Larutan Elektrolit
2. LARUTAN ELEKTROLIT
Pada bab sebelumnya sudah dikaji larutan non elektrolit dan sifat-sifatnya. Akan
tetapi hal ini belum cukup, karen a banyak sistem-sistem kimia berupa larutan yang
mengandung berbagai jenis ion. Oleh karena itu larutan seperti ini perlu untuk dipelajari
/
I
secara terpisah dari larutan non elektrolit.
Elektrolit adalah suatu zat yang dapat menghasilkan ion-ion dalam larutan, yang
ditunjukkan dengan sifat larutannya yang dapat menghantarkan listrik. Berdasarkan
daya hantamya, elektrolit diklasifikasikan ke dalam elektrolit kuat dan lemah. Sebagai
contoh, dengan air sebagai pelarut, NH3, CO2 dan CH3COOH termasuk elektrolit lernah,
semen tara NaCI, HCI dan KN03 merupakan elektrolit kuat.
Klasifikasi lain yang didasarkan pada struktur adalah elektrolit sebenamya
(sejati) dan elektrolit yang potensial sebagai elektrolit. Elektrolit sejati dalam keadaan
. .
muminya terdiri atas ion-ion. Garam-garam pada umumnya merupakan elektrolit sejati.
Kristal NaCl, CUS04 atau MgS terdiri dari ion positif dan negatif. Jika kristal ion
dilarutkan dalam suatu pelarut, ikatan antar ion putus dan ion-ionnya masuk ke dalam
Iarutan sebagai ion tersolvasi. Pada keadaan tersebut, setiap ion dikelilingi oleh suatu
lapisan yang terdiri dari beberapa molekul pelarut yang ikut bersama-sama dengan ion
ketika ion tersebut berpindah (bergerak). Jika pelarutnya air, maka solvasinya disebut
dengan hidrasi.
Elektrolit yang potensial sebagai elektrolit dalam keadaan muminya terdiri dari
molekul-m_9lekul yang tidak bermuatan akan tetapi ketika dilarutkan dalarn suatu
pelarut, maka zat tersebut bereaksi dengan pelarut (sampai cakupan tertentu)
menghasilkan ion-ion. Misalnya molekul asam asetat bereaksi dengan air menghasilkan
ion hidronium dan ion asetat sesuai dengan persamaan:
CH3COOH + H20 ~H30+ + CH3COO-
Molekul hidrogen klorida bereaksi dengan air sesuai dengan persamaan:
HCI + H20 ~ H30-'- + cr
Untuk elektrolit kuat seperti HCl, kesetimbangan terletak jauh ke arah kanan, untuk
elektrolit lemah seperti asam asetat kesetimbangan jauh terletak ke arah kiri, kecuali
dalam larutan yang sangat encer.
60 Kimia Fisika 2
Bab 2 : Larutan Elektrolit
Pada bab ini akan dipelajari sifat-sifat larutan elektrolit berupa sifat koligatif,
hantaran ion, disosiasi dan termodinarnika larutan elektrolit.
Karena ada gaya antraksi yang sangat kuat antara ion-ion dalarn larutan
elektrolit, maka larutan elektrolit sulit dikatakan sebagai larutan ideal, rneskipun untuk
konsentrasi yang eukup eneer. Sebagai bahan perbandingan, perhatikan tabel berikut.
TabeI2.1.
Koefisien keaktifan larutan
Dari tabel di atas nampak bahwa untuk larutan elektrolit, pada konsentrasi encer
sekalipun (mi = 0,0010) koesfisien keaktifan rnenyimpang sangat jauh dari satu. Oleh
karena itu, digunakan keaktifan pada rumusan-rumusan (yang telah diturunkan) untuk
sifat koligatif larutan,
(2.1)
Dengan asumsi uap bersifat ideal, P tidak terlalu tinggi. Jika uap tak ideal maka tekanan
uap diganti dengan fugasitas, Perubahan tekanan uap, M dibandingkan dengan tekanan
uap muminya adalah :
= (aA -1)P;
= (YAXA -1)P; (2.3)
J di rnelalui pengukuran tekanan uap larutan dapat ditentukan, YA. Dengan
menggunakan persarnaan Gibbs-Duhern dapat dicari ydari terlarut.
61 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
dinyatakan dengan :
Karena keadaan standar untuk pelarut adalah cairan pelarut murninya, maka
(2.4)
Saat mendidih potensial kimia pelarut di fasa larutan sarna dengan potensial kirnia
Karena terJarut tidak menguap, rnaka di fasa uap hanya ada uap pelarutnya saja (mumi).
(2.7)
rs=rz:
2
f In a
A
=- f •
f.,J{ vap,A
RT2
(2.8)
I Tb
Jika keadaan 1 adalah A rnumi, rnaka aA I = 1, dan keadaan 2, aA,2 ditulis sebagai aA,
maka:
In aA = sn . - 1 - -. 1 J ,dengan
vap A (
catatan W"ap bukan fungsi suhu (T)
0
o R Tb Tb
ln zr, = W vaP. A ( n: - Tb J
__ .----;-,
. ,
karena Tb tidak berbeda jauh dengan Tb *
o R (Tb t i 0
Ina
A
=- Wvap,A
R
( I1Tb
(Tb*)2
J (2.9)
Unnlk kebutuhan praktis ketika bekerja dengan larutan elektrolit (kuat) didefinisikan
koefisien osmotik praktis (bagi pelarut), t/J (phi) :
62 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
(2.11)
Jadi kenaikan titik didih juga dapat digunakan untuk menentukan aktifitas dan koefisien
aktifitas melalui ¢'
d an Jliik a d'iguna k an AI
If' rnakca J[ = rjJRTv
_. I! I, J a di1 Slif at k 0 I'igatiif d apat diiguna k an untu k
IlA VIII,A
Soal-soal Iatihan
63 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
. .
_'yang terarnati
4 RT
n = --=;-In Y AX A-
VA'
:-'
'.,='.•:"'::':---:----'-..;_, Jika dibandingkan dengan Bersamaan
64 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
melibatkan adanya transport materi dari satu bagian konduktor ke bagian Jainnya.
Aliran listrik pada penghantar elektronik ini seJalu disertai dengan perubahan kimia
pada elektroda-elektrodanya dan reaksinya bersifat khas dan tertentu bergantung
pada zat-zat penyusun konduktor tersebut dan juga jenis elektrodanya.
Mekanisme dari aJiran listrik melalui konduktor eJektroJitik ini mungkin akan
lebih baik untuk dipahami melalui contoh berikut.
1----++ Elektroda Cu
Cu2+Caq)
SO/Caq)
Kita tinjau suatu sel (Gambar 2.1) yang terdiri atas dua buah elektroda tembaga (Cu),
yang dihubungkan dengan sumber arus searah B dan kedua elekroda tersebut
dicelupkan ke dalam larutan tembaga (II) sulfat, CUS04. Elektroda D dihubungkan
dengan kutub negatif (-) dari B dan elektroda A dihubungkan dengan kutub positif
(+) dari B. Dalam larutan terdapat ion-ion Cu2+ dan solo. Jika rangkaian
disambungkan terjadi arus listrik yang juga mengalir melalui larutan. Hal ini
mengakibatkan terjadinya pelarutan ternbaga di elektroda A. Elektroda D (yang
dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus B) bermuatan negatif karen a kaya
dengan elektron dari B. Elektron-elektron ini bergabung dengan ion tembaga
dalam larutan membentuk endapan Cu pada elektroda D. Reaksinya dapat dituliskan:
Cu2+ + 2e- --7 Cu
Karena reaksi pada elektroda D ini reaksi reduksi, maka elektroda D disebut
dengan katoda. Elektroda A dengan demikian merupakan anoda, tempat terjadinya
reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi yang terjadi adalah :
Cu --7 Cu2+ + 2e-
65 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
Kita Iihat bahwa dua elektron di katoda digunakan untuk bereaksi membentuk
Cu dan secara bersamaan dua elektron keluar dari anoda karena terjadinya perubahan
dari Cu membentuk Cu2+. Hasil nettonya adalah transfer dua elektron pada sirkuit
luar dari anoda ke katoda
Saat sirkuit ditutup, ion positif atau kation akan bergerak ke katoda dan ion
negatif atau anion akan bergerak ke anoda. Karena ion-ion ini bermuatan, maka
gerakannya akan menyebabkan arus listrik. Proses mengalimya arus listrik melalui
konduktor elektrolitik yang disertai dengan perubahan kimia ini disebut elektrolisis.
