sebelum Masehi, tetapi

49
pada abad ke empat sebelum Masehi pengaruhnya menurun sejalan dengan habisnya
wilayah hutan di negara tersebut. Begitu pula dengan negara Spanyol yang telah berjaya
dengan kekuasaannya selama tiga abad pada abad ke 17 menurun . Hal ini disebabkan
karena menurunnya hasil hutan yang dipakai untuk membangun armada kapalnya. Lain
halnya dengan Amerika Serikat yang agak beruntung, karena setelah penebangan hutan
kemudian ditemukan arang batu bara sebagai pengganti kayu bakar, kemudian ditemukan
pula minyak bumi, sehingga negara itu masih tetap eksis. Disini dapat diartikan bahwa
banyak negara tergantung dengan hutan karena kemampuan mereka mengelolanya.
Sedangkan di negara Indonesia, banyak sekali kebudayaaan yang berkembang
terutama pada masyarakat asli pedalaman yang mempunyai keterkaitan dengan hutan.
Misalnya suku-suku di pedalaman hutan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Riau yang
senantiasa menjaga kelestariannya, suku-suku di Kep. Mentawai dsb.

Pengaruh Hutan terhadap Lingkungan


Hutan berpengaruh terhadap faktor lingkungan yaitu iklim, tanah dan air. Contoh
hasil penelitian tentang pengaruh hutan terhadap iklim telah dilakukan dengan
membandingkan hutan yang sudah ditebang dan hutan yang masih utuh, hasilnya
menunjukkan bahwa hutan mempengaruhi iklim setempat (iklim mikro). Pada hutan
yang sudah ditebang dapat menimbulkan variasi iklim yang besar dari panas ke dingin,
dan dari basah ke kering sehingga kurang cocok untuk pertumbuhan tanaman. Sedangkan
pada hutan yang belum ditebang penuh dengan belukar, karena pohon-pohonan mampu
mengurangi kecepatan angin, akibatnya mengurangi penguapan air (evaporasi) dari
tumbuhan yang terlindung olehnya, sehingga apabila dibawahnya ada tanaman pertanian
maka pertumbuhannya akan baik dan dapat meningkatkan hasil panen.

50
Pohon-pohon hutan juga mempengaruhi struktur tanah dan erosi, sehingga
mempengaruhi pengadaan air di lereng gunung. Serasah di lantai hutan dapat mencegah
rintikan air hujan untuk langsung jatuh ke tanah, tanpa adanya serasah, tanah lantai hutan
akan padat oleh air hujan, dengan demikian daya serapnya berkurang.
Jadi apabila hutan di lereng gunung habis ditebang, air hujan akan mengalir deras
membawa partikel tanah permukaan, yang kemudian bercampur menjadi Lumpur.
Peristiwa ini akan menutupi pori-pori tanah di permukaan, pada hujan berikutnya lebih
banyak lagi air yang mengalir di sepanjang lereng, karena makin berkurangnya daya
serap tanah. Hal ini menyebabkan tanah di lereng gunung menjadi gersang dan kerdil.
Apabila kejadiannya semakin parah, air yang mengalir dari lereng gunung tanpa
rintangan, maka menimbulkan banjir, banjir ini akan menghanyutkan lapisan humus pada
permukaan tanah.
Dari uraian di atas nampak bahwa penebangan hutan dapat menciptakan
“lingkaran setan”. Makin banyak pohon yang ditebang, maka semakin besar perubahan
ekstrim iklim mikro, sehingga makin sukar tumbuhan akan hidup.

Pengaruh Hutan dalam Tataguna Tanah


Keadaan iklim mikro di suatu daerah berhubungan erat dengan vegetasi yang
terdapat di daerah itu. Berbagai teori telah dikembangkan dalam mencari hubungan
antara vegetasi dengan iklimnya. Teori ini berkembang dalam dalam suatu bidang
ekologi yang dikenal dengan ekologi zona kehidupan (Life-zone ecology). Bidang
keilmuan ini dapat digunakan sebagai alat dalam perencanaan tataguna tanah pada tingkat
nasional. Apabila dapat ditentukan jenis tumbuhan yang dapat dipelihara di suatu daerah
dengan cukup menguntungkan, maka akan dapat ditentukan pola penggunaan wilayah
dengan keuntungan yang dapat diperoleh dalam jangka panjang.

51
Dalam hal ini hubungan antara ekologi zona kehidupan dengan perencanaan
tataguna tanah menurut Holdrige (1967) pada tingkat nasional pada sebuah negara
mempunyai dua strategi. Strategi pertama adalah dengan menentukan pola penghidupan
yang sesuai dengan keadaan sumber alam yang ada di lingkungannya, artinya tidak ada
unsur paksaan bagi seseorang untuk hidup bertani, karena lingkungan nya tidak cocok
untuk pertanian. Strategi ini pertama harus menentukan kapasitas manusia dan jenis tanah
serta iklim daerah setempat, kemudian menentukan penyebaran populasi manusia yang
diatur dan disesuaikan menurut pembakuan (standart) kehidupan yang diingini. Strategi
yang kedua adalah membiarkan populasi manusia tumbuh semaunya serta membuka
kesempatan kepada mereka untuk memanfaatkan setiap jengkal tanah yang dimanfaatkan
untuk pertanian, untuk menyokong penghidupan mereka, meskipun dengan produksi
rendah (namun pilihan ini bertentangan dengan asas ke empat).
Penelitian untuk menemukan teknik yang terbaik dalam mengklasifikasikan
wilayah telah banyak dilakukan, sehingga dapat ditentukan jenis tumbuhan yang cocok di
suatu daerah dengan berbagai faktor lingkungannya dengan memanfaatkan sumber alam
yang ada di dalamnya sebaik mungkin.

Zona Kehidupan
Pengujian zona kehidupan telah dilakukan oleh Holdridge, yang mendasarkan
metodenya pada perkiraan bahwa:
1. Asosiasi tumbuhan yang dijumpai dimanapun di bumi ini berdasarkan tiga faktor
lingkungan, yaitu suhu, curah hujan dan kelembaban udara. Kelompok/asosiasi
tumbuhan tersebut dapat dibatasi oleh ke tiga faktor tersebut, dan kelompok ini
yang menempati zona kehidupan tertentu. Zona ini mempunyai dua arti yaitu
ditujukan pada tumbuhan yang hidup didalamnya dan ditujukan pada batas

52
kisaran nilai suhu dan curah hujan dalam zona tersebut. Oleh karena itu
berdasarkan hubungan antara kedua faktor iklim tersebut dengan tumbuhan yang
tersebar di dalamnya, dapat ditentukan berbagai asosiasi tumbuhan yang ada di
dalam zona tertentu.
2. Ekivalensi di antara ketiga besaran faktor iklim dengan suatu jenis asosiasi
tumbuhan dapat dinyatakan dengan suhu, curah hujan, dan kelembaban udara
dalam unit yang memiliki relevansi biologi secara maksimum. Jad untuk suhu
digunakan indeks suhu biologi (biotemperatur) rata-rata per tahun.
Holdridge menyatakan suhu biologi itu sebagai suhu yang berada pada batas
kisaran, yang masih memungkinkan pertumbuhan vegetasi. Dan vegetasi
diperkirakan tumbuh pada kisaran suhu antara 0 C – 30 C
Curah hujan dinyatakan dengan jumlah rata-rata per tahun dalam millimeter.
Kedua angka biotemperatur dan curah hujan ini sudah cukup untuk menentukan
zona kehidupan.
3. Pengaruh suhu, curah hujan atau evapotranspirasi potensial pada tumbuhan
berhubungan erat dengan nilai logaritma nilai yang diukur dari ketiga besaran
tadi.
4. Daerah lintang mempunyai ekivalensi dengan jalur ketinggian tempat. Jadi, kalau
seseorang mendaki lereng gunung di daerah tropika, maka ia akan sampai pada
ketinggian yang keadaan vegetasinya sebanding dengan kondisi curah hujan yang
serupa dengan keadaan di kutub.
5. Satu macam kelompok tumbuhan yang tumbuh di suatu kawasan tidaklah secara
unik ditentukan oleh zona kehidupan. Holdridge mengusulkan adanya tiga tingkat
hirarki untuk mengklasifikasikan lingkungan tumbuhan, yang tertinggi atau
terluas (zona kehidupan).

53
Dalam unit ini kemudian terdapat tiga pembagian yang disebut asosiasi. Asosiasi
ini kemudian ditentukan oleh karena adanya pengaruh suhu, curah hujan, kelembaban,
dan modifikasi azonal, seperti angin yang keras searah, kabut tebal, pola curah hujan
menurut musim dst.
Jadi Holdridge mengenal asosiasi suhu, asosiasi hidris, asosiasi tanah dst. Tiap
asosiasi ini kemudian dapat dibagi pembagian tingkat ketiga yang didasarkan pada
perbedaaan tataguna tanah.
Sistem di atas mempunyai arti bahwa seorang ahli yang terlatih dapat meramalkan
jenis komunitas di suatu daerah berdasarkan pada data faktor lingkungan dan iklim di
daerah tersebut, kemudian dapat pula ditentukan jenis tumbuhan apa yang cocok ditanam
di daerah tersebut.

3. Sistem Danau
Indonesia mempunyai lebih dari 500 danau dengan luas sekitar 5000 km 2. Dari
sejumlah danau terutama di Sulawasi, Sumatra dan Irian Jaya mempunyai spesies
endemis, contohnya Danau Matano-Towuti mempunyai 25 spesies endemik ikan, 12
spesies endemik moluska, 1 spesies endemik ular dan beberapa spesies tumbuhan air.,
sedangkan di Indonesia bagian Barat, belum diketahui berapa banyak spesies endemik
Anonim (1996).
Danau merupakan salah satu ekosistem dari sekian banyak ekosistem yang telah
dikenal. Menurut seorang ahli “danau sebagai sebuah mikrokosmos”. Tumbuhan dan
hewan yang ada di dalam danau adalah bagian dari pada sistem interaksi yang dinamis
dan diantara mereka saling pengaruh-mempengaruhi. Danau dapat digunakan untuk
mengemukakan beberapa asas penting bagi semua ekosistem.

54
Asas pertama, ekosistem lahir karena perjalanan sejarah. Maksudnya adalah
semua bentuk kekuatan yang beroperasi pada setiap waktu di dalam sebuah ekosistem
lama kelamaaan dapat mengubah cirri dari ekosistem tersebut. Artinya semua ekosistem
mengalami suksesi, contoh nyata adalah danau. Suksesi dalam sebuah ekosistem, tidak
hanya berarti bahwa setiap spesies tumbuhan dan hewan dalam ekosistem itu mengalami
perubahan genetika untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya.
Tetapi juga berarti bahwa karena perubahan yang berlalu dalam ekosistem itu, maka
spesies yang tak sesuai dengan keadaan baru telah diganti oleh spesies yang lebih
mampu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya. Komposisi spesies tumbuhan
dan hewan dalam danau juga berubah-ubah dan proses suksesi ini menyangkut berbagai
gelombang perubahan komposisi spesies.

Suksesi dalam Danau


Terjadinya sebuah danau berasal dari berbagai akibat atau kejadian. Danau alam
biasanya terbentuk oleh adanya aktifitas vulkanik atau tektonik (Lehmusluoto,1999).
Danau Toba misalnya adalah danau yang terjadi karena akibat patahan di permukaan
bumi yang kemudian diikuti peristiwa klimat. Beberapa danau lain terjadi karena gejala
vulkanik misalnya danau Lamongan, karena belokan sungai yang terlalu dalam, karena
depresi tanah kapur, ada juga danau buatan seperti Jatiluhur.
Ketika danau pertama kali terbentuk, di dalamnya terkandung bahan organic yang
jumlahnya sedikit, dan airnya jernih, dengan kerapatan tumbuhan dan hewan rendah.
Karena airnya jernih, maka sinar matahari dapat menembus sampai ke dalam, sehingga
suhunya menjadi dingin.
Hewan terutama ikan yang ditemukan di dalam danau tersebut merupakan hewan
yang dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang sejuk, kurang bahan

55
makanan tetapi kaya oksigen. Danau semacam ini disebut danau oligotrofi artinya
makanan sedikit. Dalam keadaaan seperti ini bahan makanan juga sedikit, karena aktifitas
biologi sedikit. Oleh sebab itu, ada kemungkinan pada permukaan air juga terjadi
kekurangan bahan seperti fosfor, nitrogen dan kalsium. Padahal unsur kimia tersebut
sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup. Meskipun demikian kegiatan biologis dalam danau
lama kelamaan meningkat, kecuali kalau memang danau tersebut sangat dingin atau
sangat kekurangan bahan makanan. Bahan organik seperti fitoplankton, zooplankton dan
sampah organik lain yang ada di dalam danau semakin lama semakin banyak menumpuk
di daerah permukaan . Akibatnya kejernihan air semakin lama semakin menurun air
menjadi semakin keruh, ini berarti sinar matahari tidak dapat menembus ke dalam
perairan, hanya di permukaan air saja, sehingga proses fotosintesis semakin terganggu,
terjadi hanya sebatas di permukaan perairan saja. Dengan meningkatnya jumlah total
kegiatan biologis per unit waktu dalam volume air tertentu, maka akan menimbulkan
produksi sampah organik meningkat yang mulanya terapung dipermukaan air, tetapi lama
kelamaan akan tenggelam di dasar danau. Ditambah pula adanya pemasukan bahan dari
luar melalui air sungai yang mengalir ke danau, lama kelamaan danau akan menjadi
dangkal karena adanya pengendapan bahan. Terutama di tepi danau yang banyak kegiatan
biologis, akan memperkaya bahan-bahan di danau tersebut, sehingga danau yang tadinya
oligotrofi menjadi mesotrofi.
Daya pengendapan bahan memang bervariasi dalam danau mesotrofi. Ada danau
mesotrofi yang lama sekali berubah ke tingkatan berikutnya, tetapi ada juga danau
mesotrofi yang dengan cepat berubah menjadi dangkal bagian tepinya, dengan bagian
tengah mempunyai kedalaman tertentu (3-10m). Apabila kecepatan aktifitas biologi
bertambah tinggi dan konsentrasi organisme hidup besar, maka produksi bahan organik
menjadi bertambah, menyebabkan air danau menjadi keruh. Akibatnya matahari hanya

