Anda di halaman 1dari 12

TUGAS K3

RANGKUMAN UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN-


PERATURAN TENTANG KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA KONSTRUKSI

Oleh :
Rahajeng Kusuma Pramesti
NIM. 171910301067

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2020
RANGKUMAN UU DAN PERATURAN-PERATURAN TENTANG K3

1. UUD 1945  

Pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945


terdapat salah satu pasal yang mendasari aturan-aturan K3 yaitu Pasal 27 ayat
2 yang berbunyi “Tiap‐tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”

2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 1969 Tentang


Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 1969 Tentang


Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja terdiri dari VII bab dengan 19
pasal, yang berisi tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja
yang meliputi pengertian dan azaz tenaga kerja, penyediaan, penyebaran, dan
penggunaan tenaga kerja, pembinaan keahlian dan kejuruan, pembinaan
perlindungan tenaga kerja, hubungan ketenagakerjaan, sistem pengawasan
tenaga kerja, dan ketentuan penutup. Pembahasan mengenai pembinaan
perlindungan tenaga kerja terdapat pada bab IV pasal 9 dan 10.
Bab IV  Pembinaan Perlindungan Kerja

Pasal 9: Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas


keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta
perlakukan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.

Pasal 10:   Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup:

1. Norma keselamatan kerja

2. Norma kesehatan kerja dan hygiene perusahaan

3. Norma kerja

4. Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal


kecelakaan kerja

5. (tidak berlaku)
3. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970  tentang
Keselamatan Kerja

Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 Tentang


Keselamatan Kerja terdiri dari XI bab dengan 18 pasal, yang berisi tentang
istilah-istilah terkait tempat kerja dan pelaku kerja, ruang lingkup tenaga kerja,
syarat-syarat keselamatan kerja, pengawasan dalam dunia kerja, wewenang
menteri tenaga kerja, tata-tata cara pelaporan pelaporan dan pemeriksaan
kecelakaan, kewajiban dan hak tenaga kerja, kewajiban memasuki tempat
kerja, kewajiban pengurus, dan ketentuan penutup.

Undang-undang ini mengatur tentang kewajiban pengurus serta kewajiban


dan hak pekerja. Adapun hak dan kewajiban masing-masing diantaranya:

1. Kewajiban pengurus atau pimpinan tempat kerja, di antaranya


adalah sebagai berikut:
2. Mencegah serta mengendalikan timbul atau menyebarnya bahaya
yang disebabkan oleh suhu, debu, kelembaban, kotoran, uap, asap, gas,
cuaca,  hembusan angin, radiasi, sinar, getaran, dan suara.
3. Mencegah serta mengurangi terjadinya bahaya ledakan.
4. Mengamankan serta memperlancar dalam pengangkutan orang,
barang, tanaman ataupun binatang.
5. Mencegah, mengurangi, serta memadamkan kebakaran yang
terjadi.
6. Mendapatkan penerangan yang cukup serta sesuai.
7. Mencegah terjadinya aliran listrik berbahaya.
8. Mencegah serta mengurangi terjadinya kecelakaan.
9. Membuat tanda-tanda sign pada lokasi proyek supaya pekerja
dapat selalu waspada.
10. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
11. Memberi pertolongan ketika terjadi kecelakaan.
12. Memberi kesempatan untuk menyelamatkan diri apabila terjadi
kebakaran maupun kejadian berbahaya lainnya.
13. Menciptakan keserasian antara pekerja dengan lingkungan, alat
kerja, serta cara dan proses kerja.
14. Mencegah serta mengendalikan munculnya penyakit yang
diakibatkan oleh kerja, baik itu berupa keracunan, psikis, infeksi ataupun
penularan.
15. Menyediakan alat-alat yang digunakan untuk melindungi  pekerja.
16. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
17. Mengamankan serta memelihara berbagai jenis bangunan.
18. Mengamankan serta memperlancar pekerjaan dalam hal bongkar
muat, penyimpanan, dan perlakuan barang.
19. Menyesuaikan serta menyempurnakan pengamanan terhadap
pekerjaan yang berbahaya supaya dapat meminimalisir terjadinya
kecelakaan.
20. Melaksanakan pemeriksaan kondisi mental, kesehatan badan, serta
kemampuan fisik pekerja baru yang akan diterima oleh perusahaan ataupun
yang akan dipindah kerjakan. Yakni sesuai pada sifat pekerjaan yang akan
diampu oleh pekerja. Dalam hal ini, pemeriksaan dilakukan secara berkala.
21. Kewajiban untuk menempatkan segala syarat keselamatan kerja
wajib pada tempat-tempat yang mudah dilihat serta terbaca oleh pekerja.
22. Kewajiban untuk melaporkan segala kecelakaan kerja yang terjadi
pada tempat kerja.
23. Kewajiban untuk menyediakan alat perlindungan diri dengan
cuma-cuma, yang disertai dengan petunjuk yang diperlukan oleh pekerja
serta siapa saja yang memasuki tempat kerja.
24. Kewajiban untuk memasang segala gambar keselamatan kerja serta
segala bahan pembinaan lainnya di tempat yang mudah dilihat dan dibaca.
25. Kewajiban untuk menunjukkan serta menjelaskan kepada semua
pekerja baru mengenai:
26. Kondisi  bahaya yang akan timbul pada tempat kerjanya.
27. Pengamanan serta dan perlindungan terhadap alat-alat yang
terdapat pada area tempat kerja
28. Alat-alat perlindungan diri untuk pekerja yang bersangkutan
29. Cara dan sikap aman yang harus dilakukan ketika melaksanakan
pekerjaan.
30. Sedangkan kewajiban dan hak pekerja di antaranya adalah sebagai
berikut:
31. Memenuhi serta mentaati segala syarat-syarat kesehatan dan
keselamatan kerja yang diwajibkan
32. Memberikan keterangan secara jelas dan benar, jika diminta ahli
atau pengawas keselamatan kerja.
33. Menyatakan keberatan kerja, apabila syarat kesehatan dan
keselamatan yang diwajibkan diragukan, kecuali memang karena hal khusus
yang ditentukan oleh pengawas, namun dalam hal ini sesuai dengan batas
yang masih bisa dipertanggungjawabkan.
34. Memakai Alat Pelindung Diri (APD) secara benar dan tepat
35. Meminta pada pimpinan supaya dilaksanakan segala syarat
kesehatan dan keselamatan kerja yang diwajibkan
Perlu digarisbawahi, bahwa peraturan ini harus ditaati oleh semua pihak,
sebab jika terjadi pelanggaran akan mendapatkan ancaman hukuman berupa
pidana/ kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp
100.000, (seratus ribu rupiah) sesuai dengan Bab XI pasal 15, 16, 17, dan 18 :

Pasal 15 (2) Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan
ancaman pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan
selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi‐tingginya Rp.
100.000,‐ (seratus ribu rupiah). (3) Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992  Tentang


Kesehatan

Dalam peraturan dan perundangan K3 ini, meliputi tentang:


 Kesehatan Kerja diselenggarakan dengan tujuan supaya semua pekerja
sehat, sehingga tak membahayakan dirinya sendiri serta masyarakat yang
ada di sekelilingnya. Dengan begitu, produktivitas kerja yang diperoleh
dapat optimal sejalan terhadap program perlindungan pekerja yang dituju.
 Kesehatan Kerja, yakni meliputi pencegahan penyakit yang diakibatkan
oleh pekerjaan, pelayanan kesehatan kerja, serta syarat kesehatan kerja.
 Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
Pada ketentuan tentang kesehatan kerja ini, telah ditetapkan sesuai peraturan
pemerintah. Jika terjadi pelanggaran dan tidak dipenuhi oleh perusahaan, akan
mendapatkan ancaman hukuman pidana/ kurungan selama 1 tahun atau denda
sebanyak-banyaknya Rp 15.000.000. (lima belas juta rupiah).