Dari uraian di atas tentang mekanisme elektrolisis dapat disimpulkan bahwa
elektron masuk dan keluar dari larutan terjadi melalui perubahan kimia pada
elektroda -elektrodan ya.
2.2.2. Coulometer
Jumlah listrik yang mengalir melalui sirkuit dapat dianalisis dari jumlah zat
yang terlibat dalam reaksi. Alat yang digunakan untuk tujuan ini adalah coulometer,
dengan menerapkan hukum Faraday tentang elektrolisis. Faraday menemukan
bahwa massa zat yang terlibat dalam reaksi pada elektroda berbanding lurus
dengan jumlah listrik yang mengalir pada Iarutan (lelehan) elektrolit. Dengan
dernikian jika diketahui massa salah satu zat yang berubah selama elektrolisis, maka
jumlah listrik yang mengalir pada iarutannya dapat ditentukan. Dernikian pula
sebaliknya, jika jumlah listrik yang mengalir diketahui, maka dapat dihitung jumlah
zat yang berubah selama proses elektrolisis.
Untuk menentukan jurnlah listrik yang mengalir dalain suatu sel, coulometer
disusun secara seri dengan sel tersebut dan dibiarkan sepanjang arus dialirkan,
Kemudian jumlah perubahan kirnia yang disebabkan oleh arus listrik terse but
ditentukan dengan cara-cara yang sesuai.
Coulorneter perak umumnya dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan yang teliti.
Coulometer ini terdiri dari cawan platina yang juga difungsikan sebagai katoda dan
perak mumi sebagai anoda. Elektrolitnya merupakan larutan perak nitrat. Sebelum
elektrolisis, cawan platina ditimbang, baru kemudian selnya dipasangkan. Sesudah
elektrolisis, elektrolitnya didekantasi dengan hati-hati dan endapan perak pada cawan
dicuci dengan air suling kemudian c.iikeringkan dan ditimbang. Dan kenaikan berat
66 Kimia Fisika 2
Bab 2 : Larutan Elektrolit
ini kemudian dihitung jumlah listrik yang mengalir melalui coulometer. Coulometer
ini dapat memberikan hasil dengan tingkat ketelitian di aias 0,05 persen.
Coulometer lain juga yang menghasilkan ketepatan yang tinggi adalah
coulometer iodium. Pada coulometer ini digunakan larutan kalium iodida dengan
elektroda inert. Dengan adanya arus listrik yang mengalir akan terbentuk iodium,
yang jumlahnya dapat ditentukan melalui titrasi dengan larutan natrium tiosulfat
standar. Dari volume clan konsentrasi Ian-tan Na2S203 dapar .diketahui jumlah mol
Na2S203 Dengan rnenggunakan persamaan reaksi setara saar titrasi dapat ditentukan
jumlah mol h total hasil elektrolisis. I2 ini terbentuk saar arus listrik dialirkan
kedalam larutan KI. Dengan mengetahui jumlah mol h, maka dapat ditentukan
jumlah mol elektron yang mengalir, dengan demikian jumlah listrik yang mengalir
dapat ditentukan.
Coulometer lain yang dapat juga digunakan adalah coulometer tembaga. Akan
tetapi hasilnya tidak terlalu akurat. Coulometer ini terdiri dari elektroda-elektrcda
tembaga dalam suatu larutan tembaga sulfat. Dari jumlah endapan tembaga yang
terbentuk selama arus listrik mengalir dapat ditentukan jumlah listrik yang mengalir
atau basa
67 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elekirolit . 2: Laru
Jun
I volum tiap gelembung O2, dapat ditentukan jurnlah geiembung gas O2. I melalui
I;- . Perhitungan :.
C III fraksi (
II . -, :' 0,500 g 6 -:; 1 I dalam
I· n = _ = 4, 4 x 10-- rno 1
I ..:, Ag 107,87 g mol" strik,
Berdasarkan : '
Ag+ (aq) + e' ~ Ag (s) -:-emba
l1e =4,64 X 10-3 mol hidrogt
'_ 'atalf'(2
5:~..~
;:c-
_= 4;64 X 10-3 mol x I F/mol == 4,64 x 10-3 F diband
~;_; 2H20(1) ~
.
oksigen di anoda :
02(g) + 4W + 4e
---
dalam
memb
ion-io
karena jurnlah listrik atau jurnlah elektron yang mengalir sarna, yakni
-
memb
--
4,64 x 10-3 mol, maka mol O2 :
masm
68 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
69 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
Q
t.=-' (2.14)
, Q
Hubungan kuantitatif antara fraksi arus yang dibawa oleh ion dan kecepatannya
akan diuraikan sebagai berikut. Kita tinjau dua pelat paralel yang terpisah sejauh I,
yang diisi sevolume Iarutan elektrolit (Gambar 2.2).
Gambar 2.2.
Sel elektrolisis dengan jarak elektroda sejauh I
muatannya z_e, dengan e jumlah listrik yang sesuai dengan satuan muatan. Pada
waktu dt, kation bergerak sejauh v + dt dan semua kation pada jarak sejauh ini dari
elektroda negatif akan mencapai elektroda tersebut dalam waktu dt atau dengan kata
lain semua kation yang menempati volume ABCDEFGH akan mencapai elektroda
negatif pada pada waktu dt. Jurnlah kation yang ada pada sevolume tersebut
merupakan fraksi dari semua kation yang ada, (v + dtl I) N +' Dengan demikian
muatan positif, dQ+ yang melewati bidang paralel menuju elektroda negatif pada
waktu
n zr adalah z+ev+dtN+ d an k uat arus yang dib
1 awa kati
anon :
I
70 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
(2.15)
Sarna halnya dengan kation, kontribusi anion terhadap kuat arus dinyarakan
dengan:
z_ev_N_
I_ = (2.16)
Dengan dernikian total kuat arus yang dibawa kedua ion adalah :
(2.17)
Syarat elektronetralitas larutan harus dipenuhi yakni rnuatan total kation sarna
dengan rnuatan total anion:
(2.18)
1= z+N+e(v+ +v_)
(2.19)
l
Berdasarkan hubungan dQ ';;Idt, bilangan angkut,. ti yang didefinisikan
sebagai fraksi dari arus total yang dibawa oleh masing-rnasing ion dalarn larutan
t
,=g_
Q
dapat pula diungkapkan dalarn bentuk ti =!J_, karena dt-nya sama, Dengan dernikian
. I
berdasarkan Persamaan (2.15) dan (2.19), fraksi dari arus total yang dibawa oleh
kation adalah :
(2.20)
(v, +v_)
71 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
dari kation dan anion yakni fraksi dari total arus yang dibawa oleh rnasing-rnasing
ion dalarn larutan. Pernbagian persarnaan (2.20) dengan (2.21) rnenghasilkan:
~-~ (2.22)
t v
Jadi bilangan angkut ion atau fraksi dari arus total yang diangkut oleh ion
rnaka i, dan t_ kedua ion rnernberikan kontribusi yang sama terhadap transfer arus
listrik. Jika v + tidak sarna dengan v_ rnaka t, tidak akan sarna dengan t_ dan kedua
ion ini akan rnernbawa porsi dari arus total. yang berbeda pula. Akan tetapi jurnlah
keduanya selalu 1.
