Anda di halaman 1dari 10

Volume 12, Nomor 1, April 2020

ISSN Cetak: 1411 - 9862

Jurnal Nasional Pariwisata


Aldi Sasongko Prayuda1, Eko Persepsi Wisatawan Terhadap
Priyo2, Lubna Salsabila3, Aulia Penataan Kawasan Pedestrian
Kasiwi4 Malioboro
Ilmu Pemerintahan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
1 aldysasongkoprayuda9@gmail.com;
2 eko@umy.ac.id;

3 Lubna.salsabila@umy.ac.id;

4 aulianurkasiwi@gmail.com

Abstrak
Berjalan kaki merupakan hal yang pasti dilakukan oleh setiap manusia. Hal ini didukung dengan pedestrian yang
memadai dan mendukung kegiatan warganya dalam berjalan kaki. Berangkat dari hal ini, banyak bermunculan pusat
perbelanjaan dengan konsep pedestrian area. Di banyak kota besar di Indonesia, hal seperti ini juga terjadi. Salah
satunya di kawasan Malioboro. Sejak zaman dahulu, kawasan ini memang sudah terkenal sebagai pusat perbelanjaan
yang tersusun secara linear dan memiliki jalur pedestrian yang mendukung kegiatan warganya dalam melakukan
interaksi jual beli. Saat ini, kawasan Malioboro telah berubah menjadi kawasan yang semangkin padat terutama
yang dulunya trotoar ditempati menjadi lahan parkir sekarang trotoar tersebut sudah di alih fungsikan menjadi
tempat wisatawan pejalan kaki, agar memudahkan mereka berbelanja disekitaran Malioboro, dan juru parkir harus
mengikuti aturan pemerintah mereka tidak bisa lagi meraup ruoiah dari hasil parkiran tersebut, karena parkiran
yang dulunya berada di trotoar telah di pindahkan ke parkiran Abu Bakar Ali sehingga menjadi lebih rapi nyaman
dan indah di lihat pedestrian semangkin nyaman mengakses jalannya di daerah Malioboro.
Kata kunci: Pedestrian, Kawasan Malioboro

Abstract
Walking is a thing that must be done by every human. This is supported by adequate pedestrianism and supports
the activities of its citizens in walking. Departing from this, many shopping centers have sprung up with the
pedestrian concept. In many big cities in Indonesia, something like this also happens. One of them is in the
Malioboro area. Since ancient times, this area has indeed been known as a center of expenditure which is linearly
arranged and has pedestrian paths that support the activities of its citizens in buying and selling interactions. At
this time, the Malioboro area has been transformed into an area that is more dense, where the sidewalks were
occupied by parking lots, and now they are making a living from the parking lot, because the parking lot that used
to be on the sidewalk has been moved to the Abu Bakar Ali parking lot. semangkin feet comfortably accessible in
the Malioboro area.
Keywords: Pedestrian; Malioboro Region

PENDAHULUAN pemerintahan DIY yang dilakukan melalui


Penelitian ini, dilatar belakangi oleh program revitalisasi. Penataan ruang ini
penataan pedestrian yang berbeda di menjadi perhatian pemerintahan, salah
satunya yang berada dikawasan
kawasan Malioboro yang sebelumnya
digunakan sebagai lahan parkir dan pusat Malioboro, mengingat kawasan tersebut
perdagangan, direlokasi oleh pemerintah bisa dikatakan sebagai kawasan yang
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). sangat kumuh dan padat. Kemudian,
Penataan ruang merupakan salah satu Malioboro juga menjadi kawasan destinasi
bentuk dari adanya kebijakan bagi wisatawan yang datang karena

[9-18]
Jurnal Nasional Pariwisata Aldi Sasongko Prayuda, dkk.