56
dapat menembus beberapa meter saja (1-3 m) saja, sehingga danau airnya menjadi hangat
dan terjadilah perubahan komposisi spesies jasad hidup, danaupun akan menjadi lebih
kaya dengan jasad hidup.. Hal ini menyebabkan selalu tersedia cukup makanan di
permukaan air untuk mendukung berbagai kegiatan biologi. Danau ini kemudian berubah
tingkatannya menjadi eutrofi. Apabila terjadi pendangkalan terus menerus dengan jasad
hidup yang sangat melimpah, maka akhir dari suksesi ini akan terjadi distrofi.
Keadaan tersebut menunjukkan perubahan dari danau menjadi rawa, lalu menjadi
tanah daratan seperti biasa. Pada keadaan distrofi, jumlah bahan organik yang dibusukkan
menjadi begitu besar, sehingga oksigen yang digunakan untuk aktifitas pembusukan
melebihi kemampuan tumbuhan untuk menyediakannya. Akibatnya tumbuhan aquatik
dalam danau itu menjadi sangat berkurang daya aktifitas biologinya, akhirnya danau
tersebut akan mati, kemudian lahirlah komunitas “daratan baru”. Urutan perubahan
suksesi pada danau tersebut akbat dari aktifitas manusia, misalnya pembuangan sampah
organik, pencemaran limbah pertanian dsb.

Manfaat Danau bagi Manusia


Danau mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, menjadi sumber
alam yang dapat dimanfaatkan baik langsung ataupun tidak langsung oleh manusia,
karena sebagai sumber alam air danau dapat dimanfaatkan untuk pengairan, suplai
industri domestik, PLTU, perikanan, transportasi, rekreasi dan konservasi
keanekaragaman flora dan fauna (Lehmusluoto, 1999). Keuntungan tehnis dari danau
adalah menghasilkan ikan dan sebagai sumber irigasi, di danau Maninjau dan Singkarak,
Batur dan Bratan danau dapat dimanfaatkan untuk tempat rekreasi, dan irigasi.
Danau merupakan sumber bahan makanan yang penting bagi manusia, contohnya
adalah ikan. Meskipun demikian jumlah bahan makanan (ikan} yang dapat diambil oleh

57
manusia dari danau tergantung dari tingkat suksesinya (kesuburannya), sehingga
diperlukan strategi manusia dalam pengambilan hasil dari dalam danau itu. Disini
dibutuhkan pengelolaan secara berkelanjutan agar tidak habis dan punah.

4. Sistem Padang Rumput


Padang rumput dengan sistem peternakan di dalamnya perlu memperoleh
perhatian khusus, karena merupakan suatu sistem edaran sebab-akibat antara tumbuhan
dan hewan dalam lingkungan hidup manusia. Dari hubungan timbal balik ini manusia
dapat memetik manfaatnya yang sangat berharga. Yang menarik dari sistem padang
rumput ini adalah berlakunya hubungan pengaruh-mempengaruhi antara keanekaragaman
spesies tumbuhan dan keanekaragaman spesies hewan. Hewan (ternak) pemamah biak
dari berbagai spesies, bahkan dari berbagai umur pada spesies yang sama, sering
mempunyai pilihan spesies tumbuhan tertentu untuk makanannya. Ini berarti apabila kita
memindahkan spesies atau kelompok umur suatu hewan ternak ke padang rumput lain,
maka kita akan mengubah pula komposisi spesies tumbuhan di padang rumput asalnya.

58
Hasil ternak
bagi manusia

Kepadatan hewan Pengaruh jejak kaki Kepadatan hewan


spesies 1 terhadap sifat manusia spesies2

IKLIM

Pemupukan tanah
oleh manusia

Kepadatan Konsentrasi zat Kepadatan


tumbuhan makanan dalam tumbuhan
spesies 1 tanah spesies 2

Gambar Bagan alir hubungan timbal-balik hewan – tumbuhan - manusia di dalam


ekosistem padang rumput.

Hubungan Tumbuhan-Hewan dan Manusia


Hubungan antara hewan, tumbuhan dan peranan manusia dalam sebuah padang
rumput dapat ditunjukkan secara sederhana pada gambar di atas. Meskipun pada
kenyataannya padang rumput dihuni oleh oleh banyak spesies hewan dan tumbuhan
dengan bermacam kelas umurnya yang berbeda-beda, namun untuk memudahkan
ilustrasi pada gambar, hanya akan dicantumkan dua spesies hewan ternak dan dua spesies
tumbuhan. Dalam gambar tersebut terlihat bahwa manusia dapat mengambil hasil dari
kedua spesies hewan ternak yang terdapat dalam padang rumput tersebut.
59
Artinya, setiap tahun manusia dapat mengambil X% dari daging yang dihasilkan
oleh spesies hewan yang satu, dan Y% dari spesies hewan yang kedua. Kedua spesies
hewan ini mempengaruhi spesies tumbuhan , bukan saja spesies stumbuhan tersebut
dijadikan bahan makanan, tetapi juga karena pengaruh jejak kakinya. Manusia dalam
usaha meninggikan produksi hewan, dapat secara tidak langsung memberi pupuk kepada
kawasan padang rumput, yang kemudian akan terdapat penambahan zat makanan dalam
tanah bagi tumbuhan untuk hidup lebih subur. Sungguhpun demikian perlu diingat,
bahwa tiap tumbuhan yang terdapat dalam padang rumput itu mempunyai keperluan
bahan makanan yang berbeda-beda.
Sebaliknya tumbuhan merupakan faktor yang penting juga dalam mempengaruhi
sifat serta cirri tanah sebagai penyumbang bahan organic. Gambar tersebut tidak
menampung hubungan timbal balik sistem hewan-tumbuhan-manusia secara kritis,
misalnya bagaimana pengaruh faktor lingkungan terhadap keseimbangan hidup sapi di
padang rumput. Untuk lebih menjelaskan hubungan yang dinamis antara spesies
tumbuhan dan hewan di padang rumput , dirumuskan hubungan tersebut sbb:
1. Berbagai spesies hewan pemamah biak yang hidup di padang rumput yang sama
mempunyai pilihan tumbuhan yang berbeda sebagai bahan makanannya.
2. Adanya pilihan tertentu terhadap tumbuhan sebagai makanannya, maka hewan
dapat mengubah komposisi tumbuhan di padang rumput tsb, karena adanya
seleksi terhadap tumbuhan, ada kemungkinan spesies tumbuhan yang
kerapatannya menjadi berkurang.
3. Timbulnya perubahan kerapatan relatif spesies tumbuhan yang berlainan,
berakibat pada timbulnya perubahan spesies hewan yang mencari makanan di
daerah tsb.

60
Pilihan Bahan Makanan oleh Ternak
Disini dicontohkan oleh Taibott (1996) yang melaporkan bahwa setiap spesies
pemamah biak di Afrika Timur dan Tengah mempunyai pilihan bahan makanan yang
berlainan. Jerapah lebih memilih daun dari pohon-pohon yang tinggi, badak memakan
daun semak-belukar, sedangkan “wilde beest” lebih senang makan rumput yang
eksklusif. Hal yang serupa berlaku di padang rumput Cagar Alam Ujung Kulon. Badak
lebih suka makan daun dan kayu dari semak belukar yang muda, banteng hampir secara
eksklusif memakan rumput-rumputan, sedangkan rusa memakan pucuk muda dari
beberapa tumbuhan semak Sedangkan di California sapi dan biri-biri bahan makanannya
menurut perjalanan musim (table).
Apabila dianalisa cara makan kedua hewan ternak tersebut dalam segi hubungan
antara frekuensi tumbuhan sebagai bahan makanan dengan frekuensi pemakanan oleh
kedua hewan tersebut, nampak adanya perbedaan baik pada pilihan hewan terhadap suatu
jenis tumbuhan maupun pada intensitas pemakanan tumbuhan tertentu oleh hewan
tersebut.
Begitu pula di Australia, di negara tersebut hujan sangat tidak menentu waktunya,
sehingga penggembalaan mempengaruhi perubahan komposisi tumbuhan. Akibatnya
biri-biri sangat menekankan plihan makanannya kepada tumbuhan yang mempunyai
pertumbuhan vegetatif di luar musim hujan. Dengan demikian spesies tumbuhan yang
masa pertumbuhannya di musim hujan tidak begitu terpengaruh oleh biri-biri. Semua itu
menyebabkan penggembalaan yang berlangsung sepanjang tahun mengubah komposisi
tumbuhan ke arah spesies yang mempunyai periode pertumbuhan yang pendek dan akar
yang tidak begitu dalam, yaitu cirri-ciri tumbuhan di luar musim penghujan, sehingga
tumbuhan musim penghujan makin-lama makin unggul (dominan). Konsekuensi
penggembalaan biri-biri tersebut, maka kanguru terusir dari lingkungan hidup aslinya,

61
yaitu padang rumput. Meskipun demikian akibat sebaliknya, kanguru bukit turun ke
padang rumput karena menemukan makanan yang cocok dengan adanya perubahan
komposisi tumbuhan di padang rumput tersebut. . Perubahan serupa ini menyebabkan
kerugian besar pada manusia karena perbuatannya sendiri, yaitu dengan menurunnya
kapasitas bawa di daerah tersebut sebesar 25%. Jadi penggembalaan yang terlalu intensif
tadi, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan yang cukup besar dalam jangka yang
pendek, ternyata menngakibatkan kerugian yang sangat besar dalam waktu yang relatif
pendek dan merupakan kerugian dalam jangka panjang.

Pengaruh Perubahan Distribusi Umur Hewan Ternak terhadap Komposis


Tumbuhan di Padang Rumput
Perubahan komposisi spesies tumbuhan di padang rumput tidak hanya
disebabkan oleh perubahan komposisi spesies hewan saja, tetapi juga oleh distribusi umur
hewan dalam spesies yang sama. Contohnya di Inggris barat laut (kawasan biri-biri). Di
daerah ini masalah yang paling serius adalah terdapatnya penyebaran jenis rumput
matgrass. Jenis rumput ini biasanya sebagai indikator jenis tanah miskin, sebagai akibat
menurunnya kesuburan tanah di bukit. Tetapi kemudian jenis rumput ini menjadi umum
dijumpai di padang rumput. Analisis kadar zat makanan yang terdapat pada matgrass
dibandingkan dengan spesies rumput yang lain dalam padang rumput itu menunjukkan
lebih rendah kadarnya hampir pada setiap zat makanan. Pada saat musim dingin, biri-biri
dewasa memakan rumput ini hampir seluruh tumbuhan dapat tercabut sampai ke akar-
akarnya, namun demikian sisa penyebaran rumput ini masih dapat terlihat di sela-sela
batu atau di tepi dinding.
Sementara itu kebutuhan daging domba makin meningkat, menyebabkan
distribusi dan komposisi umur domba itu berubah. Perubahan ini menunjukkan bahwa

62
dalam populasi biri-biri itu terdapat lebih banyak biri-biri muda dan anak-anak dari pada
yang dewasa, dan mereka ini memilih rumput lain sebagai bahan makanannya, tidak
memilih matgrass. Akibatnya matgrass justru mendesak rumput lain yang mempunyai
mutu makanan lebih baik, hasilnya matgrass tumbuh menyebar yang sebenarnya tidak
diingini oleh manusia karena menurunkan produksi ternak.
Hal ini sebenarnya sudah diramalkan pada asas ke 13, apabila manusia terlalu
banyak mengambil hasil ternak, maka akan terjadi perubahan distribusi umur dalam
populasi biri-biri itu, yang berakibat pada ketidak mantapan dalam lingkungan padang
rumput. Hasilnya dapat menurunkan keanekaragaman distribusi umur dan ratio
jantan/betina dalam populasi itu, dan akibat terakhir adalah menimbulkan ketidak
mantapan pada populasi tumbuhan yang menjadi makanannya dan mengalami suksesi
dari stabil menjadi tidak stabil.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka dilakukan pemupukan tanah padang rumput
dengan penambahan fosfat, hasilnya terjadi kenaikan produksi enam kali lipat.
Dari kenaikan produksi tersebut, timbul sebuah polemik, karena untuk
meningkatkan produksi harus diperlukan energi baik di sektor pertanian ataupun
peternakan, kemudian timbul masalah baru karena adanya ketergantungan penambahan
energi, sehingga menambah beban, karena sumber energi habis dalam perjalanan waktu.