72 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
";·:.r:---~
~~ ----.
II
~~:++++O giiQ 9-
III .~~ ~~~~
.
:i-iii:i-i ~~~! i;~
h
~ 0
;.:~:'.I------+------+-------l-~<
----p.. ::~~~
r ++++++ ++ +++:~;
?~~
..":,-
----+ ~>/
II' +++~++
5- - - - - 5-- -
::~~.
~/.
III' + + + + + +
./
Situasi ion-ion sebelum aliran arus listrik dinyatakan secara skematis pada
keadaan 1. Untuk memudahkan, masing-masing ion dianggap bermuatan satu dan
pada contoh ini diasumsikan sebelum listrik mengalir masing-rnasing bagian
mempunyai lima ion positif dan lima ion negatif. Jika empat elektron dialirkan ke
dalam sel, empat ion positif di daerah katoda akan menerima elektron dari elektroda
dan dinetralkan. Di daerah anoda empat ion negatif menjadi netra!. Hasil perubahan
ini digambarkan dengan keadaan II. Ketika perubahan-perubahan ini terjadi pada
masing-masing elektroda, ion-ion dalam larutan berpindah. Jika kecepatan kation dan
anion sarna, maka masing-masing membawa setengah dari arus, jadi dua kation (ion
positif) pindah dari anoda ke katoda (dati dari kutub (+), anoda ke kutub negatif (-),
katoda), dan dua anion (ion negatif) dari kutub negatif (-), katoda ke kutub positif
(+), anoda, akibatnya dua ion positif pindah dari bagian anoda ke bagian tengah dan
dua ion positif dari tengah pindah ke bagian katoda. Secara bersamaan, dua ion
73 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
negatif dari katoda pindah ke ke tengah dan dua ion negatif dari tengah pindah ke
bagian anoda. Hasil akhir dati perubahan ini digarnbarkan dengan keadaan III. Dari
garnbar tersebut narnpak bahwa konsentrasi di bagian tengah tidak dipengaruhi oleh
aliran listrik, sebaliknya konsentrasi di bagian anoda dan katoda keduanya berkurang
dalam hal ini kebetulan pengurangannya sarna, yakni dua rnuatan listrik.
Situasi akan berbeda jika kecepatan ion-ion tidak sarna. Ketika ernpat elektron
dialirkan ke dalam sel, sarna seperti sebelurnnya, ernpat ion-ion (ion (+) dan (-)) akan
dinetralkan. Jika kecepatan kation tiga kali lebih cepat dari anion, rnaka kation akan
rnernbawa arus tiga kali lebih banyak daripada anion. Tiga ion positif hams pindah
dari anoda ke tengah dan dari tengah ke daerah katoda. Pada saat yang bersarnaan,
hanya satu anion yang meninggalkan daerah katoda ke daerah tengah, dan hanya satu
yang rneninggalkan daerah tengah ke anoda. Dari Gambar III' terlihat kembali bahwa
daerah tengah tidak rnengalami perubahan konsentrasi. Tetapi daerah-daerah sekitar
elektroda rnengalarni perubahan konsentrasi, dengan hasil akhir yang berbeda (pada
III dan III') karena perbedaan kecepatan anion dan kation.
Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa jika kecepatan anion dan kation
sarna, maka hilangnya konsentrasi kation karen a perpindahannya dari daerah anoda
sarna dengan hilangnya konsentrasi anion karen a perpindahannya dari daerah katoda.
dari anoda adalah tiga kali hilangnya konsentrasi anion yang pindah dari daerah
katoda.
Peralatan yang digunakan untuk menentukan bilangan angkut dengan cara
Hittorf diperlihatkan pada Gambar 2.4.
74 Kimia Fisika 2
Bab 2 : Larutan Elektrolit
·c
Sel ini terdiri dari tiga bagian yang terpisah. Dasar dari metode ini adalah
perubahan jumlah elektrolit baik di daerah anoda maupun katoda bergantung pada
reaksi elektrolisis dan jumlah ion yang bermigrasi (masuk atau keluar) selama proses
penghantaran arus listrik.
Untuk menentukan jumlah listrik yang mengalir,. maka sel Hittorf
dihubungkan secara seri dengan coulometer C, dan kemudian dihubungkan dengan
sumber arus B dan tahanan geser R. Milliammeter M bcrguna untuk mengatur arus
sesuai dengan yang diinginkan dan membuat perkiraan kasar tentang jumlah listrik
yang mengalir melalui sel. Sel diisi dengan elektrolit dengan konsentrasi a\\ al yang
sudah diketahui dan arus listrik dialirkan. Larutan dielektrolisis cukup lama untuk
sampai diperoleh perubahan konsentrasi yang cukup nyata di sekitar elektroda. Arus
kemudian dihentikan dan larutan dari salah satu bagian elektroda atau dari kedua
bagian el~~troda secara terpisah dikeluarkan, ditimbang dan dianalisis. Jumlah listrik,
Q, yang mengalir melalui sel dapat diperolehdari coulometer.
Untuk memperjelas kajian dan analisis kuantitatif mengenai bilangan angkut
dengan cara Hittorf kita tinjau suatu sistem seperti yang diperlihatkan pada Gambar
2.4.
7S Kitnia Fisika 2
r
Dengan mengetahui jumlah masing-masing ion pada keadaan awal dan keadaan
akhir serta jumlah listrik total yang mengalir dapat ditentukan jumlah ion-ion yang
pindah. Dengan mengetahui salah satu ion yang pindah baik di katoda (K) maupun
anoda (A), dapat ditentukan bilangan angkutnya karena ion yang pindah tersebut
membawa jumlah listrik tertentu.
Untuk kation : t + = Q+
Q
Untuk anion: t . = Q_
Q
76 Kimia Fisika 2
Bab 2 : Larutan Elektrolit
Di daerah Anoda C +) : ,-
Ag+ yang ada = Ag" mula-mula + Ag+ hasil reaksi ;:-,Ag+yangpindahdari .
"
.. anoda ke katoda \~ . .' ., .
daerah katoda
Jumlah ion Ag+ hasil reaksi sebanding dengan jumlah elektron yang telah dialirkan.
Di daerah katoda C-)
Ag+ yang ada = Ag" mula-mula - 'Ag+ yang bereaksi . + Ag~yang pindah .:-_':'
5, " • dari anoda ke d;~rah'kat6d~' . "
. .
N03' yang ada ~ N03' mula-mUl<~t):'l'03' yang pindah dati daerah katodake
.' :.': daerah anoda ' ,',C::) '.' . .' '.. ~i ..
Jumlah ion Ag+ yang bereaksi sebanding dengan jumlah elektron yang telah
dialirkan. Dari rumusan-rumusan di atas tentukan jumlah kation atau anion dengan
pindah yang membawa arusnya masing-masing.
Dengan mengetahui hal ini maka jumlah mol ion yang pindah menjadi jumlah
listrik yang pindah dapat dengan mudah diubah sebagai Q+ atau Q.. Daerah tengah
tidak mengalami perubahan karena migrasi ion dari dan ke anoda diimbangi oleh
jumlah yang sama migrasi ion ke dan dari katoda.
Jika t. telah diketahui, t; dapat ditentukan dari hubungan t + + t: = 1atau sebaliknya.