didalamnya terdapat bangunan bersejarah yang dimiliki ada pada konsumen dimana
dan juga pusat pedagang kaki-lima, konsumen tersebut akan memberikan
sehingga menarik bagi wisatawan penilaian setelah memperoleh jasa dan
nusantara maupun mancanegara. Dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Dalam hal
hal ini kawasan Malioboro menjadikan ini, pedestrian yang nyaman menyangkut
masyarakat untuk berbondong-bondong bagaimana keamanan bagi pejalan kaki
membuka lahan usaha, yaitu dalam tanpa khawatir akan adanya kecelakaan.
perdagangan dan juga bagi juru parkir Pengembangan kawasan Malioboro
yang menggunaka kawasan parkir pada bertujuan sebagai pendukung kawasan
sisi timur trotoar. Hal ini, mengakibatkan Malioboro sebagai pusat kegiatan
pada kawasan Malioboro yang menjadi ekonomi, sosial, dan heritage. Dalam hal ini,
kumuh dan kotor karena para wisatawan kebijakan pemindahan zona parkir
berdesak-desakan untuk berjalan. Malioboro menuju semi pedestrian ini,
berimbas kepada sektor perdagangan di
Hal ini mendapat perhatian lebih dari
Malioboro karena berakibat pada sepinya
pemerintah DIY untuk menata dan
pengunjung. Kawasan pada Malioboro
memperbaiki kawasan pada Malioboro.
yang berlandaskan kembali pada nilai-
Dalam hal ini, akan dikembangkan
nilai budaya, maka akan dapat dirasakan
kawasan semi pedistrian sebagaiumana
kembali. Penerapan perubahan pedestrian
telah tertuang dalam Peraturan Daerah
Malioboro ini, tentunya memberikan
Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2010
dampak bagi wisatawan yang datang ke
pada Bab VII pasal 10 ayat 2, yang
Malioboro karena penataan menjadi lebih
mengatakan bahwa Jalan Mangkubumi,
rapi, dimana lahan parkiran dipindah,
Jalan Malioboro dan Jalan Ahmad Yani
kawasannya menjadi lebih bersih dan asri.
diarahkan khusus untuk area pejalan kaki
Kemudian, banyaknya tempat duduk yang
(pedestrian). Penataan ruang, yang semula
ada. Sehingga, membuat wisatawan dapat
di sekitar pedestrian Malioboro,
menikmati dikawasan Malioboro tersebut.
dipindahkan ke kawasan Tempat Khusus
Parkir Abu Bakar Ali (TKP ABA). Berdasarkan uraian tersebut, tujuan dari
Berdasarkan penelitian Stevianus 2014 penelitian ini adalah untuk mebgetahui
mengatakan bahwa tempat parkir yang bagaimana persepsi wisatawan terhadap
digunakan sebagai fasilitas untuk adanya jalur pedestrian dikawasan
pengunjung, berpengaruh juga terhadap Malioboro yang semula dijadikan lahan
kepuasan bagi pengunjung. Berdasarkan parkir disebelah timur, lalu Pemerintah
penelitian pula yang dilakukan oleh DIY dijadikan sebagai kawasan pedestrian
Bangun Adi Wibowo 2015 mengatakan dan menjadi lebih rapi. Dalam hal ini
juga bahwasannya lokasi parkir yang wisatawan banyak yang mengalami pro
berada dikawasan Malioboro juga dapat dan kontra karena menimbulkan dampak
mengaruhi minat masyarakat untuk positif maupun dampak negatif, yang
berkunjung. mana dampak positifnya berkaitan lebih
memberikan ruang bagi pedestrian, lebih
Menurut Mowen dan Minor (2002)
nyaman., lebih tertata rapi dan lebih
terpuaskannya konsumen merupakan sifat
bersih. Sehingga, wisatawan akan merasa