63
KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN

TIK : Setelah selesai mengikuti perkuliahan pada BAB VI ini, diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan tentang konservasi sumberdaya alam dan pengelolaan lingkungan.

MATERI :
PENDAHULUAN :
Dalam bab ini akan dibahas hal-hal mengenai konservasi sumberdaya alam dan
pengelolaan lingkungan, yang akan diberikan dalam dua kali pertemuan.

PENYAJIAN :

Pengertian Konservasi
Akhir-akhir ini telah terjadi pengeksplotasian dan pemanfaatan sumber daya alam
secara berlebihan tanpa memperhatikan kelestariannya. Contoh kecil adalah penggunaan dan
pengolahan lahan yang berlebihan tanpa nenperhatikan kaidah-kaidah pelestarian atau
konservasi. Kaidah-kaidah konservasi sumber daya alam pada umumnya adalah
penghematan penggunaan sumber daya alam dan memperlakukannya berdasarkan hukum
alam.
Pengertian konservasi itu sendiri suatu upaya atau tindakan untuk menjaga
keberadaan sesuatu secara terus menerus berkesinambungan baik mutu maupun jumlah.
Menurut Wartaputra (1990) titik tolak konservasi sumberdaya alam hayati bersumber dari
strategi konservasi dunia yang pada tahun 1980 diumumkan di Indonesia (bersama dengan 30

64
negara lain di dunia) oleh empat orang menteri: Menteri Pertanian, Menteri Penerangan,
Menteri RISTEK dan Menteri PPLH yang mengandung tiga aspek yaitu:
1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan
Yaitu perlindungan proses ekologis yang penting sebagai sistem penyangga kehidupan
(yang mendukung sistem penyangga kehidupan), karena sistem penyangga kehidupan
harus dalam keadaan yang seimbang. Disini ada perbedaan antara lingkungan asli (sudah
dalam keseimbangan yang optimal/stabil) dan lingkungan buatan (dalam keadaan tidak
stabil). Siklus udara, air, tanah dan hara merupakan sub sistem penyangga kehidupan.
2. Pengawetan/pelestarian aneka ragam genetik yang ada
Kegunaan pelestarian genetik adalah untuk kesinambungan pembangunan. Hampir dari
seluruh industri tergantung dari kelestarian jenis unggul untuk keperluan kehidupan
manusia. Misalnya padi yang terus menerus diteliti sampai ditemukan jenis unggul.
3. Pelestarian manfaat
Pemanfaatan spesies flora dan fauna sudah banyak dilakukan. Pemanfaatan spesies-
spesies yang tidak dilindungi dapat terjamin dalam keseimbangan alam. Sedangkan
pemanfaatan spesies-spesies yang dilindungi diperlukan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan CITES (Convention International Trade of Dangered Flora and Fauna
Species).
Perkembangan prinsip konservasi, semula pendekatan konservasi jenis menjadi
konservasi dengan pendekatan ekosistem. Disini ada beberapa masalah dalam menangani
konservasi sumber daya alam:
1. Jumlah penduduk dengan penyebaran yang tidak merata, yang sebagian besar berada di
P. Jawa
2. Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi

65
3. Mata pencaharian yang bersifat agraris akan memerlukan lahan, dan terjadi tumpang
tindih kepentingan antara konservasi dan eksploitas
4. Sumber daya alam adalah modal dasar pembangunan yang harus dimanfaatkan baik
sebagai obyek maupun subyek pembangunan
Oleh karena itu untuk melestarikan sumber daya alam terutama sumberdaya alam
hayati, sebagai benteng terakhir oleh pemerintah adalah ditetapkannya kawasan konservasi
sebagai perwakilan berbagai ekosistem (di Indonesia terdapat kurang lebih 80 ekosistem)

Pengertian Sumberdaya Alam


Sumberdaya alam berdasarkan manfaat yang diperoleh dapat dibagi menjadi:
1. Sumberdaya alam Stock atau non-renewable
Yaitu sumberdaya alam yang apabila tidak dimanfaatkan ketersediaanya tidak bervariasi
secara nyata menurut waktu. Dengan kata lain menurut waktu keadaannya tidak
bertambah atau berkurang. Dengan demikian setiap bentuk pemanfaatan sumberdaya
alam tersebut saat ini akan menurunkan ketersediaannya (dalam bentuk penggunaan yang
sama) di masa mendatang contohnya minyak bumi, batubara, emas, dan barang tambang
lainnya.
2. Sumberdaya alam flow atau renewable
Yaitu sumberdaya alam yang ketersediaannya bervariasi menurut waktu, walaupun tidak
dimanfaatkan laju ketersediaannya mungkin meningkat atau menurun menurut waktu.
Sumberdaya alam ini terbagi menjadi :
a. Sumberdaya alam dengan zona kritis (“with critical zone”)
Seperti hutan, ikan satwa liar, dan tanah yang semuanya dapat menjadi habis jika
pemanfaatannya melebihi produksinya, disini aspek pengelolaan merupakan hal yang
penting mengingat sumberdaya alam ini dapat diperbaharui

66
b. Sumberday alam “flow” yang tidak mempunyai zona kritis (“with no critical zone”).
Misalnya sinar matahari, angin dan ombak. Untuk sumberdaya alam ini dapat diperoleh
menurut waktu asal terdapat “flow” yang permanen.

Konservasi Tanah
Tujuan utama dari konservasi tanah adalah untuk mendapatkan tingkat keberlanjutan
produksi lahan dengan menjaga laju kehilangan tanah tetap di bawah ambang batas yang
diperkenankan, yang secara teoritis dapat dikatakan bahwa laju erosi harus lebih kecil atau
sama dengan laju pembentukan tanah. Erosi merupakan proses alam yang sama sekali tidak
dapat dihindari, khususnya untuk lahan pertanian, maka yang dapat dilakukan adalah dengan
mengurangi laju erosi, untuk itu maka diperlukan strategi konservasi tanah:
1. Melindungi tanah dari hantaman air hujan dengan penutup permukaan tanah
2. Mengurangi aliran permukaan dengan meningkatkan kapasitas infiltrasi
3. Meningkatkan stabilitas agregat tanah
4. Mengurangi kecepatan aliran permukaan dengan meningkatkan kekasaran permukaan
lahan
Secara garis besar metode konservasi tanah dapat digolongkan menjadi 3, yaitu:
1. Konservasi secara agronomis
2. Konservasi secara mekanis
3. Konservasi secara kimiawi

Konservasi secara Agronomis


Konservasi tanah secara agronomis adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan atau
sisa tumbuhan dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi laju erosi dengan

67
cara mengurangi daya rusak hujan yang jatuh dan jumlah daya rusak aliran permukaan.
Konservasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
1. Penanaman tanaman tumbuhan penutup tanah secara terus menerus (permanent plant
cover)
2. Penanaman dalam strip (strip cropping)
3. Penanaman berganda (multilple cropping)
4. Penanaman bergilir (rotation cropping)
5. Pemanfaatan mulsa (residue management)
6. Sistem pertanian hutan (agroforestry)

Tanaman Penutup Tanah


Yang dimaksud tanaman penutup tanah adalah tanaman yang dengan sengaja ditanam
untuk melindungi tanah dari erosi, menambah bahan organic tanah dan sekaligus
meningkatkan produktivitas tanah. Tanaman penutup tanah ini dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Tanaman penutup tanah rendah, jenis rumput-rumputan dan tanaman merambat atau
menjalar yang dipergunakan pada pola penanaman rapat, dalam barisan, untuk
keperluan khusus dalam perlindungan tebing, talud, teras, dinding saluran irigasi
maupun drainase
2. Tanaman penutup tanah sedang berupa semak, digunakan dalam pola penanaman
teratur diantara barisan tanaman pokok, digunakan dalam barisan pagar, dan ditanam
di luar tanaman pokok yang merupakan sumber mulsa atau pupuk hijau
3. Tanaman penutup tanah tinggi, dipergunakan dalam pola penanaman teratur diantara
barisan tanaman pokok, ditanam dalam barisan, dan dipergunakan khusus untuk
melindungi tebing dan penghutanan kembali

68
4. Tumbuhan rendah alami (semak dan belukar)
5. Tumbuhan pengganggu

Penanaman dalam strip


Adalah cara bercocok tanam dengan beberapa jenis tanaman yang ditanam berselang
seling dalam strip-strip pada sebidang tanah dan disusun memotong lereng atau kontur. Cara
ini ada beberapa tipe yaitu:
1. Penanaman dalam strip menurut garis kontur (Contour strip cropping) susunan
stripstrip harus tepat sejajar dengan kontur dengan urutan pergiliran yang tepat pula
2. Penanaman dalam strip lapangan (field strip contour) terdiri dari stripstrip tanaman
yang tidak perlu sejajar, namun lebarnya seragam dan disusun melintang/memotong
arah lereng
3. Penanaman dalam strip penyangga (buffer strip cropping) terdiri dari strip-strip
rumput atau leguminosae yang dibuat diantara strip-strip tanaman pokok, strip
lebarnya dapat seragam atau tidak.

Penanaman berganda
Penanaman ini berguna untuk meningkatkan produktivitas lahan sambil menyediakan
proteksi terhadap tanah dari erosi. Sistem ini dapat dilakukan baik dengan cara penanaman
beruntun, tumpang sari atau tumpang gilir
1. Penanaman beruntun (sequential cropping)
Yaitu sistem bercocok tanam dengan menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada
sebidang tanah, dimana tanaman kedua dan ketiga ditanam pada saat tanaman
pertama panen yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas penggunaaan lahan
2. Penanaman tumpangsari (inter cropping)

69
Yaitu sistem bercocok tanaman dengan menggunakan dua atau lebih jenis tanaman
yang ditanam serentak atau bersamaan pada sebidang tanah baik secara campuran
ataupun terpisah dalam baris yang teratur, sistem ini mampu menekan laju erosi dan
aliran permukaan
3. Penanaman tumpang gilir (relay cropping)
Yaitu sistem bercocok tanam dengan menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada
sebidang tanah, dimana tanaman kedua atau berikutnya ditanam setelah tanaman
pertama berbunga, sehingga apabila tanaman pertama dipanen, tanaman kedua sudah
tumbuh, sistem ini bertujuan untuk meningkatkan intensitas penggunaan lahan
sekaligus meningkatkan frekuensi tanam.
4. Penanaman lorong (allay cropping)
Yaitu sistem bercocok tanam dengan menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada
sebidang tanah, dimana salah satu jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman non
pangan, tanaman pokok ditanam di lorong diantara tanaman non pokok sebagai pagar,
sedangkan fungsi tanaman pagar adalah sebagai sumber pupuk hijau, dapat
mengurangi erosi, sumber kayu bakar dan sumber makanan ternak.

Penggunaan mulsa
Mulsa adalah sisa-sisa tanaman yang disebarkan di atas permukaan tanah. Dari segi
konservasi penggunaan mulsa mempunyai beberapa keuntungan yaitu memberi pelindung
terhadap permukaan tanah dari hantaman air hujan sehingga mengurangi laju erosi,
mengurangi volume dan kecepatan aliran permukaan, memelihara temperatur dan
kelembaban tanah, meningkatkan kemantapan struktur tanah, meningkatkan kandungan
bahan organic tanah dan mengendalikan tanaman pengganggu. Bahan mulsa yang paling baik
adalah tanaman yang sukar lapuk seperti batang jagung, jerami, sorgum.

70
Penghutanan kembali (reboisasi)
Penghutanan kembali merupakan cara yang cocok untuk menurunkan erosi dan aliran
permukaan, terutama jika dilakukan pada bagian hulu daerah tangkapan air untuk mengatur
banjir, secara lebih luas, penghutanan kembali dapat diartikan sebagai usaha untuk
memulihkan dan menghutankan kembali tanah yang mengalami kerusakan fisik, kimia,
maupun biologi, baik secara alami maupun oleh ulah manusia. Tanaman yang digunakan
biasanya tanaman yang bisa mencegah erosi, baik dari segi habitus maupun umur, juga
tanaman keras yang bernilai ekonomi. Dari segi konservasi, tanaman yang dipilih harus
mempunyai perakaran yang kuat, dalam dan luas sehingga membentuk jaringan akar yang
rapat, mempunyai pertumbuhan yang cepat, mempunyai nilai ekonomi dan dapat
memperbaiki kualitas kesuburan tanah.

Konservasi secara Mekanis


Prinsip dasar konservasi tanah adalah mengurangi banyaknya tanah yang hilang
akibat erosi. Dalam hal ini konservasi secara mekanis mempunyai fungsi, yaitu:
1. memperlambat aliran permukaan
2. menampung dan mengalirkan aliran permukaan sehingga tidak merusak tanah
3. memperbesar kapasitas infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki erosi tanah
4. menyediakan air bagi permukaan.

Adapun usaha konservasi tanah termasuk kedalam metode mekanis adalah


prngolahan tanah, pengolahan tanah menurut garis kontur, pembuatan teras, pembuatan
saluran air, pembuatan dam.