Yang sering menjadi masalah adalah menentukan Q+ dan Q" jika telah diketahui
banyaknya masing-rnasing ion yang pindah. Hal ini dapat lebih mudah dipahami
dengan menggunakan konsep muatan (absolut) dimulai dati elektron.Dari percobaan
tetes minyak Millikan, satu elektron mempunyai muatan (absolut) sebesar e, yakni
1,602 x 10,19 Coulomb. Jika elektronnya 1 mol, NA= bilangan Avogadro= 6,02 x 1023
elektron maka muatan yang dibawanya adalah
= 6,02x1023elektron xl,602xIO-19 C
mol elektron
= 96485 Coulomb/mol
= IF/mol
jadi muatan listrik yang dibawa oleh 1 mol elektron adalah 96.485 C atau 1 F.
Untuk ion H+, yang mempunyai muatan 1+, maka muatannya (absolut) sarna
dengan muatan elektron yakni 1,602 x 10.19 C dan muatan dari 1 mol H" sama
77 Kunia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
dengan muatan dan 1 mol elektron yakni 1 F. Satu ion MZ+ mempunyai muatan
(absolut) sebesar z+e Coulomb dan satu mol MZ+membawa muatan sebesar z+eNA =
z+96.489 Coulomb atau z, Faraday. Jika MZ+ sebanyak n; mol, maka muatan
(absolut) yang dibawanya adalah n+z+ Faraday.
Dengan mengetahui Q dan coulometer dan Q+ atau Q_ dan ion-ion yang
pindah dapat ditentukan i, atau L Analisis pada contoh di atas dapat diterapkan pada
setiap sel yang mengandung elektrolit tunggal dengan elektroda yang menghasilkan
atau mengurangi kation dan elektrolit. Jadi analisis yang sarna dapat diterapkan pada
sel seperti yang terdapat pada Gambar 2.4 yang diisi larutan CUS04 dengan elektroda
tembaga.
Altematif lainnya bisa saja digunakan elektroda yang reversibel terhadap
anion, yakni reaksi elektrodanya dapat menghasilkan dan mengurangi anion. Hal ini
dapat terjadi jika misalnya sel diisi dengan larutan NaCI dengan elektroda perak-
perak klorida (Ag-AgCl) yakni elektroda perak yang dilapisi perak klorida. Saat
Iistrik dialirkan di anoda terjadi oksidasi Ag menjadi Ag" dalam bentuk padatan
AgCI. Saat Ag+ hasil reaksi bertemu dengan cr dan larutan NaCI terbentuk endapan
AgCl (AgCI merupakan garam yang sukar larut). Reaksi yang terjadi di anoda
dengan demikian :
A·. . Ag(s) + Cl(aq) ---+ AgCI(s) + e
Dan di katoda terjadi reaksi sebaliknya yakni reduksi Ag+ (dalam bentuk AgCl)
membentuk logarn Ag :
\! " AgCJ(s) + e ----+ Ag(s) + Cl(aq)
Migrasi (perpindahan) ion-ion Na+ terjadi dan anoda (+) ke katoda (-) dan ion-ion cr
dari katoda (-) ke anoda (+). Analisis terhadap larutan di daerah anoda (+) dapat
dilakukan terhadap Na+ maupun cr bebas yang larut dalam larutan (bukan sebagai
AgCI padat).
78 Kimia Fisika 2
Bab 2 : Larutan Elcktrolit
Apakah reaksi elektroda pacta metcde Hittorf hams mclibatkan ion-ion dan
elektrolit ') Bagairnana jika elektroda yang digunakan pada contoh terakhir (Iarutan
NuCl) diganu dengan platina? Hal ini akan langsung dibahas pada contoh soal
berikut.
[CD~tOh SoaI2.2.
Sel Hittorf diisi dengan larutan NaCI dan' dielektrolisis dengan-ele~iroda
platina. Lannan NaCl awal mempunyai konsentrasi 0,1000 rn. Elektrolisis
dan Cl-}.
Penyelesaian :
";: Analisis Soal :' . ,:'-,
Diketaht.:i
Jumlah
berdasarkan ;'eaJ~i_pen'gendap<)'l1:Ag':'
Az"
D
+ e'--y As
D
79 Kimia Fisika 2
Bab 2 : Larutan Elektrolit
80 Kimia Fisika 2
Bab 2 : Laruuui Elektmlit
.Na> O,On8F _
..i: :::1- t ; " = 1- 0,385 :::0,615
~... i"n
81 Kimia Fisika 2
Bab 2 : Larutan Elektrolit
Lengkapnya tujuan dari daerah bagian II yakni bagian tengah, menjadi jelas
dari contoh terakhir di atas. Analisis dilakukan didasarkan pada asumsi bahwa hanya
ion-ion Na+ dan Cl" yang rnengangkut arus rnelewati garis atau batas I-II dan II-ill
padahal reaksi elektroda rnenghasilkan ion H+ dan OH-. Jika terjadi pencarnpuran
di bagian anoda dan bagian katoda selarna elektrolisis, rnaka ion-ion hasil reaksi
elektroda ini akan men gan gkut bagian dari arus. Akibatnya penerimaan dan
kehilangan ion-ion Na+ dan Cl akan lebih ked I daripada yang diharapkan dan
analisis keseluruhan akan salah. Cara untuk menguji hasil atau produk elektrolisis
mencapai daerah II atau tidak, dalam hal ini adalah dengan menguji pH dari bagian
tengah apakah berubah atau tidak.
Analisis setiap bagian pada contoh-contoh di atas dinyatakan dengan jumlah
yang iditerima atau yang hilang selama elektrolisis. Konsentrasi tidak masuk secara
langsung, padahal bilangan angkut bergantung pada konsentrasi. Oleh karen a itu
diharapkan agar selama elektrolisis tidak terjadi perubahan komposisi yang terlalu
besar tapi cukup untuk dapat dianalisis perubahannya. Jadi jumlah listrik yang
dialirkan melalui sel disarankan lebih kecil dari satu Faraday.
Hal penting yang harus diperhatikan saat menganalisis jumlah ion-ion dalarn
larutan (keadaan awal dan akhir) harus dalam sejumlah pelarut yang sarna saat awal
dan akhir, karen a jika jurnlah pelarut berbeda, maka perbedaan ini menyebabkan
jumlah ion-ionnya juga berbeda yang bukan disebabkan reaksi dan kepindahan, jadi
hindari perbedaan jurnlah terlarut karena beda jurnlah pelarut.
82 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
DC
Coulometer perak
sernentara lapisan bawahnya rnerupakan larutan suatu gararn dengan anion yang
sarna dan kationnya harus rnernpunyai rnobilitas yang lebih kecil dari kation
elektrolit yang dipelajari. Sebagai contoh jika larutan KCI yang akan dipelajari,
digunakan sebagai lapisan atas dan lapisan bawahnya bisa rnenggunakan larutan
CdCb. Mobilitas Cd2+ lebih kecil daripada K+. Saat arus dialirkan anion, cr bergerak
turun ke anoda, sernentara K+ dan Cd2+ bergerak naik ke katoda. Saat ion K+ naik
ternpatnya digantikan oleh Cd2+, karena itu perbatasan antara kedua larutan juga
83 }(ir.nia l'isika 2
Bab 2 : Larutan Elektrolit
bergerak naik. Dengan mengetahui volume yang dilewati perbatasan yang bergerak
tadi untuk sejumlah listrik yang dilewatkan ke dalam sel dapat dihitung bilangan
angkut K+. Misalnya volum yang dilewati gerakan perbatasan adalah dati a ke b.