Undang-Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan


berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan
fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru,
sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta
pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga
berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta
mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. 
Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga
menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya
hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja
meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan
syarat kesehatan kerja.

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992  Tentang


Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Pasal 3 ayat 2: Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja.

Pasal 8 ayat 1: Tenaga Kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima
jaminan kecelakaan kerja.
Pasal 10 ayat 1: Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa
tenaga kerja kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan
Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam.

6. Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999  Tentang


Jasa Konstruksi

Ketentuan umum “Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi


ketentuan tentang keteknikan, keamanan, keselamatan dan kesehatan
kerja,  perlindungan tenaga kerja dan lingkungan, untuk mewujudkan terib
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi”

 Pasal 22: Kontrak kerja Konstruksi

Kontrak Kerja Konstruksi sekurang‐kurangnya harus mencakup uraian


mengenai: “Perlindungan tenaga kerja yang memuat ketentuan tentang
kewajiban para pihak dalam pelaksanaan K3 serta jaminan sosial”  

 Pasal 23: Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

Ayat (2) : Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi


ketentuan tentang keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja,
perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin
terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

7. Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002  Tentang


Bangunan Gedung

Pada ketentuan umum undang-undang ini berbunyi “Mengatur tentang


kehandalan, keselamatan dan kesehatan serta kenyamanan gedung ”

Pelaksanaan Teknis K3 menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 28


Tahun 2002  Tentang Bangunan Gedung :

• Kewajiban dibidang penanggulangan kebakaran

• Kewajiban pemasangan sistem proteksi pasif & aktif


• Kelengkapan sarana evakuasi dan daerah aman

• Kelengkapan sarana pengolahan limbah

• Kelengkapan sarana kenyamanan gedung

8. Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003  Tentang


Ketenagakerjaan
 Pasal 86: Pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.
 Pasal 87:  Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan.

Pelanggaran atas pasal 87 dijabarkan pada Bab XVI Ketentuan Pidana


dan Sanksi Administratif :

Pasal 190 Ayat (2): Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) berupa :

a. teguran;

b. peringatan tertulis;

c. pembatasan kegiatan usaha;

d. pembekuan kegiatan usaha;

e. pembatalan persetujuan;

f. pembatalan pendaftaran;

g. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi;

h. pencabutan ijin.

9. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan


Jasa Konstruksi
 Pasal 15 : Kewajiban dan Hak Pengguna Jasa
Pada pasal 15 poin l dijelaskan bahwa pengguna jasa harus
memberikan penjelasan tentang risiko pekerjaan termasuk kondisi dan
bahaya yang dapat timbul dalam pekerjaan konstruksi dan mengadakan
peninjauan lapangan apabila diperlukan.
 Pasal 17 : Kewajiban dan Hak Penyedia Jasa
Penyedia jasa dalam pemilihan penyedia jasa berkewajiban untuk :
a. menyusun dokumen penawaran yang memuat rencana dan metode kerja,
rencana usulan biaya, tenaga terampil dan tenaga ahli, rencana dan
anggaran keselamatan dan kesehatan kerja, dan peralatan;
b. menyerahkan jaminan penawaran; dan
c. menandatangani kontrak kerja konstruksi dalam batas waktu yang
ditentukan dalam dokumen lelang.
 Pasal 23 : Kontrak Kerja Konstruksi
Pada pasal ini dijelaskan mengenai kontrak kerja konstruksi, termasuk
perlindungan pekerja
 Pasal 30 : Standar Keteknikan, Ketenagakerjaan dan Tata Lingkungan
10. PP No. 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa
Konstruksi
 Pasal 6 ayat (4): Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan guna tertib usaha, tertib penyelenggaraan, tertib
pemanfaatan Jasa Konstruksi mengenai: 3. ketentuan keselamatan dan
kesehatan kerja;
 Pasal 11 : Pembinaan Terhadap Masyarakat
11. Perpres No 54/2010 jo Perpres No 70/2012 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
 Pasal 66 ayat (5) huruf (b) : Batas tertinggi penawaran tersebut
termasuk biaya overhead yang meliputi antara lain biaya keselamatan
dan kesehatan kerja, keuntungan dan beban pajak
 Penjelasan Pasal 97 ayat (2) : Nilai Bobot Manfaat Perusahaan (Nilai
BMP) merupakan nilai penghargaan kepada perusahaan karena
berinvestasi di Indonesia, memberdayakan Usaha Mikro dan Usaha
Kecil serta koperasi kecil melalui kemitraan, memelihara kesehatan,
keselamatan kerja dan lingkungan (OHSAS 18000/ISO 14000),
memberdayakan lingkungan(community development), serta
memberikan fasilitas pelayanan purna jual.
12. SKB MENAKER dan MEN PU No : 174/MEN/1986 & 104/KPTS/
1986 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat
Kegiatan Konstruksi
Bahwa pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang
melibatkan bahan bangunan, peralatan, penerapan teknologi dan tenaga
kerja, dapat merupakan sumber terjadinya kecelakaan kerja serta
pertimbangan bahwa tenaga kerja dibidang kegiatan konstruksi selaku
sumber daya yang membutuhkan bagi kelanjutan pembangunan, perlu
memperoleh perlindungan keselamatan kerja, khususnya terhadap
ancaman kecelakaan kerja;
13. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja Dan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor : Kep. 174/Men/1986 Nomor: 104/Kpts/1986 Tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan
Konstruksi
 Pasal 2 : Setiap Pengurus Kontraktor, Pemimpin Pelaksanaan
Pekerjaan atau Bagian Pekerjaan dalam pelaksanaan kegiatan
konstruksi wajib memenuhi syarat-syarat K3
 Pasal 3 Menteri Pekerjaan Umum memberi sanksi administrasi
 Pasal 4 Koordinasi Kantor Pusat, Kantor Departemen Tenaga Kerja
dan Pekerjaan Umum terkait hal-hal yang menyangkut pembinaan
 Pasal 5 Menteri Tenaga Kerja dapat menunjuk Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja bidang Konstruksi
 Pasal 6 Pengawasan atas pelaksanaan Keputusan Bersama ini,
dilakukan secara fungsional oleh Departemen Tenaga Kerja dan
Departemen Pekerjaan Umum
14. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja Dan Menteri Pekerjaan
Umum No. Kep-174/Men/1986 No. 104/Kpts/1986 Tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan
Konstruksi
 Bab I Persyaratan Umum
 Bab II Tempat Kerja dan Peralatan
 Bab III : Perancah (Scaffolding)
 Bab IV : Tangga Kerja Lepas dan Tangga Kerja Sementara
 Bab V : Peralatan untuk Mengangkat (Lifting Appliance)
 Bab VI : Tali, rantai dan Perlengkapan lainnya
 Bab VII : Permesinan
 Bab VIII: Peralatan
 Bab IX : Pekerjaan Bawah Tanah
 Bab X : Penggalian –penggalian
 Bab XI : Pemancangan Tiang Pancang
 Bab XII : Pengerjaan Beton
 Bab XIII : Operasi lainnya dalam pembangunan Gedung
 Bab XIV : Pembongkaran (Demolition)
15. Permenaker   No. 1/1980 Keselamatan & Kesehatan Kerja pada
Konstruksi Bangunan.
16. Keputusan Bersama Menaker‐MenPU   No. 174/MEN/1986   &
104/KPTS/1986 Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Kegiatan
Konstruksi.
17. PP Nomor 50 Tahun 2012 Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3)
Pasal 5 :
1. Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3
2.Kewajiban berlaku bagi: perusahaan yang memperkerjakan
pekerja/buruh paling sedikit 100 orang atau mempunyai potensi bahaya
tinggi
3. Ketentuan tingkat bahaya tinggi sesuai peraturan perundangan
4. Berpedoman PP 50 /2012 dan peraturan perundangan undangan serta
dapat memperhatikan konvensi atau standar international
18. Permen PU   No.  05/2014 Pedoman Sistem Manajemen K3
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum

Anda mungkin juga menyukai