71
Pengolahan tanah
Konservasi mekanis dengan cara pengolahan tanah bertujuan untuk menciptakan
kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman, menyiapkan tempat untuk tumbuh bagi
benih, menggemburkan tanah pada daerah perakaran, membalikan tanah sehingga sisa-sisa
tanaman bisa terbenam di dalam tanah dan memberantas gulma. Untuk mencapai hasil
pengolahan yang baik bagi pertanian dan usaha konservasi, maka yang dilakukan adalah
1. Tanah diolah seperlunya saja
2. Pengelolaan tanah dilakukan pada saat kandungan air yang tepat
3. Pengolahan tanah dilakukan menurut garis kontur
4. Merubah kedalaman pengolahan tanah
5. Pengelolaan tanah sebaiknya dilakukan dengan pemberian mulsa

Pengolahan tanah menurut kontur


Pengolahan tanah dan penanaman menurut kontur dapat mengurangi laju erosi.
Efektifitas pengolahan tanah dan penanaman menurut kontur tergantung pada kemiringan
dan panjang lereng. Keuntungan utama mengolah tanah menurut kontur adalah terbentuknya
penghambat aliran permukaan air, terjadinya tempat penampungan air sementara sehingga
memungkinkan penyerapan air dan dapat mengurangi terjadinya erosi.

Pengolahan tanah menurut guludan


Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang memotong kemiringan
lahan (lereng). Fungsi guludan untuk menghambat aliran permukaan, menyimpan air di
bagian atas dan untuk memotong panjang lereng

72
Terras
Terras adalah timbunan tanah yang dibuat melintang atau memotong kemiringan
lahan, yang berfungsi untuk menangkap aliran permukaan yang memungkinkan terjadinya
penyerapan air dan berkurangnya erosi. Fungsi teras adalah terras pengelak (diversion
terrace), teras retensim (retention terrace), terras bangku (bench terrace).
Terras pengelak berfungsi untuk menangkap aliran permukaan dan mengalirkannya
memotong kontur melalui outlet yang tepat, bentuk ini cocok untuk kemiringan kecil.
Sedangkan terras retensi diperlukan untuk penyimpanan air dengan menampungnya di bagian
bukit, dalam hal ini diperlukan bagian tanah yang datar yang mampu menyimpan aliran
permukaan dengan periode ulang sampai 10 tahunan dengan tanpa terjadi luapan, biasanya
untuk tanah dengan kemiringan 4,5 0. Terras bangku dibuat dengan jalan memotong lereng
dan meratakan tanah di bagian bawah sehingga terbentuk suatu deretan anak tangga atau
bangku yang dipisahkan oleh talud.

Konservasi Air
Konservasi air penting untuk kehidupan manusia. Konservasi air bertujuan untuk
meningkatkan volume air tanah, meningkatkan efisiensi penggunaannya sekaligus
memperbaiki kualitasnya sesuai dengan peruntukannya. Konservasi air mempunyai efek
ganda, diantaranya mengurangi kerugian akibat banjir, mengurangi biaya pengolahan air,
mengurangi ukuran jaringan pipa. Dalam dua decade terakhir, konservasi air telah menjadi
kunci untuk meningkatkan suplai air bersama dengan meningkatkan memanajemen
kebutuhan. Konservasi air yaitu menyimpan air dikala berlebihan dan menggunakannya
sehemat mungkin untuk keperluan tertentu yang produktif. Sehingga konservasi air secara
domestik, berarti menggunakan air sehemat mungkin untuk keperluan rumah tangga, dan

73
konservasi air untuk industri berarti menggunakan air sehemat mungkin untuk kepentingan
produksi. Konservasi air untuk pertanian berarti menggunakan air sehemat mungkin untuk
menghasilkan hasil pertanian yang sebanyak-banyaknya.

Konservasi Hutan
Konservasi hutan bukan hanya melalui penghutanan kembali lahan kritis, hutan
lindung, hutan yang rusak, dengan jalan penghiajuan, tetapi lebih dari itu harus
memperhatikan kaidah-kaidah ekologi di dalam mengeksploitasi hutan produksi, dan hutan
rawa. Pada usaha konservasi di kawasan hutan lindung dan hutan suaka

Pengelolaan Lingkungan
Usaha melestarikan lingkungan dari pengaruh pembangunan di berbagai bidang
adalah salah satu usaha yang perlu dijalankan. Pengelolaan lingkungan yang baik dapat
mencegah kerusakan lingkungan sebagai akibat pembangunan. Tujuan pengelolaan
lingkungan terutama untuk mencegah kemunduran populasi sumber daya alam yang dikelola
dan sumber daya alam lain yang ada di sekitarnya dan mencegah pencemaran limbah atau
polutan yang membahayakan lingkungan.
Pengelolaan sumber daya alam mencakup beberapa upaya yang dilakukan secara
terpadu dan bertahap. Upaya ini disebut upaya terpadu karena dalam pengelolaan terdapat
beberapa kegiatan yang dilakukan bersama-sama diantaranya kegiatan pemanfaatan,
pengendalian, pengawasan, pemulihan, dan pengembangan lingkungan. Dengan
melaksanakan urutan kegiatan tersebut, maka kualitas lingkungan dapat dijaga
kelestariannya, agar selanjutnya dapat tetap mendukung kesejahteraan manusia. Disini harus
pula disertai dengan mental si pengelola yang dengan segala tanggung jawab dan kesadaran

74
harus berusaha memelihara sumber daya alam yang tersedia untuk mengelola hingga masa
yang akan datang.
Pengelolaan lingkungan merupakan upaya yang dilakukan secara bertahap karena
tindakan yang dilakukan dalam pengelolaan diawali dengan penyusunan rencana, disusul
dengan tahap pelaksanaan yang berupa pemanfaatan, pengendalian dan pengawasan. Tahap
selanjutnya berupa pemulihan dan pengembangan lingkungan untuk menjaga kelestarian
kualitas lingkungan.

Pengelolaan Lahan
Pengelolaan lahan disini termasuk pengelolaan lahan pertanian, pengelolaan lahan
untuk pemukiman maupun industri. Dengan makin berkembangnya ilmu dan teknologi, maka
manusia semakin berupaya untuk mendapatkan strategi baru dalam bidang penggunaan
lahan. Strategi tersebut bertujuan untuk meningkatkan hasil yang maksimal dengan
menggunakan waktu, tenaga dan biaya yang semaksimal mungkin untuk memperoleh:
1. hasil atau produksi yang maksimum dari setiap unit lahan
2. memilih tata cara pengelolaan lahan yang memberi keuntungan maksimum
3. menekan sekecil mungkin ketidakmantapan kondisi lahan potensial sehingga dapat
meningkatkan hasil maksimal
4. mencegah menurunnya potensi lahan potensial

Pengelolaan Hutan
Hutan mempunyai fungsi dan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan dan
kelangsungan lingkungan, terutama berpengaruh terhadap iklim mikro yaitu iklim yang
berlaku pada daerah dalam hutan tersebut. Dikenal suatu pengelolaan hutan yang merupakan
campuran kegiatan kehutanan dengan kegiatan perkebunan, pertanian dan peternakan.

75
Pengelolaan tersebut disebut “agroforestry” yang menganut sistem diversifikasi usaha
berbagai macam komoditi, tetapi dengan tetap menjaga pemeliharaan hutan secara optimal.
Adapun strategi “agroforestry” adalah:
1. Meningkatkan produktivitas lahan hutan secara keseluruhan antara produktivitas
hutan dengan pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan
2. Mengatasi sempitnya lahan pertanian
3. Pemerataan penduduk ke daerah pinggiran hutan dengan meningkatkan taraf
hidupnya
Hutan serbaguna merupakan hutan yang dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan,
antara lain sebagai sumber plasma nutfah, sarana penelitian, sarana pendidikan, serta tempat
wisata.

Pengelolaan Air
Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh manusia dan mahluk
hidup lainnya. Manusia memerlukan air baik untuk proses kimia dan fisika tubuh maupun
untuk aktifitas kehidupan lainnya.
Sekalipun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi kualitas
air sangat dipengaruhi oleh peranan manusia dalam pengelolaannya. Pengelolaan air disini
termasuk pengelolaan perairan pantai dan ekosistem danau.
Strategi pengelolaan air meliputi:
1. Melindungi perairan agar tetap terjaga kebersihannya sehingga dapat menjaga
kelangsungan flora dengan menjaga perakaran tanaman dari gangguan fisik maupun
kimiawi
2. Mengusahakan cahaya matahari dapat menembus dasar perairan, sehingga proses
fotosintesis dapat berjalan dengan lancar

76
3. Menjaga agar fauna mangsa dan predator selalu seimbang dengan mempertahankan
rantai makanan
4. Mempergunakan sumber daya alam berupa air seefisien mungkin, sehingga zat hara
yang ada dapat tersimpan dengan baik yang berarti sebagai penyimpan energi dan
materi
Pada prinsipnya pengelolaan sumberdaya alam air ini sangat bergantung bagaimana
kita mempergunakan dan memelihara sumber air itu menjadi seoptimal mungkin, tetapi
tanpa merusak ataupun mencemarinya dan mempertahankan keadaan lingkungan sebaik-
baiknya.

Usaha Mencegah Pencemaran Air


Usaha pencegahan ini bukan merupakan proses yang sederhana, tetapi melibatkan
berbagai faktor sebagai berikut:
1. Air limbah yang akan dibuang ke perairan harus diolah terlebih dahulu sehingga
memenuhi standar air limbah yang telah ditetapkan pemerintah
2. Menentukan dan mencegah terjadinya interaksi sinergisme antar polutan satu dengan
yang lainnya.
3. Menggunakan bahan yang dapat mencegah dan menyerap minyak yang tumpah di
perairan
4. Tidak membuang air limbah rumah tangga langsung ke dalam perairan, untuk
mencegah pencemaran air oleh bakteri.
5. Limbah radioaktif harus diproses terlebih dahulu agar tidak mengandung bahaya
radiasi
6. Mengeluarkan atau menguraikan deterjen atau bahan kimia lain dengan menggunakan
aktifitas mikroba tertentu sebelum dibuang ke perairan umum.

77
Pengelolaan Lahan
Pencemaran tanah mempunyai hubungan yang erat dengan pencemaran air dan udara.
Air yang terbuang ke tanah akan masuk ke dalam tanah dan menimbulkan pencemaran tanah.

Usaha Pencegahan Pencemaran Tanah


Untuk menanggulangi sampah plastik, maka sebelum dibuang, sampah plastik dibakar
terlebih dahulu
1. Limbah yang mengandung radioaktif hendaknya dibiarkan dahulu dalam waktu lama
sebelum dibuang
2. Sampah radioaktif yang berbentuk padat harus dibungkus dengan bahan yang terbuat
dari Pb untuk menahan sinar radioaktif, lalu dimasukkan dalam tromol baja anti karat
sebelum dibuang
3. Pembuangan sampah berbahaya dilakukan ke dasar laut, ke pulau karang kosong,
dibuang ke dalam bekas tambang kosong atau ke dalam sumur yang dalam dan jauh
dari pemukiman penduduk

Pengelolaan Udara
Secara umum pencemaran udara diartikan sebagai udara yang mengandung satu atau
beberapa zat kimia dalam konsentrasi tinggi, sehingga mengganggu manusia, hewan dan
tumbuhan serta mahluk hidup lain di dalam suatu lingkungan. Berdasarkan terjadinya polusi,
udara dikategorikan menjadi dua tipe utama pencemar udara yaitu:
1. Polutan primer

78
Yaitu zat kimia yang mengandung toksik dan masuk secara langsung ke udara dalam
konsentrasi yang merugikan manusia. Zat kimia tersebut dapat berupa komponen
alami udara yang konsentrasinya meningkat misalnya CO2
2. Polutan sekunder
Yaitu zat kimia yang merugikan manusia yang terbentuk dalam atmosfir melalui
reaksi kimia diantara komponen udara yang ada

Usaha Pencegahan Pencenaran Udara


1. Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap serta gas-
gas polutan lainnya agar tidak mencemarkan lingkungan
2. Melakukan penyaringan asap sebelum asap dibuang ke udara dengan cara memasang
bahan penyerap polutan atau saringan
3. Mengalirkan gas buangan ke dalam air atau dengan cara penurunan suhu sebelum gas
dibuang ke udara bebas
4. Membangun cerobong asap yang cukup tinggi sehingga asap dapat menembus lapisan
inversi thermal agar tidak menambah polutan yang terperangkap di atas suatu
pemukiman atau kota
5. Mengurangi sistem transportasi yang efisien dengan menghemat bahan bakar dan
mengurangi angkutan pribadi
6. Memperbanyak tanaman hijau di daerah polusi udara tinggi, karena salah satu
kegunaaan tumbuhan adalah sebagai indikator pencemar udara, selain sebagai
penahan debu dan bahan partikel lain.