10
Persepsi Wisatawan Terhadap Penataan Kawasan Pedestrian Malioboro

betah untuk berkunjung ke kawasan Sejak terjadinya perubahan, di daerah sisi


Malioboro. Kemudian dampak negatifnya timur Jalan Malioboro Jalan Ahmad Yani
adalah wisatawan akan merasa kejauhan tidak diberlakukan untuk dijadikan
untuk lahan parkir dan mengunjungi tempat parkir. Sebelumnya juga tepi jalan
kawasan Malioboro karena lahan parkir tersebut merupakan legal untuk
terlalu jauh dan juga pendapatan bagi digunakan untuk lokasi parkir, hal ini telah
tukang parkir yang semula mendapat diatur dalam Peraturan Walikota
pendapatan lebih, menjadi berkurang Yogyakarta Nomor 16 Tahun 2011 Bab II
dikarenakan lahan parkir yang begitutu Pasal 2 yang menyebutkan Jalan Malioboro
jauh, Urgensi penelitian ini, berkaitan dan Jalan Ahmad Yani beserta sirip-
dengan pro kontra yang terjadi pada siripnya termasuk lokasi parkir kawasan I.
masyarakat maupun wisatawan mengenai Tidak dapat dipungkiri bahwa
adanya tata kota yang berada dikawasan pemindahan lokasi parkir tersebut akan
Malioboro terkaitan dengan pemindahan berimbas pada kesejahtraan juru parkir
lahan parkir, yang semula berada di bagian yang berada disekitaran Malioboro, sebab
timur pedestrian, pindah ke TKP ABA lahan parkir yang menjadi sumber
dalam rangka akan memperindah penghasilan mereka bertahun-tahun
kawasan Malioboro menjadi kawasan terpaksa harus dipindahkan ketempat
yang tertib, rapi, nyaman, bersih, terhindar yang baru dan sama sekali tidak
dari populasi. menguntungkan bagi juru parkir yang ada
dikawasan Malioboro.
Mengetahui masalah ini, Pemerintahan
DIY dan Pemerintahan Kota Yogyakarta Dan dampak pemindahan lahan parkir
mengambil keputusan untuk mengatur tersebut juga dirasakan wisatawan yang
dan memperbaiki kawasan didaerah berkunjung kejalan daerah Malioboro,
Malioboro dengan adanya program yang berada disis timur jalan wisatawan
strategis kawasan Malioboro dan yang datang ke Malioboro telah merasakan
sekitarnya. Malioboro sebagai jalur kota dampak dari luar dari aktivitas penataan
yang menyiratkan citra kegiatan tersebut baik positif maupun negatif.
parawisata akan dikembangkan dengan
Dampak yang dapat dinikmati oleh
konsep kawasan semi pedestrian
pengunjung setelah adanya relokasi
sebagaimana tertuang dalam Peraturan
parkiran antarnya adalah mereka lebih
Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun
merasa nyaman untuk menikmati suasana
2010 Bab VII pasal 80 ayat 2, yang
Malioboro dan sekitarnya, karena trotoar
menyebutkan bahwa “jalanan
yang sudah lebih rapi dan tertata nyaman
mungkabumi, jalan Malioboro jalan
dilewati bagi pejalan kaki.
Ahmad Yani diarahkan untuk area khusus
pejalan kaki (pedestrian). Dengan adanya Pada umumnya jalur pedestrian yang baik
penataan Malioboro, tempat parkir adalah jalur yang nyaman dan aman untuk
kendaraan roda dua yang semula berada pejalan kaki, serta jalur pedestrian yang
di sisi timurjalan harus direlokasi ke TKP berfungsi sesuai dengan fungsinya adalah
ABA. suatuu pemanfaatan gunalahan yang baik.
Apabila ditinjau dari aspek perkembangan

Volume 12, Nomor 1, April 2020


11
Jurnal Nasional Pariwisata Aldi Sasongko Prayuda, dkk.

historis, DIY memiliki keistimewaan beupa Yani yang seharusnya berfungsi sebagai
catatan sejarah perjuangan kearifan jalur pejalan kaki justru digunakan untuk
budaya lokal. Yogyakarta menjadi semakin parkir kendaraan. Beberapa permasalahan
istimewa lantaran memiliki obyek wisata, tersebut berdampak pada tidak nyaman
seperti obyek wisata budaya, sejarah alam, bagi pejalan kaki yang menggunakan
wisata belanja. Obyek-obyek wisata ini trotoar sebagai jalanan mereka untuk
mampu menarik wisatawan domestik mengakses berbelanja di sekitaran
maupun mancanegara, dan merupakan Malioboro, dan munculnya penataan
wisata potensial yang dapat berkembang kawasan Malioboro. Yang tertuang dalam
dalam bidang parawisata. Salah satunya dokumen RPJMD Kota Yogyakarta tahun
obyek wisata yang menjadi primadona 2012-2016. Dokumen tersebut juga
hingga kancah internasional adalah memuat arahan kawasan Malioboro.
Malioboro. Malioboro sejatinya adalah Terkait inti pengembangan citra Kota
suatu kawasan yang strategis DIY, yang Yogyakarta sebagai jalur kota yang
secara administrasi berada di Kota menyiratkan citra kegiatan parawisata.
Yogyakarta (Perda No 2 Tahun 2010).
Berdasakan paparan dari latar belakang
Kawasan ini membentang di sisi kanan
diatas, maka identifikasi masalahnya
dan kiri ruas jalan Malioboro dan jalan
adalah bagiamana lahan trotoar Malioboro
Ahmad Yani, kedua ruas jalan tersebut
tidak dijadikan lahan parkir, sehingga
juga berfungsi sebagai jalan kolektor
pejalan kaki dengan nyaman melalukan
sekunder, yang menghubungkan anatara
kegiatan mereka tanpa harus terganggu
kawasan di Kota Yogyakarta.
oleh kendaraan yang parkir diatas trotoar.
Selain memiliki predikat kota primadona Tujuan dari penelitian ini adalah agar
bagi wisatawan, Malioboro juga memiliki dapat mengetahui kenyaman pedestrian di
julukan sebagai jantung DIY, khususnya kawasan Malioboro setelah di relokasinya
bagi Kota Yogyakarta. Dokumen RPJMD parkiran yang ada di atas trotoar.
kota Yogyakarta Tahun 2012-2016 juga Penelitian ini diharapkan memberikan
menyebutkan bahwa kawasan Malioboro manfaat sebagai masukan terhadap
merupakan pusat keramaian bagi sejumlah pemerintah DIY agar dapat meningkatkan
kegiatan, tidak hanya kegiatan parawisata kualitas tempat wisata menjadi lebih baik
semata. Kegiatan lain juga dimaksud lagi dan pihak yang dirugikan atas
adalah, pemerintahan perdagangan, jasa, permasalahan ini bisa diatasi dengan baik.
dan lain sebagainya, sepanjang sisi
Menjadi bahan wacana dan kajian yang
Malioboro dan jalan Ahmad Yani.
bisa dipertimbangkan bagi pihak-pihak
Seiring berjalannya waktu dan yang terkait dalam pengambilan kebijakan
perkembangan zaman, kawasan dalam perencanaan dan pengelolaan
Malioboro semangkin berkembang dan pembangunan khususnya pemerintaha
ramai, terlebih pada saat musim liburan, Kota Yogyakarta Menjadi salah satu alat
sehingga memunculkan beberapa untuk pengembangan ilmu pengetahuan
permasalahan yang krusial. Misalkan sisi khususnya pada bidang ilmu perencanaan
timur jalan Malioboro dan jalan Ahmad

