3 Lubna.salsabila@umy.ac.id;
4 aulianurkasiwi@gmail.com
Abstrak
Berjalan kaki merupakan hal yang pasti dilakukan oleh setiap manusia. Hal ini didukung dengan pedestrian yang
memadai dan mendukung kegiatan warganya dalam berjalan kaki. Berangkat dari hal ini, banyak bermunculan pusat
perbelanjaan dengan konsep pedestrian area. Di banyak kota besar di Indonesia, hal seperti ini juga terjadi. Salah
satunya di kawasan Malioboro. Sejak zaman dahulu, kawasan ini memang sudah terkenal sebagai pusat perbelanjaan
yang tersusun secara linear dan memiliki jalur pedestrian yang mendukung kegiatan warganya dalam melakukan
interaksi jual beli. Saat ini, kawasan Malioboro telah berubah menjadi kawasan yang semangkin padat terutama
yang dulunya trotoar ditempati menjadi lahan parkir sekarang trotoar tersebut sudah di alih fungsikan menjadi
tempat wisatawan pejalan kaki, agar memudahkan mereka berbelanja disekitaran Malioboro, dan juru parkir harus
mengikuti aturan pemerintah mereka tidak bisa lagi meraup ruoiah dari hasil parkiran tersebut, karena parkiran
yang dulunya berada di trotoar telah di pindahkan ke parkiran Abu Bakar Ali sehingga menjadi lebih rapi nyaman
dan indah di lihat pedestrian semangkin nyaman mengakses jalannya di daerah Malioboro.
Kata kunci: Pedestrian, Kawasan Malioboro
Abstract
Walking is a thing that must be done by every human. This is supported by adequate pedestrianism and supports
the activities of its citizens in walking. Departing from this, many shopping centers have sprung up with the
pedestrian concept. In many big cities in Indonesia, something like this also happens. One of them is in the
Malioboro area. Since ancient times, this area has indeed been known as a center of expenditure which is linearly
arranged and has pedestrian paths that support the activities of its citizens in buying and selling interactions. At
this time, the Malioboro area has been transformed into an area that is more dense, where the sidewalks were
occupied by parking lots, and now they are making a living from the parking lot, because the parking lot that used
to be on the sidewalk has been moved to the Abu Bakar Ali parking lot. semangkin feet comfortably accessible in
the Malioboro area.
Keywords: Pedestrian; Malioboro Region
[9-18]
Jurnal Nasional Pariwisata Aldi Sasongko Prayuda, dkk.
didalamnya terdapat bangunan bersejarah yang dimiliki ada pada konsumen dimana
dan juga pusat pedagang kaki-lima, konsumen tersebut akan memberikan
sehingga menarik bagi wisatawan penilaian setelah memperoleh jasa dan
nusantara maupun mancanegara. Dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Dalam hal
hal ini kawasan Malioboro menjadikan ini, pedestrian yang nyaman menyangkut
masyarakat untuk berbondong-bondong bagaimana keamanan bagi pejalan kaki
membuka lahan usaha, yaitu dalam tanpa khawatir akan adanya kecelakaan.
perdagangan dan juga bagi juru parkir Pengembangan kawasan Malioboro
yang menggunaka kawasan parkir pada bertujuan sebagai pendukung kawasan
sisi timur trotoar. Hal ini, mengakibatkan Malioboro sebagai pusat kegiatan
pada kawasan Malioboro yang menjadi ekonomi, sosial, dan heritage. Dalam hal ini,
kumuh dan kotor karena para wisatawan kebijakan pemindahan zona parkir
berdesak-desakan untuk berjalan. Malioboro menuju semi pedestrian ini,
berimbas kepada sektor perdagangan di
Hal ini mendapat perhatian lebih dari
Malioboro karena berakibat pada sepinya
pemerintah DIY untuk menata dan
pengunjung. Kawasan pada Malioboro
memperbaiki kawasan pada Malioboro.
yang berlandaskan kembali pada nilai-
Dalam hal ini, akan dikembangkan
nilai budaya, maka akan dapat dirasakan
kawasan semi pedistrian sebagaiumana
kembali. Penerapan perubahan pedestrian
telah tertuang dalam Peraturan Daerah
Malioboro ini, tentunya memberikan
Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2010
dampak bagi wisatawan yang datang ke
pada Bab VII pasal 10 ayat 2, yang
Malioboro karena penataan menjadi lebih
mengatakan bahwa Jalan Mangkubumi,
rapi, dimana lahan parkiran dipindah,
Jalan Malioboro dan Jalan Ahmad Yani
kawasannya menjadi lebih bersih dan asri.