Pengelolaan Sumberdaya Manusia

79
Sumberdaya manusia penting untuk menunjang pembangunan. Pencemaran sebagai
akibat pembangunan dapat pula mempengaruhi manusia atau masyarakatnya. Dalam hal ini
selain dengan menghilangkan atau memperkecil resiko penularan, masyarakat dapat diberi
sekedar ganti rugi dan ganti rugi ini dalam bentuk:
1. memberikan uang
2. mengangkat mereka menjadi karyawan proyek
3. meningkatkan pengetahuan mereka agar dapat menghindari bahaya limbah
4. menciptakan hubungan yang baik dan saling menguntungkan antara proyek dan
masyarakat di sekitarnya agar tidak terjadi konflik dan kecemburuan sosial
5. sebagai bapak asuh terhadap proyek-proyek kecil yang diselenggarakan masyarakat
Disamping itu terhadap karyawan proyek yang dapat secara langsung terkena
pencemaran, selain dilakukan tindakan perlindungan sebagai usaha memperkecil
pencemaran, juga diadakan pendidikan ketrampilan khusus, sehingga kalau suatu saat mereka
tidak dapat dipekerjakan di tempat dimana mereka bekerja karena berbagai alasan, khususnya
yang menyangkut bahaya pencemaran kepada dirinya, selanjutnya mereka dapat bekerja
sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan khusus yang diperolehnya. Dengan demikian
menghindari terjadinya pengangguran, bahkan berarti menciptakan sumber pekerjaan baru di
luar proyek dan meningkatkan ekonomi.

80
LINGKUNGAN HIDUP MANUSIA DAN PENYAKIT MENULAR

TIK : Setelah selesai mengikuti perkuliahan pada BAB VII ini, diharapkan mahasiswa
mampu menjelaskan tentang lingkungan hidup manusia dan penyekit menular.

MATERI :
PENDAHULUAN :
Dalam bab ini akan dibahas hal-hal mengenai lingkungan hidup manusia dan penyakit
menular yang akan diberikan dalam dua kali pertemuan.

PENYAJIAN :
Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
Sanitasi lingkungan sangat penting bagi masyarakat terutama dalam penyediaan air
bersih, pembuangan kotoran, pemberantasan nyamuk, lalat, tikus dan pencegahan penyakit
menular agar tetap terjamin kesehatan lingkungan yang baik, pemeliharaan rumah tangga
yang baik, keadaan perumahan yang baik dan sehat dalam kehidupan bermasyarakat.
Kebersihan sangat bermanfaat bagi kesehatan yang meliputi :
1. Penyediaan air yang baik dan bersih untuk keperluan minum, memasak, dan mencuci.
2. Penyediaan tempat pembuangan kotoran, baik itu berupa sampah atau tinja dengan
membuat kakus dan tempat membuang kotoran yang baik sehingga tidak bisa dipakai
untuk sarang nyamuk dan bibit penyakit.
3. Keadaan perumahan dan halaman yang terawat
4. Keadaan yang tidak menimbulkan bersarangnya nyamuk dan parasit lain.

81
Selain itu sanitasi harus membantu usaha pemberantasan penyakit menular dengan
jalan:
1. Memberantas dan mengontrol penularan penyakit menular
2. Mengadakan tindakan-tindakan efektif untuk mencegah masuknya atau bersarangnya
serangga-serangga parasit lain.
3. Mengadakan immunisasi dari penyakit-penyakit menular
4. Menaikkan gizi masyarakat.

Kesehatan Lingkungan pada Pendudukan atau Masyarakat


Sedikit sekali masyarakat yang menyadari bagaimana pentingnya lingkungan yang
baik dan bersih untuk kesehatan. Banyak sekali timbul berbagai penyakit di masyarakat yang
berjangkit secara epidemi, yang sebetulnya hal ini dapat kalau kesehatan lingkungan cukup
baik. Penyakit usus yang berbahaya seperti tipus dan kolera yang masih membawa kematian,
dapat dicegah atau dikurangi kalau masyarakat membiasakan diri untuk makan atau minum
makanan atau minuman bersih yang telah dimasak terlebih dahulu, membiasakan diri untuk
tidak membuang kotoran di sembarang tempat dan membiasakan diri membuang kotoran
besar seperti di kolam, sungai atau tegalan, tetapi di tempat-tempat yang telah disediakan
untuk itu yang tidak merusak lingkungan. Demikian juga kebiasaan jelek lainnya yang harus
dihilangkan, seperti meludah di sembarang tempat, minum bekas orang lain penderita
tuberkulosa. Untuk mendapatkan kesehatan lingkungan yang baik, setiap anggota masyarakat
harus hidup bersih dan teratur.
Untuk menciptakan manusia Indonesia yang sehat dengan lingkungan yang sehat dan
bersih, maka pemerintah melaksanakan berbagai program kesehatan, yang mengharapkan
masyarakat turut aktif melaksanakan program-program pemerintah seperti penyedaaan air

82
bersih, pemberantasan nyamuk, pemberantasan penyakit menular, perumahan sehat,
peningkatan gizi masyarakat dll. untuk program kesehatan lingkungan.

Penyediaan Air Bersih


Yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa dan tidak mengandung mineral atau kuman yang membahayakan tubuh.
Dalam penyediaan air bersih ini pertama-tama harus memberikan penyuluhan kepada
masyarakat tentang perlunya air bersih untuk menunjang kehidupan yang sehat. Mengingat
masih banyaknya masyarakat kita yang belum memahami betul akan hal ini terutama di
pedesaan yang menggunakan air sungai, air kolam untuk keperluan mandi, mencuci bahkan
untuk keperluan memasak, makan dan minum, sementara di sungai dan kolam tersebut
mereka buang air besar. Sedangkan kita tahu bahwa di dalam tinja manusia terdapat bibit
penyakit seperti bakteri tipus, kolera dan bakteri patogen lainnya.
Untuk menjamin kehidupan yang sehat, maka penyediaan air bersih untuk keperluan
sehari-hari merupakan hal yang penting dan perlu diusahakan sebaik-baiknya. Usaha ini
meliputi :
1. Pemanfaatan sumber mata air yang perlu dikelola dengan baik dan dijaga terhadap
adanya kemungkinan pencemaran yang dapat mengganggu kesehatan
2. Pembuatan sumur bor dan artesis serta sumur gali yang sesuai dengan persyaratan
untuk kesehatan seperti jangan terlalu dekat dengan tempat pembuangan kotoran
minimal jaraknya 10 m dan pinggir sumur ditembok
3. Penyediaan air ledeng (terutama untuk masyarakat kota)

Pemberantasan Nyamuk, Tikus dan Serangga lain

83
Beberapa penyakt seperti demam berdarah, malaria, dan beberapa penyakit virus
lainnya, penularannya dapat melalui gigitan nyamuk. Tikus dapat menyebabkan penyebaran
penyakit pes dan leptospirosis. Oleh karena itu penanggulangan penyakt dan
pemberantasannya dengan memberantas binatang-binatang tersebut. Misalnya dengan
penyemprotan rumah-rumah dengan insektisida, menghindari adanya genangan air yang bisa
dipakai untuk sarang, tidur dengan berkelambu dan menjaga kebersihan rumah dan
pekarangan yang baik. Untuk pemberantasan tikus dapat menggunakan hama tikus dan
membuat konstruksi rumah sedemikian rupa sehingga tidak dapat untuk bersarang tikus.

Pemberantasan Penyakit Menular


Berbagai penyakit menular seperti dipteri, tuberkulose, batuk rejan, tipus, kolera dan
influenza serta yang lainnya, masing-masing sering menyerang masyarakat bahkan
diantaranya masih sering menimbulkan endemik atau epidemi. Untuk menghindari penyakit-
penyakit tadi, yang penyebabnya adalah jasad renik, maka disini diperlukan pengertian dan
kesadaran masyarakat, mengingat berjangkitnya penyakit tersebut pada umumnya akibat
kelalaian masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan.
Usaha terpenting dalam rangka pemberantasan dan penanggulangan penyakit menular
ini adalah:
1. Sanitasi lingkungan yang sehat dan baik, antara lain rumah dan halaman yang bersih,
tersedianya tempat pembuangan tinja, tidak menumpuknya sampah dan kotoran lain,
sikap hidup yang bersih dan teratur
2. Pemberian kekebalan terhadap penyakit-penyakit tersebut dengan jalan vaksinasi.
Namun perlu diingat bahwa vaksinasi ini tidak memberikan kekebalan 100%, karena
itu yang terpenting adalah menjaga diri agar terhadap hal-hal yang dapat menularnya
penyakit tersebut.

84
3. Memberikan pengobatan yang cepat terhadap orang-orang yang terserang penyakit ini
dan kepada orang-orang yang dianggap sebagai “carier” dari penyakit ini.

Peningkatan Gizi Masyarakat


Gizi dapat mempertinggi daya tahan tubuh manusia sehingga tidak mudah terserang
penyakit. Masalah kekurangan gizi tidak semata-mata oleh kemiskinan, banyak faktor yang
dapat mempengaruhi kekurangan gizi pada seseorang. Salah satu faktor adalah ketidaktahuan
akan manfaat gizi bagi kesehatan, contohnya adalah masyarakat di pedesaaan. Masyarakat di
pedesaaan yang kurang berpendidikan mempunyai pola makan banyak nasi dengan sedikit
lauk bahkan cukup dengan garam saja, ditambah pula ada anggapan bahwa ada jenis-jenis
lauk tertentu dapat menimbulkan penyakit, misalnya makan telur dapat menimbulkan borok
atau bisul. Sebetulnya mereka cukup mampu untuk membeli lauk pauk, namun karena
keterbatasan pengetahuan tentang manfaat gizi yang baik. Faktor-faktor lain yang berperan
terhadap terjadinya kekurangan gizi adalah:
1. Nutrisi yang kurang dalam konsumsi makanan sehari-hari, ini tergantung pada nilai
gizi (cara mengolah, memasak, menyimpan makanan) dan jumlah makanan yang
masuk
2. Gangguan yang terjadi pada tubuh masing-masing individu, seperti gangguan
pencernaan, absorpsi, metabolisme dan pengeluaran kembali dari tubuh
3. Meningkatnya kebutuhan nutrisi tubuh oleh suatu sebab, misalnya pada orang hamil
4. Faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan, seperti faktor social, ekonomi,
budaya, lingkungan jumlah penduduk, produksi bahan makanan dan politik
pemerintah.
Menurut Supardi (2003) berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi menyebutkan beberapa penyakit kekurangan gizi:

85
a. Kurang Kalori Protein (KKP), KKP ini biasa diderita oleh anak-anak usia prasekolah
dan ibu hamil serta ibu menyusui
b. Kurang vitamin A banyak diderita oleh anak-anak prasekolah
c. Gondok endemik sebagai akibat kekurangan yodium
d. Kekurangan zat besi mengakibatkan anemia gizi
Penderita rentan terhadap kekurangan zat gizi adalah anak-anak prasekolah, ibu hamil
dan ibu menyusui serta golongan masyarakat yang kurang mampu.
Menyadari hal tersebut di atas, untuk membentuk jiwa dan jasmani masyarakat
Indonesia yang sehat dan penuh vitalitas, maka pemerintah berusaha meningkatkan gizi
masyarakat dengan jalan :
1. Untuk jangka pendek
a. Mengadakan penyuluhan dan penerangan kepada segenap masyarakat
b. Penanggulangan gondok endemik dengan yodisasi garam
c. Mengintensifkan dan memperluas program perbaikan gizi keluarga (UPGK)
d. Diversivikasi bahan makanan
e. Peningkatan pemakaian dan pemanfaatan air susu ibu
f. Pemanfaatan halaman rumah untuk penanaman tanaman bergizi seperti sayur
mayur
2. Untuk jangka panjang
a. Meningkatkan penyediaan pangan yang merata dan mencukupi kebutuhan gizi
serta terjangkau oleh daya beli masyarakat
b. Penganekaragaman pola konsumsi pangan masyarakat dengan mengusahakan
agar konsumsi bahan pangan selain beras terus meningkat
c. Meningkatkan keadaan gizi rakyat dengan mengusahakan langkah-langkah yang
dapat mengurangi penyakit-penyakit akibat kekurangan gizi

86
Klasifikasi Penyakit
Penyakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, berdasarkan sifat jalur
sebab-akibatnya yang berhubungan dengan pengaruh keadaan lingkungan, yaitu:
1. Penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri, protozoa, cacing, jamur dan virus
2. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran alam seperti kanker, bronchitis
3. Penyakit yang disebabkan oleh tekanan keadaan, kesibukan dan kekhawatiran
(lingkungan social manusia) misalnya tekanan darah tinggi, jantung
4. Penyakit yang disebabkan karena pengaruh ekonomi, cara mengolah makanan seperti
kekurangan gizi
5. Penyakit yang diakibatkan oleh faktor lingkungan seperti alergi
6. Penyakit yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan sehingga mempengaruhi
janin pada ibu yang sedang hamil contohnya kelainan bentuk sehingga anak yang
dilahirkan cacat.

Penyakit menular menurut seorang ahli dapat dibedakan menjadi:


1. Penyakit menular kompleks dua faktor yaitu menyangkut patogen dan hostnya saja
seperti influenza dan penyakit yang disebabkan oleh virus lainnya
2. Penyakit menular kompleks tiga faktor yaitu penyakit malaria, demam berdarah, yang
memerlukan patogen-host dan vektor
3. Penyakit menular kompleks empat faktor yaitu yang menyangkut host-vektor-host
perantara- patogen seperti tipus, pes dll.