12
Persepsi Wisatawan Terhadap Penataan Kawasan Pedestrian Malioboro

wilayah dan kota dan beberapa ilmu lain Malioboro. Menurut Miro (2005) membagi
yang memiliki keterkaitan basis perjalanan menjadi homebased dan
non homebased, nayoritas pedestrian
TINJAUAN PUSTAKA memiliki homebased. Relokasi pedestrian
sudah dilakukan dibeberapa wilayah yang
Menurut Super dan Cities (Jhon Kills, 1988)
ada di Indonesia, salah satunya berada
mengatakan bahwa terdapat beberapa
dikawasan Kotagede Surakarta. Menurut
faktor yang memengaruhi tingkat
Hakim dan Utomo (2003), faktor yang
kepuasan dari seseorang, termasuk bahwa
dapat memengaruhi kenyamanan yaitu
terdapat beberapa faktor yang
sirkulasi, iklim atau kekuatan alam,
memengaruhi tinkat kepuasan dari
kebisingan, aroma bau yang tidak sedap,
seseorang, termasuk faktor lingkungan.
keamanan, kebersihan dan keindahan.
Kemudian menurut Totok Santoso
Menurut Ofya Tamin dalam Sukoco (2012),
(Muhajir, 2007), terdapat faktor lain yang
mengatakan bahwa masalah pejalan kaki
memengaruhi seseorang, yaitu mengenai
merupakan permasalahan utama dalam
fasilitas baru yang ada di Malioboro seperti
lalu lintas. Pedestrian merupakan pejalan
bangku taman, kran, tempat sampah, dan
kaki, yang berasal dari bahasa latin, yaitu
lain sebagainya penataan ruang, dilakukan
pedestres (Dharmawan, 2004). Macam-
oleh Pemerintahaan DIY melalui program
macam jalur pedestrian, terdiri dari paving
revitalisasi, menurut Dwilwort
lampu, sign, sculpture, bollards, bangku,
(Gamaputra, 2013), relokasi merupakan
tanaman peneduh, telepon umum, shelter
sebuah kebijakan yang dilakukan oleh
dan kanopi, tempat sampah, halte, dan
pemerintah untuk memindahkan sebuah
utilitas (Rubenstain, 1992).
lokasi atau usaha ketempat yang baru
sesuai dengan kapasita, fasilitas, dan biaya Evaluasi jalur pada kawasan Malioboro
produksi. Penataan kawasan pada menerapkan safety, health, dan environment.
Malioboro memiliki dampak bagi Fasilitas jalur diMalioboro menerapkan
wisatawan, yaitu dampak positif maupun pada beberapa aturan, yaitu peraturan
negatif. Menurut Suprayitno (2017) menteri perpajakan Umum No.
dampak eksternalitas yang dirasakan 3/PRT/M2014 tentang pedoman
dapat memengaruhi kepada dampak yang penyediaan, perencanaan, dan
lebih baik maupun lebih buruk. pemanfaatan sarana dan prasarana.
Departemen Perhubungan tahun 2009,
Pengaruh Kota Yogyakarta yang
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 11
dikategorikan sebagai kota pelajar,
tahun 2015, Peraturan Walikota
sehingga mayoritas yang berkunjung ke
Yogyakarta No. 62 tahun 2009, Peraturan
kawasan Malioboro adalah sebagian besar
Walikota Yogyakarta No. 85 Tahun 2011,
pelajar dan karyawan swasta yang tempat
dan Keputusan Menteri Negara
tinggalnya sementara di kawasan
Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996.
Malioboro. Kemudian, yang
SHE merupakan sebuah sistem yang nyata,
menggunakan pedestrian terdiri dari
bagi sebuah organisasi dimana dengan
masyarakat non lokal Yogyakarta yang
adanya perihal tersebut, akan lebih sedikit
memiliki kawasan penginapan di

Volume 12, Nomor 1, April 2020


13
Jurnal Nasional Pariwisata Aldi Sasongko Prayuda, dkk.

dalam mengurangi tingkat kecelakaan. prasarana bagi kebutuhan manusia.