diarahkan khusus untuk area pejalan kaki
Kemudian, banyaknya tempat duduk yang
(pedestrian). Penataan ruang, yang semula
ada. Sehingga, membuat wisatawan dapat
di sekitar pedestrian Malioboro,
menikmati dikawasan Malioboro tersebut.
dipindahkan ke kawasan Tempat Khusus
Parkir Abu Bakar Ali (TKP ABA). Berdasarkan uraian tersebut, tujuan dari
Berdasarkan penelitian Stevianus 2014 penelitian ini adalah untuk mebgetahui
mengatakan bahwa tempat parkir yang bagaimana persepsi wisatawan terhadap
digunakan sebagai fasilitas untuk adanya jalur pedestrian dikawasan
pengunjung, berpengaruh juga terhadap Malioboro yang semula dijadikan lahan
kepuasan bagi pengunjung. Berdasarkan parkir disebelah timur, lalu Pemerintah
penelitian pula yang dilakukan oleh DIY dijadikan sebagai kawasan pedestrian
Bangun Adi Wibowo 2015 mengatakan dan menjadi lebih rapi. Dalam hal ini
juga bahwasannya lokasi parkir yang wisatawan banyak yang mengalami pro
berada dikawasan Malioboro juga dapat dan kontra karena menimbulkan dampak
mengaruhi minat masyarakat untuk positif maupun dampak negatif, yang
berkunjung. mana dampak positifnya berkaitan lebih
memberikan ruang bagi pedestrian, lebih
Menurut Mowen dan Minor (2002)
nyaman., lebih tertata rapi dan lebih
terpuaskannya konsumen merupakan sifat
bersih. Sehingga, wisatawan akan merasa
10
Persepsi Wisatawan Terhadap Penataan Kawasan Pedestrian Malioboro
historis, DIY memiliki keistimewaan beupa Yani yang seharusnya berfungsi sebagai
catatan sejarah perjuangan kearifan jalur pejalan kaki justru digunakan untuk
budaya lokal. Yogyakarta menjadi semakin parkir kendaraan. Beberapa permasalahan
istimewa lantaran memiliki obyek wisata, tersebut berdampak pada tidak nyaman
seperti obyek wisata budaya, sejarah alam, bagi pejalan kaki yang menggunakan
wisata belanja. Obyek-obyek wisata ini trotoar sebagai jalanan mereka untuk
mampu menarik wisatawan domestik mengakses berbelanja di sekitaran
maupun mancanegara, dan merupakan Malioboro, dan munculnya penataan
wisata potensial yang dapat berkembang kawasan Malioboro. Yang tertuang dalam
dalam bidang parawisata. Salah satunya dokumen RPJMD Kota Yogyakarta tahun
obyek wisata yang menjadi primadona 2012-2016. Dokumen tersebut juga
hingga kancah internasional adalah memuat arahan kawasan Malioboro.
Malioboro. Malioboro sejatinya adalah Terkait inti pengembangan citra Kota
suatu kawasan yang strategis DIY, yang Yogyakarta sebagai jalur kota yang
secara administrasi berada di Kota menyiratkan citra kegiatan parawisata.
Yogyakarta (Perda No 2 Tahun 2010).
Berdasakan paparan dari latar belakang
Kawasan ini membentang di sisi kanan
diatas, maka identifikasi masalahnya
dan kiri ruas jalan Malioboro dan jalan
adalah bagiamana lahan trotoar Malioboro
Ahmad Yani, kedua ruas jalan tersebut
tidak dijadikan lahan parkir, sehingga
juga berfungsi sebagai jalan kolektor
pejalan kaki dengan nyaman melalukan
sekunder, yang menghubungkan anatara
kegiatan mereka tanpa harus terganggu
kawasan di Kota Yogyakarta.
oleh kendaraan yang parkir diatas trotoar.