Asal Mula Epidemi (Penyakit Menular)

87
Sejarah kedokteran banyak menerangkan tentang dinamika epidemi, ternyata interaksi
berbagai faktor dapat menjadi cirri epidemi, yaitu:
1. Faktor yang berhubungan dengan kepadatan populasi (density dependent faktor),
misalnya berhubungan dengan kepadatan populasi manusia sebagai tuan rumah (host)
penyakit menular. Epidemi tergantung pada faktor ini, hal ini dapat diartikan bahwa
orang yang sakit dapat diatur oleh orang yang sehat dan manusia sebetulnya memiliki
motif yang kuat untuk tidak terlalu padat, sebab makin padat manusia apabila terjadi
wabah penyakit semakin banyak yang sakit dan mati.
2. Faktor yang berhubungan dengan sifat biologi dari patogen, tuan rumah dan patogen
kaitannya dengan daya tahan atau daya resisten.
3. Faktor yang tidak tergantung pada kepadatan populasi misalnya naik turunnya
perubahan cuaca, sanitasi lingkungan manusia
Poin kedua dan ketiga tidak dapat dipisahkan satu sama lain, contohnya penyebaran
penyakit influenza. Penyakit ini sewaktu-waktu dapat menyerang anggota keluarga
yang mempunyai daya tahan tubuh yang kurang bagus. Namun penyakit ini juga
dapat menjadi wabah secara meluas dan dapat mematikan contohnya adalah penyakit
flu burung yang mematikan sekitar tahun 2001-2002 yang menyerang sebagian besar
Asia dan beberapa negara Eropa. Kekebalan tubuh manusia terhadap virus influenza
ini berlainan, artinya kebal terhadap virus jenis A belum tentu kebal terhadap virus
jenis B. Cuaca juga sangat berpengaruh terhadap kondisi seseorang. Di Indonesia
khususnya pada musim pancaroba atau pergantian musim dari kemarau ke penghujan
atau sebaliknya seringkali banyak dijumpai orang dewasa maupun anak-anak yang
terkena influenza, batuk dan pilek. Penyakit ini mudah sekali ditularkan karena
pengaruh cuaca yang buruk.

88
PENGEMBANGAN TATAKOTA, TATAWILAYAH, DAN PERENCANAAN
NASIONAL

89
TIK : Setelah selesai mengikuti perkuliahan pada BAB VIII ini, diharapkan mahasiswa
mampu menjelaskan mengenai pengembangan tatakota, tatawilayah dan perencanaan
nasional.

MATERI :
PENDAHULUAN :
Dalam bab ini akan dibahas hal-hal mengenai pengembangan tatakota, tatawilayah
dan perencanaan nasional, yang akan diberikan dalam satu kali pertemuan.

PENYAJIAN :
Hubungan antara Ilmu Lingkungan dengan pengembangan wilayah semakin penting
dan nyata, karena banyak gejala yang harus dipertimbangkan dalam melakukan perencanaan
dan perancangan pengembangan wilayah memiliki dampak secara ekologis. Contohnya
banyak ciri penting dari materi dan energi yang mengalir dalam sebuah kota raya atau
wilayah yang mempunyai dasar serta pengaruh pada faktor demografi. Modal dan energi
yang berkembang di suatu wilayah erat hubungannya dengan pertumbuhan populasi,
penyebaran struktur umur penduduk, dan hal lain yang menyangkut penggunaan ruang
sebagai sumber alam. Juga banyak asas yang telah dibicarakan muncul dalam kejadian yang
timbul di banyak kota. Kota secara wujudnya adalah sebuah sistem, demikian pula secara
sosial dan ekonomi.
Oleh karena itu tidaklah heran kalau kota juga mempunyai pengaruh terhadap
lingkungan fisik misalnya cuaca.. Pengaruh tersebut tentunya tergantung dari bagaimana
sebuah kota itu dirancang yang terkait erat dengan asas 1 dan 2, “waktu, ruang, materi, energi
dan berbagai informasi adalah sumberalam (asas 3). Semua sumber alam mengalami
pengurangan dan penjenuhan (asas 4) hal ini berlaku untuk semua, tidak hanya terjadi pada

90
komunitas atau ekosistem hutan, ataupun masalah pencemaran alam saja, tetapi juga pada
sebuah kota yang padat penjenuhan waktu dan tempat pada sistem transportasi. Semua ini
merupakan peringatan yang penting pada sistem pengembangan kota, wilayah bahkan yang
berskala nasional.
Pengembangan kota, wilayah harus tetap selalu mengingat asas-asas dasar ilmu
lingkungan, karena sistem perkotaan sama halnya dengan sistem yang terjadi di dalam
komunitas alam. Komunitas biologi nampaknya cenderung untuk berevolusi menuju ke arah
efisiensi penggunaan energi (asas 10). Berdasarkan pada asas ini, apabila manusia
mengabaikan contoh secara biologis tersebut dan mengabaikannya untuk mempertahankan
kemantapannya, kemudian apa yang terjadi? Sistem yang mantap dapat mengeksploitasi
sistem yang rawan (asas 11) juga merupakan hal yang penting untuk diterapkan pada sistem
perkotaan, bagaimana pajak, modal, dan energi mengalir dari kota ke kota. Hubungan antar
kemantapan dan keanekaragaman dalam biologi (asas 13) nampaknya juga berhubungan
dengan kelesuan dan kesegaran ekonomi wilayah kota.

Pengembangan Kota
Sebuah kota dapat bertambah tua dan mati, disamping itu juga dapat tumbuh dan
berkembang. Sebuah kota tidak akan dapat akan mati apabila kota tersebut masih mempunyai
sumber alam, kerusakan yang menimpa kota seperti karena kebakaran, peperangan, banjir,
dan bencana alam sekalipun tidak dapat menyebabkan kota akan mati. Sebuah contoh nyata
kota Bandung yang menjadi lautan api pada saat terjadinya masa perang, kota tersebut tidak
mati, bahkan sekarang hidup, tumbuh dan berkembang menjadi kota besar.
Sumber alam ternyata menjadi nyawa dari hidupnya sebuah kota. Kota kuno seperti
Persepolis, Palmyra, dan Babylon yang dulunya menjadi kota impian kini hanya tinggal
puing-puing belaka yang ditandai dengan reruntuhan. Kota-kota di lembah sungai Efrat dan

91
Tigris yang sekarang dikenal dengan negara Irak, dulunya juga merupakan kota-kota yang
subur, namun kota-kota tersebut hancur karena hancurnya sumber alam yang dapat
menghambat perkembangan kota. Tanah-tanah pertanian menjadi tidak berfungsi karena
kadar garam tanah naik di atas ambang batas untuk tanaman pertanian, ini disebabkan karena
air sebagai penunjang kehidupan menjadi asin, sehingga merusak sistem irigasi di daerah
sekitarnya, hal ini menyebabkan kota tersebut hancur.
Sebuah kota dapat dikatakan berkembang secara sehat apabila di dalam kota tersebut
terdapat dinamika keseimbangan dari berbagai fenomena seperti keadaan penduduk
seimbang baik dalam umur, pekerjaan, kekayaan, kesehatan, kepandaian dsb. Adanya
proporsi keseimbangan kegiatan antara usaha memperbesar modal bagi kehidupan kota dan
keperluan biaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Dinamika keseimbangan juga
dibutuhkan dalam penggunaan tanah untuk berbagai keperluan, misalnya sebuah kota
memanfaatkan tanahnya untuk keperluan lalu lintas, sarana pelabuhan, sehingga terlalu
banyak tanah yang dimanfaatkan untuk sarana tersebut juga tidak baik. Pendek kata semua
aspek harus dalam kondisi yang seimbang agar kotanya dapat tumbuh dan berkembang.
Sebaliknya ketidakseimbangan yang mencolok pada proporsi keadaan penduduk, maka kota
tersebut menunjukkan gejala yang buruk. Perluasan kota mengurangi efisiensi penggunaan
energi, energi akan terhambur karena jarak antara satu simpul kegiatan dengan yang lain di
kota tersebut terlalu jauh. Lalu lintas yang banyak memakan energi dan waktu yang
meningkat di kota yang besar, kehidupan erat hubungannya dengan perpajakan. Kejahatan,
pencemaran alam, kependudukan juga meningkat, sehingga memerlukan banyak energi.
Rasa aman, nyaman dan tentram menjadi menurun ketika terjadi suatu kejahatan.
Contohnya kota Jakarta, yang merupakan kota metropolitan, keseimbangan menjadi semakin
berkurang, karena kota tersebut tumbuh dengan pesat, wilayah kota yang dulu terletak di

92
Jakarta Kota kini telah berubah menjadi pusat perniagaan, perbankan. Pusat keramaian,
kebudayaan, kesenian, taman hiburan menjauh dari tempat yang dulu menjadi pusat kota.
Apabila kota serupa dengan komunitas tumbuhan atau hewan di alam, maka apabila
kota semakin besar, maka ada sistem yang meregulasi komunitas kota tersebut. Pertumbuhan
komunitas tumbuhan atau hewan alam yang terlalu besar akan mengurangi kemampuan
sumber alam untuk mendukungnya, sehingga akan terjadi persaingan perebutan bahan
makanan, yang kuat akan menang, dan yang lemah akan mati, artinya akan menghambat
kelahiran, dan meningkatkan kematian bagi yang lemah, sehingga akan terjadi keseimbangan
dan komunitas menjadi seimbang dengan kemampuan lingkungan. Namun kenyataannya
kota sangat berlainan dengan komunitas tumbuhan atau hewan di alam. Apabila kota
berkembang diluar kemampuan sumber alam untuk mendukungnya, maka terjadi spekulasi
pertumbuhan kota. Penentuan batas kota menjadi semakin meluas dengan terusirnya
golongan yang lemah ke daerah tepi, dan diganti oleh golongan yang kuat. Kemudian kota
terus berkembang, apabila sumber alam sebagai energi habis, maka akan mendatangkan dari
kota di sekitarnya yang lebih kecil sehingga berlaku asas 11 yaitu sistem yang mantap akan
mengeksploitasi sistem yang tidak mantap. Perkembangan sebuah kota seharusnya
direncanakan dengan matang karena menyangkut berbagai aspek kehidupan masyarakatnya.
Menurut Cartenese (1988) pola perencanaan kota klasik di zaman purba harus
dibangun berdasarkan empat dasar yaitu:
1. Dasar fisik
Sebuah kota adalah wujud yang kelihatan berupa bangunan-bangunan, jalan, taman
dan benda-benda lain yang menciptakan bentuk kota tersebut.
2. Dasar ekonomi
Sebuah kota memberikan alasan bagi eksistensinya
3. Dasar sosial

93
Sebuah kota dibangun supaya mempunyai arti bagi penduduknya
4. Dasar politik
Sebuah kota penting bagi ketertiban
Pola perencanaan kota klasik tersebut tetap bertahan sampai lama, dengan ciri pola
jaringan jalan yang teratur selalu diterapkan, berbeda dengan kota non klasik dengan jalan
yang berkelok-kelok. Pusat kota biasanya didominasi oleh bangunan ibadah, pemerintah
(kekuasaan), dan bisnis.
Perumahan menempati bagian yang lain dan jarang sekali perumahan memberikan
bobot. Perencana kota klasik menciptakan berbagai desain yang sesuai dengan pihak
penguasa bukan berdasarkan kepuasan artistik dan kepentingan pribadi.
Patrick Geddes berpendapat bahwa dalam merancang sebuah kota perencanaan fisik
saja tidak akan meningkatkan kondisi kehidupan di kota-kota, kecuali jika diterapkan secara
terpadu dengan perencanaan sosial, ekonomi yang berkaitan dengan lingkungan. Seorang
perencana pengembangan kota Burnham pada tahun 1909 telah membangun kota ideal di
pantai Chicago, dalam membangun kota haruslah merupakan satu kesatuan tujuan rasional
maupun keindahan. Di bidang transportasi dapat diciptakan kota yang lebih efisien dengan
mengadakan konsolidasi jalan kereta api dan terminal, memisahkan pengangkutan barang
dan orang pada tingkat yang berbeda, dan membuat jalan-jalan besar yang mampu
menampung arus lalu lintas dengan baik sampai masa yang akan datang.
Tempat-tempat penting di kota untuk kesenangan akan sama pentingnya yaitu dengan
menciptakan jalan-jalan besar yang dihiasi dengan pancuran dan patung-patung serta jalur
taman untuk menggugah rasa nyaman setiap lingkungan pemukiman dan memberikan kesan
sebagai kota besar.
Pengendalian pembangunan yang cukup mampu meyakinkan bahwa bangunan
pribadi merupakan latar belakang bangunan umum yang megah dan bentuk fisik lain yang

94
merupakan kebanggaan masyarakat kota. Burnham juga mengemukakan bahwa nilai rencana
kota yang indah untuk lingkungan pemukiman penduduk, taman dan jalan taman, dan
pembaharuan menyeluruh wilayah kota yang tidak sedap dipandang (perkembangan kota di
abad kedua puluh). Mudahnya pengenalan bentuk kota (teratur secara geometric), dengan
memperlihatkan daerah hijau, menciptakan kawasan umum yang mencerminkan symbol
usaha kolektif, dan menggambarkan secara jelas bentuk kota yang akan datang.