Jumlah listrik yang dialirkan saat pergerakan pindah dari a ke b tersebut sebesar Q
(dapat ditentukan dari Coulometer). Jika konsentrasi larutan KCI adalah C, maka
t = Q+
+ Q
84 Kimia Fisika 2
Bab 2 : Larutan Elektrolii
t = Q+ Q = It
+ Q -:..... :.--
~.;.
- n .
M = NaCI atau
NaCI \I
/I Na+ = n ~acl
Q, T
=/1 ':: ,F
1"\ a T ~a T
85 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
yang dikenal sebagai Hukum Ohm. Pada persamaan tersebut, I merupakan kuat
arus yang mengalir melalui medium (konduktor), IlrfJ beda potensial listrik
sepanjang medium dan R tahanan dan medium. Dalam sistem Sl, kuat arus
dinyatakan dalam ampere (A), perbedaan potensial dalam volt (V) dan tahanan
dalam ohm (Q). Tahanan sepanjang medium bergantung pada ukuran dan
konduktor. Untuk konduktor dengan luas penampang yang sarna:
R = _E_}_ (2.28)
A
l merupakan panjang, A luas penampang dan p disebut tahanan jenis, karena satuan
R adaJah ohm (Q), satuan l adalah em atau m dan satuan A adalah em2 atau m2,
maka satuan untuk p adalah Q em atau Q m. Tahanan jenis merupakan sifat khas
dan zat penyusun konduktor. Kebalikan dan tahanan adaJah hantaran, L dan
kebalikan dari tahanan jenis adalah hantaran jenis atau daya hantar jenis, dan
simbol huruf yunani, K(dibaea: kappa) :
1 1 A A
L=-=-X-=K- (2.29)
R P l l
Hantaran mempunyai satuan Q-l hantaran jenis mempunyai satuan Q-1em-1 atau
86 Kimia Fisika 2
Bab 2 : Larutan Elektrolit
Gambar 2.6.
Jembatan Wheatstone untuk mengukur hantaran elektrolit
Tahanan 3 diatur sedernikian rupa sampai tidak ada arus yang rnengalir rnelalui
potensial yang sarna. Saat setirnbang, dan Huku,m Ohm (Persamaan 2.27),
1 = L: maka f.,¢AD = 1JRJ ; L¢AC = loR}; L¢DB = 11Rz; dan Lr/JCB = 13R , (dengan R
tahanan dari sel), karena ¢c = ¢D' maka L¢AC = 6.¢.~D dan /) ¢DB = L¢CB sehingga
rnenghasilkan :
R2 =!!_ at au
RJ R3
R = R2R3 (2.30)
R J
luas permukaan dan jarak antar elektroda. Tetapan sel, k,,", didefinisikan sebagai
A
S7 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
sehingga K = k",}
R
. Tetapan sel biasanya tidak ditentukan dari pengukuran l dan A
.
88 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
I
I
,--_J
Gambar 2.8. Sel hantaran dengan tetapan sel rendah
Pada pengukuran hantaran jenis elektrolit ini, perlu digunakan pelarut yang
sangat murni, karena adanya pengotor meskipun sedikit dapat mempengaruhi k
secara signifikan. Untuk memperoleh hantaran jenis elektrolit, maka hantaran jenis
pelarut murni harus dikurangkan terhadap larutannya.
Hantaran. Molar
Meskipun hantaran jenis dapat diukur dengan mudah, tetapi besaran ini tidak
biasa digunakan dalam membahas proses penghantaran dalam suatu larutan
elektrolit. Suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda akan mernpunyai hantaran
jerus yang berbeda karen a sevolume larutan dengan konsentrasi berbeda
mengandung jumlah ion yang berbeda. Karena itu untuk memperoleh ukuran
kemampuan mengangkut listrik dari sejumlah tertentu elektrolit, didefinisikan
hantaran molar, Am'
A =.!!_ (2.31)
m C
ontoh, untuk larutan KCI 1 M, dengan K=O,1l2Q-] cm " pada 2SoC dan 1 atm,
maka:
89 Kimia Fisika 2
Bab 2 : Larutan Elektrolit
lstilah lain yakni hantaran ekivalen, dulu sering digunakan. Dalam hal im
hantaran dinyatakan dalam bentuk jumlah muatan individual yang diangkut. Sebagai
contoh untuk larutan elektrolit uniekivalen seperti larutan KCI atau NaCI, setiap ion
membawa satu satuan muatan sehingga hantaran eki valen sama dengan hantaran
molar. Untuk larutan elektrolit divalen seperti MgS04, setiap ion membawa dua
satuan muatan, sehingga hantaran ekiva!ennya setengah dari hantaran molamya.
Dengan kata lain hubungan antara keduanya dinyatakan dengan : /leI] = ~ = _Am
z,«, z.v,
air berubah dengan berubahnya konsentrasi. Hal ini terjadi karena ada antaraksi di
antara ion-ion yang mempengaruhi hantaran jenisnya, K. lnteraksi ini berubah dengan
berubahnya konsentrasi.
90 Kimia Fisika 2
Bab 2 : Larutan Elektrolit
molar pada pengenceran tak hingga, Am' Ekstrapolasi dapat dengan mudah
dilakukan untuk elektrolit kuat, tetapi untuk elektrolit lemah tidak demikian, karena
kenaikannya yang sangat tajam pada konsentrasi sangat rendah (pengenceran tak
hingga), dimana pengukuran melalui percobaan tak mungkin dilakukan.
Kebergantungan hantaran molar terhadap konsentrasi untuk larutan elektrolit kuat
dapat dinyatakan dalam persamaan empiris berikut:
(2.32)
dengan B suatu tetapan. Jika Am untuk elektroli kuat dapat diperoleh melalui grafik
;", terhadap .JC , bagaimanakah cara menentukan J~" untuk elektrolit lemah?
Menurut Kohlrausch, pada pengenceran tak hingga dimana disosiasi untuk
semua elektrol.t berlangsung sempurna dan semua gaya antar ion hilang, rnasing-
masing ion daiam larutan bergerak bebas dan tidak bergantung pada ion
pasangannya. Kontribusinya terhadap daya hantar molar hanya bergantung pada sifat
dari ionnnya tersebut. Jadi daya hantar molar setiap elektrolit pacta pengenceran tak
hingga merupakan jumlah dari daya hantar molar ion-ionnya pada pengenceran tak
hingga.
91 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
= co ce
Dari Tabel 2.3 ditemukan pola menarik yang muncul jika kita menelusuri
perbedaan A,n= diantara dua elektrolit yang mengandung anion atau kation yang
kuat, sebagai contoh untuk elektrolit lemah seperti asam asetat, HAc, Am ce dapat
92 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan ELektrolit
Mobilitas Ion
Seperti telah diuraikan sebelumnya kuat arus dalarn suatu Iarutan elektrolit
merupakan penjumlahan dari kuat arus yang diangkut oleh masing-masing ion
(Persamaan 2.17). Kontribusi setiap ion terhadap kuat arus telah ditentukan
(Persamaan 2.18 dan 2.19). Hantaran larutan sesuai dengan Persamaan (2.29) adalah:
L= K-
A dan dengan menggunakan hantaran molar: /1 = -,K maka K = /1C sehingga
l C
f..m 1 I
Berdasarkan Hukum Ohm, f..rjJ = IR atau R =-' atau L=-=-atau
I R f..¢
1 A I
f..¢ L = I , diperoleh - = K- = -::::::> K = --.I I
Substitusi persamaan ini terhadap
R I ILl¢1 ILl¢1 A
JLl¢1 I
/1 = .!£ menghasi lkan . /1 = Ii atau /1- = -. Karena gradien potensial,
C . ~Ll~A I CA
E = -1.1(1)1 , d an I = v ./\,1. z, e + v
T T T _
N_ z_e ,rna k a rumusan terse b ut danat
apat nula
pu,a diItUI'ISk an
I I
sebagai berikut :
/l.E = v +N +z+e + v_N _z_e
CAl
/1 = z, v +FC + i
v+ v
E ),dengan gra dilen potensia. 1, E = -1-'
Ll@
l1=z+v+FCu+ +u_)
u. = A..