Selain memiliki predikat kota primadona Tujuan dari penelitian ini adalah agar
bagi wisatawan, Malioboro juga memiliki dapat mengetahui kenyaman pedestrian di
julukan sebagai jantung DIY, khususnya kawasan Malioboro setelah di relokasinya
bagi Kota Yogyakarta. Dokumen RPJMD parkiran yang ada di atas trotoar.
kota Yogyakarta Tahun 2012-2016 juga Penelitian ini diharapkan memberikan
menyebutkan bahwa kawasan Malioboro manfaat sebagai masukan terhadap
merupakan pusat keramaian bagi sejumlah pemerintah DIY agar dapat meningkatkan
kegiatan, tidak hanya kegiatan parawisata kualitas tempat wisata menjadi lebih baik
semata. Kegiatan lain juga dimaksud lagi dan pihak yang dirugikan atas
adalah, pemerintahan perdagangan, jasa, permasalahan ini bisa diatasi dengan baik.
dan lain sebagainya, sepanjang sisi
Menjadi bahan wacana dan kajian yang
Malioboro dan jalan Ahmad Yani.
bisa dipertimbangkan bagi pihak-pihak
Seiring berjalannya waktu dan yang terkait dalam pengambilan kebijakan
perkembangan zaman, kawasan dalam perencanaan dan pengelolaan
Malioboro semangkin berkembang dan pembangunan khususnya pemerintaha
ramai, terlebih pada saat musim liburan, Kota Yogyakarta Menjadi salah satu alat
sehingga memunculkan beberapa untuk pengembangan ilmu pengetahuan
permasalahan yang krusial. Misalkan sisi khususnya pada bidang ilmu perencanaan
timur jalan Malioboro dan jalan Ahmad
12
Persepsi Wisatawan Terhadap Penataan Kawasan Pedestrian Malioboro
wilayah dan kota dan beberapa ilmu lain Malioboro. Menurut Miro (2005) membagi
yang memiliki keterkaitan basis perjalanan menjadi homebased dan
non homebased, nayoritas pedestrian
TINJAUAN PUSTAKA memiliki homebased. Relokasi pedestrian
sudah dilakukan dibeberapa wilayah yang
Menurut Super dan Cities (Jhon Kills, 1988)
ada di Indonesia, salah satunya berada
mengatakan bahwa terdapat beberapa
dikawasan Kotagede Surakarta. Menurut
faktor yang memengaruhi tingkat
Hakim dan Utomo (2003), faktor yang
kepuasan dari seseorang, termasuk bahwa
dapat memengaruhi kenyamanan yaitu
terdapat beberapa faktor yang
sirkulasi, iklim atau kekuatan alam,
memengaruhi tinkat kepuasan dari
kebisingan, aroma bau yang tidak sedap,
seseorang, termasuk faktor lingkungan.
keamanan, kebersihan dan keindahan.
Kemudian menurut Totok Santoso
Menurut Ofya Tamin dalam Sukoco (2012),
(Muhajir, 2007), terdapat faktor lain yang
mengatakan bahwa masalah pejalan kaki
memengaruhi seseorang, yaitu mengenai
merupakan permasalahan utama dalam
fasilitas baru yang ada di Malioboro seperti
lalu lintas. Pedestrian merupakan pejalan
bangku taman, kran, tempat sampah, dan
kaki, yang berasal dari bahasa latin, yaitu
lain sebagainya penataan ruang, dilakukan
pedestres (Dharmawan, 2004). Macam-
oleh Pemerintahaan DIY melalui program
macam jalur pedestrian, terdiri dari paving
revitalisasi, menurut Dwilwort
lampu, sign, sculpture, bollards, bangku,
(Gamaputra, 2013), relokasi merupakan
tanaman peneduh, telepon umum, shelter
sebuah kebijakan yang dilakukan oleh
dan kanopi, tempat sampah, halte, dan
pemerintah untuk memindahkan sebuah
utilitas (Rubenstain, 1992).
lokasi atau usaha ketempat yang baru
sesuai dengan kapasita, fasilitas, dan biaya Evaluasi jalur pada kawasan Malioboro
produksi. Penataan kawasan pada menerapkan safety, health, dan environment.
Malioboro memiliki dampak bagi Fasilitas jalur diMalioboro menerapkan
wisatawan, yaitu dampak positif maupun pada beberapa aturan, yaitu peraturan
negatif. Menurut Suprayitno (2017) menteri perpajakan Umum No.
dampak eksternalitas yang dirasakan 3/PRT/M2014 tentang pedoman
dapat memengaruhi kepada dampak yang penyediaan, perencanaan, dan
lebih baik maupun lebih buruk. pemanfaatan sarana dan prasarana.
Departemen Perhubungan tahun 2009,
Pengaruh Kota Yogyakarta yang
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 11
dikategorikan sebagai kota pelajar,
tahun 2015, Peraturan Walikota
sehingga mayoritas yang berkunjung ke
Yogyakarta No. 62 tahun 2009, Peraturan
kawasan Malioboro adalah sebagian besar
Walikota Yogyakarta No. 85 Tahun 2011,
pelajar dan karyawan swasta yang tempat
dan Keputusan Menteri Negara
tinggalnya sementara di kawasan
Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996.