Apabila kondisi trotoat teduh, maka Shirvani (1985) Dalam Mulyati (2001)
menjadi salah satu faktor kenyaman yang mendefinisikan pedestrian sebagai jalur
akan mendorong orang untuk berjalan bagi pejalan kaki yang dapat digunakan
(Ferreira, 2012). Permasalahan umum yang sebagai tempat untuk berjalan-jalan
dirasakan oleh pejalan kaki, kurang tempat berkumpul, tempat beristirahat,
mewadahinya fasilitas pejalan kaki. Dalam dan tempat untuk berbelanja. Dalam hal
hal ini Malioboro menjadi pusat mobilitas ini, pedestrian merupakan sebuah tempat
yang tinggi. Penelitian yang tinggi. yang digunakan untuk dapat berpindah
Penelitian yang dilakukan oleh Imron dari satu tempat ke tempat lainnya dan
Rosadi Surya, menggunakan citra Quick merupakan bagian dari transportasi.
Bird di mana dilakukan melalui perekaman Pertumbuhan dan perkembangan dalam
pada tahun 2012. sebuah kota, dipengaruhi oleh beberapa
faktor utama, yaitu pertumbuhan dan
Kebutuhan ruang bagi pejalan kaki, pada
perkembangan dalam sebuah kota.
infrastruktur jalan menurut konteks yang
Dipengaruhi oleh beberapa faktor utama,
ada di Indonesia. Mengacu kepada
yaitu pertumbuhan dalam kependudukan,
Peraturan Direktur Jenderal Bina Marga
pertumbuhan perekonomian, dan
No. 76/KPTS/DB/1999 dan pedoman
perkembangan sarana dan prasarana
teknisi perencanaan spesifikasi trotoar
dalam sebuah kota. Perkembangan
pada tahun 1991. Pedestrian yang ideal
kawasan pedestrian, tidak hanya pada
harus memenuhi kepada internal yang
kawasan Malioboro saja, melainkan juga di
ada. Pedestrian yang ideal akan memenuhi
koridor jalan Ciledug. Menurut Permen
9 aspek (Ceccon and Zampieri, 2016),
PU 03/PRT/M2014, beberapa penilaian
yaitu keterhubungan atau connected, jelas
pedestrian yaitu kenyaman, keamanan,
jalurnya atau clear, nyaman atau
keselamatan, dan keindahan.
comfortable, layak atau convient,
menyenangkan atau pleasant, aman dari Kebijakan penataan pada kawasan
adanya masalah sosial atau secure, aman Malioboro, masih menjadi polemik pada
dilewati atau safe, mudah dijangkau atau masyarakat. Kebijakan penataan pada
accessible, dan digunakan untuk semua kawasan Malioboro, belum sepenuhnya
orang atau universal. Menurut Pratama memliki grand designe penataan yang
(2014) trotoar merupakan jalur pemisah belum disahkan. Menurut Esa (2014),
yang dapat digunakan oleh pejalan kaki Gubernur Daerah DIY, mengatakan
yang memisahkan lahan dan gedung bahwasannya penataan kawsan Malioboro
dengan jalur lalu lintas. secara terus-menerus mengalami
kemunduran dan hanya sebagai batas
Menurut Weinstein (1979) dalam Laurens
kajian semata. Penataan kawasan
(2004) mengatakan bahwa salah satu
Malioboro, harus melihat kepada aspek
konsep dalam menata kota, membangun
sosial karena akan mengubah kepada
bangunan, bagian kota, taman, dan
penataan ruang. Menurut Winarmo
berbagai sistem infrastruktur adalah
(2004:5), kawasan maliboro merupakan
dengan menyediakan berbagai sarana dan
kawasan CBD (Central Bussines District) di