_T_
,
nan u = (2.35)
z+F z_F
93 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
dengan u.; dan u. disebut sebagai mobilitas kation dan anion. Jadi jika daya hantar
ionnya besar, maka mobilitasnya juga besar. Pada konsentrasi elektrolit tertentu,
mobilitas ion juga tertentu dan berbeda harganya pada konsentrasi yang berbeda.
Mobilitas bergantung pada konsentrasi. Hasil percobaan memperlihatkan bahwa
mobilitas turun dengan naiknya konsentrasi. Hal ini disebabkan oleg gaya tarik antar
ion.
Pada larutan NaCI 0,20 mol/dm3 pada 25°C dan 1 atm, diperoleh I1(Cr
)= 65,1 x 10-5 cm2y-IS-:. Nilainya sedikit berbeda dengan I1(Cr) dalam Iarutan KCl
0,20 mol/dm '. Nilainya 65,6 x 10-5 cm2y-IS-I. Hal ini terjadi karena ada sedikit
perbedaan pada antaraksi Na+ - cr dibandingkan dengan antaraksi K+ - cr.
Hasil percobaan mobilitas ion yang diekstrapolasi pada pengenceran tak hingga
untuk beberapa ion dalam air pada 25°C dan 1 atm adalah sebagai berikut:
Pada pengenceran tak hingga, gaya antar ion tidak ada, sehingga u=(Cr)
mempunyai nilai yang sarna baik dalam larutan NaCl, KCl dan seterusnya.
Untuk ion-ion anorganik dapat dilihat bahwa u" dalam larutannya dengan
pelarut air pada 25°C dan 1 atm ada pada rentang 40 sampai 80 cm2y-1 S-I. Akan
tetapi untuk H30+ dan OR mempunyai nilai yang jauh Iebih tinggi dibandingkan
dengan ion-ion Iainnya. Hal ini karena dalam pelarut air terjadi mekanisme jumping
proton pada H30+. Proton pindah dari H30+ ke molekul H20 tetangganya dan
prosesnya menghasilkan efek yang sarna seperti pergerakan H30+ melalui larutan
dari satu bagian (+) berpindah ke bagiari lain (-) melalui perpindahan sebagai berikut.
94 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
+ H H H
I I I
H-O-H O-H O-H
+
+ H H H
I I I
H-O H-O-H O-H
+
+ H H H
I I I
H-O H-O H-O-H
+
+
H H H
I I I
0-
O-H O-H
H H H
+1 I I
0- H-O
I
O-H
+ H H H.
!
I
0- I I
H-O H-O
Mobilitas yang tinggi dari OR disebabkan oleh transfer proton dari rnolekul H20 ke
ion OR yang ekivalen dengan pergerakan OR dalarn arah yang berlawanan. Proses
transfer ini rnenghasilkan transfer rnuatan positif yang lebih cepat dibandingkan
dengan jika ion H30+ tersebut terdorong pindah rnelalui larutan seperti yang terjadi
pada ion-ion lainnya.
95 Kimia Fisika 2
Bab 2 : Larutan Elektrolit
Titrasi Konduktometri
Pengukuran daya hantar dapat digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi.
Sebagai contoh kita tinjau titrasi asam-basa. Pertama kita kaji dulu titrasi asam kuat
seperti asam klorida (Hel) oleh basa kuat seperti NaOH. Seperti yang telah diuraikan
sebelumnya, daya hantar W dan OR jauh lebih besar daripada kation-kation dan
anion-anion lainnya. Sebelum ditambahkan basa, larutan Hel mengandung ban yak
ion H+ yang menyebabkan daya hantar larutan tersebut tinggi. Ketika ditambahkan
basa, ion W dari Hel akan bereaksi dengan OR dari NaOH membentuk air. Dan H-
yang bereaksi (dalam larutan) digantikan oIeh Na+ (dari basa) yang daya hantamya
lebih rendah. Akibatnya daya hantar larutan turun. Demikian seterusnya sampai
penambahan basa mencapai titik ekivalen. Penambahan basa selanjutnya akan
meningkatkan kembali daya hantar karena larutan sekarang kelebihan Na+ dan OR.
Jika daya hantar Iarutan selama titrasi dialurkan terhadap volum larutan NaOH yang
ditambahkan akan diperoleh grafik (a) seperti yang terdapat pada Gambar 2.9
F
(b) CH3COOH oleh NaOH
D Titik ekivalen
Volum NaOH
96 Kimia Fisika 2
Bab 2 : Larutan Elektrolit
(2.36)
Ketika ditambahkan basa, maka W dari asam tersebut akar. bereaksi dengan OH-
dati basa membentuk air. Jadi keberadaan H+ yang bereaksi digantikan oleh ~a+
yang daya hantarnya lebih rendah dari H+. Jika hanya itu yang terjadi, seharusnya
daya hantarnya turun. Akan tetapi fakta menunjukkan daya hantarnya ternyata naik,
meskipun tidak terlalu tajam. Hal ini disebabkan oleh karen a reaksi ionisasi
CH3COOH merupakan reaksi kesetimbangan maka berkurangnya W (karena sudah
bereaksi dengan OR) akan menyebabkan reaksi kesetimbangan (2.36) akan bergeser
ke arah kanan, yakni ke arah pembentukan F sampai tercapai keadaan
kesetirnbangan yang baru. Dengan demikian kurva titrasinya tidak turun melainkan
naik sepanjang garis DE. Jika semua asam telah dinetralkan, penambahan basa
berlebih akan menyebabkan kenaikan daya hantar larutan dengan cukup tajam sesuai
dengan garis DF. Sebenarnya perpotongan kedua garis tersebut tidak setajam yang
digambarkan melainkan memiliki bentuk agak melengkung. Perpotongan yang tidak
tajam ini disebabkan terjadinya hidrolisis dari garam yang terbentuk ketika terjadi
netralisasi. Akan tetapi hal ini tidak menjadi masalah karena bagian kurva yang lurus
dapat diperpanjang untuk memperoleh titik ekivalen yang benar. Bentuk kurva
titrasi yang digambarkan di atas hanya dapat diterapkan untuk kondisi-kondisi di atas
yang khas (untuk HCI-NaOH dan CH3COOH-NaOH). Jika kekuatan relatif asarn dan
basanya berubah, begitu pula kurva titrasinya. Akan tetapi bukan berarti titrasi
konduktometri hanya berlaku untuk asam-basa saja melainkan banyak titrasi yang
dapat dilangsungkan secara konduktometri yang sulit ditentukan titik akhimya
97 Kimia Fisika 2
Bah 2 : Larutan Elektrolit
dengan eara titrasi biasa, misalnya ketika tidak diperoleh indikator yang coeok. Jadi
eara ini dapat diterapkan pada titrasi apa saja yang memberikan perubahan tajam
pada daya hantamya di titik ekivalen. Misalnya pada titrasi larutan perak nitrat
dengan natrium klorida, dengan reaksi pengendapan :
Ag+ + CI- ___. AgCl
Ion Na+ menggantikan ion Ag" dalam larutan. Daya hantar ion Na+ hampir sama
dengan dengan daya hantar ion Ag". Dengan sendirinya hal ini akan memberikan
day a hantar larutan yang relatif tidak berubah. Akibatnya aluran daya hantar terhadap
volum titran mendekati horizontal. Akan tetapi setelah titik ekivalen dilampaui, daya
hantar meningkat dengan tajam akibat bertambahnya ion-ion dalam larutan. Dengan
dernikian titik akhir dapat ditentukan dengan mudah.