Malioboro. Kemudian, yang
SHE merupakan sebuah sistem yang nyata,
menggunakan pedestrian terdiri dari
bagi sebuah organisasi dimana dengan
masyarakat non lokal Yogyakarta yang
adanya perihal tersebut, akan lebih sedikit
memiliki kawasan penginapan di
14
Persepsi Wisatawan Terhadap Penataan Kawasan Pedestrian Malioboro
16
Persepsi Wisatawan Terhadap Penataan Kawasan Pedestrian Malioboro
memdari area pejalan kaki. Hal tersebut parkir agar tidak mengganggu pejalan kaki
mengharuskan pemerintah melakukan di daerah Malioboro yaitu: Abu Bakar Ali,
penataan kawasan Malioboro ke lokasi Ramai Mall, Ketandan, Bringharjo,
yang lebih tepat. Lokasi yang dipilih untuk Senopati, Ngabean. Untuk memenuhi
relokasi tersebut adalah tanah Sultan kebutuhan parkir di daerah Malioboro
Ground kraton Yogyakarta yang dipinjam karena trotoar sisi timur jalan yang
oleh Pemerintah DIY yang berada di jalan semulanya digunakan sebagai tempat
Abu Bakar Ali. parkir kendaraan, sekarang sudah dialih
fungsikan menjadi tempat pejalan kaki,
Tempat parkir Abu Bakar Ali merupakan
tujuan tersebut tidak lain dan tidak bukan
salah satu tempat khusus parkir yang
agar pengunjung pejalan kaki mudah
berada di kota Yogyakarta. Hal ini tercatat
mengakses jalan di sekitaran Malioboro.
pada aturan Walikota Yogyakarta Nomor
67 Tahun 2015 dimana salah satu di
antaranya, lokasi tempat khusus parkir KESIMPULAN
milik pemerintahan daerah yaitu lokasi Penuruan wisatawan yang parkir di
parkir Malioboro I yang terletak di daerah daerah sekitar Malioboro, karena telah di
jalan Abu Bakar Ali. Bangunan gedung relokasikan parkiran menjadi ke daerah
parkir Abu Bakar Ali memiliki tiga lantai Abu Bakar Ali, berdampak kepada juru
dengan lantai 1 untuk bus, sedangkan parkir yang berada disekitaran Malioboro
lantai 2 dan 3 sepeda motor. dan mata pencarian mereka menjadi
Sebuah kebijkan yang diterapkan oleh berkurang akibat wisatawan yang tidak
pemerintah yang berkaitan dengan diperbolehkan lagi parkir di area sekitaran
pedestrian di jalan Malioboro, Yogyakarta, Malioboro tepatnya di atas trotoar.
yang dimana dulunya adalah lahan parkir, Area Malioboro menjadi lebih rapi dan
kemudian diubah menjadi pedestrian tertata karena parkiran yang telah
dimana hal ini digunakan kepada direlokasi ke parkiran Abu Bakar Ali, dan
wisatawan yang berjalan kaki di kawasan terlihat pemandangan yang cukup bagus
Malioboro, yang dulunya para pejalan kaki dikarenakan sudah tidak adanya lagi yang
merasa tidak nyaman dikarenakan parkir diatas trotoar Malioboro.
banyaknya lahan parkir di sisi timur.
Pengunjung wisatawan pejalan kaki lokal
Malioboro menjadi sangat ramai karena
maupun mancanegara kini sudah
selain para wisatawan, terdapat juga
menggunakan trotoar sebagai tempat
masyarakat yang berbondong-bondong
akses mereka untuk berjalan disekitaran
membuka lahan usaha. Pada saat ini, lahan
Malioboro, sehingga memudahkan pejalan
parkir yang menempati trotoar kini sudah
kaki untuk berbelanja maupun hanya
ditempatkan di parkir Abu Bakar Ali yang
sekedar lewat diarea Malioboro.
notabene memang tempat parkir karena
bukan merupakan trotoar untuk para
DAFTAR PUSTAKA
pejalan kaki.
Rohmawati, T., Natalia, T. W., (2018).
Rencana penataan kawsan Malioboro,
Tingkat Kepuasan Pejalan Kaki
lokasi yang akan digunakan untuk lahan
18