14
Persepsi Wisatawan Terhadap Penataan Kawasan Pedestrian Malioboro

koYogyakartarta, CBD akan mengalami dengan keterhubungan, jelas jalurnya,


hal-hal yang menumpuk apabila nyaman, layak untuk dikunjungi, aman,
semangkin banyak fasilitas umum yang mudah dijangkau, dan lain sebgainya.
semangkin diperebutkan. Hal ini, terjadi Kenyamanan merupakan hal utama yang
ketika banyaknya lahan parkiran daripada harus diperhatikan karena hal ini berkaitan
dipergunakan sebagai pedagang kaki lima. dengan bagaimana kepuasan dari
wisatawan
Persamaan diri penelitian tersebut, yaitu
penelitian saya dan penelitian terdahulu Kendaraan yang berhenti pada tempat-
memusatkan kepada persepsi wisatawan tempat tertentu baik yang dinyatakan
terhadap pemindahan lahan parkir yang dengan rambu ataupun tidak serta tidak
awalnya di pedestrian timur kawasan semata-mata untuk kepentingan
Malioboro, dipindah kekawasan lahan menaikkan dan menurunkan orang dan
parkir Abu Bisa=akar Ali, yang mana lebih barang.
memusatkan sudut pandang wisatawan,.
Parkir dibadan jalan adalah kegiatan
Dalam hal ini, saya meneliti mengenai
memparkir yang dilaksanakan di pinggir
bagaimana fasilitas yang telah diberikan
jalan atau di trotoar sekitaran Malioboro
oleh pemerintah berkaitan dengan
dengan pola yang di atur atau dilakukan
pemindahan lahan parkir tentunya akan
oleh pihak pemerintah daerah. Yang
memberikan berbagai dampak.
dulunya parkir dikawasan Malioboro
Kemudahan, wisatawan akan merasakan
termasuk dalam jenis parkir seperti yang
fasilitas yang ada pada kawasan
telah diatur oleh pemerintah dalam
pedestrian Malioboro. Hal ini, dapat
Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 16
dipungkiri pemerintah Privinsi Daerah
Tahun 2011. Parkir sisi timur jalan
DIY lebih mementingkan kepada
Malioboro Ahmad Yani ini merupakan
penyediaan fasilitas pelyanan bagi
tempat yang paling jelas dan cocok bagi
wisatawan.
pengunjung wisatawan untuk
Perbedaan pada penelitian sebelumnya memarkirkan kendaraannya agar dekat
adalah. Penelitian sebelumnya membahas dengan tempat tujuan. Namun demikian,
tentang faktor-faktor yang dapat parkir dengan cara ini menimbulkan
memengaruhi kenyaman pada seseorang banyak kerugian diantaranya pejalan kaki
untuk dapat mengunjungi kawasan yang sulit berjalan di atas trotoar dan arus
Malioboro dengan tingkat kenyaman yang lalu lintas di sepanjang jalan terhambat
sudah ada, yaitu yang berkaitan dengan macet.
sirkulasi, faktor lingkungan, kekuatan Parkir diluar badan jalan
alam, kebisingan, aroma sekitar atrau bau-
Adalah pengadaan fasilitas parkir diluar
bauan, dan lain sebagainnya. Kemudian,
badan jalan yang diselenggarakan oleh
penelitian terdahulu juga lebih
pihak swasta dan atau pemerintahan
menekankan kepada yang berdatangan.
daerah yang berupa gedung parkir atau
Kemudian penelitian sebelumnya juga
taman parkir yang penempatannya berada
menekankan kepada aspek-aspek yang
di kawasan-kawasan tertentu, seperti
ada dalam pedestrian, yaitu berkaitan