Tatakota dan Lingkungan Fisik


Kota mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap lingkungan fisik. Duckworth
dan Sanbergh (1954) mencatat adanya penelitian yang sudah lama mengenai kesan suhu
udara kota yang lebih panas darpada lingkungan di sekelilingnya, seolah-olah sebuah “pulau
panas” yang tetapung di atas media yang lebih dingin. Penelitian selanjutnya menunjukkan,
bahwa suhu udara maksimum di sebuah kota biasanya dicapai di daerah padat penduduk
yang merupakan pusat kota yang terpanas. Yang terendah suhunya dicapai di tepi kota, yaitu
di pinggir “pulau panas” terhadap wilayah di tepi kota bergantung pada berapa besar dan
luasnya kota itu. Sifat pengaruh panas kota terhadap daerah pinggiran ini dapat dicatat dan
diperhatikan melalui berbagai cara. Misalnya:
1. mengukur langsung suhu udara kota di berbagai tempat dan waktu;
2. mengambil foto-udara kota tersebut dengan menggunakan film yang mempunyai
kepekaan terhadap spektrum energi;
3. menggunakan model simulasi komputer.
Dalam sebuah penelitian yang menggunakan simulasi komputer, Myrup (1969)
mencoba mencarai pelbagai faktor yang mempengaruhi suhu udara kota. Kesimpulannya
adalah sebagai berikut:

95
1. Beberapa proses fisik yang berlainan, berinteraksi dalam menentukan pengaruh
terhadap suhu udara di beberapa bagian kota selama 24 jam. Pada umumnya, pelbagai
proses itu cenderung untuk saling meniadakan semua kesan yang terjadi. Akibatnya
kesan bersih dari seluruh faktor itu lebih kecil pengaruhnya daripada kalau hanya satu
faktor saja beroperasi. Jadi, daya penguapan air yang rendah pada permukaan daun
tanaman di tengah kota, yang kesannya meninggikan suhu lingkungan, dikompensasi
oleh tinggi gedung di pusat kota yang lebih banyak memancarkan panas ke atas.
2. Salah satu faktor penting, untuk mengurangi panas dalam kota, ialah bertambahnya
permukaan dalam kota, yang memudahkan proses penguapan (evaporasi).
Penambahan luas permukaan bagi proses penguapan dari 0,0 menjadi 0,5 dapat
menurunkan suhu maksimunm udara dari 34oC ke 26,2oC, menurut simulasi
komputer. Implikasi kesimpulan ini adalah, bahwa taman, air mancur, jalur hijau, dan
pohon di tepi jalan mempunyai kesan yang lebih daripada hanya sebagai penghias
kota belaka. Semua ini turut memberikan kesan sejuk dalam kota. Hal ini jelas dapat
dibuktikan oleh siapa saja yang berjalan kaki pada tengah hari di tempat terbuka. Ia
akan merasa sejuk dan nyaman pada waktu mendekati dan memasuki sebuah taman
atau jalan dengan pohon peneduh yang bereret di tepinya. Padahal, jalan aspal yang
tak berpohon pelindung memancarkan panas yang sangat kuat.
3. Pembangunan gedung tinggi dan bertingkat menurunkan suhu maksimum dalam kota
sampai kurang-lebih 6oC. gedung yang relatif rendah dan terbuat dari bahan yang
menyerap panas dapat menimbulkan lingkungan yang panas dalam kota. Hal inilah
yang mendorong perencana kota di negara yang sudah maju untuk membangun
tempat parkir mobil dalam bentuk bangunan bertingkat.
Gejala suhu udara kota yang lebih panas di pusatnya daripada suhu di sekeliling kota
itu menjadi masalah yang sangat penting di kota yang terletak di daerah tropik atau subtropik.

96
Dari uraian di atas dapatlah kiata menyadari, bahwa di dalam perencanaan
pengembangan kota, peranan taman, tanaman, dan pohon cukup besar, bukan saja berguna
sebagai penghias kota, tetapi juga untuk menciptakan suasana lingkungan yang nyaman.

Keanekaragaman dan Kemantapan dalam Kota


Asas 13 yang menyinggung hubungan antara keanekaragaman dan kemantapan
mempunyai implikasi terhadap organisasi ekonomi kota. Kota dengan satu jenis industri
mempunyai kecermatan penggunaan energi yang tinggi, karena kota yang serupa itu mampu
menghasilkan produksi yang besar dengan pembiayaan yang sekecil-kecilnya. Tetapi kota
semacam itu mempunyai tingkat keanekaragaman yang rendah, sebab seluruh kota telah
dikuasai oleh hampir satu jenis industri saja. Ekonomi kota menjadi sangat rawan terhadap
segala bentuk stagnasi ekonomi, misalnya apabila terjadi hambatan pemasaran hasil industri,
maka kota tersebut menjadi lumpuh. Ada kesamaan yang menarik antara komunitas alam dan
industri besar, keduanya merupakan suatu lingkungan dengan keanekaragaman hidup yang
rendah, sehingga apabila terjadi perubahan yang drastis pada perusahaan tersebut, maka
perusahaan tersebut tidak dapat bereaksi dengan perubahan, akibatnya perusahaan akan
bangkrut dan banyak karyawan yang di rumahkan, karyawan banyak yang kehilangan
pekerjaan dan tidak dapat berbuat apa-apa karena tidak dapat mencari pekerjaan lain
(pekerjaan sudah terspesialisasi). Meskipun kesamaan antara alam dan dunia industri tidak
sempurna.
Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya kota-kota mempunyai industri kecil serta
industri-industri rumah tangga yang dapat menyokong kelangsungan hidup kota tersebut,
apabila salah satu industri terkena goncangan masih ada industri lain yang dapat menopang
kelangsungan hidup sebuah kota.

97
Perencanaan Pengembangan Wilayah
Telah diketahui sejak dahulu, semakin jauh jarak antara dua daerah, biaya angkutan
produksi semakin mahal. Sejak tahun 1826, Thunen mengetahui adanya hubungan antara
harga hasil pertanian dan pola pelaksanaan tataguna tanah. Artinya, terdapat suatu cara yang
optimum untuk menentukan tanah pertanian dalam hal jaraknya dari pusat pemakaian dan
pemasaran hasil pertanian. Jelasnya, ialah, makin dekat tanah itu kepada pusat penyebaran
penduduk yang padat, makin tinggi nilai tanah itu, karena produksi bersih (setelah diambil
biaya angkutan) memang makin tinggi. Asas ini memang benar baik untuk hubungan jarak
antara kota, wilayah, maupun negara. Ini berarti pula penduduk di kampung, di kota kecil,
atau di kota besar cenderung untuk sedapat mungkin berusaha menekan pengeluaran biaya
angkutan.
Oleh karena itu, dalam perencanaan pengembangan wilayah patut diperhatikan,
bahwa penekanan biaya angkutan dalam membangun wilayah perlu dipertimbangkan secara
khusus dan dilaksanakan sebesar mungkin. Terutama dengan makin sukarnya bahan energi
untuk angkutan, di masa yang akan datang maslah pengangkutan akan membawa akibat yang
semakin berat. Kalau angkutan pupuk ke daerah pertanian ternyata semakin mahal, hasil
produksi pun akan didukung oleh pembiayaan pengolahan yang mahal pula. Hal ini akan
mengakibatkan pula naiknya harga hasil pertanian itu. Adanya kenyataan, berkembangnya
pusat pertanian di daerah pertanian yang subur seperti yang nampak sekarang dihindarkan di
mas yang akan datang. Kita harus mempunyai pandangan yang baru dalam merencanakan
pengembangan wilayah di hari kemudian, dengan efisiensi penggunaan energi menjadi dasar
pertimbangan nyata.

Perencanaan Nasional

98
Dalam membahas pertimbangan yang menyangkut perencanaan nasional pertama
sekali memang perlu diingat adanya kenyataan, bahwa bahan bakar (minyak dan gas bumi)
akan semakin mahal dan semakin susah diperoleh di kemudian hari. Jadi sistem angkutan di
dalam negeri dan di luar negeri harus diatur serasional mungkin. Perencanaan yang rasional
diperlukan pula dalam hal penggunaan bahan pangan. Ekosistem yang paling memenuhi
harapan untuk menghasilkan bahan pangan di masa yang akan datang adalah daerah di
sekitar daratan dan lepas pantai. Setiap bentuk pengrusakan daerah ini di masa sekarang akan
mempunyai pengaruh fatal di masa yang akan datang. Misalnya, pengrusakan dalam bentuk
pengaliran sisa bahan pestisida, metal, dan bahan buangan dari daerah pertanian dan industri
ke muara sungai, kemudian ke daerah subur di tepi pantai. Hal ini akan mengakibatkan
timbulnya pengaruh pada sumber alam biologi di sekitar daerah lepas pantai.
Persoalan paling berat yang dihadapkan kepada ilmu lingkungan, ialah yang
menyangkut tujuan nasional. Apakah sebaiknya tujuan akhir sebuah negara itu? Apakah
perkembangan ekonomi yang maksimum ataukah kecermatan ekonomi yang sebaik
mungkin? Perlukah dipertimbangkan penggunaan energi secermat mungkin dalam usaha
pembangunan dan perkembangan di sebuah negara. Menarik sekali adalah cara Jepang
meningkatkan Penghasilan Nasional Kotor, antara lain dengan jalan menekan jumlah serta
kecepatan kelahiran. Dalam bab sebelumnya memang dikemukakan, bahwa kecepatan
kelahiran bayi yang terlalu tinggi akan mengubah struktur-umur dalam populasi manusia. Hal
ini akan mengurangi keuntungan ekonomi yang sepatutnya diperoleh suatu negara.
Sebabnya, ialah karena biaya banyak diserap bagi kepentingan memelihara dan mendidik
anak serta bentuk pelayanan sosial yang lain. Dalam waktu yang sama, sebuah negara baru
dapat meningkatkan penghasilan ekonominya, kalau penduduk memang sedemikian rupa,
sehingga berada dalam batas kemampuan sumber alam dalam negara itu, untuk mendukung
peningkatan tersebut. Patut diharapkan, bahwa suatu negara memahami pentingnya sumber

99
alam sebagai penentu vitalitas bangsa, dan kemudian akan mengelola sumber daya alam
secara wajar dan sepantasnya. Baik sumber alam itu merupakan materi, energi, ruang, waktu,
maupun keanekaragaman.

100
STRATEGI UMUM BAGI UMAT MANUSIA

TIK : Setelah selesai mengikuti perkuliahan pada BAB IX ini, diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan tentang strategi umum bagi umat manusia.

MATERI :
PENDAHULUAN :
Dalam bab ini akan dibahas mengenai strategi umum bagi umat mamusia, yang akan
diberikan dalam satu kali pertemuan.

PENYAJIAN :
Penduduk dunia sudah terlampau penuh dihuni oleh manusia, hal ini menjadi
perbincangan bagi pihak-pihak yang merasa optimis dan yang sudah merasa pesimis kalau
bumi ini sudah terlampau penuh sesak dengan manusia.

Pandangan Pihak Optimis


Pandangan ini berpendapat bahwa dunia sama sekali tidak kritis karena adanya
kepadatan manusia yang tinggi. Hal yang menyokong pendapat ini adalah:
1. Banyak bagian di muka bumi ini yang masih belum dihuni oleh manusia secara padat,
bagian yang padat adalah di perkotaaan, sementara itu di luar kota atau di desa-desa
penduduknya masih jarang
2. Banyak bagian di bumi ini yang memiliki penduduk yang lebih padat di masa lampau
dibandingkan dengan di masa sekarang, bagian bumi yang masih kosong tersebut dapat
menampung penduduk bumi di masa yang akan datang.

101
Adanya hubungan yang erat antara peningkatan populasi dan perkembangan serta
kemajuan bangsa menurut Clark (1967) ada empat macam pendapat:
1. Ekonomi skala
Dalam sektor non pertanian suatu sistem ekonomi, peningkatan input buruh pada suatu
usaha akan meningkatkan hasil per unit buruh itu. Populasi yang tinggi justru akan
menurunkan biaya per unit dalam melatih orang untuk memiliki profesi tertentu.
Ekonomi skala menunjukkan bahwa pada skala populasi yang besar akan nampak
dibutuhkan modal yang lebih kecil per unit produksi dibandingkan dengan populasi kecil,
demikian pula biaya hidup perkapita akan menurun apabila populasi itu naik. Meskipun
demikian pasti ada aspek yang menurun yaitu aspek social.
2. Alasan daya peningkatan
Dalam populasi yang sedang meningkat dengan pesat, suatu kekeliruan dalam
menanamkan modal mempunyai kesempatan baik untuk ditukarkan ke usaha yang lebih
tepat. Dalam ekonomi yang cepat tumbuhnya, suatu hambatan pertumbuhan usaha akan
menimbulkan kerugian yang berat.
3. Lokasi berbagai kemudahan
Pengeluaran biaya upah buruh tinggi dalam negara yang padat penduduknya, namun
demikian kota besar dengan berbagai perusahaan tersebut mempunyai kompensasi upah
buruh dengan cara buruh mendapatkan barang adalah mudah
4. Hubungan antara pertumbuhan populasi dengan kebebasan pribadi
Populasi yang menurun di Eropa pada abad 14-15 ternyata menimbulkan kekakuan dalam
kehidupan ekonomi. Sebaliknya kemungkinan orang mendapatkan posisi yang lebih
tinggi pada perusahaan yang sedang maju memang lebih besar dari pada perusahaan yang
sedang mengalami kemunduran.