A= K(garam) = K(garam)
C S
Dengan s kelarutan barium sulfat (BaS04). Karena kita bekerja dengan garam yang
sukar 1arut , kon~entrasi larutannya rendah sehingga sifatnya dapat dianggap sarna
dengan larutan pada pengeneeran tak hingga. Dengan demikian dapat kita asumsikan
bahwa A == A= sehingga:
(2.38)
Nilai A= dapat diperoleh dari data hantaran molar ion-ionnya pada pengeneeran tak
hingga (Tabel 2.3) Jadi dari Persaman (2.38) dapat kita tentukan kelarutan dari
BaS04 dalam air. Dengan mengetahui kelarutannya, selanjutnya dapat dihitung hasil
kali kelarutannya melalui pcrsamaan :
KIp = [Ba2+]lSO_.2-J
"hanta~-an j-enis 1,86 x 10-4 Q-Im-l. Semehtara hantaran jenis untuk air adalah
~- . -~=
"6;0 X 10~8,Q-Im-I, Te~tukan kda11ltan dan konsta~ta kelarutan perak kor~da'
99 Kimia Fisika 2
Bab 2 : Larutan Elektrolit
CA"
K=----- atau (2.40)
A=(A=-A)
Dengan demikian harga K dapat diperoleh langsung melalui persamaan (2.40) asal
harga ;1= diketahui, atau untuk lebih teliti digunakan persamaan (2.41) dengan
dan kemiringannya sarna dengan _1_2, Jadi dari nilai kemiringan dan
K;1=
Karena sifat-sifat s_uatu larutan dipengaruhi oleh hadimya ion lain yang
berinteraksi secara elektrostatik, kecuali pada pelarutan tak hingga, konsentrasi
merupakan parameter yang tak memuaskan untuk digunakan dalarn prediksi kontri busi
ion-ion tersebut terhadap sifat keseluruhan dari larutan. Yang kita butuhkan di sini
adalah besaran yang selaras dengan konsentrasi, yaitu jumlah scbenamya ion yang ada
yang mengungkapkan kemampuannya untuk menentukan sifat-sifat untuk ambil bagian
dalam suatu reaksi kimia atau mempengaruhi posisi kesetimbangan. Parameter tersebut
disebut sebagai keaktifan, a dan dihubungkan terhadap konsentrasi, C oleh hubungan
sederhana yakni :
(2.42)
Yi disebut koefisien keaktifan yang dapat memiliki bentuk berbeda sesuai dengan
satuan konsentrasi yang digunakan. Potensial kimia (l1i) dari suatu spesi dapat
u, = (f.l;')c + RT In ci r, (2.43b)
(2.43c)
u, = (f.l;')1II + RT In mi Y,
Untuk elektrolit, potensial kimia kation dan anion yang dinyatakan dalam skala
kemolalan :
u, = f.l~ + RT In m, Y+ (2.44.a)
Potensial kimia elektrolit, u, sebagai keseluruhan potensial kimia kation dan anion,
(2.45)
Karena u, dan u: tidak dapat ditentukan secara eksperimen, maka koefisien keaktifan
ion tunggal Y+ dan Y_ tidak dapat diukur. Oleh karen a itu didefinisikan koefisien
keaktifan rata-rata, Y+
_
dari elektrolit M; + K; - sebagai:
dengan v = v, + v_
. C 3 2 d
Sebagai contoh, untuk aCh, Y± = Y+ Y_ an Y± = Y+ 1/3 2/3
Y_ .
(2.49)
11; = I1;J + RT in a~
Potensial kimia peJarut dapat dinyatakan dalam bentuk skala fraksi mol:
PA = aAP; (2.50)
Karena terlarut diasumsikan tidak mudah menguap, maka PA sarna dengan tekanan uap
dari larutan dan Persamaan (2.50) dapat digunakan untuk menentukan keaktifan dan
koefisien keaktifan pelarut rnelalui pengukuran tekanan uap. Dengan menggunakan
potensial kimia untuk pelarut": f.1A = f.1: + RTln Yx,A xA dan potensial kimia untuk
elektrolit sebagai terlarut (Persarnaan 2.46) dan dengan rnenggunakan Persarnaan (2.47)
dan (2.48) maka potensial kirnia elektrolit, f.1; rnenjadi :
Dari f.1A dan u; dapat diturunkan af.1A dan af.1; yang kernudian disubstitusikan ke dalarn
persarnaan Gibbs-Duhem:
nAaf.1A + ll;af..l; =0
komposisi. Jadi dari koefisien keaktifan pelarut sebagai fungsi komposisi dapat
ditentukan koefisien kekatifan elektrolit. Koefisien kekatifan juga dapat ditentukan dari
data sel elektrokimia (bab 3)
f..G = wnoll-PII ' dalam hal ini wnoll-PV = wei . Debye-Huckel menghitung Wei dari masing-
masing energi potensial elektrostatik dan antraksi masing-rnasing ion dengan rata-rata
distribusi muatan yang mengelilinginya selama proses tersebut. Karena proses dimulai
dari larutan encer ideal dan berakhir dengan keadaan nyata larutan, f..G adalah G-
dd denzan
b G energi Gibbs nyata dati larutan dan G1 adalah energi
d
Gibbs larutan
jika ideal-encer. Karena itu G-Gid=Wel
demikian G larutan dapat diketahui. Dengan menentukan a%lI+ dan a%n_ dapat
diperoleh /A-+ dan /A-_ , sehingga koefisien keaktifan, y+ dan Y: ,dapat diketahui.
(2.51)
(2.52)
Im = 1/2"~ z;2m;
I
(2.53)
j
vakum, PA, kerapatan pelarut, Cr,A , tetapan dielektrik pelarut, T suhu absolut, L; disebut
sebagai kekuatan ionis skala kemolalan, penjumlahannya dilakukan terhadap semua ion-
ion dalam larutan dengan mj, kemolalan ion) dengan muatan Zj.
masing ion, kita tidak dapat mengukur y, atau y_ secara individual. Karena itu
(2.56)
Dengan menggunakan nilai-nilai SI untuk NA, k, e dan Eo dan E,.=78,38, /)=997,OS kg/rrr'
untuk air pada 2SoC dan 1 atm ke dalam Persamaan (2.58), maka:
A=1,1744 (kg/mol)!", B=3,285 x 109 (kg/molr'" m-i.
Dengan mensubtitusikan nilai-nilai A dan B ke dalam Persamaan (2.S8) dan membagi A
dengan 2,3026 untuk mengubahnya ke dalam bentuk log, kita peroleh :
(1m 10)1/2
log r
b ±
= -0 S107 Iz 1
' ~+ -
1m
1+0,328(a/AO)U,)mO)112
(2.59)
o
dengan 1A=10-10 m dan mo=l mol/kg. 1/11 pada Persarnaan (2.S9) mempunyai satuan
mol/kg, dan diameter ion, a, mempunyai satuan panjang, sehingga y± tidak mempunyai
satuan.
Untuk larutan yang sangat encer, L; sangat kecil dan suku kedua dalam penyebut
Persamaan (2.59) dapat diabaikan dibandingkan dengan 1. Karena itu untuk larutan
yarygsarigat encer :
dan untuk larutan yang sangat encer dengan pelarut air pada 25°C:
2, ini sesuai dengan molalitas 0,0114 ::= 0,002. Persamaan Debye-Huckel yang lebih
lengkap diperlukan untuk menentukan Yi dari larutan dengan L; ::; 0,1 mol/kg. Pada
kekuatan ion tertentu, teori ini berlaku semakin baik ketika - 2+lz-1 semakin keciJ.