Volume 12, Nomor 1, April 2020


15
Jurnal Nasional Pariwisata Aldi Sasongko Prayuda, dkk.

pusat perbelanjaan, bisnis maupun kualitatif, yaitu suatu penelitian yang


perkotaan. Tempat parkir di luar jalan menghasilkan data deskriptif berupa kata-
secara umum dapat digolongkan ke dalam kata tertulis atau lisan dari orang dan
enam macam yaitu: pelataran parkir di perilaku yang dapat diamati. Menurut
permukaan tanah, garasi bertingkat, garasi Sugiyono (2009:21) deskriptif merupakan
bawah tanah, gabungan, garasi mekanis, suatu metode yang digunakan oleh
dan drive-in (Hobbs, 1995). Saat ini trotoar peneliti untuk menggambarkan,
Malioboro yang dulunya digunakan mendeskripsikan, atau menganalisa hasil
sebagai lahan parkir, sudah kembali penelitian akan tetapi tidak digunakan
menjadi tempat pejalan kaki (Pedestrian). dalam membuat suatu kesimpulan yang
Saat ini parkir di Malioboro berubah sangat luas.
menjadi jenis parkir di luar badan jalan,
Teknik pengumpulan dari penelitian ini
yaitu di sebuah gedung parkir yang
adalah berasal dari sumber sekunder yang
letaknya di jalan Abu Bakar Ali.
didapat secara tidak langsung serta data-
Dengan pemindahan lahan parkir ini data yang didapat dari penelitian-
diharapkan pengunjung lebih merasa penelitian sebelumnya yang sudah
nyaman memarkirkan kendaraannyadi melakukan pengamatan atau observasi
sebuah gedung parkir yang telah seperti, dari studi literature penelitian
disediakan dibandingkan di atas trotoar, terdahulu, dan beberapa sumber lainnya
yang menghambat pejalan kaki atau dengan cara membaca dan mengkaji
wisatawan yang berkunjung di Malioboro dokumen dan laporan. Selain itu juga
sumber yang didapat ada dalam peraturan
Berdasarkan peraturan Daerah Kota
perundang-undang yang berlaku serta
Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 Pasal 3
adapun juga sumber yang didapat melalui
Ayat (2), lokasi tempat parkir dibedakan
internet.
menjadi empat yaitu: tempat parkir di tepi
jalan umum, tempat khusus parkir, tempat HASIL DAN PEMBAHASAN
khusus parkir swasta, dan tempat-tempat Daerah Malioboro adalah kawasan umum
tertentu yang digunakan sebagai tempat
yang berada di wilayah kota Yogyakarta
parkir tidak tetap. Dalam hal ini parkiran dan sudah menjadi tempat tujuan wisata
Abu Bakar Ali termsuk tempat khusus
yang sangat banyak dikunjungi oleh
parkir bagi wisatawan yang berkunjung ke wisatawan lokal maupun luar negri.
kawasan Malioboro. Tempat khusus parkir Kawasan malioiboro sudah ditetapkan
adalah tempat parkir kendaraan dan oleh Gubernur DIY sebagai kawasan cagar
fasilitas penunjangnya yang biasanya yang budaya sehingga harus terus dilestarikan.
dikelola oleh pemerintah daerah meliputi Akan tetapi pembangunan fisik yang terus
gedung parki, taman parkir, dan pelataran dilakukan mengakibatkan kondisi
parkir.
lingkungan sekitar kawasan saat ini
cendrung tumbuh secara tidak teratur.
METODE PENELITIAN Kondisi tampak jelas di sisi timur jalan
Dalam melakukan penulisan paper ini, Malioboro Ahmad Yani. Tempat parkir
peneliti menggunakan metode penelitian yang dipenuhi oleh sepeda motor semakin

16
Persepsi Wisatawan Terhadap Penataan Kawasan Pedestrian Malioboro

memdari area pejalan kaki. Hal tersebut parkir agar tidak mengganggu pejalan kaki
mengharuskan pemerintah melakukan di daerah Malioboro yaitu: Abu Bakar Ali,
penataan kawasan Malioboro ke lokasi Ramai Mall, Ketandan, Bringharjo,
yang lebih tepat. Lokasi yang dipilih untuk Senopati, Ngabean. Untuk memenuhi
relokasi tersebut adalah tanah Sultan kebutuhan parkir di daerah Malioboro
Ground kraton Yogyakarta yang dipinjam karena trotoar sisi timur jalan yang
oleh Pemerintah DIY yang berada di jalan semulanya digunakan sebagai tempat
Abu Bakar Ali. parkir kendaraan, sekarang sudah dialih
fungsikan menjadi tempat pejalan kaki,
Tempat parkir Abu Bakar Ali merupakan
tujuan tersebut tidak lain dan tidak bukan
salah satu tempat khusus parkir yang
agar pengunjung pejalan kaki mudah
berada di kota Yogyakarta. Hal ini tercatat
mengakses jalan di sekitaran Malioboro.
pada aturan Walikota Yogyakarta Nomor
67 Tahun 2015 dimana salah satu di
antaranya, lokasi tempat khusus parkir KESIMPULAN
milik pemerintahan daerah yaitu lokasi Penuruan wisatawan yang parkir di
parkir Malioboro I yang terletak di daerah daerah sekitar Malioboro, karena telah di
jalan Abu Bakar Ali. Bangunan gedung relokasikan parkiran menjadi ke daerah
parkir Abu Bakar Ali memiliki tiga lantai Abu Bakar Ali, berdampak kepada juru
dengan lantai 1 untuk bus, sedangkan parkir yang berada disekitaran Malioboro
lantai 2 dan 3 sepeda motor. dan mata pencarian mereka menjadi
Sebuah kebijkan yang diterapkan oleh berkurang akibat wisatawan yang tidak
pemerintah yang berkaitan dengan diperbolehkan lagi parkir di area sekitaran
pedestrian di jalan Malioboro, Yogyakarta, Malioboro tepatnya di atas trotoar.
yang dimana dulunya adalah lahan parkir, Area Malioboro menjadi lebih rapi dan
kemudian diubah menjadi pedestrian tertata karena parkiran yang telah
dimana hal ini digunakan kepada direlokasi ke parkiran Abu Bakar Ali, dan
wisatawan yang berjalan kaki di kawasan terlihat pemandangan yang cukup bagus
Malioboro, yang dulunya para pejalan kaki dikarenakan sudah tidak adanya lagi yang
merasa tidak nyaman dikarenakan parkir diatas trotoar Malioboro.
banyaknya lahan parkir di sisi timur.
Pengunjung wisatawan pejalan kaki lokal
Malioboro menjadi sangat ramai karena
maupun mancanegara kini sudah
selain para wisatawan, terdapat juga
menggunakan trotoar sebagai tempat
masyarakat yang berbondong-bondong
akses mereka untuk berjalan disekitaran
membuka lahan usaha. Pada saat ini, lahan
Malioboro, sehingga memudahkan pejalan
parkir yang menempati trotoar kini sudah
kaki untuk berbelanja maupun hanya
ditempatkan di parkir Abu Bakar Ali yang
sekedar lewat diarea Malioboro.
notabene memang tempat parkir karena
bukan merupakan trotoar untuk para
DAFTAR PUSTAKA
pejalan kaki.
Rohmawati, T., Natalia, T. W., (2018).
Rencana penataan kawsan Malioboro,
Tingkat Kepuasan Pejalan Kaki
lokasi yang akan digunakan untuk lahan