102
Pihak optimis ini merasa yakin bahwa manusia akan dapat mengatasi hampir semua
masalah , selama masih dapat memperoleh energi dan teknologi. Kecerdikan manusia akan
selalu dapat menemukan cara untuk memperoleh energi yang murah serta inovasi teknologi
yang dikehendaki.

Pandangan Pihak Pesimistis


Pandangan pihak optimis ditentang oleh pihak pesimis dalam hampir semua alasan
yang dikemukakan. Perikemanusiaan dihadapkan pada berbagai masalah yang berbeda-beda
karena peningkatan populasi. Masalah social, kekeliruan pengelolaaan faktor lingkungan dan
demografi, masalah sanitasi dan kesehatan masyarakat, penurunan jumlah persediaaan
sumberalam, degradasi sifat fisika dan kimia bumi, semua itu akibat meningkatnya populasi
manusia di dunia.
Penentang teori optimisme beranggapan bahwa pihak optimis itu bergantung pada
kebingungan yang didasarkan atas empat perkiraan mutlak dan tegas, tetapi rapuh. Keempat
perkiraan tersebut adalah:
1. Manusia sebagai suatu spesies jasad hidup tak akan mampu menghancurkan peradaban
2. Sumber alam tak pernah akan habis oleh karena itu tidak perlu dilindungi dan diawetkan
pemakaiannya.
3. Penambahan ilmu pengetahuan manusia beserta penemuan teknologinya tidak akan
kunjung habis, oleh karena itu kehadirannya di muka bumi dapat dijamin.
4. Oleh sebab itu populasi manusia dapat terus meningkat setinggi-tingginya menurut
keinginan manusia itu sendiri
Suatu fakta yang diabaikan oleh manusia bahwa manusia di tempat dimana dia
tinggal telah merusak alam misalnya adanya kebakaran hutan. Kenyataan ini menunjukkan
bahwa manusia telah mampu merusak kehidupan planet bumi. Hal lain lagi bahwa daerah

103
tapak kebudayaaan manusia yang hancur sekarang disebabkan karena kerusakan lingkungan
berupa penggundulan hutan sehingga terjadi kebanjiran, eksploitasi sumberalam tanpa
mengindahkan kebijakan akan berakibat pada degradasi tanah pertanian.
Ditinjau dari Ilmu Lingkungan bahwa sejarah manusia memang didasari pada cirri
nomaden. Manusia mampu mengembangkan peradaban sampai pada tingkat tertinggi di
muka bumi ini, selama disana terdapat cukup sumber alam. Dalam rangka mengembangkan
peradabannya itu sumberalam dalam lingkungan nya akan semakin habis dan rusak, pada saat
itu kekayaan peradaban akan semakin menurun, dan pada saat itu mereka akan meninggalkan
daerah tersebut dan kemudian mencari tempat yang baru.

Keadaan Demografi
Pertambahan penduduk dunia meningkat dengan pesat tanpa kecuali dimanapun
termasuk darah tropik dan subtropik. Menurut Holdrigde daerah ini peningkatan populasi
manusia meningkat dengan cepat sehingga kebutuhan akan tanah untuk pemukiman dan
pertanian makin meningkat pula.
Sedangkan di Indonesia kepadatan penduduk ditandai oleh beberapa karakteristik:
1. Laju pertambahan penduduk yang besar dan cepat
2. Penyebaran penduduk yang tidak merata
3. Komposisi penduduk menurut umur
4. Arus urbanisasi yang tinggi
Cepatnya perkembangan penduduk tersebut, disamping tingginya tingkat kelahiran,
juga menurunnya tingkat kematian karena makin banyaknya sarana-sarana kesehatan.
Penyebaran penduduk yang tidak merata ini seperti telah disebutkan pada bab sebelumnya
bahwa antara pulau yang satu dengan yang lainnya penyebaran penduduk tidak merata, Pulau
Jawa merupakan daerah yang paling padat penduduknya. Komposisi penduduk menurut

104
umur dan kelamin penduduk Indonesia adalah 0 – 14 tahun berjumlah 44,1%; kelompok
umur 15 – 64 tahun berjumlah 53,4% dan kelompok umur diatas 65 tahun berjumlah 2,5%.
Perbedaan kelompok umur ini mempunyai arti sangat penting, karena kelompok umur
dibawah 15 tahun ini merupakan kelompok yang belum produktif dan merupakan beban.
Kelompok produktif adalah berumur antara 15 – 64 tahun, sedangkan diatas 65 tahun juga
termasuk usia tidak produktif. Besarnya proporsi menurut golongan umur ini akan
menentukan produksi nasional dan beban pemeliharaan di bidang pendidikan, kesehatan, dan
proteksi sosial lainnya. Arus urbanisasi terjadi akibat bertambahnya penduduk di pedesaan .
Sarana desa yang tidak mungkin memberikan penghidupan yang layak kepada penduduknya,
sehingga dapat menurunkan tingkat kehidupannya. Tingginya tingkat kelahiran di pedesaan,
menurunnya lahan pertanian, menyebabkan banyak penduduk desa yang pindah ke kota.
Arus perpindahan penduduk ini menyebabkan cepatnya perkembangan penduduk di daerah
perkotaan disamping penambahan alami penduduk perkotaan itu sendiri. Pertambahan
penduduk yang cepat ini mempengaruhi berbagai masalah di bidang tenaga kerja,
pendidikan, kesehatan, penyediaan pangan, perumahan dan lingkungan.
Dalam rangka penekanan laju pertambahan penduduk dan menaikkan taraf hidup
masyarakat, maka dilakukan berbagai usaha seperti mendorong masyarakat ke arah
pembentukan keluarga kecil melalui program Keluarga Berencana, usaha perbaikan di bidang
pendidikan dan kesehatan untuk mendapatkan masyarakat yang berkwalitas tinggi baik fisik
maupun mental spiritual untuk menopang pembangunan nasional.

Bahan Mineral
Dalam jangka waktu yang pendek kita akan menghabiskan bahan mineral. Kaum
optimis menentang pendapat ini, karena kaum ini beranggapan bahwa dalam waktu singkat
kita akan menemukan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang dapat dimanfaatkan

105
untuk mengeruk bahan mineral dari dasar laut, atau dapat digunakan untuk membuat bahan
mineral sebagai pengganti yang habis. Ada sebuah ramalan bahwa PLTN akan memegang
peranan penting dalam kehidupan manusia pada tahun 2010.
Namun ada hambatan yang cukup berat karena harga uranium oksida sebagai bahan
bakunya terlalu mahal, sehingga era nuklir menjadi sesuatu yang mahal. Kebutuhan akan
nuklir meningkat dengan pesat sedemikian rupa di masa datang, sehingga keperluan akan
energi nuklir akan berlipat dua kali dalam kurun waktu 2,4 tahun; lain dengan kebutuhan
minyak bumi yang berlipat dua kali dalam 10 tahun.
Pengadaan energi bagi kebutuhan manusia semakin hari semakin memprihatinkan,
sehingga diperlukan strategi untuk mendapat sumber energi baru yang lain (misalnya energi
geothermal) dan penghematan pemakaian energi, kondisi ini harus ditempuh dengan penuh
kesadaran.

Pengaruh Peningkatan Populasi terhadap Penghidupan Ekonomi


Untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, faktor ekonomi menjadi faktor
yang paling dominan, sehingga dibutuhkan pengelolaan. Pengelolaan perekonomian ini
berhubungan erat dengan berbagai masalah lingkungan tempat yang bersangkutan tinggal.
Dalam hal-hal tertentu pembangunan perekonomian terjadi tanpa langsung berpengaruh pada
lingkungan seperti pendirian perbankan, lembaga-lembaga pendidikan. Akan tetapi
pembangunan perekonomian yang meliputi penggalian sumberalam bumi, pembangunan
proyek-proyek industri jelas akan mempengaruhi keseimbangan lingkungan. Tanpa
penggarapan dan pengelolaan yang bijaksana

Pengaruh Kepadatan Populasi terhadap Sifat Kimia - Fisika Bumi

106
Manusia mendapatkan unsur-unsur yang diperlukan dalam hidupnya dari lingkungan.
Semakin tinggi kebudayaan manusia, semakin beranekaragam kebutuhan hidupnya, maka
semakin besar jumlah kebutuhan hidupnya yang diambil dari lingkungan. Oleh sebab itu
semakin besar pula perhatian manusia terhadap lingkungan.
Perhatian dan pengaruh manusia terhadap lingkungan semakin meningkat pada zaman
teknologi yang maju. Kegiatan manusia ternyata mulai mempengaruhi kseimbangan berbagai
gas planet bumi, mempengaruhi siklus nitrogen serta komponen lain yang dinamis.
Mekanisme tentang bagaimana cara manusia mempengaruhi sifat kimia dan sifat fisika bumi
pada dasarnya serupa untuk berbagai gejala. Contohnya adalah bagaimana manusia
mempengaruhi lingkungan secara kimiawi dengan kata lain bagaimana manusia mencemari
lingkungan ?.
Pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan,
sebagian karena tindakan manusia, disebabkan karena perubahan pola penggunaan energi
dan materi, tingkatan radiasi bahan-bahan fisika dan kimia. Perbuatan ini dapat
mempengaruhi langsung kepada manusia, atau tidak langsung melalui air, , hasil pertanian-
peternakan, perilaku manusia di alam bebas.
Mahluk hidup seperti manusia selalu mencemari lingkungan karena tingkat lakunya,
karena membuang kotoran akibat proses pencemaran dan metabolisme. Kepadatan penduduk
dan peningkatan kebudayaan mensyaratkan kenaikan standar hidup. Hal ini terjadi dengan
mengorbankan sumber-sumber alam dengan membuang sisa-sisa (limbah ) ke alam.
Manusia telah menguasai lingkungan baik karena jumlahnya yang banyak maupun karena
ulahnya yang semakin cerdas. Seberapa besar bahaya di Teluk Jakarta, para ahli memang
belum sepakat, tetapi gejala penyakit Minamata memang ada di perkampungan di wilayah itu
(Sastrawijaya, 1991). Penyakit yang melumpuhkan “pusat jaringan syaraf”, karena penderita
keracunan air raksa. Logam berat tersebut masuk melalui ikan-ikan, ikan-ikan tersebut

107
dikonsumsi oleh masyarakat disana. Hal yang sama terjadi di teluk Buya Minahasa yang
baru-baru ini diributkan orang.
Gambaran di atas adalah sekelumit mengenai pengaruh kimia terhadap lingkungan
besar sekali., apa yang harus dilakukan oleh instansi terkait khususnya pemerintah?. Untuk
mengelola bahan kimia beracun agar ramah lingkungan dan mempunyai derajat keamanan
tinggi diperlukan peningkatan upaya pengelolaan baik di tingkat nasional, regional maupun
internasional.
Pada tahun 1987 Indonesia melalui Departemen Kesehatan dan Menteri Negara
Lingkungan Hidup telah membuat Undang-Undang mengenai bahan berbahaya. Anonim
pada dasarnya ada dua masalah pokok :
1. Kurangnya informasi ilmiah yang memadai untuk menilai resiko penggunaan bahan
kimia
2. Kurangnya sumberdaya manusia untuk menilai bahan kimia yang datanya telah ada.
Untuk mengatasi hal tersebut dan guna tercapainya sasaran pengelolaan bahan kimia
beracun dalam menunjang pembangunan, maka strategi pengelolaan bahan kimia beracun
dibagi kedalam empat bidang, yaitu:
1. Peningkatan kemampuan dan kapasitas nasional dalam pengelolaan bahan-bahan kimia
2. Penyerasian klasifikasi dan pelabelan bahan-bahan kimia beracun
3. Penyebarluasan informasi tentang bahan-bahan kimia beracun dan resiko-resiko kimia
4. Penurunan resiko dan pencegahan lalu lintas domestik maupun internasional yang tidak
sah.
Tercapainya strategi di atas tidak akan terlepas dari partisipasi semua pihak, baik itu
melalui komitmen pribadi, kapasitas intelektual, perilaku dari struktur legalisasi yang
mengatur dan mendorong guna tercapainya sasaran di atas.

108
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1997, Ringkasan Agenda 21 Indonesia (Strategi Nasional untuk Pembangunan


Berkelanjutan), Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, United Nations
Development Program.
Catenese, A.J. and Sayder, J.C., 1988, Perencanaan Kota, Wahyudi (Ed.), Edisi ke-II,
Erlangga, Jakarta.
Sastrawijaya, A.T., 2000, Pencemaran Lingkungan, Cet. II, Rineka Cipta, Jakarta.
Sipardi, I, 2003, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, Cet. II, Alumni, Jakarta.
Soeriaatmadja, R.E., 1989, Ilmu Lingkungan, Edisi ke-IV, ITB, Bandung.
Suripin, 2002, Pelestarian Sumber Daya tanah dan Air, ANDI, Yogyakarta.
Tandjung, S.D., 1999, Pengantar Ilmu Lingkungan, Laboratorium Ekologi, Fakultas Biologi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Wartasaputra, S., 1990, Prioritas Pelestarian Hidupan Liar, dalam Majalah Hidupan Liar
Indonesia, Vol. I No. 1, Masyarakat Pelestarian Hidup Liar Indonesia.

109

Anda mungkin juga menyukai