Sebagai contoh, pada J", = 0,1 mol/kg teori Debye-Huckel lebih reliabel untuk elektrolit
1 : 1 dibandingkan untuk elektrolit 2 : 2.
2: 2'"
-0. 8 '-----'----'----'--~
o O.l 0.2 0.3 0.4
(I / ~o\1/2
'"
(2.61)
e<!'/'/",
K = [H+][CH3COO-]y+y_ .. ~~'.~
a [CH3COOH]y-<;
J
Dengan y+ dan r adalah koefisien keaktifan ion dim Yt, adalah koefisien keaktifan asarn
asetat tak terdisosiasi. Dalam larutan encer, molekul tak terdisosiasi akan bersifat ideal
(koefisien keaktifan =1), tetapi y+ dan r akan berbeda cukup jauh dari satu karen a
10{ [ H+ J[ CH 3COO- ]
[CH3COOHJ )
I= 10aKo _ 210a
0 oY±
dengan c adalah konsentrasi dan ex adalah derajat disosiasi, yang dapat ditentukan dati
pengukuran hantaran. Oleh karena itu, sisi kiri persarnaan dapat dihitung untuk berbagai
konsentrasi, dan harga-harga tersebut sarna dengan ]ogK(} -210g/",. Jika kita gunakan
persarnaan DHLL, logy; dapat diganti dengan ungkapan DHLL. Jika larutan hanya
1=-1 [0(ca)(lt + (ca)(-1)-0] = ca, karena pada larutan dengan pelarut air yang
2
sangat encer c, == mi.
Jika ada ion lainnya, maka kontribusinya harus ditambahkan. Selanjutnya bisa
dilakukan plot sisi kiri persamaan (2.62) terhadap akar kekuatan ion. Ekstrapolasi ke
harga JI = O. mernberikan harga K", seperti yang tampak pada Gambar 2.14.
--
'"
'"
0<'
0
~<'
:s "i' I
(..)~ I
-..._...-
OJ -2 100 r;
o
1· _
____________
l _
"'log KO
_? l...
Untuk suatu larutan yang tidak memiliki ion senarna, kelarutannya adalah:
1
log., S = 21oglo K,p -loglO Y ±
Sepanjang DHLL terpenuhi kita dapat memplot harga log s terhadap [112 seperti yang
tampak pada Gambar 2.12. Ekstrapolasi terhadap kekuatan ion no), memberikan
harga log y± = 0, dan memberikan harga V2 log KIp yang diperoleh sebagai titik
potong. Dari harga tersebut tetapan hasil kali kelarutan termodinamika Ksp sebenamya
dapat dihitung.
0).
;/
, -log . '/.t. .
.Q
= log 5 -;, log
_____________ _t .-_. ..
"-1 _.....loa
-, -? K' s
'--------------
Gambar 2.15.
LATIHAN
''"
SOAL-S
.~.
2. Tekanan osmotik larutan KN03 0,05% (w/w) pada suhu 25°C adalah 0,476 bar. Jika
tekanan uap air mumi pada suhu tersebut adalah 0,03167 bar, hitung tekanan uap
larutan pada suhu 25°C, titik beku dan titik didih larutan, aktivitas dan koefisien
aktivitas pelarut dalam larutan tersebut.
3. Larutan Co(NH3)sCh 0,01 m mempunyai penurunan titik beku 0,0588 K. Apa yang
bisa anda simpulkan mengenai ionisasinya? Asumsikan bahwa senyawa tersebut
merupakan elektrolit kuat. K, air = 1,86 Kim
4. Pada 25°C A =/(10-4 S m2 mol') untuk natrium benzoat, asam klorida dan natrium
5. Pada 25°C larutan KCI yang mempunyai hantaran jenis 0,14088 S/m mempunyai
hambatan 654 Q. Pada sel yang·sama, larutan NH3 0,10 M mempunyai hambatan
2524 Q. Hantaran molar pada pengenceran tak hingga untuk ion N& + dan OR
masing-masing adalah 73,55xl0-4 dan 198,3xl0-4 S m2 mOrl. Tentukan tetapan
disosiasi NH3.
(Jawab : K= 1,82 x 10-5)
6. Diketahui hantaran molar untuk NaCI, KN03 dan KCI masing-masing 126,4; 144,9;
149,8 S m2 mOrl. Jika bilangan angkut kation NaN03 adalah 0,39 hitung mobilitas
kation pada NaN03. Tentukan pula keeepatan kation jika diterapkan beda potensial
sebesar 6,0 volt pada eJektroda yang terpisah sejauh 4,0 em.
7. Hantaran jenis larutan BaS04 jenuh adalah 3,48~1O-6 Q-l/cm dan hantaran jenis air
mumi adalah 0,50xl0-6 Q-l/em. Jika hantaran molar pada pengenceran tak hingga
untuk ion Ba2+ dan SO/- masing-masing adalah 127,26 dan 160,04 ,Q-l cm2 mol',
8. a. Hitung kuat ion larutan yang terbentuk melalui peneampuran 800 mL larutan
NaCI 1,50M dengan 300 mL larutan Na2S04 1,25 M.
b. Hitung koefisien aktivitas rata-rata untuk larutan :K¢e(CN)6 0,10 M.
10. Larutan FeCh 1,000 m dielektrolisis pada alat Hittorf dengan menggunakan
elektroda platina. Sesudah elektrolisis dibagian katoda terdapat 6,3984 g FeCh dan
1,5875 FeCh dalam 50 g air. Hitung bilangan angkut Fe3+ (Ar Fe = 56; Cl = 35,5).
1l. Larutan KC'1 0,14941% berat pada 25°C dielektrolisis pada sel Hittorf dengan
menggunakan elektroda Ag-AgCl. Reaksi di katoda adalah :
12. Bilangan angkut ion-ion pada larutan NaCI ditentukan dengan cara gerakan batas.
Batas antara larutan NaCI dan CdCh bergerak sejauh 6,00 ern dalam waktu 34,5
menit dengan kuat arus 1,60 rnA. Luas penampang sel yang digunakan adalah 0,120
cm2. Tentukan bilangan angkut Na+.
13. Sel Hittorf dengan elektroda perak-perak klorida diisi dengan larutan HCI dengan
molalitas 0,0106 mol/kg. Kuat arus sebesar ~,OO rnA dialirkan ke dalam sel tersebut
selama 3 jam. Di akhir percobaan larutan di bagian katoda mengandung 51,7169 g
air dan 0,02670 g HCI. Tentukan bilangan angkut H+ dan Cr.
(Jawab : t; =0,818 dan t_ =0,182)
14. Jelaskan bagaimana bentuk kurva titrasi konduktometri larutan perak nitrat oleh
larutan NaCI jika daya hantar ion perak hampir sarna dengan day a hantar ion
natrium.
15. Kelarutan Pb(I03)2 dalam air pada 25°C adalah 4,00xl0-5 m dan hasil kali kelarutan
ion-ion yang larut dalam larutan KN03 adalah 5,00xlO-3. Hitung:
b. tetapan hasil kali kelarutan Pb(I03)2
c. kemolalan rata-rata larutan jenuh Pb(I03)2
d. kelarutan Pb(I03)2 dalam larutan KN03
e. koefisien keaktifan rata-rata untuk ion-ion dari elektrolit Pb(I03)2 dalam larutan
KN03
(Jawab : K=2,37 x 10-13 ; m- = 6,35 x 10-5 ; S = 5,60 X 10-5 ;Y.c 0,9746)