Volume 12, Nomor 1, April 2020


17
Jurnal Nasional Pariwisata Aldi Sasongko Prayuda, dkk.

Terhadap Trotoar Di Kota Bandung. Hasmunir, S. (2015). Arahan Penataan


Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi. Jalur Pedestrian Kawasan Nol
8(1). Kilometer Kota Makassar: Obyek
studi Penggal jalan Ahmad Yani,
Fardila, D., Priyosulistyo, H., & Triwiyono,
Yogyakarta: S3 Universitas Gadjah
A. (2018). Penilaian Fasilitas Jalur
Mada.
Pedestrian Dari Aspek Safety,
Health, And Environment (SHE). Satriyadi, L., & Haryadi, B. (2017).
Informasi dan Ekspose hasil Riset Teknik Prasarana Pedestrian Di Lingkungan
SIpil dan Arsitektur, 14(2), 133-145. Kampus: Studi Kasus Kampus
Undip Dan Unnes. Wahana Teknik
Surya, I. R., & Sudaryatno, S. (2017).
Sipil: Jurnal Pengembangan Teknik
Pemanfaatan Indeks Walkability
Sipil, 22(1), 58-70.
(Kenyamanan Pejalan Kaki) dan
Hubungannya dengan Kualitas Jalur Ramadhan, M. A., Pratama, G. N. I. P., &
Pedestrian di Kawasan Wisata Hidayah, R. (2018). Penataan Sistem
Malioboro Yogyakarta. Jurnal Bumi Jalur Pejalan Kaki di Universitas
Indonesia, 6(3). Negeri Yogyakarta. Informasi dan
Ekspose hasil Riset Teknik Sipil dan
Sholekhah, Z. P. (2018). Dampak Relokasi
Arsitektur, 14(1), 101-117.
Parkir Malioboro Ke TKP ABA
Terhadap Juru Parkir Dan Manurung, P. (2018). Persepsi Anak-Anak
Konsumen. Jurnal Pendidikan dan Terhadap Jalur Pedestrian Jalan
Ekonomi, 7(3), 223-233. Malioboro Yogyakarta. SENADA
(Seminar Nasional Desain dan
Nasution, N. A. R., Widiyastuti, D., &
Arsitektur). 1, pp. 351-357.
Purwohandoyo, J. (2016). Analisis
Penilaian Fasilitas Pedestrian Di Hati, I. P. (2018). Skywalk Parking And
Kawasan Perkotaan (Kasus: Jalan Shopping Trip Penataan Parkir Dan
Malioboro–Jalan Margo Mulyo, Pedestrian Pada Jalan Kaluirang km.
Yogyakarta). Jurnal Bumi Indonesia, 4-6.
5(2).

Aribowo, M. A. (2008). Penataan Jalur


Pejalan Kaki pada Koridor Jalan
Malioboro Berdasarkan Persepsi dan
Preferensi Pengunjung. Semarang:
S3 Universitas Diponegoro.
Widyastuti, A. E. S. (2017). Hubungan
Kebijakan Pemindahan Zona Parkir
Malioboro Ke Taman Parkir Abu
Bakar Ali Dengan Minat Pengunjung
Dan Pendapatan Pedagang Kakilima
Kawasan Malioboro. Adinegara, 6(6),
594-604.

18

Anda mungkin juga menyukai